E-Jurnal Manajemen, Vol. 11, No. 12, 2022:2020-2039

ISSN : 2302-8912


DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2022.v11.i12.p03

PENGARUH SELF-EFFICACY, RISK-TAKING, DAN LINGKUNGAN UNIVERSITAS TERHADAP NIAT

BERWIRAUSAHA MAHASISWA MANAJEMEN DI UNIVERSITAS SWASTA DI TANGERANG

Patricia1

William Saputra2

1,2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Indonesia email: [email protected]

ABSTRAK

Jumlah wirausaha di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Itu sebabnya, niat berwirausaha diperlukan agar semakin banyak orang yang memutuskan untuk menjadi wirausahawan dan dapat berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi serta menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan di Indonesia. Salah satu cara menumbuhkan niat berwirausaha adalah melalui pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-efficacy, risk-taking, dan lingkungan universitas terhadap niat berwirausaha mahasiswa manajemen. Peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan alat statistik Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner kepada 357 responden. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa self-efficacy dan lingkungan universitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Sedangkan risk-taking tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat berwirausaha di dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Self-Efficacy; Risk-Taking; Lingkungan Universitas; Niat Berwirausaha; Kewirausahaan

ABSTRACT

The number of entrepreneurs in Indonesia is still lower than other Southeast Asian countries such as Singapore, Thailand, and Malaysia. That is why, entrepreneurial intentions are needed so that more people decide to become entrepreneurs and can contribute to economic growth and provide more jobs in Indonesia. One way to foster entrepreneurial intentions is through education. This study aims to determine the effect of self-efficacy, risk-taking, and the university environment on management students' entrepreneurial intentions. Researchers used quantitative methods with statistical tools Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Data collection was carried out using a questionnaire to 357 respondents. The results of hypothesis testing show that self-efficacy and the university environment have a positive and significant effect on students' entrepreneurial intentions. Meanwhile, risk-taking does not have a significant effect on entrepreneurial intentions in this study.

Keywords: Self-Efficacy; Risk-Taking; University Environment, Entrepreneurial Intention, Entrepreneurship

PENDAHULUAN

Kewirausahaan telah diakui oleh dunia sebagai mesin untuk menghasilkan suatu aktivitas bisnis, pekerjaan, dan sebagai pembentuk kemakmuran suatu ekonomi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran terbuka Indonesia yang merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja, adalah sebesar 5,86% dari total penduduk usia kerja sebesar 209,42 juta orang. Salah satu cara untuk mengurangi pengangguran di Indonesia adalah dengan mendorong masyarakat Indonesia untuk meningkatkan niat berwirausaha. Peran wirausahawan juga memberikan dampak yang begitu signifikan bagi perekonomian suatu negara melalui output dan peranan dalam proses produksi. Kemajuan suatu negara salah satunya juga ditentukan oleh jumlah penduduk yang memiliki mental berwirausaha di negara tersebut (Pujoalwanto, B., 2014, 242). Dengan demikian kita dapat melihat peranan penting wirausaha bagi pertumbuhan dan kelangsungan perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rasio jumlah wirausaha di Indonesia masih sebesar 3,47% dari total jumlah penduduk. Jumlah ini masih kecil jika dibandingkan dengan jumlah wirausahawan negara lain di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Itu sebabnya, untuk mendorong pertumbuhan wirausaha baru sehingga tercapai jumlah ideal 3,95% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2024, Presiden menerbitkan Perpres nomor 2 tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional. Guna mendukung tujuan tersebut dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional, kementrian perindustrian terus berusaha mendorong lebih banyak orang menjadi wirausaha baru serta mengembangkan kemampuan sehingga dapat menciptakan bisnis yang berkelanjutan (wartaekonomi.co.id).

Upaya serupa juga dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendorong peningkatan ekonomi keluarga di masa pandemi dan terus mendorong tumbuhnya wirausaha baru yang memiliki karakter kewirausahaan, yaitu dengan mengadakan Pendidikan Kecakapan Kewirausahaan dan program Wirausaha Merdeka (kemendikbud.go.id). Pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan SDM yang mampu berpikir kreatif, inovatif, serta berfokus pada penciptaan nilai tambah, penyelesaian masalah, pemenuhan kebutuhan, dan bisnis yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat seorang mahasiswa berwirausaha dan akan menggunakan tiga variabel independen yaitu self-efficacy, risk-taking, dan lingkungan universitas.

Niat adalah sebuah disposisi sikap untuk melakukan sesuatu, sehingga keinginan tersebut dapat diterjemahkan dalam tindakan nyata. Dengan adanya niat, seseorang akan memberikan usaha yang maksimal untuk meraih hal yang diinginkannya. Oleh karena itu, niat dapat diinterpretasikan sebagai motivasi dasar seseorang untuk melakukan dan menciptakan sesuatu di masa yang akan datang (Baidi & Suyatno, 2018). Niat memainkan peranan yang penting dalam mengarahkan suatu tindakan. Niat merupakan hal-hal yang diasumsikan dapat menjelaskan faktor- faktor motivasi serta berdampak kuat pada tingkah laku seseorang (Handaru et al., 2014, 1051). Semakin tinggi niat seseorang, maka akan semakin tinggi juga kemungkinan orang tersebut untuk melakukan suatu tindakan (Lucky & Ibrahim, 2015).

Niat berwirausaha meurut Sarwoko (2011, 130) merupakan tendensi seseorang

untuk melakukan tindakan berwirausaha dengan menciptakan produk baru melalui peluang bisnis dan pengambilan risiko. Niat berwirausaha merupakan langkah mendasar dalam menciptakan sebuah bisnis. Kegiatan kewirausahaan dapat digambarkan sebagai proses yang dibagi dalam empat tahap. Tahap pertama, menyatakan bahwa niat untuk berwirausaha sangat penting untuk terbentuknya sebuah ide bisnis. Kedua, pemilihan ide bisnis yang harus melibatkan pilihan sebagai seorang wirausaha. Ketiga, membuat tahapan pelaksanaan perencanaan bisnis dan keempat merupakan tahap di mana bisnis baru terbentuk (Molino et al., 2018). Niat berwirausaha dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang, seperti sikap, karakter, kemauan, dan kemampuan. Faktor eksternal dapat berasal dari lingkungan keluarga, kondisi sosial-ekonomi, dan lingkungan pendidikan (Baidi & Suyatno, 2018).

