PERAN KOMITMEN AFEKTIF TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT X DI JAKARTA
on
E-Jurnal Manajemen, Vol. 12, No. 1, 2023:1-25 ISSN : 2302-8912
DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2023.v12.i01.p01
PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF TERHADAP OCB (ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR) PADA KARYAWAN
Angela Fredella Nirwanto1 Sophia Christina2 Delfina Patricia3
1,2,3Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia Email: [email protected]
ABSTRAK
SDM yang dimiliki perusahaan sebaiknya memiliki pengetahuan yang luas, keterampilan yang cukup, serta berkomitmen dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Organizational Citizenship Behavior merupakan perilaku sukarela yang ditunjukkan oleh karyawan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja meskipun tidak dicantumkan dalam deskripsi pekerjaan. Organizational Citizenship Behavior diduga dapat ditingkatkan dengan adanya komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan sikap loyalitas yang ditunjukan karyawan terhadap perusahaannya dalam mewujudkan visi dan misi serta kemajuan perusahaan. Salah satu dimensi komitmen organisasi yang sejalan dengan Organizational Citizenship Behavior yaitu komitmen afektif. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran komitmen afektif terhadap Organizational Citizenship Behavior. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif bersifat non-eksperimental dengan menggunakan teknik Predictive Correlational. Sampel penelitian ini berjumlah 73 karyawan yang bekerja di salah satu unit perusahaan PT Jababeka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen afektif memiliki peran yang positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior. Besaran peran yang diberikan komitmen organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior sebesar 24 persen. Hasil uji beda sebagai uji tambahan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat Organizational Citizenship Behavior pada karyawan berstatus tetap dan tidak tetap.
Kata kunci: Komitmen organisasi, Organizational Citizenship Behavior, karyawan
ABSTRACT
Employees owned by the company should have extensive knowledge, adequate skills, and be committed to realizing company goals. Organizational Citizenship Behavior is a voluntary behavior shown by employees that influences performance improvement even though it is not included in the job description. Organizational Citizenship Behavior is thought to be enhanced by organizational commitment. Organizational commitment is an attitude of loyalty shown by employees towards their company in realizing the vision and mission and progress of the company. One dimension of organizational commitment that is in line with Organizational Citizenship Behavior is affective commitment. This study aims to determine the role of affective commitment to Organizational Citizenship Behavior. The research method uses quantitative methods that are non-experimental using predictive correlation techniques. The sample of this research is 73 employees who work at PT Jababeka. The results of this research show that affective commitment has a positive and significant role on Organizational Citizenship Behavior. The size of the role given by organizational commitment to Organizational Citizenship Behavior is 24 percent. The results of the different test as an additional test show that there are differences in the levels of Organizational Citizenship Behavior in employees with permanent and non-permanent status.
Keywords: Organizational commitment, Organizational Citizenship Behavior, employees
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan memiliki visi dan misi serta tujuan yang diharapkan dapat dicapai bersama dengan karyawan. Karyawan sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset utama perusahaan. Tidak hanya mencari keuntungan, perusahaan sebaiknya memiliki strategi agar mampu bersaing dengan perusahaan lain serta menjadi perusahaan yang unggul di bidangnya. Untuk mewujudkannya, perusahaan tentunya menginginkan kinerja yang tinggi serta pencapaian target kerja yang maksimal dari karyawan. Maka dari itu, SDM yang dimiliki oleh perusahaan sebaiknya memiliki pengetahuan yang luas, keterampilan yang cukup, serta berkomitmen dalam mewujudkan tujuan perusahaan (Farisi dkk., 2020). Selain itu, perusahaan sebaiknya menentukan deskripsi pekerjaan bagi setiap karyawan sebagai acuan dalam bekerja. Tentunya, setiap karyawan memiliki porsi deskripsi pekerjaan yang berbeda, karena deskripsi pekerjaan ini lah yang menentukan pencapaian target kerja karyawan (Syelviani, 2017). Namun disisi lain, meskipun karyawan sudah memiliki deskripsi pekerjaan, seringkali terdapat tugas memiliki peranan penting dalam keberhasilan perusahaan meskipun tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaan. Perusahaan tentunya berharap bahwa karyawan dapat memiliki inisiatif yang tinggi untuk bekerja melebihi deskripsi pekerjaan yang ditentukan sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai Organizational Citizenship Behavior (OCB). Podsakoff et al. (2000; Grego-Planer 2019) mengungkapkan bahwa Organizational Citizenship Behavior tergolong kedalam perilaku sukarela yang ditunjukkan oleh karyawan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja meskipun tidak dicantumkan dalam deskripsi pekerjaan.
Sebelumnya, observasi dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi dilapangan saat ini. Observasi dilakukan terhadap salah satu unit perusahaan PT Jababeka. PT Jababeka merupakan perusahaan pengembang kawasan industri di Indonesia. Hingga saat ini, PT Jababeka memiliki berbagai unit perusahaan yang bergerak diberbagai bidang, 3 bidang utama yaitu infrastruktur, pembangunan lahan, serta tempat hiburan. Hasil observasi pada salah satu unit perusahaan menunjukkan bahwa sehari-hari, sebagian besar karyawan bekerja sesuai dengan peraturan yang ditentukan oleh perusahaan, seperti datang tepat waktu, tidak melebihi penggunaan jam istirahat, serta mematuhi kebijakan baru yang dikeluarkan oleh perusahaan. Disisi lain, karyawan terlihat turut saling membantu tugas satu sama lain apabila terdapat rekan yang membutuhkan bantuan, seperti merealisasikan workshop maupun program pengembangan kinerja karyawan. Hasil observasi ini didukung dengan hasil wawancara salah satu karyawan yang bekerja lebih dari 25 tahun. Hasil wawancara menunjukkan bahwa karyawan merasa nyaman bekerja di unit tersebut, karena ia dan rekan kerjanya memiliki kebiasaan untuk saling membantu menyelesaikan tugasnya, apabila salah satu rekan memiliki tugas yang berat, maka rekan lainnya akan turut membantu.
Sebagai perusahaan pengembang kawasan industri, setiap unit PT Jababeka diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para tenant yang mengembangkan usahanya dalam lingkup kawasan industri tersebut. Untuk itu, dibutuhkan karyawan yang memiliki dorongan untuk bekerja melebihi deskripsi pekerjaan yang telah ditentukan, seperti terus melakukan survey
terkait kebutuhan para tenant yang harus terpenuhi. Hal ini tentunya dapat berdampak pada kemajuan perusahaan, dengan bertahannya para tenant dalam melakukan proses industrial. Maka dari itu, Organizational Citizenship Behavior dapat memberikan dampak positif terhadap perusahaan. Putri dan Utami (2017) menyatakan perusahaan dengan tingkat Organizational Citizenship Behavior karyawan yang tinggi dapat mengalami peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mampu bersaing dan menjadi unggul, perusahaan sebaiknya mampu meningkatkan Organizational Citizenship Behavior pada karyawannya. Perilaku extra-role, atau yang dikenal dengan Organizational Citizenship Behavior didasari oleh perasaan terikat karyawan dengan tujuan perusahaan tempatnya bekerja, sehingga karyawan mampu bekerja secara sukarela untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut (Grego-Planer, 2019). Organ (1997; Shim and Faerman 2015) menyatakan bahwa Organizational Citizenship Behavior terbagi menjadi 5 dimensi, yaitu: (1) Altruism, yaitu perilaku sukarela membantu meringankan pekerjaan rekan kerjanya; (2) Conscientiousness, yaitu perilaku bertanggung jawab atas pekerjaannya sehingga tidak diperlukan adanya pengawasan dari perusahaan; (3) Sportsmanship, yaitu perilaku sangat minim mengeluh terhadap kendala dalam perusahaan; (4) Courtesy, yaitu perilaku karyawan yang berusaha tidak terlibat dalam sebuah masalah; dan (5) Civic Virtue, yaitu perilaku aktif terlibat dalam kegiatan perusahaan.
