E-Jurnal Manajemen, Vol. 10, No. 1, 2021 : 41-61

ISSN : 2302-8912


DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2021.v10.i01.p03

PENGARUH MOTIVASI, PERSEPSI MAHASISWA DAN PENERAPAN E LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN

TINGGI

Ni Luh Putu Surya Astitiani1 Kadek Riyan Putra Richadinata2

Program Studi Bisnis Digital, Universitas Bali Internasional email: [email protected]

ABSTRAK

Bidang Pendidikan saat ini telah mendapat pengaruh dari perkembangan teknologi informasi secara digital dimana perkembangan teknologi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akan meningkatkan produktivitas. Teknologi informasi telah berfungsi sebagai pemasok ilmu pengetahuan. Pesatnya kemajuan teknologi ini harus diimbangi dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pengetahuan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi, persepsi mahasiswa dan penerapan E-Learning terhadap peningkatan kualitas Pendidikan tinggi di lingkungan Universitas Bali Internasional. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Bali Internasional sebanyak 120 orang dimana hasil pengumpulan data diolah menggunakan teknik analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi, persepsi mahasiswa dan penerapan E-Learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas Pendidikan tinggi di lingkungan Universitas Bali Internasional. Hal ini menunjukkan kualitas Pendidikan tinggi dapat meningkat tidak hanya dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yaitu dengan penerapan E-Learning tetapi adanya motivasi dan persepsi mahasiswa juga dapat meningkatkan kualitas Pendidikan tinggi itu sendiri.

Kata Kunci: motivasi, persepsi mahasiswa, E-Learning, kualitas Pendidikan

ABSTRACT

The field of education has now been influenced by the development of digital information technology where technological developments can improve performance and allow various activities to be carried out quickly precisely and accurately thereby increasing productivity. Information technology has served as a supplier of knowledge. The rapid advancement of technology must be balanced with efforts to improve the quality of education and knowledge. This study was conducted to determine the effect of motivation student perceptions and the application of E-Learning on improving the quality of higher education at the University of Bali International. The sample in this study were 120 students at the University of Bali International where the results of data collection were processed using Multiple Regression analysis. The results of the study prove that motivation student perceptions and the application of E-Learning have a positive and significant effect on improving the quality of higher education at the University of Bali International. This shows that the quality of higher education can increase not only influenced by technological advances namely by the application of E-Learning but the motivation and perceptions of students can also improve the quality of higher education itself.

Keywords: motivation student perceptions E-Learning quality of education

PENDAHULUAN

Bidang Pendidikan saat ini telah mendapat pengaruh dari perkembangan teknologi informasi secara digital dimana perkembangan teknologi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akan meningkatkan produktivitas. Selain itu, perkembangan teknologi informasi juga telah banyak mempengaruhi berbagai bidang kehidupan. Teknologi informasi telah berfungsi sebagai pemasok ilmu pengetahuan. Pesatnya kemajuan teknologi ini harus diimbangi dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pengetahuan. Karena itu, dengan teknologi informasi dapat digunakan untuk menciptakan SDM yang terampil dan andal. Dalam pencapaian tujuan tersebut, pemanfaatan teknologi informasi sangat ditentukan oleh ketepatan penggunaan strateginya. Informasi untuk pendidikan dan pengetahuan bisa didapatkan melalui internet yang sudah cukup lama dikenal dan juga telah banyak dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan pengetahuan di berbagai negara termasuk di Indonesia.

E-Learning memungkinkan peserta didik untuk belajar memahami proses pembelajaran secara komputerisasi di tempat masing- masing tanpa harus secara fisik bertemu face to face di kelas dengan pengajar. Melalui media E-Learning ini diharapkan para pengajar dapat mengelola materi pembelajaran, misalnya menyusun silabi, mengunggah materi, memberikan tugas kepada peserta didik, menerima pekerjaan membuat tes/ kuis, memberikan nilai, memonitoring keaktifan, mengelola nilai, berinteraksi dengan peserta didik dan sesama tim pengajar, melalui forum diskusi atau chat, dan lain-lainya. Sebaliknya peserta didik dapat memanfaatkan dengan mengakses tugas, materi pembelajaran, diskusi dengan peserta didik dan guru, melihat percakapan dan hasil belajar menurut (Anggoro, 2005). Selain itu keunggulan lainya adalah pembelajaran menggunakan E-Learning berpotensi meningkatkan pemerataan dan akses pada pendidikan di sebuah negara.

Efektifitas website ditujukan agar para pengajar dan peserta didik dapat memperoleh acuan materi belajar, dan standar soal yang menjadi acuan di berbagai sekolah. Sehingga dapat menambah dan memperkaya wawasan dalam pembuatan soal dan ujian. Implementasi penggunaan website tersebut juga harus aktual dan tepat guna untuk mendukung akses dan distribusi pengetahuan untuk kebutuhan dunia Pendidikan.