Di tengah perkembangan teknologi yang begitu cepat, peserta didik tidak cukup hanya dibekali dengan kompetensi tetapi juga perlu memiliki agility dan self-efficacy. Agility merupakan kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi secara cepat terhadap perubahan atau ketika menghadapi hal-hal yang terjadi di luar rencana. Self-Efficacy (SE) menurut Bandura (1977, 1986, 1997) mengacu pada keyakinan seseorang pada kapasitasnya untuk melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Orang yang memiliki SE tinggi tidak mudah menyerah ketika menghadapi tantangan atau kesulitan dalam pekerjaannya karena hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipelajari (Santoso et al, 2018). SE merupakan faktor esensial yang dapat mempengaruhi suatu perilaku melalui suatu proses, penetapan tujuan, ekspektasi terhadap hasil, dan suatu tantangan dalam situasi tertentu (Wardana et al., 2020). Beberapa faktor yang mempengaruhi SE menurut Bandura (1986) adalah sifat tugas yang dihadapi dilihat dari tingkat kesulitan tugas yang diberikan dalam suatu situasi, insentif eksternal yang dapat berupa hadiah untuk keberhasilan yang dicapai, status atau peran individu dalam lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri, dan informasi tentang kemampuan diri di mana efikasi seseorang akan meningkat jika menerima informasi positif tentang dirinya dan sebaliknya akan menurun jika menerima informasi negatif tentang dirinya.

SE dalam berwirausaha diartikan sebagai sikap seseorang yang percaya pada diri sendiri bahwa ia akan sukses merintis dan memulai bisnis baru (Campo, 2011). Santos dan Liguori (2020) juga menedefinisikan SE dalam kewirausahaan sebagai keyakinan seseorang pada dirinya sendiri untuk berhasil dalam melakukan berbagai peran dan aktivitas yang berkaitan dengan kewirausahaan, seperti pengembangan ide bisnis, kreasi produk atau jasa baru, atau bahkan pembuatan usaha baru. SE memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha sehingga semakin tinggi kepercayaan diri seseorang akan kesuksesan dalam merintis bisnis baru, maka akan semakin tinggi pula niatnya untuk berwirausaha (Moraes, Iizuka, & Pedro, 2018; Saraih et al., 2018). Dengan adanya SE, seseorang menjadi lebih yakin dan termotivasi untuk melakukan segala upaya untuk bertahan meski ada hambatan dan kemungkinan kegagalan di masa yang akan datang (Baidi dan Suyatno, 2018; Saraih et al., 2018; Rasul, Bekun, & Akadiri, 2017). Dalam penelitian Sarwoko (2011, 133), Hidayah dan Sulaksono (2015, 233) dijelaskan juga bahwa SE memiliki pengaruh pada niat berwirausaha mahasiswa.

Semakin tinggi rasa percaya diri dan mental mahasiswa maka semakin tinggi juga peranannya untuk meningkatkan niat berwirausaha dalam dirinya.

H1: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa.

Setiap usaha yang dibangun pasti memiliki risiko. Risiko adalah tingkat ketidakpastian dan kemungkinan kerugian yang dapat terjadi dari sesuatu yang diputuskan (Yurtkoru, Acar, & Teraman, 2014). Berani mengambil risiko merupakan kemampuan aktif untuk mengejar peluang meskipun peluang tersebut mengandung risiko dan hasilnya tidak pasti (Lumpkin dan Dess dalam Hatta, 2014, 91). Risk-taking (RT) merupakan sebuah keinginan, keberanian serta prefrensi seseorang dalam mengejar peluang yang mengandung ketidakpastian serta kemungkinan untuk rugi atau gagal, yang telah diperhitungkan sebelum melakukan sesuatu, sehingga tidak mengambil resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dengan harapan mendapatkan sebuah tingkat pengembalian (Zhang et al., 2015; Herdjiono et al., 2017). Sikap ini biasanya bersifat konsisten, dan merefleksikan bagaimana seseorang mengevaluasi resiko secara umum. Preferensi pada risiko yang rendah membuat seseorang menjadi tidak terlalu tertarik untuk mengambil resiko, sebaliknya, preferensi pada resiko yang tinggi akan membuat seseorang lebih ingin mengambil resiko yang tinggi (Zhang et al., 2015).

Kecenderungan untuk menghindari ketidakpastian juga dapat menjadi salah satu alasan orang tidak mau mengambil risiko. Padahal salah satu ciri wirausaha adalah keberanian mengambil risiko. Individu yang memiliki kecenderungan mengambil risiko memiliki niat untuk berwirausaha yang lebih tinggi dibandingkan individu yang menghindari risiko (Wijaya et al., 2015, 110). Selain memperhitungkan risiko,

wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi, serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan, dan inovasi (Hidayah dan Sulaksono, 2015, 215). Pada umumnya, tingkat pengambilan risiko pada wirausahawan lebih tinggi dibandingkan non-wirausahawan. Hal ini dapat terjadi karena dalam memulai suatu bisnis, seorang wirausahawan akan menemukan ketidakpastiaan yang tinggi apakah bisnis itu akan sukses dan bertahan di masa yang akan datang (Carda et al., 2016).

Moraes, Iizuka, & Pedro (2018) dan Herdijono et al. (2017) melakukan penelitian dan mendapatkan hasil bahwa RT memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha sehingga semakin besar kemampuan seseorang untuk menerima risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan semakin besar pula keinginannya untuk memulai suatu bisnis. Hasil penelitian itu didukung juga dengan keyakinan pada teori semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula tingkat pengembalian. Hal tersebut dapat memotivasi seseorang untuk memulai suatu bisnis baru atau yang memiliki niat berwirausaha (Carda et al., 2016). Popescu et al., (2016) dalam penelitiannya mendapati bahwa usia yang lebih muda memiliki kecenderungan untuk mengambil risiko yang lebih tinggi untuk memulai suatu bisnis baru, yang membuat mereka memiliki niat berwirausaha yang lebih tinggi pula.

H2: Risk-taking berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa.

Lingkungan universitas (ENV) merupakan tempat di mana seseorang melakukan suatu aktivitas serta interaksi sosial pada proses belajar. Dalam proses belajar tersebut,

terdapat kegiatan pengajaran (interaksi, suasana pada saat melaksanakan proses belajar), penelitian (mencari data, melakukan survey atau focus group discussion), dan penjangkauan (seminar, lokakarya, inkubator bisnis, kompetisi, dan kegiatan kemahasiswaan) yang dapat mendorong seseorang untuk memiliki kesempatan untuk mempraktekkan atau menunjukkan kemampuan yang mereka miliki serta memberi pengaruh pada hasil belajar seorang mahasiswa, yang pada akhirnya dapat memunculkan kepribadian dan keinginan seseorang melakukan suatu hal, dalam hal ini niat. berwirausaha (Naibaho dan Adi, 2010, 22; Wibowo, 2016; Ilham, 2012).