Untuk meningkatkan Organizational Citizenship Behavior, perusahaan sebaiknya mengetahui variabel yang dapat mendukung peningkatan perilaku tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu, beberapa variabel yang memiliki pengaruh terhadap perilaku Organizational Citizenship Behavior pada karyawan, salah satunya yaitu komitmen organisasi. Hal ini didukung oleh teori Podsakoff et al. (2014) bahwa komitmen organisasi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior. Komitmen organisasi merupakan sikap loyalitas yang ditunjukan karyawan terhadap perusahaannya dalam mewujudkan visi dan misi serta kemajuan perusahaan (Robbins & Judge, 2013). Karyawan dengan komitmen yang tinggi ditandai dengan kecil kemungkinannya untuk meninggalkan perusahaan. Secara umum, komitmen organisasi dibagi menjadi 3 (Grego-Planer, 2019), yaitu: (1) Komitmen affective, yaitu loyalitas akibat perasaan terikat dengan perusahaan; (2) Komitmen normative, yaitu loyalitas akibat perasaan untuk menyelesaikan tanggung jawab; dan (3) Komitmen continuance, yaitu loyalitas akibat pemikiran akan kebutuhan hidup. Berdasarkan ketiga dimensi tersebut, diduga komitmen affective dapat memberikan pengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior. Komitmen affective merupakan dorongan karyawan untuk bersikap loyal karena merasa memiliki tujuan yang sejalan dengannya, sehingga karyawan bersemangat untuk mencapai tujuan dengan perusahaan (Grego-Planer, 2019; Meyer & Allen, 1991).
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan komitmen affective yang dimiliki oleh karyawan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku Organizational Citizenship Behavior (Falah, Iskandar, and Sri 2018; Nilamsari, Herawati, & Prayekti 2021; Pangestuti 2018). Kesamaan tujuan yang dimiliki oleh karyawan dan perusahaan dengan komitmen
affective dapat mendorong karyawan untuk bekerja melebihi deskripsi pekerjaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan, dimana hal tersebut tergolong sebagai perilaku Organizational Citizenship Behavior. Karyawan dapat secara sukarela untuk bekerja meskipun tidak mendapatkan reward dari perusahaan. Namun, beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda. Beberapa penelitian menyatakan bahwa komitmen affective pada karyawan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku Organizational Citizenship Behavior (Arestia, 2022; Fala, Prayekti, & Kirana 2021; Saraswati & Hakim 2019). Saraswati dan Hakim (2019) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa komitmen affective saja tidak cukup untuk meningkatkan Organizational Citizenship Behavior pada karyawan. Kesenjangan pada beberapa penelitian terdahulu mendorong pengujian kembali terkait peran komitmen affective terhadap Organizational Citizenship Behavior pada karyawan.
Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis dalam penelitian ini yaitu komitmen affective memiliki peran positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior pada karyawan. Hal ini didasari oleh pengertian komitmen affective yaitu komitmen yang muncul karena adanya perasaan sejalan antara tujuan karyawan dengan tujuan perusahaan, sehingga karyawan berusaha untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu memberikan sumbangsih terbaru terhadap hasil penelitian peran komitmen affective terhadap Organizational Citizenship Behavior pada karyawan, serta turut menjawab kesenjangan dari hasil penelitian terdahulu. Disisi lain, tujuan penelitian ini yaitu dapat menjadi acuan perusahaan untuk meningkatkan Organizational Citizenship Behavior pada karyawannya.
Gambar 1. Kerangka Hipotesis
Sumber: Nilamsari, Herawati, dan Prayekti (2021) yang telah dimodifikasi untuk penelitian
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif bersifat non-eksperimental dengan menggunakan teknik Predictive Correlational karena pada penelitian ini tidak memberikan perlakuan secara langsung terhadap subjek uji. Penelitian ini dilakukan di salah satu unit perusahaan PT Jababeka. Lokasi ini dipilih berdasarkan fenomena yang ditemukan ketika proses magang kerja di PT Jababeka. Adapun kriteria partisipan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu: (1) Merupakan karyawan tetap maupun karyawan tidak tetap yang aktif bekerja di salah satu unit perusahaan PT Jababeka; (2) Tidak berstatus karyawan outsourcing; (3) Berusia dibawah 56 tahun; (4) Tidak terdapat batasan partisipan berdasarkan jenis kelamin, usia, jenjang jabatan, pendidikan, dan lama bekerja. Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling dengan convenience sampling dimana penelitian ini memberikan kuesioner langsung kepada perusahaan yang kemudian akan
diisi oleh subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan dari salah satu unit perusahaan PT Jababeka yang berjumlah 90 karyawan. Berdasarkan tabel sampel yang ditentukan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2010), maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 72 partisipan dengan taraf kesalahan 5 persen. Sehingga sampel penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini sebanyak 73 partisipan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yaitu komitmen afektif terhadap variabel dependen yaitu Organizational Citizenship Behavior. Variabel Organizational Citizenship Behavior akan diukur dengan menggunakan Organizational Citizenship Behavior Scale (P. M. Podsakoff, MacKenzie, Moorman, & Fetter, 1990) yang terbagi menjadi 5 dimensi, yaitu conscientiousness, sportsmanship, civic virtue, courtesy, dan altruism. Alat ukur Organizational Citizenship Behavior Scale terdapat 24 item pertanyaan (Cronbach’s α = 0,724). Namun, pada alat ukur ini terdapat 2 item yaitu butir 5 dan 11 yang dikeluarkan karena memiliki corrected item total di bawah 0.2 (Cronbach’s α = 0,875). Tanggapan diberi skala Likert 7 poin, mulai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 7 (sangat setuju).
Tabel 1.
