E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 1, 2020 : 199-217

ISSN : 2302-8912


DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2020.v09.i01.p11

PERAN BRAND IMAGE DALAM MEMEDIASI PENGARUH SPONSORSHIP TERHADAP NIAT BELI ULANG

I Putu Yogi Arta Wiguna1

I Wayan Santika2

1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran brand image dalam memediasi pengaruh sponsorship terhadap niat beli ulang. Penelitian ini dilakukan di Old Man’s Café Canggu Bali. Populasi penelitian ini adalah pengunjung yang mengkonsumsi minuman X lebih dari satu kali dengan sampel berjumlah 100 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah Teknik analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkah bahwa Sponsorship berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand image minuman X di Old Man’s Bar in Canggu. Sponsorship berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang minuman X di Old’s Man Bar in Canggu. Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang minuman X Old Man’s Bar in Canggu. Brand image secara signifikan memediasi hubungan antara variabel sponsorship dan niat beli ulang.

Kata kunci: brand image, sponsorship, niat beli ulang

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the role of brand image in mediating the effect of sponsorship on repurchase intention. This research was conducted at Old Man’s Café Canggu Bali. The study population was visitors who consumed X drinks more than once with a sample of 100 respondents. The analysis technique used is path analysis technique. The results of the study indicate that Sponsorship has a positive and significant effect on X brand drinks at Old Man’s Bar in Canggu. Sponsorship has a positive and significant effect on the intention to repurchase drink X at Old’s Man Bar in Canggu. Brand image has a positive and significant effect on the intention to repurchase drinks X Old Man’s Bar in Canggu Brand image significantly mediates the relationship between sponsorship variables and repurchase intention. Keywords: brand image, sponsorship, repurchase intention

PENDAHULUAN

Dunia industri berubah semakin pesat yang membawa konsekuensi pada peningkatan persaingan antar perusahaan dan tingkat harapan konsumen (Chrisandi, 2014). Salah satu atribut yang sulit ditiru di tengah ketatnya persaingan bisnis adalah Brand image. Brand image yaitu kepercayaan yang dimiliki konsumen terhadap suatu brand pada produk yang diterapkan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan dan dapat berdampak pada pengaruh pembeda yang melekat pada produk yang dihasilkan. Brand image pada perusahaan atau produk yang cenderung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan persepsi pelanggan. Perusahaan juga akan lebih mudah menempatkan posisi produk untuk mudah diingat di benak konsumen.

Brand image menjadi salah satu kata yang paling populer yang digunakan oleh publikasi bisnis serta dihubungkan dengan produk, proses dan strategi bisnis dan perkembangan industri produk sangat dipengaruhi oleh brand image, misalnya pada segmentasi pasar untuk industri minuman di Indonesia sendiri dapat dibagi ke dalam lima segmen yaitu: segmen minuman mineral yang dikuasai oleh Aqua, segmen minuman teh dalam kemasan yang dikuasai oleh Sosro, segmen minuman bersoda yang dukuasai oleh Coca - Cola dan segmen minuman jenis lain-lain yang dikuasai oleh ABC serta minuman beralkohol rendah dikuasai oleh X (http:/www.topbrandaward.com). Industri minuman beralkohol rendah untuk saat ini yang menjadi pangsa pasar tertinggi industri bir adalah X, berikut ini adalah data top brand award minuman berkadar alkohol rendah di Indonesia yang dikutip dari data topbrandaward.com yang di sajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1.