Beberapa aspek kewirausahaan dapat diajarkan dalam mata kuliah-mata kuliah kewirausahaan secara konvensional yang mencakup aspek teoritis dan budaya. Namun, keterampilan serta kompetensi seperti kreativitas, inovasi, sikap proaktif, dan kecenderungan terhadap risiko adalah aspek yang belum dapat dijelaskan secara utuh oleh metode pengajaran teoritis sehingga dibutuhkan lingkungan universitas untuk mendukungnya (Fayolle & Liñán, 2014; Moraes, Iizuka, & Pedro, 2018). Itu sebabnya lingkungan dapat menjadi faktor kunci dalam memprediksi pengembangan bisnis yang sukses dan efektif.

Lingkungan dalam universitas memiliki pengaruh dengan hasil belajar yang diperoleh oleh mahasiswa. Menciptakan lingkungan belajar yang efektif sehingga mahasiswa merasa dilibatkan dan didukung merupakan sebuah langkah yang penting untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas. Penelitian yang dilakukan oleh Sánchez (2011, 250) juga menemukan bahwa program pelatihan kewirausahaan yang dilakukan di universitas berpengaruh terhadap niat berwirausaha. Pelatihan dalam kemampuan berwirausaha secara implisit memerlukan komponen inspirasional. Inspirasi inilah yang memunculkan sikap dan niat serta meningkatkan minat siswa untuk mencoba menjadi seorang wirausahawan. Selain lingkungan universitas dapat secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi niat mahasiswa untuk berwirausaha, hal yang juga mempengaruhi adalah keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dan kemampuan mahasiswa itu sendiri (Chi, Liu, & Bai, 2017).

Wibowo (2016) membagi lingkungan universitas menjadi dua, yaitu lingkungan fisik (fasilitas, sarana dan prasarana universitas) dan lingkungan sosial (interaksi dengan dosen, staf, dan mahasiswa lainnya baik dari program studi yang sama ataupun berbeda). Lingkungan sosial di universitas ini yang kemudian dapat membentuk kreativtitas, kemandirian, dan otonomi pada diri seseorang. Lebih dari itu, dengan adanya interaksi, seseorang dapat memperluas koneksi sosial dan pertemanan yang dibutuhkan ketika ia mulai merintis bisnisnya (Barral, Ribeiro, & Canever, 2018; Landini et al., 2015). Dalam penelitiannya, Ekpe dan Mat (2012) menemukan bahwa ENV melalui interaksi dalam kampus memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada niat seseorang dalam berwirausaha. Hal ini dapat terjadi karena interaksi tersebut diklaim dapat menimbulkan afeksi diri seperti kepercayaan diri, nilai dan perilaku yang dapat mempengaruhi pilihan dari individu untuk memilih berwirausaha sebagai karirnya (Ilham, 2012; Wibowo, 2016; Barral, Ribeiro, & Canever, 2018). Dengan lingkungan universitas yang positif dan mendukung, mahasiswa dapat memperdalam nilai intrinsik serta karakterisktik kewirausahaan sehingga memiliki niat berwirausaha dan berani untuk memulai bisnisnya sendiri (Baidi & Suyatno, 2018).

H3: Lingkungan universitas berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa.

Gambar 1. Model Penelitian

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kuantitatif dan menguji hipotesis untuk melihat pengaruh variabel independen, selfefficacy, risk-taking, dan lingkungan universitas terhadap variabel dependen, niat berwirausaha mahasiswa. Pengumpulan sampel menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 357 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Manajemen universitas swasta di wilayah Tangerang. Sampel ini dipilih karena mahasiswa Manajemen mendapatkan mata kuliah dan program–program, yang berhubungan dengan bisnis dan pendidikan kewirausahaan, yang dapat meningkatkan sebuah pandangan positif terhadap kewirausahaan, seperti sikap dan niat berwirausaha (Fayolle dan Liñán, 2014; Yang, 2013, 373). Seluruh indikator diukur menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial (Sugiyono, 2016, 93). Skala ini mengukur sejauh mana responden setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, dan biasanya berkisaran pada skala lima poin dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) dengan titik netral di tengah (Sekaran dan Bougie, 2021).

Alat statistik yang digunakan untuk mengevaluasi atau menguji model pengukuran (outer model) dan model struktural (inner model) adalah partial least square-structural equation model (PLS-SEM). Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan dengan tujuan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha dengan batas ukuran 0,6 (Zikmund dan Babin, 2010, 249) dan Composite Reliability dengan rule of thumb 0,7 untuk penelitian bersifat

confirmatory (Ghozali dan Latan, 2015, 75). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konvergen dan validitas diskriminan. Uji validitas konvergen dilakukan dengan menggunakan factor loading > 0,7 dan Average Variance Extracted (AVE) > 0,5 (Ghozali dan Latan, 2015, 76). Pengujian validitas diskriminan adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap variabel dengan nilai korelasi antar variabel dalam model yang biasa disebut dengan kriteria Fornell dan Larcker. Validitas diskriminan yang baik memiliki nilai akar kuadrat AVE yang lebih besar untuk tiap variabel dari korelasi antar variabel dalam model (Ghozali dan Latan, 2015, 74).

Evaluasi model struktural dapat dievaluasi dengan melihat besarnya presentase varian yaitu dengan melihat nilai R-Squared (R2) untuk konstruk laten endogen. Dengan demikian R2 dapat merepresentasikan jumlah varian dari konstruk yang dijelaskan oleh model (Ghozali dan Latan, 2015, 78). Evaluasi model juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antar variabel. Uji hipotesis dilakukan dengna melihat t-statistik dan p-value. Hipotesis didukung jika t-statistik > 1,96 dan p-value < 0,05 (Sekaran dan Bougie, 2020).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden yang diperoleh pada saat uji aktual adalah 357 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Manajemen yang terdiri dari 192 pria dan 165 wanita dengan range usia 17-24 tahun. Peminatan atau konsentrasi responden juga beragam mulai dari Kewirausahaan, Pemasaran, Bisnis Internasional, Keuangan, Sumber Daya Manusia dan ada 62 mahasiswa yang belum memilih konsentrasi. 43,69% dari responden adalah mahasiswa dengan konsentrasi Kewirausahaan dan sudah mengambil beberapa mata kuliah yang berfokus pada Kewirausahaan. Sementara 38,95% dari total responden memilih konsentrasi lainnya tetapi sudah mengambil mata kuliah Pengantar Kewirausahaan. Dari 357 responden, 81,24% nya didapati aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan universitas seperti seminar, kunjungan perusahaan, organisasi kemahasiswaan, baik sebagai peserta maupun sebagai panitia.