Butir Alat Ukur Organizational Citizenship Behavior
Variabel |
Dimensi |
Jumlah Butir |
Butir Negatif |
Contoh Butir |
Organizational Citizenship Behavior |
Conscientiousness |
5 |
- |
Saya hanya akan mengambil cuti apabila benar - benar membutuhkannya |
Sportsmanship |
5 |
6, 7, 8, 9, & 10 |
Saya sering membandingkan kekurangan perusahaan tempat saya bekerja dengan perusahaan lainnya | |
Civic Virtue |
4 |
- |
Saya melakukan tugas yang bukan tanggung jawab saya, namun dapat menjaga nama baik perusahaan | |
Courtesy |
5 |
- |
Saya tidak melanggar hak rekan kerja saya | |
Altruism |
5 |
- |
Saya bersedia membantu rekan kerja yang memiliki masalah dengan pekerjaan |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Selanjutnya, komitmen afektif menggunakan alat ukur Organizational Commitment Scale yang dikembangkan oleh Allen dan Meyer (1990).
Komitmen afektif terdapat 8 item pertanyaan (Cronbach’s α = 0,782). Tanggapan diberi skala Likert 5 poin, mulai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju).
Tabel 2.
Butir Alat Ukur Komitmen Afektif
Variabel |
Dimensi |
Jumlah Butir |
Butir Negatif |
Contoh Butir | |
Komitmen Organisasi |
Komitmen Afektif |
8 |
4, 5, 6, & 8 |
Saya tidak bagian dari perusahaan bekerja |
merasa menjadi keluarga besar tempat saya |
Sumber: Data primer diolah, 2022
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pengambilan data penelitian membutuhkan waktu 1 bulan. Dalam penelitian ini, 73 sampel penelitian berhasil dikumpulnya, dimana sampel merupakan karyawan di salah satu unit perusahaan PT Jababeka. Berdasarkan data penelitian, partisipan dibagi berdasarkan beberapa kategori yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, status, posisi jabatan, jenjang pendidikan, dan lama bekerja. Berikut merupakan penjelasan dari gambaran sampel penelitian.
Tabel 3.
Gambaran Sampel Penelitian
Kategori |
Total Per Kategori |
Jumlah Responden |
Presentase (%) |
73 |
100 | ||
Jenis Kelamin |
Laki-Laki |
49 |
67,1 |
Perempuan |
24 |
32,9 | |
Usia |
18-25 tahun |
6 |
8,2 |
26-35 tahun |
38 |
52,1 | |
36-45 tahun |
17 |
23,3 | |
46-55 tahun |
8 |
11 | |
diatas 56 tahun |
4 |
5,5 | |
Status |
Karyawan Tetap |
37 |
50,7 |
Bersambung…
Kategori |
Total Per Kategori |
Jumlah Responden |
Presentase (%) |
73 |
100 | ||
Karyawan Tidak Tetap |
36 |
49,3 | |
Tingkat Pendidikan |
SLTA |
19 |
26 |
Diploma (D1-D3) |
9 |
12,3 | |
S1 |
41 |
56,2 | |
S2 |
4 |
5,5 | |
Posisi Jabatan |
Manajer dan General Manager |
11 |
15,1 |
Staff dan Senior Staff |
53 |
72,6 | |
Operator/Teknisi/Administrator |
9 |
12,3 | |
Lama Bekerja |
kurang dari 5 tahun |
28 |
38,4 |
6-15 tahun |
36 |
49,3 | |
16-25 tahun |
2 |
2,7 | |
lebih dari 25 tahun |
7 |
9,6 | |
Sumber: Data primer diolah, 2022 |
Tabel 4.
Deskripsi Jawaban Responden Variabel Komitmen Afektif
No |
Pertanyaan |
Proporsi Jawaban Responden (orang) |
Rata-rata |
Kriteria | ||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 | ||||
1 |
Saya akan sangat senang apabila dapat terus berkarir di perusahaan ini |
0 |
0 |
17 |
45 |
11 |
3,91 |
Tinggi |
2 |
Saya merasa bangga membicarakan mengenai perusahaan saya dengan orang lain di luar perusahaan |
0 |
2 |
17 |
44 |
10 |
3,84 |
Tinggi |
3 |
Saya merasa masalah perusahaan adalah masalah saya juga |
0 |
7 |
18 |
42 |
6 |
3,64 |
Sedang |
Bersambung… |
No |
Pertanyaan |
Proporsi Jawaban Responden (orang) |
Rata-rata |
Kriteria | ||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 | ||||
4 |
Saya tidak dapat dengan mudah menyukai perusahaan lain, sama seperti perasaan saya pada perusahaan ini |
0 |
28 |
38 |
6 |
1 |
2,67 |
Sedang |
5 |
Saya tidak merasa menjadi bagian dari keluarga besar perusahaan tempat saya bekerja |
0 |
9 |
25 |
29 |
10 |
3,54 |
Sedang |
6 |
Saya merasa memiliki ikatan secara emosional dengan perusahaan ini |
1 |
14 |
29 |
20 |
9 |
3,30 |
Sedang |
7 |
Saya merasa ada kemiripan antara nilai-nilai dan tujuan hidup saya dengan nilai-nilai dan tujuan perusahaan |
1 |
7 |
24 |
39 |
2 |
3,46 |
Sedang |
8 |
Saya mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan tempat saya bekerja |
0 |
6 |
27 |
27 |
13 |
3,64 |
Sedang |
Rata - rata |
3,50 |
Sedang | ||||||
Sumber: Data primer diolah, 2022 |
Pada variabel Komitmen Afektif, pernyataan yang memiliki rata - rata terendah adalah “Saya bisa dengan mudah menyukai perusahaan lain, sama seperti perasaan saya pada perusahaan ini”, diperoleh nilai 2,67. Hal ini berarti banyak karyawan dapat dengan mudah untuk berpaling ketika mereka merasa tidak nyaman dengan lingkungan perusahaan, maka mereka akan mudah untuk berpaling kepada perusahaan lain. Sedangkan pernyataan yang memiliki rata - rata tertinggi adalah “Saya akan sangat senang apabila dapat terus berkarir di perusahaan ini”, dengan nilai rerata 3,91. Hal ini berarti bahwa karyawan akan merasa senang untuk terus melakukan pekerjaannya dengan baik di perusahaan tempatnya bekerja.
Pada variabel Organizational Citizenship Behavior, pernyataan yang memiliki rata - rata terendah “Saya tidak mengeluh ketika situasi yang ada di perusahaan tidak sesuai dengan harapan saya”, dengan nilai rata - rata yaitu 3,82. Hal ini dapat diartikan bahwa banyak karyawan yang sering mengeluh ketika mereka dihadapkan dengan situasi yang tidak pernah mereka harapkan sebelumnya. Sedangkan pernyataan yang memiliki rata - rata tertinggi adalah “Saya tidak suka membesar-besarkan masalah”, yang diperoleh nilai 6,13. Hal ini berarti bahwa, banyak karyawan yang tidak suka membesarkan masalah yang sedang mereka hadapi.
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu Komitmen Afektif dan Organizational Citizenship Behavior. Skala penelitian pada variabel Komitmen Afektif adalah dari skala 1 sampai 5, sehingga diperoleh mean hipotetik sebesar 3,00. Hasil mean empiris diperoleh dari data partisipan, menunjukkan bahwa mean dari variabel Komitmen Afektif lebih dari 3,00. Begitu pula skala penelitian pada variabel Organizational Citizenship Behavior, yaitu skala 1 sampai 7, dengan mean hipotetik sebesar 4,00. Hasil mean dari variabel Organizational Citizenship Behavior lebih besar dari 4,00. Hal ini menunjukkan bahwa mean dari variabel Komitmen Afektif dan Organizational Citizenship Behavior lebih besar dibandingkan mean hipotetik.