Data hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa kalangan mahasiswa merupakan pengguna internet terbesar di Indonesia dengan 89,7%, dan urutan kedua pelajar dengan 69,8% namun akses terhadap laman pendidikan masih sangat kurang. Sebuah permasalahan yang perlu untuk disikapi oleh para pendidik dengan mengarahkan mahasiswa/peserta didik untuk lebih menggunakan internet dalam ranah pendidikan. Kelas virtual atau lebih dikenal dengan ELearning, merupakan salah satu bentuk penggunaan internet yang dapat meningkatkan peran mahasiswa/peserta didik dalam E-Learning dalam Presepsi proses pembelajaran. Berbagai layanan E-Learning telah tersedia baik yang dikelola mandiri oleh institusi dengan menggunakan Learning Management System (LMS) maupun yang disediakan secara bebas oleh pihak ketiga. E-Learning

berperan untuk melengkapi kelas konvensional (secara tatap muka) bukan menggantikan kelas konvensional (Bullen, 2001). Menurut Novak (Hartanto & Purbo, 2002) dengan menggunakan E-Learning dapat meningkatkan interaktivitas dan efisiensi belajar karena memberikan mahasiswa potensi yang lebih tinggi untuk berkomunikasi lebih banyak dengan pengajar, rekan, dan mengakses lebih banyak materi pembelajaran.

Dengan kata lain, E-Learning sebenarnya bukan hanya pemanfaatan teknologi Internet yang tersebar itu, melainkan juga pengembangan dari cara baru dalam memandang peran pendidikan di kehidupan manusia. Kamarga (2002) melihat potensi E-Learning sebagai sebuah sistem yang tidak hanya terbuka tetapi juga sekaligus komunikatif dan interaktif. Keterbukaan Internet memang sebuah ciri yang paling menawan dari teknologi ini. Namun keterbukaan ini juga menghadirkan kelimpahruahan informasi yang belum tentu positif bagi kegiatan belajar-mengajar.

Konsep E-Learning disusun sebagai upaya mengimbangi risiko dari kelimpahruahan ini dengan penciptaan apa yang disebut ekologi pembelajaran learning ecology), yaitu sebuah tata lingkungan belajar yang mencampurkan sifat keberagaman dengan kolaborasi secara dinamis. Peserta didik mendapat kesempatan untuk menjadi independen (independent learner), menerima masukan pengetahuan dari mana-mana, tetapi juga memiliki kontak untuk membangun pengetahuan bersama- sama secara kolaboratif.

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai (Hartanto & Purbo, 2002). Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang dapat dibedakan menjadi dua faktor. Menurut (Rizki, 2018) motivasi belajar dapat timbul karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: (1) Faktor Fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca indera), (2) Faktor Psikologis, yaitu berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas belajar pada siswa. Faktor eksternal (yang berasal dari lingkungan) yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi: (1) Faktor NonSosial meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan 2 prasarana atau fasilitas belajar, (2) Faktor Sosial, merupakan faktor manusia (pengajar, konselor, dan orang tua).

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kebijakan pemerintah pusat untuk menerapkan system pembelajaran secara daring yang disebabkan oleh pandemic Covid-19 sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 3 tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan pada 9 Maret 2020; Surat Edaran Menteri Kesehatan No HK.02.01/MENKES/199/2020 pada 12 Maret 2020; dan Surat Edaran Sekjen Kemendikbud No 36603/A.A5/OT/2020

pada 15 Maret 2020. Kebijakan yang diambil ialah menonaktifkan kegiatan perkuliahan di lingkungan kampus untuk melakukan sterilisasi serta melakukan karantina mandiri mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan, termasuk tidak melakukan aksi pertemuan di tempat umum sekaligus menghidupkan perkuliahan dan bimbingan tesis/skripsi secara daring, maka seluruh sistem pembelajaran dilakukan secara online penuh.

Berdasarkan fenomena dan hasil kajian maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi, persepsi dan penerapan E-Learning terhadap kualitas pendidikan tinggi. Sangat penting untuk mengetahui pengaruh motivasi, persepsi dan penerapan E-Learning terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut yang meneliti dampak dari penerapan E-Learning pada peningkatan kualitas pendidikan tinggi sebagai keberlanjutan dari work from home system yang menjadi fokus saat ini.

E-Learning atau pembelajaran elektronik telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller dan Wilson, 2001). Banyak sekali istilah yang digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: Online Educational Delivery Applications (OEDA) Virtual Learning Environments (VLE) Web Learning Environments (WLE) Managed Learning Environments (MLE) atau Network Learning Environments (NLE) (Anggoro, 2005).

Dewasa ini, e-learning sedang marak di Indonesia. E-Learning merupakan pembelajaran secara elektronik dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology). ELearning sebenarnya mempunyai definisi yang sangat luas, bahkan suatu portal yang menyediakan informasi mengenai topik tertentu dapat tercakup dalam lingkup  E-Learning, misalnya portal ilmukomputer.com. Namun, istilah E

Learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah atau kampus ke dalam bentuk digital yang memanfaatkan fasilitas dari teknologi informasi yaitu internet (Anggoro, 2005). Peran internet tidak dapat dilepaskan dari penggunaan E-Learning. Menurut Elangovan (1997) , Internet adalah “a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources”. Jadi Internet pada dasarnya kumpulan informasi tersedia di komputer yang bisa diakses karena adanya jaringan yang tersedia di komputer tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat dari e- learning. Bahkan Ghirardini (2011) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam E-Learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. E-Learning mempermudah interaksi antara mahasiswa dengan bahan belajar.