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yang terdiri dari selfefficacy, risk taking, dan lingkungan universitas serta satu variabel dependen yaitu niat berwirausaha mahasiswa. Variabel SE dan RT masing-masing memiliki empat indikator, variabel ENV memiliki sepuluh indikator dan variabel EI memiliki lima indikator. Total indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 23 item.

Tabel 1.

Indikator Penelitian

Variabel

Item

Sumber

Self-Efficacy (SE)

  • 1.    Saya merasa memiliki keterampilan untuk mendeteksi peluang bisnis di pasar.

  • 2.    Saya menyelesaikan tugas saya tepat waktu.

  • 3.    Secara profesional, saya menganggap diri saya jauh lebih gigih dari pada yang orang lain.

  • 4.    Saya selalu menemukan solusi kreatif untuk masalah yang saya hadapi.

Rocha dan Freitas (2014)

Moraes, Iizuka, Pedro

(2018)

Bersambung…

Tabel 1…

Variabel

Item

Sumber

1. Saya percaya dengan melakukan hutang jangka panjang, kesempatan memperoleh keuntungan akan saya dapatkan.

Schmidt dan Bohnenberger (2009)

Risk-Taking (RT)

2. Saya mengakui mengambil sebuah risiko merupakan  imbalan  untuk  kemungkinan

memperoleh keuntungan.

Rocha and Freitas (2014)

  • 3.    Keputusan saya tidak didasarkan pada zona kenyamanan saya.

  • 4.    Saya percaya bahwa terlibat dalam situasi berisiko tinggi akan menciptakan hasil yang baik.

Moraes, Iizuka, Pedro

(2018)

1. Lingkungan   universitas   membantu   saya

mengidentifikasi peluang bisnis.

Fayolle dan Liñán (2014) Diadaptasi dari Schwarz et

2. Lingkungan   universitas   mengembangkan

keterampilan  kepemimpinan   saya  dalam

pekerjaan kelompok.

al. (2009)

Lingkungan Universitas

  • 3.    Lingkungan universitas menyediakan saya tempat untuk melakukan perencanaan terhadap tugas dalam berbagai disiplin ilmu yang berguna mengembangkan  kemampuan  saya  dalam

membuat rencana.

  • 4.    Lingkungan universitas menyediakan saya tempat untuk membuat strategi terhadap tugas dalam berbagai disiplin ilmu yang berguna mengembang kan kemampuan saya dalam membuat rencana.

Moraes, Iizuka, Pedro

(2018)

(ENV)

  • 5.    Lingkungan universitas meningkatkan kreativitas saya.

  • 6.    Lingkungan     universitas     meningkatkan

kemampuan saya untuk berinovasi.

Fayolle dan Liñán (2014)

  • 7.    Lingkungan universitas telah membantu saya untuk  menganalisis  variabel  yang  dapat

mempengaruhi hasil dari sebuah masalah.

  • 8.    Lingkungan universitas membantu meningkatkan kemampuan saya untuk mengambil risiko yang sudah diperhitungkan.

  • 9.    Lingkungan universitas memberi saya beberapa hal penting berupa hubungan baik secara pribadi maupun profesional.

Moraes, Iizuka, Pedro

(2018)

  • 10.    Lingkungan universitas memotivasi saya untuk mau membuka bisnis saya sendiri.

  • 1.    Saya siap melakukan apa saja untuk menjadi wirausahawan.

  • 2.    Saya akan melakukan segala upaya untuk menciptakan perusahaan saya sendiri.

Diadaptasi dari Saaed et al. (2015)

Niat Berwirausaha (EI)

  • 3.    Seandainya saya bekerja untuk perusahaan lain, saya tidak akan pernah meninggalkan mimpi saya untuk membuka bisnis saya sendiri.

  • 4.    Pencapaian terbesar saya adalah memiliki bisnis sendiri.

Saya bermaksud memulai bisnis di tahun-tahun mendatang.

Untuk memastikan seluruh indikator dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliabel, maka dilakukanlah uji validitas dan reliabilitas menggunakan alat statistik Smart-PLS untuk membuktikan bahwa dalam penelitian yang dilakukan terdapat suatu ketelitian ilmiah. Uji validitas berkaitan dengan apakah peneliti mengukur konsep yang benar dan reliabilitas berkaitan dengan stabilitas dan konsistensi pengukuran dalam penelitian (Sekaran dan Bougie, 2021). Hasil pengujian model pengukuran dapat dilihat dari Gambar 3.

Gambar 3. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) Sumber: Olahan data menggunakan Smart-PLS, 2022

Pengujian validitas konvergen menggunakan factor loading menunjukkan bahwa seluruh indikator yang digunakan valid karena memenuhi kriteria factor loading lebih besar dari 0,7.

Tabel 2.

Hasil Uji Validitas Konvergen

Variabel

Indikator

Factor Loading

Hasil

SE1

0,820

Valid

Self-efficacy

SE2

0,723

Valid

SE3

0,826

Valid

SE4

0,782

Valid

RT1

0,679

Valid

Risk-taking

RT2

0,843

Valid

RT3

0,721

Valid

RT4

0,819

Valid

Lingkungan

ENV1

0,799

Valid

Universitas

ENV2

0,815

Valid

Bersambung…

Lanjutan Tabel 2…

Variabel

Indikator

Factor Loading

Hasil

ENV3

0,837

Valid

ENV4

0,877

Valid

ENV5

0,870

Valid

ENV6

0,868

Valid

ENV7

0,820

Valid

ENV8

0,821

Valid

ENV9

0,792

Valid

ENV10

0,808

Valid

EI1

0,846

Valid

EI2

0,850

Valid

Niat Berwirausaha

EI3

0,856

Valid

EI4

0,834

Valid

EI5

0,835

Valid

Sumber: Olahan penulis, 2022

Uji validitas konvergen terhadap masing-masing variabel yang digunakan juga dilakukan dan diperoleh hasil AVE lebih besar dari 0,5 sehingga seluruh variabel dinyatakan valid.

Tabel 3.

Hasil Uji Validitas Konvergen

Average Variance Extracted (AVE)

ENV

EI

RT SE

0.691

0.713

0.590

0.622

Sumber: Olahan penulis, 2022

Pengujian validitas diskriminan dilakukan dengan melihat dari akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model dan diperoleh hasil nilai akar kuadrat AVE lebih tinggi daripada nilai korelasi (Fornell-Larcker Criterion), sehingga dinyatakan valid. Dapat dilihat pada tabel 4, hasil akar kuadrat AVE variabel ENV, EI, RT, dan SE masing-masing sebesar 0,831, 0,844, 0,768, dan 0,789 lebih tinggi daripada nilai korelasinya sehingga dinyatakan memenuhi validitas diskriminan.