Tabel 5.
Deskripsi Jawaban Responden Variabel Organizational Citizenship Behavior
No Pertanyaan Proporsi Jawaban Responden Rata- Kriteria
(orang) rata
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 | |
1 Saya hanya akan mengambil cuti apabila benar-benar membutuhkannya |
1 |
4 |
3 |
12 |
7 |
32 |
14 5,35 Tinggi |
2 Saya tidak memperpanjang waktu istirahat di tempat kerja |
0 |
1 |
3 |
19 |
11 |
32 |
7 5,24 Tinggi |
3 Saya mematuhi peraturan perusahaan walaupun tidak ada yang mengawasi |
0 |
1 |
0 |
6 |
13 |
32 |
21 5,89 Tinggi |
4 Saya adalah seorang karyawan yang teliti dan berhati-hati dalam bekerja |
0 |
0 |
1 |
7 |
14 |
35 |
7 5,79 Tinggi |
5 Saya percaya apa yang saya kerjakan sesuai dengan gaji yang saya terima |
1 |
12 |
6 |
14 |
14 |
22 |
4 4,50 Sedang |
6 Saya tidak mengeluh ketika situasi yang ada di perusahaan tidak sesuai dengan harapan saya |
2 |
12 |
17 |
21 |
8 |
13 |
0 3,82 Sedang |
7 Saya berfokus |
0 |
1 |
4 |
18 |
5 |
31 |
14 5,41 Tinggi |
membicarakan sisi positif perusahaan daripada sisi negatif
Bersambung…
No |
Pertanyaan Proporsi Jawaban Responden Rata- Kriteria (orang) rata 1 2 3 4 5 6 7 |
8 |
Saya tidak memberi reaksi 0 1 3 12 5 38 14 5,61 Tinggi berlebihan ketika melihat masalah kecil di perusahaan |
9 |
Saya jarang 0 4 5 26 11 20 7 4,80 Sedang membandingkan kekurangan perusahaan tempat saya bekerja dengan perusahaan lainnya |
10 |
Saya tidak suka 0 0 0 9 5 26 33 6,13 Tinggi membesar-besarkan masalah |
11 |
Saya menghadiri 2 10 4 31 13 11 2 4,15 Sedang pertemuan yang bukan merupakan kewajiban saya, namun cukup penting |
12 |
Saya melakukan tugas 0 5 2 20 14 26 6 4,98 Sedang yang bukan tanggung jawab saya, namun dapat menjaga nama baik perusahaan |
13 |
Saya mengikuti perubahan 0 1 0 7 18 42 5 5,57 Tinggi yang terjadi pada perusahaan |
14 |
Saya membaca dan 0 0 0 6 16 44 7 5,71 Tinggi mengikuti pengumuman dari perusahaan |
15 |
Saya menghindari 0 4 4 11 9 27 18 5,43 Tinggi masalah dengan rekan kerja |
16 |
Saya sadar bahwa perilaku 0 2 2 5 8 37 19 5,82 Tinggi saya akan memberikan pengaruh bagi pekerjaan rekan kerja saya |
17 |
Saya tidak melanggar hak 0 0 1 6 11 36 19 5,90 Tinggi rekan kerja saya |
Bersambung…
No |
Pertanyaan |
Proporsi Jawaban Responden Rata- Kriteria (orang) rata | ||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 | ||||
18 |
Saya berusaha untuk tidak membuat masalah bagi rekan kerja |
0 |
0 |
0 |
5 |
5 |
37 |
22 |
6,04 |
Tinggi |
19 |
Saya mempertimbangkan dampak dari perilaku saya pada rekan kerja |
0 |
0 |
0 |
2 |
11 |
40 |
20 |
6,06 |
Tinggi |
20 |
Saya membantu rekan kerja ketika ia tidak masuk |
0 |
2 |
1 |
10 |
12 |
35 |
13 |
5,58 |
Tinggi |
21 |
Saya membantu rekan kerja yang beban kerjanya berat |
0 |
2 |
3 |
17 |
13 |
30 |
8 |
5,23 |
Tinggi |
Saya membantu orientasi |
1 |
4 |
2 |
19 |
16 |
25 |
6 |
4,97 |
Sedang | |
22 |
karyawan baru walaupun itu bukan tugas saya | |||||||||
23 |
Saya bersedia membantu rekan kerja yang memiliki masalah dengan pekerjaan |
0 |
1 |
2 |
14 |
12 |
32 |
12 |
5,47 |
Tinggi |
24 |
Saya selalu siap menawarkan bantuan bagi rekan kerja |
0 |
1 |
2 |
15 |
20 |
25 |
10 |
5,31 |
Tinggi |
Rata - rata |
5,15 |
Tinggi | ||||||||
Sumber: Data primer diolah, 2022 |
Tabel 6.
Gambaran Statistik Empiris
Variabel |
N |
Min |
Max |
Mean |
Std. Deviation |
Keterangan |
Komitmen Afektif |
73 |
2,38 |
4,00 |
3,50 |
0,493 |
Tinggi |
Organizational |
73 |
4,75 |
6,64 |
5,46 |
0,599 |
Tinggi |
Citizenship Behavior
Valid N 73
Sumber: Data primer diolah, 2022
Selanjutnya, data partisipan dalam penelitian digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Subjek dengan kategori rendah
menunjukkan subjek dengan total skor di bawah mean empiris dan standar deviasi (X < M – 1SD). Subjek dengan kategori sedang menunjukkan subjek dengan total skor di antara batas skor minimum dan batas skor maksimum dari mean empiris (M – 1SD < X < M + 1SD). Sedangkan untuk subjek dengan kategori tinggi menunjukkan subjek dengan total skor di atas mean empiris dan standar deviasi (X > M + 1SD). Pada variabel Komitmen Afektif, skor kategori rendah memiliki rentang <18,6, kategori sedang dari 18,7 s.d 29,2, dan kategori tinggi memiliki rentang >29,3. Sedangkan untuk variabel Organizational Citizenship Behavior memiliki rentang skor pada kategori rendah yaitu <65,5, kategori sedang yaitu 66 s.d. 109,5, dan kategori tinggi yaitu >110. Jika kedua variabel dibandingkan, maka diperoleh rentang skor yang paling besar pada kategori tinggi adalah variabel Organizational Citizenship Behavior. Dan sebaliknya, variabel Komitmen Afektif memiliki rentang skor yang paling kecil pada kategori rendah.
Tabel 7.