Mahasiswa dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran dan kebutuhan lain untuk pengembangan diri mahasiswa. Dosen dapat menempatkan bahan ajar secara online yang dapat didownload oleh mahasiswa, dan pemberian tugas kepada mahasiswa serta pengumpulannya melalui email. Interaksi dapat juga dilakukan secara langsung antaa mahasiswa dengan dosen atau dengan sesama mahasiswa melalui

forum diskusi (misalnya mailing list, forum diskusi). Melihat kondisi di lapangan saat ini, banyak mahasiswa yang tidak berani atau malu mengungkapkan apa yang ingin diketahui atau diperdalam mengenai suatu materi yang diberikan di dalam kelas konvensional. Hal ini sangat berbeda ketika menggunakan medi diskusi melalui forum diskusi yang tidak mengandalkan kontak fisik secara langsung di antara peserta diskusi. Efek lanjutnya adalah materi yang disampaikan akan lebih mudah diserap oleh mahasiswa.

Melihat kondisi di lapangan saat ini, banyak mahasiswa yang tidak berani atau malu mengungkapkan apa yang ingin diketahui atau diperdalam mengenai suatu materi yang diberikan di dalam kelas konvensional. Hal ini sangat berbeda ketika menggunakan media diskusi melalui forum diskusi yang tidak mengandalkan kontak fisik secara langsung di antara peserta diskusi. Efek lanjutnya adalah materi yang disampaikan akan lebih mudah diserap oleh mahasiswa.

Kata persepsi berasal dari bahasa dari bahasa inggris perception yang berarti penglihatan atau tanggapan. Menurut Sutrisno (2015), “persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan dan informasi kedalam otak manusia melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan lewat panca indranya yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman”. Ayu et al. (2018), berpendapat bahwa: “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Sutrisno (2015), yang berpendapat bahwa: “persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu”.

Persepsi adalah tanggapan untuk penerimaan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca indranya (Supihati, 2014). Persepsi juga merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan antara benda yang satu dengan benda yang lainnya, mengelompokan benda- benda yang berdekatan atau serupa serta dapat memfokuskan perhatian pada suatu objek (Ayu et al. 2018).

Menurut Supihati (2014) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuly). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori Hasibuan (2008) menggunakan informasi milik sendiri. Implikasi dari perilaku tersebut adalah sekelompok investor akan mengikuti konsensus pasar pada waktu yang sama.

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, aktif pada saat-saat tertentu untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendekat/ terdesak (Yusron Rozzaid1, 2015). Akhir et al. (2020) menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan

sebagai suatu usaha agar seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Rani & Mayasari (2016) menyatakan bahwa manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Motivasi adalah suatu perubahan energi 12 di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Hendra & Handoyo (2012) fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk berbuat Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan Motivasi menentukan arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan Motivasi menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut. Ranu (2014) juga mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu: a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan 13 Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah Artinya menggerakkan perbuatan ke arah pencapaian tujuan yang di inginkan. c. Motivasi berfungsi penggerak Motivasi ini berfungsi sebagai mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan atau perbuatan. Jadi fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Lestari (2018) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu: a. Cita-cita atau aspirasi mahasiswa Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita mahasiswa untuk menjadi seseorang yang suskes akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. b. Kemampuan belajar Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Di dalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran. Mahasiswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan mahasiswa yang berpikir secara operasional (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi mahasiswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena mahasiswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya. c. Kondisi jasmani dan rohani mahasiswa Mahasiswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis. Misalnya mahasiswa yang kelihatan lesu, mengantuk mungkin juga karena malam harinya bergadang atau juga sakit. d. Kondisi lingkungan kelas Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur

yang datangnya dari luar diri mahasiswa. Lingkungan mahasiswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, kampus dan masyarakat. Jadi unsur-unsur yang mendukung atau menghambat kondisi lingkungan berasal dari ketiga lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu mahasiswa termotivasi dalam belajar. e. Unsur-unsur dinamis belajar Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. f. Upaya guru membelajarkan mahasiswa Upaya guru membelajarkan mahasiswa adalah usaha guru dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan mahasiswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian mahasiswa dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan mahasiswa tidak tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar mahasiswa menjadi melemah atau hilang.

Gambar 1. Model Konseptual

Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dipandang dari sudut faktor internal, sedangkan pengajar yang dalam hal ini adalah kompetensi pengajar merupakan faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar dipandang dari sudut faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi motivasi belajar yang akan dicapai mahasiswa. Seorang mahasiswa yang memiliki motivasi belajar akan terdorong untuk selalu belajar sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat seorang ahli yang menyebutkan bahwa “motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil”. Prestasi yang dicapai akan berdampak pula pada kualitas pendidikan tinggi tersebut (Hamalik, 2004:61).

Abdullah (2014) yang menyatakan bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi untuk menunjukkan kualitas pendidikan itu sendiri. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama disadari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Martiwi et al. (2012) mengemukakan jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Selanjutnya, para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda pada kedua jenis motivasi di atas, seperti yang dikemukakan (Rizki, 2018) bahwa menekankan pentingnya motivasi intrinsik. (Rizki, 2018) mengemukakan bahwa, menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik dan (Yusron Rozzaid1, 2015) mengemukakan bahwa kedua motivasi (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) tersebut sama pentingnya.