Tabel 4.

Fornell-Larcker Criterion

ENV

EI

RT

SE

ENV

0,831

EI

0,621

0,844

RT

0,464

0,371

0,768

SE

0,564

0,530

0,480

0,789

Sumber: Olahan penulis, 2022

Reliabilitas variabel diuji menggunakan Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Hasil uji reliabilitas menggunakan Smart-PLS menunjukkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini reliabel karena memenuhi kriteria Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 dan Composite Reliability lebih besar dari 0,7.

Tabel 5.

Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha

Reliabilitas

Composite Reliability

Reliabilitas

ENV

0,950

reliabel

0,957

reliabel

EI

0,899

reliabel

0,925

reliabel

RT

0,771

reliabel

0,851

reliabel

SE

0,797

reliabel

0,868

reliabel

Sumber: Olahan penulis, 2022

Setelah melakukan evaluasi model pengukuran (outer model), penelitian dilanjutkan dengan evaluasi model struktural (inner model). Pengujian model struktural dilakukan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Model struktural dapat dievaluasi dengan melihat besarnya presentase varian yaitu dengan melihat nilai R-Squared (R2) untuk konstruk laten endogen (Ghozali dan Latan, 2015, 78). R2 merepresentasikan sejumlah varian dari konstruk yang dijelaskan model. Nilai R2 dari model penelitian ini adalah 0,434, yang artinya variabel self-efficacy, risk-taking, dan lingkungan universitas mempengaruhi variabel niat berwirausaha mahasiswa sebesar 43,4% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Penelitian ini menunjukkan bahwa model prediksi variabel endogen termasuk dalam kategori moderate karena melebihi nilai dari 0,33 sesuai dengan pernyataan Chin (1998) dalam Ghozali dan Latan (2015, 81).

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menghindari turunnya daya prediksi akan sebuah variabel bebas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan sebuah variabel dapat dikatakan bebas multikolinieritas jika nilai VIF yang dihasilkan kurang dari 5 (Ghozali dan Latan 2015, 77).

Tabel 6.

Nilai VIF

Variabel

VIF

SE

1.611

RT

1.399

ENV

1.579

Sumber: Olahan Penulis, 2022

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel yang digunakan dalam penelitian dan menarik kesimpulan dari hubungan antar variabel.

Pengujian hipotesis statistik dalam permodelan PLS yang digunakan dengan menggunakan metode bootstrapping. Metode bootstrapping berfungsi untuk pengambilan sampel dari setiap indikator, data yang diambil merupakan data rata–rata yang nilainya tidak jauh berbeda dari data awal.

Gambar 2. Hubungan antara Model Pengukuran dan Model Struktural Sumber: Olahan data 357 responden menggunakan PLS-SEM, 2022

Pengaruh antar variabel dalam penelitian ini diperoleh melalui uji hipotesis dengan one-tailed t-test dan p-values (Ghozali dan Latan, 2015; Sekaran dan Bougie, 2020) dengan tingkat signifikansi 0,05. Hipotesis didukung jika nilai t-statistics atau t-value lebih besar dari 1,645 dan p-value lebih kecil dari 0,05. Tabel 7 menunjukkan bahwa ada 2 hipotesis yang didukung dan 1 hipotesis tidak didukung. Dua hipotesis yang didukung adalah H1 yang menyatakan bahwa self-efficacy berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha mahasiswa dan H3 yang menyatakan bahwa lingkungan universitas berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Sedangkan satu hipotesis yang tidak didukung adalah H2 yang menyatakan bahwa pengambilan risiko (risk-taking) berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha mahasiswa.

Tabel 7.

Hasil Uji Hipotesis

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

t-statistics (|O/STDEV|)

p-values

Hasil Uji Hipotesis

SE EI

0,252

0,252

0,061

4,111

0,000

Didukung

RT EI

0,036

0,040

0,056

0,646

0,518

Tidak Didukung

ENV EI

0,462

0,460

0,066

7,032

0,000

Didukung

Sumber: Olahan penulis, 2022

Hipotesis pertama dalam penelitian menyatakan bahwa self-efficacy berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Hasil uji H1 menunjukkan t-value sebesar 4,111 yang berarti lebih besar dari 1,645 dan p-value 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis pertama didukung. Ini berarti, semakin tinggi SE yang dimiliki seorang mahasiswa, semakin tinggi pula niatnya untuk berwirausaha.

Sesuai dengan pengertiannya, SE merupakan keyakinan seseorang untuk mencapai suatu kesuksesan dalam berwirausaha, melakukan pekerjaan atau suatu kegiatan (Chen, Grene dan Crick, 1998 dalam Rachmawan, Lizar, & Mangundjaya, 2015). Dengan demikian, jika seseorang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, ia akan memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuannya termasuk juga dalam berwirausaha. Hasil serupa juga didapat dari penelitian Moraes, Iizuka, & Pedro, 2018; Baidi dan Suyatno, 2018; Rasul, Bekun, & Akadiri, 2017; Saraih et al., 2018; Hidayah dan Sulaksono, 2015. Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir dan sudah memilih peminatan tertentu. Hal ini juga yang mungkin membuat responden memiliki rasa percaya diri yang lebih besar dan keyakinan tentang apa yang ingin mereka lakukan setelah lulus kuliah.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa risk-taking berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Hasil uji H2 menunjukkan t-value sebesar 0,646 yang berarti lebih kecil dari 1,645 dan p-value 0,518 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis kedua tidak didukung. Dengan kata lain, tinggi rendahnya sikap pengambilan risiko yang dimiliki mahasiswa tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat berwirausahanya. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa hal seperti lingkungan sosial-ekonomi mahasiswa. Orang yang datang dari latar belakang keluarga dengan tingkat ekonomi menengah atas mungkin tidak menjadikan risiko sebagai salah satu hal yang mempengaruhi atau menghambat niat mereka menjadi seorang wirausahawan. Selain itu, profil responden menunjukkan bahwa 47,89% orang yang berpartisipasi mengisi kuesioner adalah mahasiswa berumur 18-20 tahun sehingga mungkin masih belum sepenuhnya memahami atau belum dapat memperhitungkan secara detail besar kecilnya risiko itu sendiri.