Data Market Share Minuman Beralkohol Rendah Top Brand Award Indek Indonesia Periode 2016 – 2018

Brand

2016

2017

2018

Persentase

TOP

Persentase

TOP

Persentase

TOP

X

69.9

TOP I

68.9

TOP I

68.5

TOP I

Anker Bir

13.8

TOP II

15.8

TOP II

17.6

TOP II

Guinness

4.0

3.7

3.5

Mix Max

-

-

2.6

Carlsberg

-

-

1.9

Heineken

4.1

6.4

1.7

Sumber: http:/www.topbrandaward.com, 2018

Tabel 1. Menunjukkan bahwa minuman X selalu menempati peringkat pertama pada data market share minuman beralkohol rendah top brand award indek Indonesia periode 2016 – 2018. Tahun 2016 X mendapatkan jumlah konsumen sebesar 69.9 persentase dan pada Tahun 2017 dengan jumlah 68.9 persentase hingga 2018 mengalami fluktuasi menjadi 68.5 persentase X selalu berada di posisi pertama pada data market share minuman beralkohol rendah top brand award indek Indonesia dari Tahun 2016 hingga Tahun 2018, sedangkan pesaing yang merupakan Anker Beer selalu menempati posisi kedua dari Tahun 2016 hingga Tahun 2018 mengalami jumlah peningkatan dimana pada Tahun 2016 Anker Beer mendapatkan 13.8 persentase dan di Tahun 2017 meningkat menjadi 15.8 persentase begitu juga pada Tahun 2018 menjadi 17.6 persentase. Ini menunjukkan bahwa Anker Beer

mengalami peningkatan jumlah konsumen setiap tahunnya sedangkan pesaingnya X setiap tahunnya mengalami penurunan jumlah konsumen. Guinness selalu menempati posisi ketiga dari top brand award dari Tahun 2016 sampai 2018 sedangkan pesaing dari Heineken di Tahun 2016 hingga Tahun 2017 mengalami peningkatan jumlah dan di Tahun 2018 Heineken mengalami penurunan jumlah yang sangat pesat yaitu pada Tahun 2017 dengan jumlah 6.4 persentase, Tahun 2018 persentase tersebut menurun menjadi 1.7 persentase. Hal tersebut dikarenakan pada Tahun 2018 adanya pesaing baru yang muncul pada top brand award minuman beralkohol rendah yaitu Mix Max dan Carlsberg kedua pesaing baru itu mampu merebut 4.4 persentase pangsa pasar minuman beralkohol rendah di Tahun 2018.

Banyaknya aspek yang mempengaruhi brand image oleh suatu perusahaan selalu berusaha menanamkan produknya di benak konsumen, image yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan image yang buruk akan merugikan organisasi (Ningrum & Nurcahya, 2014). Brand image sering digunakan sebagai isyarat ketika konsumen mengevaluasi produk sebelum membeli (Wang & Tsai, 2014). Brand image atau citra merek mempunyai ciri - ciri yang membedakan produk yang satu dengan yang lainnya, walaupun sejenis. (Dewa, 2009). Menyatakan bahwa brand menjadi sebuah kontrak kepercayaan (a contract of trust) antara perusahaan dan konsumen karena menjamin adanya konsistensi bahwa sebuah produk akan selalu dapat menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen darinya. Pemberian brand yang unik dan kreatif sehingga membangun brand image yang positif juga merupakan salah satu strategi untuk bersaing. Sangadji & Sopiah (2013) menyatakan bahwa brand image adalah seperangkat asosiasi unik diciptakan atau di pelihara oleh pemasar. Dewa (2009) menambahkan suatu brand image dibangun dengan menciptakan image dari suatu produk. Konsumen bersedia membayar lebih tinggi dan menganggapnya berbeda karena suatu brand ini dipersepsikan memancarkan asosiasi dan image tertentu. (Sangadji & Sopiah, 2013). Bahwa brand image dapat positif maupun negatif, tergantung pada persepsi seseorang terhadap brand. Permintaan akan sebuah produk barang yang semakin berkualitas membuat perusahaan yang bergerak diberbagai bidang usaha saling meningkatkan dan mempertahankan brand image produk yang mereka miliki. Untuk membangun brand yang baik, tidak sedikit perusahaan yang menjalini kerjasama sponsorship dengan berbagai event dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik produk yang di pasarkan oleh suatu perusahaan dan tentunya perusahaan bertujuan untuk memasarkan produknya dan membangkitkan niat beli ulang dari konsumen melalui sponsorship dan juga brand image.