H1: Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi

Mahasiswa memberikan persepsi baik terhadap pelayanan kampus maupun kualitas pendidikannya maka akan menjadi daya saing tersendiri melebihi daya saing kampus yang lain. Apabila tidak demikian maka perguruan tinggi tersebut akan ditinggal oleh mahasiswannya. Peningkatan pendidikan secara terus menerus sangat penting. Semakin dengan perkembangannya, mahasiswa bukan hanya sebagai pelangan perguruan tinggi tetapi juga sebagai ujung tombak penentu dalam menilai akan kualitas dari perguruan tinggi tersebut (Sutrisno, 2015).

Jika persepsi tentang kualitas pendidikan tinggi baik maka minat mahasiswa untuk belajar semakin baik, lingkungsn teman sebaya yang baik juga akan mempengaruhi minat belajar yang akan berdampak pada kualitas pendidikan perguruan tinggi itu sendiri (Tandio & Widanaputra, 2016).

H2: Persepsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi

Penelitian oleh Moore et al. (2011) menunjukkan bahwa (1) terdapat 20 mata kuliah yang diselenggarakan dengan E-Learning oleh 7 orang dosen; (2) ELearning yang diterapkan adalah blended learning; (3) penerapan E-Learning telah melalui tahap analisis, desain dan pengembangan; (4) tahap analisis meliputi analisis karakteristik siswa dan analisis lingkungan E-Learning; (5) tahap desain dimana sebagian besar dirancang dengan pola pembelajaran online (mempelajari materi, memperdalam materi melalui forum diskusi online, menerapkan pengetahuan melalui penugasan online, dan evaluasi melalui tes online), dan pembelajaran tatap muka lebih menekankan pada diskusi mendalam, demonstrasi, studi kasus, serta praktik; (6) tahap pengembangan dosen mengembangkan materi dengan memanfaatkan materi yang telah ada; (7) implementasi blended learning menarik dan disukai oleh mahasiswa; (8) pelaksanaan E-Learning berjalan dengan

baik karena adanya komitmen yang kuat dari dosen, kefamiliaran TIK mahasiswa dan dukungan program studi; serta (9) faktor penghambat penerapan E-Learning lebih pada lemahnya dukungan kebijakan dan infrastruktur TIK yang belum memadai.

Selain itu penelitian dari Hartanto & Purbo (2002) menyatakan bahwa model pembelajaran dengan kelas virtual (E-Learning) merupakan sebuah terobosan baru dibidang pengajaran dan pembelajaran, karena mampu meminimalkan perbedaan cara mengajar dan materi, sehingga memberikan standar kulitas pembelajaran yang lebih konsisten. Sistem E-Learning adalah mutlak diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan jaman dengan dukungan teknologi informasi dimana semua menuju ke era digital, baik mekanisme maupun konten.

H3: Penerapan E-Learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berjenis kuantitatif asosiatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dokumen data empiris lapangan. Sedangkan penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2017).

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Universitas Bali Internasional Jalan Seroja Gang Jeruk No. 9A, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan penerapan dari motivasi, persepsi, dan terutama penerapan E-Learning sesuai kebijakan yang diterapkan oleh Universitas Bali Internasional untuk melakukan sistem pembelajaran secara daring.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif di lingkungan Universitas Bali Internasional.

Sugiyono (2017) mengemukakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karaketristik yang dimiliki populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2017). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 12 indikator x 10=120 responden.

Responden dalam penelitian ini harus memiliki kriteria tertentu, karakteristik dari sampel ini adalah (a) Responden adalah mahasiswa aktif di lingkungan Universitas Bali Internasional. (b) Responden adalah yang menggunakan atau pernah menggunakan E-Learning pada sistem pembelajaran.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda (multiple regression). Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen (Motivasi Belajar, Persepsi Mahasiswa, Penerapan E-Learning) terhadap variabel dependen yaitu Kualitas Pendidikan Tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan pengujian instrument penelitian yaitu uji validitas dan uji reliabilitas dengan menggunakan program Statitical Package of Sosial Science (SPSS).

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r table untuk degree of feedom d(f) = n – 2 dengan alphan 0,05. Jika r hitung lebih besar dari r table dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid. Untuk hasil analisis dapat dilihat pada output uji realibilitas pada bagian corrected item total correlation. Adapun hasil korelasi dari uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 1.

Hasil Uji Validitas Instrumen

No.

Variabel

Item Pernyataan

Korelasi Item Total

Keterangan

1

Motivasi

X1.1

0.739

Valid

X1.2

0.861

Valid

X1.3

0.811

Valid

2

Persepsi

X2.1

0.693

Valid

X2.2

0.670

Valid

X2.3

0.615

Valid

3

E-Learning

X3.1

0.811

Valid

X3.2

0.811

Valid

X3.3

0.806

Valid

4

Kualitas Pendidikan Tinggi

Y1

0.639

Valid

Y2

0.648

Valid

Y3

0.802

Valid

Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa instrumen pada setiap variabel dalam penelitian ini menunjukan hasil skor total diatas 0,05 dengan menghasilkan korelasi terbesar adalah 0,861 yaitu variabel motivasi dengan item indikator (X1.2) dan korelasi yang terkecil adalah 0,615 yaitu variabel persepsi dengan item indikator (X2.3). Hasil uji validitas secara keseluruhan indikator dinyatakan valid dan dapat dilanjutkan ke analisa berikutnya.