Mengacu pada pengertian kewirausahaan itu sendiri menurut Schermerhorn (2013, 141) yaitu suatu kegiatan pemikiran strategis dan perilaku pengambilan risiko

yang dapat menghasilkan suatu peluang usaha baru. Jakopec et al., (2013, 290) menekankan bahwa wirausahawan pasti memiliki kecenderungan untuk percaya akan kemampuan yang dimiliki dirinya, dapat menerima suatu risiko, dan melakukan sesuatu yang berbeda serta berfokus pada suatu pencapaian. Dengan memahami pengertian dari kewirausahaan dan karakter wirausahawan tersebut, seorang yang ingin memulai, membuka, dan mengembangkan usahanya sendiri seharusnya sudah dapat menerima risiko yang ada dari keputusannya untuk menjadi seorang wirausahawan. Hal ini juga dapat menjadi salah satu kemungkinan RT tidak berpengaruh signifikan terhadap EI mahasiswa.

Wilson et al. (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dengan kepercayaan diri seseorang akan kemampuan yang dimilikinya, ia menganggap bahwa kewirausahaan adalah suatu peluang bukanlah risiko yang diambil. Ini juga dapat menjadi alasan yang menjelaskan mengapa pengambilan risiko tidak berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha. Responden bisa jadi memiliki cara pandang bahwa membuka sebuah usaha adalah sebuah kesempatan dan bukan risiko yang diambil. Ditambah dengan SE yang tinggi untuk berwirausaha, responde mungkin merasa bahwa risiko menjadi suatu hal yang layak diambil dan dapat diterima guna mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar.

Pengaruh tidak signifikan antara RT terhadap EI juga bisa terjadi karena responden belum benar-benar memahami apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang wirausaha sehingga tidak melihat risiko melakukan pinjaman jangka panjang sebagai salah satu hal yang berpotensi menjadi risiko dan mempengaruhi niat berwirausaha. Yurtkoru, Acar, & Teraman (2014) juga memperoleh hasil bahwa RT tidak berpengaruh terhadap EI, menjelaskan bahwa meskipun seseorang berani mengambil risiko, mereka tetap tidak berniat untuk berwirausaha karena kurangnya sosok wirausahawan di sekitar mereka.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ishak dan Ishak (2015, 47) juga menyebutkan bahwa kecenderungan mengambil risiko memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap niat berwirausaha. Hubungan yang tidak signifikan antara RT dengan EI mungkin terjadi karena mahasiswa sebenarnya kurang mengetahui apa yang perlu mereka miliki untuk menjadi seorang wirausaha selain produk atau jasa yang potensial untuk dijual, modal yang dibutuhkan, dan aset yang dimiliki. Selain itu, sikap toleran terhadap risiko sebenarnya tidak secara langsung berada di dalam individu, jadi situasi ini mungkin juga berpengaruh terhadap persepsi seseorang dalam melihat risiko dan akhirnya mempengaruhi pilihan mereka untuk menjadi wirausahawan.

Pengujian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa lingkungan universitas berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha mahasiswa didukung. Hal ini terlihat dari hasil uji hipotesis yang menunjukkan t-value sebesar 7,032 yang berarti lebih besar dari 1,645 dan p-value 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Niat wirausaha sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal seseorang atau yang disebut lingkungan kewirausahaan, seperti keluarga, kondisi sosial-ekonomi, dan lingkungan pendidikan (Lucky dan Ibrahim, 2015, Baidi dan Suyatno, 2018). Lingkungan kewirausahaan ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pengembangan bahkan keberlanjutan sebuah bisnis.

Lingkungan universitas dapat membentuk kreativitas, kemandirian, karakter, dan koneksi sosial yang dibutuhkan ketika seseorang hendak mulai merintis bisnisnya serta dapat mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan (Barral, Ribeiro, & Canever, 2018; Landini et al., 2015). Itu sebabnya, menciptakan lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah langkah yang penting untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Moraes, Iizuka, & Pedro (2018), Ekpe dan Mat (2012), Barral, Ribeiro, & Canever (2018), Landini et al., (2015), Fayolle dan Liñán (2014), Suharti dan Sirine (2011), Ilham (2012), dan Wibowo (2016) juga mendapati hasil serupa yang menyatakan bahwa lingkungan universitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa.

Universitas tempat responden kuliah juga memfasilitasi mahasiswanya dengan berbagai kegiatan bertajuk kewirausahaan seperti seminar, kompetisi, serta bazaar yang menjadi sarana untuk para mahasiswa melakukan validasi ide, market testing, dan analisis kompetitor. Dari 357 responden, didapati bahwa 81,24% responden secara aktif berpartisipasi dalam beragam kegiatan penunjang yang diselenggarakan universitas. Mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut akan memiliki wawasan yang lebih luas, pengalaman yang lebih banyak, dan kemampuan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang jarang atau tidak terlibat aktif di lingkungan universitas (Reason et al., 2006).

Proses belajar di universitas tidak hanya terjadi di dalam kelas tetapi juga melalui penelitian dengan observasi serta praktek di lapangan secara langsung. Aktivitas di luar kelas yang diselenggarakan di lingkungan universitas dapat menumbuhkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa berwirausaha serta membuka peluang bagi mahasiswa mendapatkan koneksi yang dapat memunculkan niat atau mendorong mereka merintis sebuah bisnis. Selain itu, pelatihan, pembinaan, pendampingan, dan dorongan dari para dosen dan alumni untuk terlibat langsung dalam kegiatan kewirausahaan di lingkungan universitas dapat juga memberikan inspirasi, motivasi, serta meningkatkan entrepreneurial self-efficacy mahasiswa, yang pada akhirnya membuat mahasiswa memiliki niat untuk berwirausaha (Rachmawan et al., 2015).

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah self-efficacy, risk-taking mendapatkan hasil bahwa self-efficacy memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Dari hasil pengujian hipotesis, diperolah bahwa selfefficacy berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepercayaan diri seseorang, semakin tinggi niatnya untuk berwirausaha. Risk-taking tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Ini artinya, pengambilan risiko disadari sebagai bagian tak terpisahkan ketika seseorang ingin membuka suatu usaha dan membuka usaha tidak semata-mata dilihat sebagai risiko tapi peluang untuk mendapatkan keuntungan atau tingkat pengembalian yang lebih besar. Lingkungan universitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha. Artinya, semakin universitas memfasilitasi, mendorong, serta memberikan ruang bagi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan terkait kewirausahaan di luar

kelas, semakin tinggi juga niat seseorang untuk memulai sebuah usaha. Mahasiswa juga memiliki kesempatan mendapatkan pengalaman dan membangun koneksi.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya mengambil sampel mahasiswa di unversitas swasta, di satu daerah, dan pada satu program studi sehingga hasil penelitian bisa berbeda jika responden berasal dari universitas negeri, di daerah yang berbeda, dan merupakan gabungan dari beberapa mahasiswa dari fakultas ataupun program studi yang berbeda juga. Selain itu, variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap niat berwirausaha hanya selfefficacy, risk-taking, dan lingkungan universitas. Penelitian selanjutnya disarankan agar dapat dilakukan pada beberapa universitas di beberapa daerah di Indonesia dengan responden dari beragam program studi. Penelitian berikut juga dapat membahas serta membandingkan antara niat berwirausaha mahasiswa universitas swasta dan universitas negeri, mahasiswa ekonomi dan non-ekonomi, serta mungkin membandingkan niat berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Selain itu, variabel independen yang mempengaruhi niat berwirausaha bisa ditambah dengan variabel lainnya seperti kondisi ekonomi, latar belakang keluarga, kemajuan teknologi, lingkungan keluarga, dan peran pemerintah.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik (2022), Agustus 2022: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,86 persen dan Rata-rata upah buruh sebesar 3,07 juta rupiah per bulan. Berita Resmi Statistik No. 82/11/Th. XXV, 7 November 2022.