Hasil Analisis Deskriptif Partisipan
Variabel |
Kategori |
Skor |
Jumlah |
Persentase |
Organizational Citizenship |
Tinggi |
>110 |
57 |
78,1% |
Behavior |
Sedang |
66 s.d. 109,5 |
16 |
21,9% |
Rendah |
<65,5 |
0 |
0 | |
Komitmen Afektif |
Tinggi |
>29,3 |
26 |
35,6% |
Sedang |
18,7 s.d. 29,2 |
47 |
64,4% | |
Rendah |
<18,6 |
0 |
0 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Pada tabel 7, diperoleh hasil bahwa partisipan dalam penelitian ini didominasi oleh partisipan dengan tingkat Organizational Citizenship Behavior yang tergolong tinggi yaitu sebanyak 57 partisipan (78,1 persen) dan juga tingkat Komitmen Afektif yang tergolong sedang yaitu sebanyak 47 partisipan (64,4 persen). Hasil uji diatas sejalan dengan hasil observasi dan wawancara bahwa karyawan PT Jababeka telah menunjukkan Organizational Citizenship Behavior selama bekerja. Namun, hasil uji diatas menunjukkan bahwa data empiris yang diperoleh dari lapangan tidak diwakili oleh subjek dari seluruh golongan, dikarenakan tidak terdapat partisipan penelitian yang memiliki tingkat komitmen afektif dan Organizational Citizenship Behavior yang tergolong rendah.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum melakukan uji normalitas. Uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa tepat alat ukur yang digunakan dalam mengukur variabel penelitian (Purnomo, 2016). Dalam penelitian ini, kuesioner dibagikan kepada 73 sampel penelitian, sehingga ditentukan besaran r tabel yaitu 0,191. Instrumen dengan nilai diatas r tabel selanjutnya dapat dinyatakan valid. Hasil uji validitas mengungkapkan bahwa
seluruh instrumen alat ukur Komitmen Afektif telah memenuhi kriteria dan dapat dinyatakan valid. Berikut merupakan hasil uji validitas alat ukur Komitmen Afektif.
Sedangkan instrumen 5 dan instrumen 11 pada alat ukur Organizational Citizenship Behavior memiliki nilai r hitung yang lebih rendah dibanding r tabel, sehingga dinyatakan tidak memenuhi kriteria dan tidak valid. Berikut merupakan hasil uji validitas alat ukur organizational Citizenship Behavior.
Tabel 8.
Hasil Uji Validitas
Variabel |
Instrumen |
Pearson Correlation |
Keterangan |
Komitmen Afektif |
X1.1 |
0,599 |
VALID |
X1.2 |
0,649 |
VALID | |
X1.3z |
0,617 |
VALID | |
X1.4 |
0,370 |
VALID | |
X1.5 |
0,775 |
VALID | |
X1.6 |
0,677 |
VALID | |
X1.7 |
0,633 |
VALID | |
X1.8 |
0,683 |
VALID | |
Sumber: Data primer diolah, 2022 | |||
Tabel 9. Hasil Uji Validitas | |||
Variabel |
Instrumen |
I Pearson Correlation |
Keterangan |
Organizational |
Y1.1 |
0,508 |
VALID |
Citizenship Behavior |
Y1.2 |
0,529 |
VALID |
Y1.3 |
0,721 |
VALID | |
Y1.4 |
0,722 |
VALID | |
Y1.5 |
0,132 |
TIDAK VALID | |
Y1.6 |
0,282 |
VALID | |
Y1.7 |
0,560 |
VALID | |
Y1.8 |
0,560 |
VALID |
Bersambung…
Lanjutan tabel 9…
Variabel |
Instrumen |
Pearson Correlation |
Keterangan |
Y1.9 |
0,308 |
VALID | |
Y1.10 |
0,577 |
VALID | |
Y1.11 |
0,120 |
TIDAK VALID | |
Y1.12 |
0,526 |
VALID | |
Y1.13 |
0,512 |
VALID | |
Y1.14 |
0,614 |
VALID | |
Y1.15 |
0,317 |
VALID | |
Y1.16 |
0,592 |
VALID | |
Y1.17 |
0,608 |
VALID | |
Y1.18 |
0,610 |
VALID | |
Y1.19 |
0,573 |
VALID | |
Y1.20 |
0,440 |
VALID | |
Y1.21 |
0,600 |
VALID | |
Y1.22 |
0,453 |
VALID | |
Y1.23 |
0,722 |
VALID | |
Y1.24 |
0,573 |
VALID |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Uji reliabilitas turut dilakukan terhadap kedua alat ukur variabel. Teknik uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu internal consistency, dengan memperhatikan Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas pada skala komitmen afektif memiliki Cronbach’s alpha sebesar 0,782. Selanjutnya, uji reliabilitas pada skala Organizational Citizenship Behavior memiliki Cronbach’s alpha sebesar 0,875. Berdasarkan tabel hasil uji reliabilitas, item ke 5 pada dimensi conscientiousness sebesar 0,071, sehingga harus dihilangkan karena hubungan item dengan skor secara keseluruhan rendah. Hasil uji reliabilitas pada dimensi civic virtue memiliki Cronbach’s alpha sebesar 0,581, Maka dari itu, butir 11 dihilangkan. Sehingga dimensi civic virtue memiliki Cronbach’s alpha sebesar 0,655. Berikut merupakan penjelasan hasil uji reliabilitas dalam bentuk tabel.
Sebelum melakukan uji korelasi, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui uji yang akan digunakan saat mengukur korelasi. Hasil menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki data yang terdistribusi dengan normal, dengan nilai p = 0,200 untuk variabel komitmen afektif, dan p = 0,076 untuk variabel Organizational Citizenship Behavior (p > 0,05). Berikut merupakan penjelasan hasil uji normalitas dalam bentuk tabel.
Tabel 10.
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel |
Jumlah Butir |
Cronbach’s Alpha (awal) |
Nomor Butir Dihapus |
Cronbach’s Alpha (akhir) |
Komitmen Afektif |
8 |
0,782 |
- |
0,782 |
Conscientiousness |
5 |
0,610 |
5 |
0,742 |
Sportsmanship |
5 |
0,743 |
- |
0,743 |
Civic Virtue |
4 |
0,581 |
11 |
0,655 |
Courtesy |
5 |
0,796 |
- |
0,796 |
Altruism |
5 |
0,812 |
- |
0,812 |
Organizational Citizenship Behavior |
21 |
0,724 |
0,875 | |
Sumber: Data primer diolah, 2022 |
Tabel 11.
Uji Normalitas Komitmen Afektif dan Organizational Citizenship Behavior
Variabel |
Asymptot Sig. 2 tailed |
Organizational Citizenship Behavior |
0,076 |
Komitmen Afektif |
0,200 |
Sumber: Data primer diolah, 2022 |
Selanjutnya, uji korelasi dilakukan. Metode uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Pearson dalam melakukan uji korelasi. Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) antara Organizational Citizenship Behavior dan komitmen afektif sebesar 0,490**, dengan signifikansi (p) sebesar 0,000 (p < 0,05), sehingga terdapat hubungan yang signifikan positif antara Organizational Citizenship Behavior dan komitmen afektif.