Pengujian reliabilitas menunjukan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila r alpha > r tabel dan suatu instrumen dikatakan reliable apabila harga korelasinya (r) ≥ 0,6 atau nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel

Cronbach’s Alpha        Keterangan

Motivasi (X1)

Persepsi (X2)

E-Learning (X3)

Kualitas Pendidikan Tinggi (Y)

0.828                   Reliabel

0.742                  Reliabel

0.819                  Reliabel

0.773                   Reliabel

Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 2 dapat dikatakan semua instrumen pada penelitian ini reliabel. Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa masing-masing nilai Cronbach’s Alpha setiap instrument lebih besar dari 0,6 sehingga dapat digunakan untuk melakukan penelitian.

Tanggapan responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 Hasil perhitungan pada Tabel 3 menunjukan hasil rata-rata dari jawaban responden mengenai variabel Motivasi.

Tabel 3.

Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Motivasi

No

Pernyataaan

1

Proporsi Jawaban Responden

5

Rata-rata

Ket

2

3

4

1.

Tekun dalam menghadapi tugas

0

0

32

103

15

3.89

Baik

2.

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

0

5

33

88

24

3.87

Baik

3.

Cepat bosan pada tugastugas rutin

Jumlah

0

7

23

100

20

3.87

3.88

Baik Baik

Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 3. dapat dikatakan bahwa pada instrumen variabel Motivasi digolongkan pada kriteria baik dengan skor rata-rata jawaban responden yang tertinggi adalah indikator (X1.1) sebesar 3.89. Dilihat dari hasil skor rata-rata jawaban responden yaitu mahasiswa Universitas Bali Internasional sebesar 3.88 maka, dapat disimpulkan bahwa Motivasi belajar mahasiswa pada Universitas Bali Internasional masih baik.

Tanggapan responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4 Hasil perhitungan pada Tabel 4 menunjukan hasil rata-rata dari jawaban responden mengenai variabel Persepsi.

Berdasarkan Tabel 4. dapat dijelaskan persepsi responden mengenai variabel persepsi adalah tergolong baik dengan skor rata-rata jawaban responden yang tertinggi adalah indikator (X2.1) sebesar 3.91 dan yang terendah adalah indikator (X2.3) sebesar 3.88. Pada Table 4 hasil skor rata-rata jawaban responden mengenai Persepsi sebesar 3.90 dapat disimpulkan bahwa Persepsi mahasiswa pada Universitas Bali Internasional masih baik.

Tabel 4.

Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Persepsi

No            Pernyataaan

Proporsi Jawaban

Responden        Rata-    Ket

rata

1. Kejelasan dalam menerima materi perkuliahan

1    2     3     4     5

0   2    30    97    21    3.91      Baik

  • 2.    Kelas yang kondusif

  • 3.    Komunikasi yang baik antara pegawai, dosen dengan mahasiswa

0   7    20   104   19   3.90     Baik

0    4    37     82   27    3.88      Baik

Jumlah

3.90     Baik

Sumber: Data diolah, 2020

Tanggapan responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil perhitungan pada Tabel 5. menunjukan hasil rata-rata dari jawaban responden mengenai variabel E-Learning.

Tabel 5.

Deskripsi Jawaban Responden Terhadap E Learning

No            Pernyataaan

Proporsi Jawaban Responden         Rata-    Ket

rata

1     2     3    4    5

1.

Sistem E-Learning menyediakan isi      0    0   59   53   38    3.86     Baik

yang sangat sesuai dengan kebutuhan perkuliahan

2.

Sistem E-Learning membantu saya       0    3   29   70   48    4.09     Baik

untuk mengontrol kemajuan pembelajaran saya

3.

Metode pengujian dalam E-Learning     0    0   95   23   32   3.58      Baik

seperti tugas mudah dipahami

Jumlah                                  3.93     Baik

Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 5. dapat dikatakan bahwa pada instrumen variabel ELearning digolongkan pada kriteria baik dengan skor rata-rata jawaban responden yang tertinggi adalah indikator (X3.2) sebesar 4.09 dan yang terendah adalah indikator (X3.3) sebesar 3.58. Dilihat dari hasil skor rata-rata jawaban responden mahasiswa sebesar 3.93 maka, dapat disimpulkan bahwa penerapan E-Learning pada Universitas Bali Internasional masih baik.

Tanggapan responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 Hasil perhitungan pada Tabel 6. menunjukan hasil rata-rata dari jawaban responden mengenai variabel Kualitas Pendidikan Tinggi.

Tabel 6.

Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi

Proporsi Jawaban

No

Pernyataaan

Responden

Rata-

Ket

rata

1

2

3

4

5

1.

Kejelasan materi perkuliahan diberikan dosen

0

13

77

56

4

3.34

Cukup

2.

Universitas menyediakan beasiswa bagi mahasiswa yang tidak mampu

0

14

86

42

8

3.29

Cukup

3.