Baidi, & Suyatno. (2018). Effect of Entrepreneurship Education, Self-efficacy and Need for Achievement toward Student's Entrepreneurship Intention: Case Study in Febi, Lain Surakarta, Indonesia. Journal of Entrepreneurship Education, 21(2).

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological Review, 84(2), 191-215.

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The exercise of control. New York, NY: W. H. Freeman.

Barral, M. R. M., Ribeiro, F. G., Canever, M. D. (2018). Influence of the University Environment in the Entrepreneurial Intention in Public and Private Universities. RAUSP Management Journal, 53, 122-133.

Campo, J. L. (2011). Analysis of The Influence of Self-efficacy on Entrepreneurial Intentions. Prospect, 9(2), 14-21.

Carda, A. Z., Kageyama, K., & Akai, K. (2016). Effect of Risk Attitude, Entrepreneurship Education and Self-efficacy on Entrepreneurial Intentions: A Structure Equation Model Approach to Entrepreneurship. International Review of Management and Business Research, 5(4), 1424-1433.

Catriana, E. (2021). Menkop Teten Targetkan Jumlah Wirausaha Indonesia Capai 3,9

Persen        di        Tahun        2024.        Retrieved        from

https://money.kompas.com/read/2021/11/03/181434726/menkop-teten-targetkan-jumlah-wirausaha-indonesia-capai-39-persen-di-tahun.

Chi, X., Liu, J., & Bai, Y. (2017). College environment, student involvement, and intellectual development:   evidence in China. Higher   Education.

https://doi.org/10.1007/s10734-016-0030-z

Ekpe, I., Mat, N. (2012). The Moderating Effect of Social Environment on Relationship between Entrepreneurial Orientation and Entrepreneurial Intentions of Female Students of Nigerian Universities. International Journal of Management Science and Business Research, 1(4), 1-16.

Fayolle, A., & Liñán, F. (2014). The future of research on entrepreneurial intentions.

Journal of Business Research. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2013.11.024

Fornell, C., & Larcker, D. F. (1981). Evaluating structural equation models with unobservable variables and measurement error. Journal of Marketing Research, 18(1), 39-50. http://dx.doi.org/10.2307/3150980

Ghozali, Imam & Latan, Hengky. (2015). Partial Least Squares Konsep Teknik Dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0 Untuk Penelitian Empiris. Edisi 2. Universitas Diponegoro Semarang.

Hatta, I. H. (2014). Analisis pengaruh inovasi, pengambilan resiko, otonomi, dan reaksi proaktif terhadap kapabilitas pemasaran UKM kuliner daerah di Jabodetabek. Jurnal manajemen Pemasaran, 8(2), 90-96.

Herdjiono, I., Puspa, Y. H.,  & Maulany, G. (2017). The Factors Affecting

Entrepreneurship Intention. International Journal of Entrepreneurial Knowledge, 5(2), 5-11.

Hidayah, T., & Sulaksono, H. (2015). Kompetensi kewirausahaan pribadi dan semangat kewirausahaan mahasiswa di Jember. Journal of Business & Banking, 5(2), 213236.

Ilham, M. (2012). Pengaruh Lingkungan Keluarga, Pendidikan, dan Sosial terhadap Jiwa dan Niat Kewirausahaan Mahasiswa. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ishak, KhairolAnuar and Ishak, Wan Zhalkiatul Aida (2015) Determinants of entrepreneurial intention: Evidence from UUM School of Business Management students. In: Conference on Business Management Research II (CBMR II), 22 December 2015, Star City Hotel, AlorSetar, Kedah.

Jakopec, A., Miljkovi Krecar, I., & Susanj, Z. (2013). Predictors of Entrepreneurial Intentions of Students of Economics. Studia    Psychologica.

https://doi.org/10.21909/sp.2013.04.643

Landini, F., Arrighetti, A., Caricati, L., & Monacelli, N. (2015). Entrepreneurial Intention in the Time of Crisis: A Field Study. DRUID Society, 1-37.

Liñán, F., & Chen, Y. (2009). Development and cross-cultural application of a specific instrument to measure entrepreneurial intentions. Entrepreneurship Theory and Practice, 33(3), 593-617. http://dx.doi.org/10.1111/j.1540-6520.2009.00318.x

Lucky, E. O.-I., & Ibrahim, N. A. (2015). Factors and Entreprenuerial Intention Among

Nigerian Students in UMM. Department of Business Administration and Entrepreneurship Bayero University Kano, 5(2), 87-93.

Molino, M., Dolce, V., Cortese, C. G., & Ghislieri, C. (2018). Personality and social support as determinants of entrepreneurial intention. Gender differences in Italy. PLoS ONE. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0199924

Moraes, G. H. S. M. de, Iizuka, E. S., & Pedro, M. (2018). Effects of Entrepreneurial Characteristics and University Environment on Entrepreneurial Intention. Revista de     Administração     Contemporânea.     https://doi.org/10.1590/1982-

7849rac2018170133

Naibaho, H., &Adi, F. (2010). Pengaruh Lingkungan Kampus terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa (Studi Kasus Universitas Pelita Harapan Surabaya). Jurnal Manajemen Pemasaran, 5(1), 22-26.

Popescu, C. C., Bostan, I., Robu, I.-B., Maxim, A., & Diaconu, L. (2016). An Analysis of the Determinants of Entrepreneurial Intentions among Students: A Romanian Case Study. Sustainability, 8(771), 1-22.

Pujoalwanto, Basuki. (2014). Perekonomian Indonesia: Tinjauan Historis, Teoritis, dan Empiris,Sukoharjo, Graha Ilmu, p. 245-246.

Qoyyimah, Siti. (2016). Pengaruh Efikasi Diri dan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Angakatan 2012 UIN Malang: Unversitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim.