Penelitian dilanjutkan dengan melakukan uji asumsi klasik, yang meliputi uji linearitas dan uji heteroskedastisitas. Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan garis lurus berdasarkan nilai Dependent Variable yang diprediksi (Pallant, 2016). Berdasarkan hasil uji linearitas, diperoleh nilai Deviation from Linearity sebesar 0,117 (p > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa Komitmen Afektif dan Organizational Citizenship Behavior memiliki hubungan yang bersifat linear.
Tabel 12.
Uji Korelasi Komitmen Afektif dan Organizational Citizenship Behavior
No. Variabel |
Mean |
SD |
1 |
2 |
1 Komitmen Afektif |
3,50 |
0,49 |
1 | |
2 Organizational Citizenship Behavior |
5,46 |
0,59 |
0.490** |
1 |
**. Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed) Sumber: Data primer diolah, 2022 |
Tabel 13.
Hasil Uji Linearitas
Mean |
Sum of Squares |
df |
Mean Squares |
F |
Sig. | |
Between Groups |
(Combined) |
12.617 |
18 |
0,701 |
2.855 |
0,000 |
Linearity |
6.202 |
1 |
6,202 |
25.259 |
0,000 | |
Deviation from Linearity |
6.415 |
17 |
0,377 |
1.537 |
0,117 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk memastikan data bersifat homoskedastisitas yaitu varian yang diprediksi harus sama untuk semua skor yang diprediksi (Pallant, 2016), dengan menggunakan tabel Scatterplot. Pada grafik Scatterplot, seluruh titik terlihat tersebar pada bagian atas dan bawah. Dari hasil grafik tersebut, menunjukkan data merupakan homoscedasticity.
Scatterplot
Regression Standardized PredictedVaIue
Gambar 2. Grafik Scatter Plot
Sumber: Data primer diolah, 2022
Selanjutnya, uji regresi dilakukan guna mengetahui seberapa besar peran
Komitmen Afektif terhadap Organizational Citizenship Behavior. Dari hasil uji menunjukkan bahwa R Square sebesar 0,240 atau 24 persen (F = 22.382, p = 0,000), sehingga komitmen afektif memiliki peran positif signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior karyawan sebesar 24 persen, sedangkan 76 persen sisanya diprediksi dari variabel ketiga. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat komitmen afektif yang dimiliki oleh karyawan, maka akan semakin tinggi tingkat Organizational Citizenship Behavior, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa komitmen afektif memberikan peranan positif signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (Nilamsari, Herawati, & Prayekti 2021).
Tabel 14.
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Sederhana
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
1. Regression |
6,202 |
1 |
6,202 |
22.382 |
0,000 |
Residual |
19,675 |
71 |
0.277 | ||
Total |
25,877 |
72 | |||
Sumber: Data primer diolah, 2022 |
Tabel 15.
Hasil Besaran Peranan
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of
the Estimate
1 0,490 0,240 0,229 0,526
Sumber: Data primer diolah, 2022
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen afektif memberikan peranan dalam meningkatkan Organizational Citizenship Behavior pada karyawan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Falah et al., 2018), bahwa komitmen afektif berpengaruh secara positif terhadap Organizational Citizenship Behavior. Pangestuti (2018) turut melakukan penelitian terhadap karyawan yang bekerja di Kementerian, dengan hasil yang menunjukkan bahwa komitmen afektif memberikan pengaruh langsung terhadap Organizational Citizenship Behavior pada karyawan.
Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fala et al. (2021), dimana dalam penelitiannya terhadap karyawan tetap di Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Yogyakarta, menunjukkan bahwa komitmen afektif tidak memberikan peranan terhadap Organizational Citizenship Behavior. Saraswati dan Hakim (2019) turut melakukan penelitian yang sama, dengan hasil bahwa komitmen afektif tidak memberikan pengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior. Arestia
(2022) turut melakukan penelitian terhadap karyawan Perbankan di Pontianak, dengan hasil bahwa komitmen afektif memberikan pengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap tingkat Organizational Citizenship Behavior pada karyawan Bank Pemerintah dan Swasta. Hasil penelitian turut mengungkapkan bahwa komitmen afektif memiliki peran positif signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior karyawan sebesar 24 persen, sedangkan 76 persen sisanya diprediksi dari variabel ketiga. Penelitian terdahulu turut mengungkapkan beberapa variabel lain yang dapat berperan terhadap peningkatan Organizational Citizenship Behavior. Suci, Mas, dan Aisah (2021) mengungkapkan bahwa transformational leader pada suatu perusahaan memiliki peran yang positif dan signifikan terhadap peningkatan Organizational Citizenship Behavior. Penelitian lain turut mengungkapkan bahwa keadilan dan budaya organisasi memiliki peran yang positif dan signifikan terhadap peningkatan Organizational Citizenship Behavior (Kamil & Rivai, 2021).
Uji beda dilakukan untuk melihat perbedaan tingkat Organizational Citizenship Behavior berdasarkan data demografi partisipan. Yang pertama, uji beda dilakukan berdasarkan tingkat Organizational Citizenship Behavior berdasarkan jenis kelamin. Frekuensi dalam penelitian ini didominasi oleh partisipan dengan laki - laki (n = 67,1 persen). Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat Organizational Citizenship Behavior baik pada karyawan laki-laki dan perempuan, dengan p = 0,195 (p > 0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Allen (2006; Sanusi, Ariana, & Ariani, 2018), bahwa tingkat OCB dapat dibedakan berdasarkan gender karyawan, yang dimana karyawan laki-laki yang menunjukkan OCB akan lebih dihargai karena OCB lebih khas dilakukan oleh laki-laki. Farrell dan Finkelstein (2007; Dewi & Perdhana, 2016) yang penelitiannya menunjukkan bahwa gender mempengaruhi tingkat Organizational Citizenship Behavior, dimana perempuan lebih banyak terlibat dibandingkan laki - laki.
Tabel 16.
Hasil Uji Beda berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin |
Mean |
SD |
F |
p |
Keterangan |
Laki – Laki |
5,47 |
0.563 |
1.713 |
0,195 |
Tidak ada perbedaan |
Perempuan |
5,44 |
0.679 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Selanjutnya, uji beda dilakukan berdasarkan status karyawan untuk melihat peranan dalam tingkat Organizational Citizenship Behavior. Frekuensi dalam penelitian ini didominasi oleh partisipan dengan status karyawan tetap (n = 37; 50,7 persen). Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat peranan mengenai status karyawan, dengan p = 0,001 (p < 0,05). Dapat diketahui bahwa mean dari karyawan (5,55) lebih tinggi dibandingkan mean dari karyawan tidak tetap (5,37), sehingga dapat dinyatakan bahwa karyawan tetap memiliki tingkat Organizational Citizenship Behavior yang
lebih tinggi dibandingkan karyawan tidak tetap. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Prasetya (2017), yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat Organizational Citizenship Behavior bila ditinjau dari status.
Tabel 17.