Universitas secara terbuka

0

12

62

39

37

3.67

Baik

memberikan informasi dan pelayanan baik akademik maupun non akademik

Jumlah

3.64

Baik

Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 6. dapat dikatakan bahwa pada instrumen variabel Kualitas Pendidikan Tinggi digolongkan pada kriteria baik dengan skor rata-rata jawaban responden yang tertinggi adalah indikator (Y.3) sebesar 3.67 dan yang terendah adalah indikator (Y.2) sebesar 3.29. Dilihat dari hasil skor rata-rata jawaban responden mahasiswa sebesar 3.64 maka, dapat disimpulkan bahwa Kualitas Pendidikan Tinggi pada Universitas Bali Internasional masih baik.

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen (motivasi, persepsi, E-Learning) terhadap variabel dependen yaitu kualitas Pendidikan tinggi. Ringkasan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS tersebut pada Tabel 7. sebagai berikut:

Tabel 7.

Hasil Analisis Regresi Berganda

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficients

Collinearity Statistics

Model

B    Std. Error

Beta

t       Sig.

Tolerance

VIF

1 (Constant)

-.336       .785

-.428

.669

Motivasi

.131       .050

.127

2.636

.009

.912

1.097

Persepsi

.156       .061

.127

2.547

.012

.854

1.171

ELearning

.470       .031

.743

15.169

.000

.879

1.137

a. Dependent Variable: Kualitas_Pendidikan Sumber: Data diolah, 2020

Dari hasil Tabel 7. apabila ditulis dalam bentuk standardized dari persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

Y = 0,127 X1+ 0,127 X2+ 0,743 X3

Keterangan :

Y = Variabel Kualitas Pendidika Tinggi

  • X1 = Variabel Motivasi Belajar

  • X2 = Variabel Persepsi Mahasiswa

  • X3 = Variabel E-Learning

Hasil uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas. Adapun hasil dari uji asumsi klasik yang diolah dengan SPSS adalah sebagai berikut:

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dimana data yang berdistribusi normal jika Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (α = 5%). Adapun hasil uji normalitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 8.

Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

150

Kolmogorov-Smirnov Z            1.098

Asymp.Sig. (2-tailed)              0.179

Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 8. dapat dikatakan hasil uji berdistribusi normal, ini dilihat dari hasil uji yang menunjukan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.098 dan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,179 yang lebih besar dari nilai alpha 0,05 (α = 5%).

Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variabel eksogen yang diteliti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap residual absolut |ei|, berarti model regresi yang dilibatkan tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

Berdasarkan Tabel 9. dapat dikatakan bahwa model yang dibuat tidak mengandung gejala heteroskedastisitas, ini dilihat dari hasil uji yang menunjukan nilai Sig. dari variabel Motivasi sebesar 0.744, Persepsi sebesar 0.705 dan variabel E-Learning sebesar 0.061, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap absolut residual.

Table 9.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel

t                   Sig.

(Constant)

2.560              0.011

Motivasi (X1)

0.327               0.744

Persepsi (X2)

-0.379             0.705

E-Learning (X3)

-1.886              0.061

Sumber : Data diolah, 2020

Jika nilai tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinieritas. Adapun hasil uji multikolinieritas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Table 10.

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel

Tolerance

VIF

Motivasi (X1)

0.803

1.245

Persepsi (X2)

0.752

1.330

E-Learning (X3)

0.899

1.113

Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 10. dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi tersebut, ini dilihat dari hasil pengujian tolerance yang menunjukan seluruh variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 (10%) yaitu sebesar 0,732. Table 4.11 juga menunjukan hasil perhitungan seluruh variabel memiliki nilai VIF yang kurang dari 10 yaitu sebesar 1,366.

Hasil perhitungan parameter model regresi secara bersama-sama diperoleh pada Tabel 11. berikut ini :

Tabel 11.

Hasil Analisis Regresi Secara Bersama-sama ( Uji F

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1       Regression

270.930

3

90.310

109.509

.000a

Residual

120.404

116

.825

Total

391.333

119

Sumber: Data diolah, 2020

Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variable-variabel independent terhadap variable dependen secara simultan /(Bersama-sama). Hasil uji F dapat dilihat pada Lampiran F Tabel 11. Pengujian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai F hitung =

109.509 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama motivasi, persepsi dan E-Learning mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pendidikan tinggi Universitas Bali Internasional.

Uji t dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen (motivasi, persepsi dan E-Learning) secara individual dalam menerangkan variabel dependen (kualitas pendidikan tinggi). Hasil uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12.

Hasil Uji T (Uji Parsial

Model

t

Sig.

Collinearity Statistics

Tolerance

VIF

1      (Constant)

-.428

.669

Motivasi

2.636

.009

.912

1.097

Persepsi

2.547

.012

.854

1.171

ELearning

15.169

.000

.879

1.137

Sumber: Data diolah, 2020

Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel X1 (Motivasi) diperoleh nilai t hitung = 2.636 dengan tingkat signifikansi 0,009. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf 5%, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, maka Hipotesis pertama diterima.

Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel X2 (Persepsi) diperoleh nilai t hitung = 2.547 dengan tingkat signifikansi 0,012. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut berada di bawah taraf 5%, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, maka Hipotesis kedua diterima.