Meskipun jumlah pesaing yang menjual minuman beralkohol rendah di Bali mengindikasikan bahwa ada persaingan ketat antara penyedia minuman berkadar alkohol rendah untuk merebut pangsa pasar di restoran dan bar yang menyediakan minuman beralkohol rendah dan X juga menjalin kerjasama sponsorship dengan berbagai event nasional ataupun internasional. Pada penelitian ini memilih lokasi penelitian di Old Man’s Bar in Canggu yang berlokasi di Jl. Batu Bolong Bech Canggu, Kabupaten Badung – Bali. Dipilihnya Old Man’s di karenakan Old Man’s merupakan salah satu restoran yang yang sering mengadakan event musik dan event

lainnya baik nasional ataupun Internasional yang dimana acara tersebut juga termasuk salah satu yang disponsori oleh minuman X. Selain itu Old Man’s juga merupakan lokasi untuk bersantai setelah puas berselancar dan main di pantai seharian. Bisa dibilang Old Man’s merupakan tempat nongkrong yang populer di kalangan mahasiswa maupun wisatawan yang ingin mencari tempat wisata bersantai di pinggir pantai sambil menikmati minuman Bir dan juga mendengarkan alunan musik yang dimainkan di Old Man’s di Daerah Canggu, Kabupaten. Badung.

Tabel 2.

Old Man’s Bar in Canggu Data penjualan X Periode 2013 – 2017

No

Tahun             Mili Liter         persentase pertumbuhan

1

2

3

4

5

2013               59.100.000                    + 3.61

2014               96.920.000                    + 2.84

2015               41.280.000                     - 4.77

2016               43.656.000                    + 4.58

2017               40.092.000                     - 4.86

Jumlah

281.048.000

Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa data penjualan minuman X di Old man”s Bar in Canggu tiap Tahun selalu mengalami fluktuasi dilihat dari Tahun 2013 data penjualan menunjukan jumlah penjualan permililiternya sebanyak 59.100 juta mililiter dan pada Tahun 2014 data penjualan menunjukan peningkatan yang sangat pesat menjadi 96.920 juta milliliter dan Tahun 2015 data penjualan menunjukan penurunan sebanyak 4.77 persentase sedangkan pada Tahun 2016 penjualan meningkat permililiternya menjadi 43.656 juta mililiter sedangkan pada Tahun 2017 data penjualan minuman X di Old Man’s Bar in Canggu kembali mengalami penurunan sebanyak 4.86 persentase. Berdasarkan data penjualan tiap tahunnya di Old Man’s Bar in Canggu selalu mengalami ketidakstabilan.

Pra survei yang dilakukan terhadap 20 orang di Kabupaten Badung yang pernah berkunjung di Old Man’s Bar in Canggu mengenai produk yang lebih diminati antara X dan Heineken, menemukan hasil bahwa 12 dari 20 orang lebih meminati Heineken berbanding 8 orang yang lebih memilih X. Hal tersebut berarti PT. X Tbk harus lebih memperhatikan pesaing terdekat. PT. X tidak segera mengambil langkah antisipasi dengan meningkatkan kualitas peoduk dan menjaga kualitas produk yang setara kadar alkohol dan kehigienisan kedua produk tersebut maka lambat laun penjualan X akan disusul. Oleh karena itu PT. X harus memperhatikan strategi yang dilakukan oleh pesaingnya. Strategi pemasaran yang digunakan PT. X mempertahankan citra dari minuman X sebagai penguasa pangsa pasar penjualan minuman berkadar alkohol rendah yaitu dengan melakukan sponsorship terhadap berbagai event besar sebagai upaya memperkenalkan produk ke masyarakat. Olkkonen (2014) mendefinisikan sponsorship sebagai hubungan bisnis yang saling menguntungkan antara sponsor dan pihak yang disponsori, terdapat dua manfaat dari sponsor. Pertama, sponsorship dapat berkontribusi atas kesadaran masyarakat terhadap produk atau image perusahaan. Kedua, hubungan