Hasil Uji Beda berdasarkan Status Karyawan
Status |
Mean |
SD |
F |
p |
Keterangan |
Tetap |
5,55 |
0,455 |
11.204 |
0.001 |
Ada perbedaan |
Tidak Tetap |
5,37 |
0,713 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Uji beda dilakukan berdasarkan tingkat Organizational Citizenship Behavior berdasarkan usia. Frekuensi dalam penelitian didominasi partisipan dengan usia 26 sampai 35 tahun (n = 38; 52,1 persen). Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan mengenai Organizational Citizenship Behavior berdasarkan usia, dengan p = 0,096 (p > 0,05). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyani dan Zulkarnain (2017), yang menyatakan bahwa usia karyawan berpengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior, yang dimana pekerja muda memiliki energi dan semangat untuk melakukan banyak kegiatan, sehingga pekerja muda akan memiliki tingkat Organizational Citizenship Behavior yang lebih tinggi dibandingkan pekerja yang usianya lebih tua.
Tabel 18.
Hasil Uji Beda berdasarkan Usia
Usia |
Mean |
SD |
F |
p |
Keterangan |
18 – 25 |
4,87 |
0.451 |
2.056 |
0,096 |
Tidak ada perbedaan |
26 – 35 |
5,44 |
0,616 | |||
36 – 45 |
5,63 |
0,546 | |||
46 – 55 |
5,63 |
0,677 | |||
> 56 |
5,53 |
0,068 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Selain itu, uji beda dilakukan berdasarkan tingkat Organizational Citizenship Behavior berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yang dilewati oleh karyawan. Frekuensi dalam penelitian ini didominasi oleh partisipan
dengan jenjang pendidikan terakhir S1 (n = 41; 56,2 persen). Dengan hasil, bahwa tidak terdapat perbedaan mengenai tingkat Organizational Citizenship Behavior berdasarkan jenjang pendidikan, dengan nilai p = 0,117 (p > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan itu tidak akan berpengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior karyawan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Qomaruddin (2022) bahwa tingkat pendidikan memberikan pengaruh terhadap tingkat Organizational Citizenship Behavior karyawan.
Tabel 19.
Hasil Uji Beda berdasarkan Jenjang Pendidikan
Jenjang Pendidikan |
Mean |
SD |
F |
p |
Keterangan |
SLTA |
5,20 |
0,618 |
2.036 |
0,117 |
Tidak ada perbedaan |
Diploma |
5,40 |
0,629 | |||
S1 |
5,56 |
0,568 | |||
S2 |
5,75 |
0,509 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
selanjutnya, uji beda dilakukan berdasarkan jenjang jabatan karyawan. Frekuensi dalam penelitian ini didominasi oleh partisipan dengan posisi Staff dan Senior Staff (n = 53; 72,6 persen). Dengan hasil, bahwa tidak terdapat perbedaan mengenai tingkat Organizational Citizenship Behavior berdasarkan posisi, dengan nilai p = 0,091 (p > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa jenjang jabatan tidak memberikan peranan terhadap tingkat Organizational Citizenship Behavior. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Podsakoff et al. (2000; (Grego-Planer, 2019) yang mengungkapkan bahwa Organizational Citizenship Behavior berkaitan dengan pengalaman, pelatihan, pengetahuan seseorang dalam bekerja.
Tabel 20.
Hasil Uji Beda berdasarkan Jenjang Jabatan
Jenjang Jabatan |
Mean |
SD |
F |
p |
Keterangan |
Manager dan General Manager |
5,71 |
0,449 |
2.480 |
0,091 |
Tidak ada perbedaan |
Staff dan Senior Staff |
5,46 |
0,577 | |||
Operator/Teknisi/ Administrator |
5,12 |
0,773 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
Terakhir, uji beda dilakukan berdasarkan tingkat Organizational Citizenship Behavior karyawan berdasarkan lama bekerja. Frekuensi yang dominan pada penelitian ini adalah karyawan yang memiliki masa kerja
selama 6 - 15 tahun (n = 36; 49,3%). Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan mengenai masa kerja, dengan nilai p = 0,893 (p > 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa lama bekerja tidak memberikan peranan terhadap tingkat Organizational Citizenship Behavior karyawan. Hal ini didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sidin, Thamrin, dan Mahmudah (2019), dengan hasil bahwa lama bekerja tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat Organizational Citizenship Behavior karyawan. Namun, hal ini berbeda dengan pernyataan Setyawan dan Sahrah (2012), bahwa karyawan yang telah lama bekerja akan memiliki tingkat Organizational Citizenship Behavior yang lebih tinggi.
Tabel 21.
Hasil Uji Beda berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja |
Mean |
SD |
F |
p |
Keterangan |
< 5 tahun |
5,52 |
0,633 |
0.205 |
0,893 |
Tidak ada perbedaan |
6 – 15 tahun |
5,40 |
0,585 | |||
16 – 25 tahun |
5,52 |
0,096 | |||
> 25 tahun |
5,51 |
0,683 |
Sumber: Data primer diolah, 2022
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen afektif memberikan peran terhadap organizational citizenship behavior. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi komitmen yang dimiliki oleh karyawan maka karyawan akan semakin rela dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Serta variabel komitmen afektif memiliki peran peran sebesar 24 persen organizational citizenship behavior. Diperlukan adanya keterikatan karyawan secara emosional serta keterlibatan karyawan pada organisasi dalam meningkatkan organizational citizenship behavior dalam pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa partisipasi karyawan tetap dalam penelitian ini lebih mendominasi jika dibandingkan dengan karyawan tidak tetap. Hasil penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa terdapat peranan mengenai perbedaan status karyawan, sehingga hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa karyawan tetap memiliki tingkat organizational citizenship behavior yang lebih tinggi dibandingkan karyawan tidak tetap. Hasil analisis juga ditemukan bahwa sebesar 76 persen variabel organizational citizenship behavior diprediksi oleh variabel lain.
Secara teoritis, hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa karyawan pada salah satu unit PT Jababeka memiliki komitmen afektif yang tinggi sehingga karyawan memiliki organizational citizenship behavior yang baik. Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi dapat meningkatkan organizational citizenship behavior yang dimiliki oleh karyawan. Hal ini
dikarenakan karyawan dapat bersikap royal dan memberikan kemampuan yang dimilikinya secara sukarela walaupun tidak diberikan imbalan oleh perusahaan serta menjalankan tugas yang diberikan dengan baik dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam mempertahankan dan meningkatkan komitmen afektif yang dimiliki oleh karyawan, PT Jababeka dapat mempertahankan lingkungan kerja yang baik dan nyaman agar karyawan dapat merasa senang dan memiliki semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan penghargaan dan imbalan kepada karyawan yang telah mengerjakan pekerjaan dengan baik. Hal tersebut akan membuat karyawan merasa dihargai saat bekerja maupun hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya sehingga karyawan dapat memiliki tingkat komitmen afektif yang tinggi.