Hasil pengujian dengan SPSS diperoleh untuk variabel X3 (E-Learning) diperoleh nilai t hitung = 15.169 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut berada di bawah taraf 5%, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, maka Hipotesis ketiga diterima.

Variabel Motivasi Belajar (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi (Y) dengan nilai regresi 0,127 dan nilai t hitung = 2.636 dengan tingkat signifikansi 0,009. Variabel Persepsi Mahasiswa (X2) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi (Y) dengan nilai regresi 0,127 dan nilai t hitung = 2.547 dengan tingkat signifikansi 0,012. Variabel E-Learning (X3) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi (Y) dengan nilai regresi 0,734 nilai t hitung = 15.169 dengan tingkat signifikansi 0,000.

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13.

Hasil Koefisien Determinasi (R2

Mo del

R

R Square

Adjusted Std. Error

Change Statistics

Durbin

Watson

R Square Change

F Change df1 df2

Sig. F Chang e

R Square

of the Estimate

1

.832 a

.692

.686

.908

.692

109.509   3 146

.000

1.520

Sumber: Data diolah, 2020

Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 17 dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,692. Hal ini berarti 69,2% Kualitas Pendidikan dapat dijelaskan oleh variabel motivasi, persepsi dan E-Learning, sedangkan sisanya yaitu 30,8% Kualitas Pendidikan Tinggi dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Motivasi Belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi. Motivasi Belajar mahasiswa dapat meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi pada Universitas Bali Internasional, artinya semakin tinggi Motivasi Belajar mahasiswa maka semakin tinggi pula Kualitas Pendidikan Tinggi. Hal ini juga dibuktikan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abdullah (2014) yang menyatakan bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi untuk menunjukkan kualitas pendidikan itu sendiri. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama disadari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Martiwi et al. (2012) mengemukakan jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Selanjutnya, para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda pada kedua jenis motivasi di atas, seperti yang dikemukakan (Rizki, 2018) bahwa menekankan pentingnya motivasi intrinsik. (Rizki, 2018) mengemukakan bahwa, menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik dan (Yusron Rozzaid1, 2015) mengemukakan bahwa kedua motivasi (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) tersebut sama pentingnya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Persepsi Mahasiswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi. Persepsi Mahasiswa mengenai Universitas Bali Internasional dapat meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi pada Universitas Bali Internasional, artinya semakin baik Persepsi Mahasiswa maka semakin baik pula Kualitas Pendidikan Tinggi pada Universitas Bali Internasional. Penelitian ini membuktikan penelitian sebelumnya dimana Jika persepsi tentang kualitas pendidikan tinggi baik maka minat mahasiswa untuk belajar semakin baik, lingkungsn teman sebaya yang baik juga akan mempengaruhi minat belajar yang akan berdampak pada kualitas pendidikan perguruan tinggi itu sendiri (Sutrisno, 2015).

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan E-Learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Pendidikan Tinggi. Penerapan E-Learning yang dilakukan Universitas Bali Internasional dapat meningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi, artinya semakin baik penerapan E-Learning maka semakin meningkat Kualitas Pendidikan Tinggi pada Universitas Bali Internasional. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya dimana menurut penelitian oleh Moore et al. (2011) menunjukkan bahwa (1) terdapat 20 mata kuliah yang diselenggarakan dengan E-Learning oleh 7 orang dosen; (2) E-Learning yang diterapkan adalah blended learning; (3) penerapan E-Learning telah melalui tahap analisis, desain dan pengembangan; (4) tahap analisis meliputi analisis karakteristik siswa dan analisis lingkungan E-Learning; (5) tahap desain dimana sebagian besar dirancang dengan pola pembelajaran online (mempelajari materi, memperdalam materi melalui forum diskusi online, menerapkan pengetahuan melalui penugasan online, dan evaluasi melalui tes online), dan pembelajaran tatap muka lebih menekankan pada diskusi mendalam, demonstrasi, studi kasus, serta praktik; (6) tahap pengembangan dosen mengembangkan materi dengan memanfaatkan materi yang telah ada; (7) implementasi blended learning menarik dan disukai oleh mahasiswa; (8) pelaksanaan E-Learning berjalan dengan baik karena adanya komitmen yang kuat dari dosen, kefamiliaran TIK mahasiswa dan dukungan program studi; serta (9) faktor penghambat penerapan E-Learning lebih pada lemahnya dukungan kebijakan dan infrastruktur TIK yang belum memadai.

Selain itu penelitian dari Hartanto & Purbo (2002) menyatakan bahwa model pembelajaran dengan kelas virtual (E-Learning) merupakan sebuah terobosan baru dibidang pengajaran dan pembelajaran, karena mampu meminimalkan perbedaan cara mengajar dan materi, sehingga memberikan standar kulitas pembelajaran yang lebih konsisten. Sistem E-Learning adalah mutlak diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan jaman dengan dukungan teknologi informasi dimana semua menuju ke era digital, baik mekanisme maupun konten.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa simpulan yaitu, motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pendidikan tinggi artinya semakin baik motivasi belajar mahasiswa maka semakin meningkat kualitas pendidikan tinggi Universitas Bali Internasional.