Rachmawan, A., Lizar, A. A., & Mangundjaya, W. L. . (2015). The role of parent’s influence and self-efficacy on entrepreneurial intention. The Journal of Developing Areas. https://doi.org/10.1353/jda.2015.0157

Rasul, O., Bekun, F. V., & Akadiri, S. S. (2017). The Impact of Self-efficacy on International Student Entrepreneur Intention. International Review of Management and Marketing, 7(1), 169-174.

Rayhan, P. (2022). Wirausaha Merdeka, Sarana Mahasiswa untuk Meningkatkan Kemampuan           Wirausaha.           Retrieved           from

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/11/wirausaha-merdeka-sarana-mahasiswa-untuk-meningkatkan-kemampuan-wirausaha

Reason, R. D., Terenzini, P. T., & Domingo, R. J. (2006). First things first: Developing academic competence in the first year of college. Research in Higher Education. https://doi.org/10.1007/s11162-005-8884-4

Rocha, E. L. D. C., & Freitas, A. A. F. (2014). Evaluation of teaching entrepreneurship among university students by means of an entrepreneur profile/Avaliacao do ensino de empreendedorismo entre estudantes universitarios por meio do perfil empreendedor. RAC - Revista de Administracao Contemporanea, 18(4), 465-486.

Saeed, S., Yousafzai, S. Y., Yani-De-Soriano, M., & Muffatto, M. (2015). The role of perceived university support in the formation of students' entrepreneurial intention. Journal of Small Business Management, 53(4),  1127-1145.

http://dx.doi.org/10.1111/jsbm.12090

Sánchez, J. C. (2011). University training for entrepreneurial competencies: Its impact

on intention of venture creation. International Entrepreneurship and Management Journal, 7(2), 239-254.

Santos, S. C., & Liguori, E. W. (2020). Entrepreneurial self-efficacy and intentions: Outcome expectations as mediator and subjective norms as moderator. International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 26(3), 400– 415. https://doi.org/10.1108/IJEBR-07-2019-0436

Santoso, S., Sutedjo, B., & Oetomo, D. (2018). Influence of Motivation and Self-Efficacy on Entrepreneurial Intention to Run a Business. Expert Journal of Marketing, 6(1), 14–21.

Saputra, D. (2022). PIP: Rasio Wirausaha Indonesia Kalah dari Singapura, Kenapa? Retrieved from https://ekonomi.bisnis.com/read/20220612/9/1542654/pip-rasio-wirausaha-indonesia-kalah-dari-singapura-kenapa.

Saraih, U. N., Aris, A. Z., Mutalib, S. A., Ahmad, T. S., Abdullah, S., & Amlus, M. H. (2018). The Influence of Self-efficacy on Entrepreneurial Intention among Engineering Students. MATEC Web of Conference, 150, 1-6.

Sarwoko, E. (2011). Kajian Empiris Entrepreneur Intention Mahasiswa. Jurnal Ekonomi Bisnis.

Schermerhorn, John. R. Jr. (2013). Introduction to management, twelfth edition. Singapore: John Wiley & Sons, Inc.

Schmidt, S., & Bohnenberger, M. C. (2009). Perfil empreendedor e desempenho organizacional. Revista de Administração Contemporânea, 13(3), 450-467. Recuperado       de       http://www.scielo.br/pdf/rac/v13n3/v13n3a07.pdf.

http://dx.doi.org/10.1590/S1415- 65552009000300007

Schwarz, E. J., Wdowiak, M. A., Almer-Jarz, D. A., & Breitenecker, R. J. (2009). The effects of attitudes and perceived environment conditions on students’ entrepreneurial intent. An Austrian perspective. Education + Training, 51(4), 272291. http://dx.doi.org/10.1108/00400910910964566

Sekaran, U., dan Bougie, R. (2020). Research Methods for Business A Skill Building Approach, 8th ed. United Kingdom: John Wiley & Sons.

Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 374/sipres/A6/VII/2021.                   Retrieved                   from

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/08/kemendikbudristek-dorong-tumbuh-wirausaha-baru-melalui-pendidikan-kecakapan-wirausaha

Siregar, B. P (2022). Jumlah Wirausaha di Indonesia Masih Minim, Perekonomian Belum Ngegas. Retrieved from https://wartaekonomi.co.id/read416213/jumlah-wirausaha-di-indonesia-masih-minim-perekonomian-belum-ngegas

Suharti, L., &Sirine, H. (2011). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap niat kewirausahaan (entrepreneurial intention). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(2), 124-134.

Sulistyowati, Eny Eko., Utomo, Sugeng Hadi., Sugeng, Bambang. (2016). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Di Lingkungan Keluarga, Pembelajaran

Kewirausahaan Di Sekolah, Serta Achievement Motive Terhadap Minat Kewirausahaan Siswa SMA. Universitas Negri Malang.

Wardana, L. W., Narmaditya, B. S., Wibowo, A., Mahendra, A. M., Wibowo, N. A., Harwida, G., & Rohman, A. N. (2020). The impact of entrepreneurship education and students’ entrepreneurial mindset: the mediating role of attitude and selfefficacy. Heliyon, 6(9). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04922

Wibowo, A. (2016). Pengaruh Lingkungan Kampus, Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Humanika, 16(1), 33-57.

Wilson, F., Kickul, J., & Marlino, D. (2007). Gender, entrepreneurial self-efficacy, and entrepreneurial career intentions: Implications for entrepreneurship education. Entrepreneurship:   Theory and Practice.   https://doi.org/10.1111/j.1540-

6520.2007.00179.x

Wijaya, T., Nurhadi, N., &Kuncoro, A. M. (2015). Intensi berwirausaha mahasiswa: Perspektif pengambilan risiko. Jurnal Siasat Bisnis, 19(2), 109-123.

Yang, J. (2013). the Theory of Planned Behavior and Prediction of Entrepreneurial Intention Among Chinese Undergraduates. Social Behavior and Personality. https://doi.org/10.2224/sbp.2013.41.3.367

Yurtkoru, E. S., Acar, P., & Teraman, B. S. (2014). Willingness to Take Risk and Entrepreneurial Intention of University Students: An Empirical Study Comparing Private and State Universities. Procedia Social and Behavioral Sciences, 150, 834-840.

Zhang, P. L., Wang, D. D., & Owen C. L. (2015). A study of entrepreneurial intention of university students. Entrepreneurship Research Journal, 5(1), 1-22. Retrieved    from

https://EconPapers.repec.org/RePEc:bpj:erjour:v:5:y:2015:i:1:p:22:n:2. https://doi.org/10.1515/erj-2014-0004

Zikmund, W. G., dan Babin, B. J.(2010). Essentials of Marketing, 4th ed. United States of America: South-Western Cengage Learning.

2039