Karena adanya keterbatasan dari segi waktu dan keadaan, serta terbatasnya perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini, maka sampel dalam penelitian ini hanya terdapat 73 partisipan. Hal tersebut membuat hasil dari penelitian ini tidak terdapat partisipan yang memiliki organizational citizenship behavior yang rendah. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengambil sampel penelitian lebih luas dengan partisipan yang berasal dari satu perusahaan yang sama. Selain itu, penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menambahkan variabel lain yang dapat memprediksi organizational citizenship behavior. Keterbatasan lain dalam penelitian ini yaitu tidak terdapat batasan pada masa bekerja karyawan, dimana untuk mengetahui tingkat komitmen organisasi karyawan dibutuhkan minimal masa kerja tertentu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Burhannudin et al. (2019) menentukan batasan minimal masa kerja karyawan untuk mengukur komitmen organisasi yaitu minimal 1 tahun bekerja.
REFERENSI
Allen, N. J., & Meyer, J. P. (1990). The measurement and antecedents of affective, continuance, and normative commitment to the organization. Journal of Occupational Psychology, 63, 1–18.
Arestia, N. (2022). Pengaruh komitmen afektif terhadap organizational citizenship behavior pada karyawan perbankan di Pontianak. Jurnal Madani: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Dan Humaniora, 5(2), 55–64. https://doi.org/10.33753/madani.v5i2.214
Ariyani, M., & Zulkarnain, D. (2017). Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru ditinjau dari faktor demografi. Jurnal Penelitian Dan Pengukuran Psikologi, 6(2), 73–81. https://doi.org/10.21009/JPPP
Dewi, R. M., & Perdhana, M. S. (2016). Peran gender, usia, dan tingkat pendidikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Diponegoro Journal of Management, 5(2), 1–9.
Fala, H., Prayekti, & Kirana, K. C. (2021). Peran komitmen afektif, kecerdasan emosional dan dukungan organisasional terhadap organizational citizenship behavior. Jurnal Ilmian Manajemen Kesatuan, 9(1), 11–22.
Falah, B. N., Iskandar, TB. Z., & Sri, R. A. (2018). Pengaruh komitmen organisasi terhadap perilaku organizational citizenship (The effect of organizational commitment on organizational citizenship behavior). Mind Set, 9(1), 53–59.
Farisi, S., Irnawati, J., & Fahmi, M. (2020). Pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan. Jurnal Humaniora: Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi Dan Hukum, 4(1), 15–33.
Grego-Planer, D. (2019). The relationship between organizational commitment and organizational citizenship behaviors in the public and private sectors. Sustainability (Switzerland), 11(22), 1–20.
https://doi.org/10.3390/su11226395
Kamil, I., & Rivai, A. (2021). Pengaruh budaya organisasi dan keadilan organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) dengan komitmen organisasi sebagai variabel mediasi. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 6(3), 49–64.
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1991). A three-component conceptualization of organizational commitment. Human Resource Management Review, 1(1), 61–89. https://doi.org/10.1016/1053-4822(91)90011-Z
Miner, J. B. (2015). Organizational behavior 1: Essential theories of motivation and leadership (1st ed.). Routledge.
Nilamsari, A., Herawati, J., & Prayekti. (2021). Pengaruh lingkungan kerja dan komitmen afektif terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Jurnal Ekobis Dewantara, 4(1), 1–10.
Pallant, J. (2016). SPSS Survival Manual (6th ed.). McGraw-Hill House.
Pangestuti, D. C. (2018). Pengaruh persepsi dukungan organisasi, kepuasan kerja dan komitmen afektif terhadap organizational citizenship behavior. Jurnal Mitra Manajemen (JMM Online), 2(4), 366–381.
Podsakoff, N. P., Podsakoff, P. M., Mackenzie, S. B., Maynes, T. D., & Spoelma, T. M. (2014). Consequences of unit-level organizational citizenship behaviors: A review and recommendations for future research. Journal of Organizational Behavior, 35(1), 87–119.
https://doi.org/10.1002/JOB.1911
Podsakoff, P. M., MacKenzie, S. B., Moorman, R. H., & Fetter, R. (1990). Transformational leader behaviors and their effects on followers’ trust in leader, satisfaction, and organizational citizenship behaviors. The Leadership Quarterly, 1(2), 107–142. https://doi.org/10.1016/1048-
9843(90)90009-7
Purnomo, R. A. (2016). Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS. WADE GROUP.
Putri, Y. D., & Utami, H. N. (2017). Pengaruh Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap kinerja (Studi pada tenaga perawat ruang rawat rumah sakit Baptis Batu). Jurnal Administrasi Bisnis, 46(1), 27– 34.
Rahayu, N. R., & Qomaruddin, M. Y. (2022). Pengaruh tingkat pendidikan, masa kerja dan golongan kepangkatan terhadap kinerja prajurit melalui mediasi organizational citizenship behavior. Kelola: Journal of Islamic Education Management, 7(2), 163–178.
https://doi.org/10.33087/jmas.v6i2.260
Rahmawati, T., & Prasetya, A. (2017). Analisis faktor - faktor yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan tetap dan karyawan kontrak (Studi pada karyawan pizza hut Kota Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 48(1), 97–106.
Rostandi, R. M., & Senen, S. H. (2021). Pengaruh kepuasan kerja dan reward system terhadap turnover tntention. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Bisnis, 12(2), 147–154.
Sanusi, A. C., Ariana, N., & Ariani, N. M. (2018). Tingkat Organizational Citizenship Behavior (OCB) karyawan di four points seminyak. Jurnal Kepariwisataan Dan Hospitalitas, 2(1), 61–83.
Saraswati, K. D., & Hakim, G. R. U. (2019). Pengaruh komitmen organisasi terhadap organizational citizenship behavior pada dinas pendidikan Kabupaten malang. Jurnal Sains Psikologi, 8(2), 238–247.
https://doi.org/10.17977/UM023V8I22019P238
Setyawan, N. F. B., & Sahrah, A. (2012). Peningkatan organizational citizenship behavior pada karyawan melalui pelatihan kerjasama. INSIGHT, 10(1), 17–36.
Shim, D. C., & Faerman, S. (2015). Government employees’ organizational citizenship behavior: The impacts of public service motivation, organizational identification, and subjective OCB norms. International Public Management Journal, 20(4), 531–559.
https://doi.org/10.1080/10967494.2015.1037943
Sidin, A. I., Thamrin, Y., & Mahmudah, R. (2019). Pengaruh lama kerja terhadap tingkat Organizational Citizenship Behavior (OCB) perawat Suku Bugis di instalasi rawat inap rumah sakit Labuang Baji. Jurnal MKMI, 15(3), 220. https://doi.org/10.30597/mkmi.v15i3.6164
Suci, R. P., Mas, N., & Aisah, S. (2021). Peran mediasi komitmen organisasi atas pengaruh transformational leadership terhadap organizational citizenship behavior (Studi pegawai kelurahan: Wirogunan,
Tembokrejo, Sekardaung, Ddan Purworejo di Kecamatan PUrworejo Kota Pasuruan). Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen, 9(2), 234–243.
Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Alfabeta.
Syelviani, M. (2017). Pengaruh deskripsi pekerjaan terhadap kinerja pegawai negeri sipil pada kantor camat tembilahan. Journal of Economy, Business and Accounting (COSTING), 1(1), 43–55.
25
Discussion and feedback