Persepsi mahasiswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pendidikan tinggi artinya semakin baik persepsi mahasiswa maka semakin meningkat kualitas pendidikan tinggi Universitas Bali Internasional. Penerapan ELearning berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pendidikan tinggi artinya semakin baik penerapan E-Learning maka semakin meningkat kualitas pendidikan tinggi Universitas Bali Internasional. Berdasarkan hasil simpulan, maka saran yang dapat diberikan kepada pihak Universitas dimana perlu adanya sosialisasi dari pihak Universitas terutama terkait arti pentingnya kualitas pendidikan tinggi yang dapat memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa karena akan berdampak pada kualitas Pendidikan Universitas Bali Internasional. Universitas dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui revisi kurikulum sesuai dengan output yang diharapkan. Selain kualitas kurikulum, fasilitas dan suasana lingkungan dapat ditingkatkan agar persepsi mahasiswa tetap positif mengenai kualitas pendidikan terutama pada Universitas Bali Internasional. E-Learning merupakan salah satu alternatif media pembelajaran interaktif yang mengembangkan sikap aktif, mandiri dan kreatif, maka sebaiknya media pembelajaran ini dapat digunakan untuk setiap materi TIK maupun mata pelajaran yang lain. Persiapan format penilaian keaktifan siswa juga sangat ditekankan demi menghasilkan data yang lengkap.

REFERENSI

Abdullah, M. M. (2014). Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan. In Perpustakaan Nasional RI.

Akhir, L. T., Ekonomi, F., Bisnis, D. A. N., Manajemen, P. S., & Pertamina, U. (2020). Pengaruh jam kerja fleksibel dan motivasi kerja terhadap work-life balance pada pengemudi gojek di jakarta.

Anggoro, W. B. (2005). Penerapan E-Learning sebagai Langkah Universitas Islam Indonesia Meningkatkan Kualitas dan Efektivitas Penyelenggaraan Pendidikan Konvensional. Lomba Karya Tulis Ilmiah.

Ayu, I., Martini, O., Ekonomi, F., Pendidikan, U., & Undiknas, N. (2018). Trust Memediasi Hubungan Persepsi User Dan Komitmen Outsourcing. 3(2), 145– 155.

Bullen, M. (2001). E-Learning and the Internationalization Education. Malaysian Journal of Educational Technology, 1(1), 37–46.

Elangovan, T. (1997). Internet Based On-line Teaching Application with Learning Space. In The International Symposium on Distance Education and Open Learning. Bali, Indonesia: MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP dan UNESCO.

Ghirardini, B. (2011). E-learning methodologies: A guide for designing and developing e-learning courses. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). https://doi.org/I2516E/1/11.11

Hartanto, A. A., & Purbo, O. W. (2002). Teknologi E-Learning Berbasis PHP dan MySQL. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Hasibuan, M. S. P. (2008). Organisasi & Motivasi. Dasar Peningkatan Produktivitas. In Pagar Alam.

Hendra, H. I., & Handoyo, D. S. (2012). Hubungan Kepuasan Kerja dengan Motivasi Kerja Pada Karyawan. 2(2), 1–5.

Kamarga, H. (2002). Belajar Sejarah melalui E-Learning: Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.

Lestari, H. A. (2018). Artikel ilmiah. Artikel Ilmiah, 1(1), 1–21.

Martiwi, R. T., Triyono, & Mardalis, A. (2012). Faktor-Faktor Penentu Yang Mempengaruhi Loyalitas Kerja Karyawan. Daya Saing Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 13(1), 44–52.

Moore, J. L., Dickson-Deane, C., & Galyen, K. (2011). E-Learning, online learning, and distance learning environments: Are they the same? Internet and Higher Education. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2010.10.001

Rani, I. H., & Mayasari, M. (2016). Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderasi. Penilain Kinerja. https://doi.org/S0168-3659(05)00367-6 [pii] 10.1016/j.jconrel.2005.08.005

Ranu, E. (2014). Stres kerja, motivasi kerja, dengan dukungan sosial sebagai variabel moderator. Jurnal Ilmu Manajemen, 2(2), 600–612.

Rizki, C. P. (2018). Pengaruh Motivasi Investasi dan Pengetahuan Investasi terhadap Minat Investasi di Pasar Modal pada Mahasiswa FE UNY. UNY.

Sanderson, P. E. (2002). E-Learning: strategies for delivering knowledge in the digital age. The Internet and Higher Education. https://doi.org/10.1016/s1096-7516(02)00082-9

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi dan R&DSugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi dan R&D). In Metodelogi Penelitian.). In Metodelogi Penelitian.

Supihati, S. (2014). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Perusahaan Sari Jati Di Sragen. Jurnal Paradigma Universitas Islam Batik Surakarta, 12(01), 115677.

Sutrisno, W. (2015). Pengaruh Persepsi Karyawan Tentang Keadilan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Perusahaan X. Teknoin, 21(4). https://doi.org/10.20885/teknoin.vol21.iss4.art9

Tandio, T., & Widanaputra, A. . G. . (2016). Pengaruh Pelatihan Pasar Modal Return Persepsi Risiko Gender dan Kemajuan Teknologi pada Minat Investasi Mahasiswa. Universitas Udayana.

Yusron Rozzaid1, T. H. dan A. M. D. (2015). Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. ..Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia, 1(2), 201–220.

61