stakeholder dapat dibangun dan dikembangkan melalui sponsorship yang menjadi hasil penting dari berbagai pemangku kepentingan setelah menghadiri acara yang disponsori. Sponsorship yang telah dilakukan oleh perusahaan X di Kabupaten Badung adalah acara yang dilakukan oleh para kaula muda kususnya yang berusia diatas 18 Tahun seperti basar yang dilakukan oleh kaula muda di Daerah Badung setempat. Tentunya ini akan menjadi dampak positif bagi pemasaran perusahaan dalam memperkenalkan produk baru mereka pada event tersebut. Semua hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membangun, memperkuat, dan mempertahankan citra merek. Perusahaan yang terlibat dalam sponsorship harus yakin pada efektifitas investasi mereka (Woisetschlager, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2008) mendapatkan hasil bahwa sponsorship menunjukkan efek positif dan signifikan dimana sponsorship menjadi stimulus pada citra merek dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan responden yang berbeda–beda dari waktu ke waktu mendapatkan hasil, efek sponsorship pada tingkat individu dari waktu ke waktu tetap tidak jelas. Studi eksperimental tentang efek sponsorship menunjukkan terdapat keselarasan antara sponsor dan acara yang disponsori. Jalilvand (2012) mengungkapkan merek yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan pada produk atau jasa yang dibeli dan memungkinkan mereka untuk lebih memvisualisasikan dan memahami faktor – faktor yang tak berwujud. Brand image sering digunakan sebagai isyarat ekstrinsik ketika konsumen mengevaluasi produk sebelum membeli (Wang & Tsai, 2014). Pada saat perusahaan menjalin kerjasama sponsorship, tentunya perusahaan bertujuan untuk memasarkan produknya dan membangkitkan niat beli ulang dari konsumen, sponsorship juga dapat mempengaruhi niat beli ulang individu maupun kelompok.

Niat pembelian ulang ialah: “repurchase intentions reflects whether we anticipate buying the same brand again”, artinya niat pembelian ulang merefleksikan atau mencerminkan apakah konsumen akan membeli merek yang sama di masa yang akan dating (Aldan, 2012). Perilaku pembelian ulang seringkali dihubungkan dengan brand image dan loyalitas. Minat beli ulang konsumen diperoleh dari suatu proses belajar, proses pemikiran yang akan membentuk suatu persepsi sebelum konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Niat pembelian ulang ini membuat konsumen termotivasi hingga terekam dalam benaknya sampai menjadi suatu keinginan yang sangat kuat dan pada akhirnya konsumen harus memenuhi kebutuhannya dan membeli kembali produk yang sama (Rahma, 2007).

Teori niat beli ulang menurut Kotler & Keller (2009) mengatakan bahwa perilaku konsumen menentukan niat beli konsumen. Pemasaran perlu memusatkan perhatian pada niat beli konsumen. Proses pembelian oleh konsumen merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilalui konsumen. Kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Maka dengan konsumen memiliki kesadaran yang besar terhadap lingkungan, konsumen tersebut akan memiliki sikap yang positif pula terhadap niat beli ulang produk hijau minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespon positif terhadap brand image suatu perusahaan dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut. Das

(2014) mendefinisikan minat beli ulang sebagai bentuk responden positif yang ditunjukan konsumen terhadap suatu produk setelah melakukan evaluasi keseluruhan terhadap produk tersebut dan tujuan yang dimilikinya dimasa mendatang.

Banyaknya jumlah pesaing minuman berkadar alkohol rendah di Bali mengindikasikan adanya tingkat persaingan yang semakin ketat antar produsen minuman berkadar alkohol rendah. Melihat fenomena tersebut para produsen berkadar alkohol rendah perlu menyadari pentingnya penyampaian pesan atau sponsorship. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi niat beli ulang konsumen diantaranya brand image dan sponsorship. Berdasarkan pada penelitian serta studi–studi yang telah dipaparkan di atas serta pra survei yang telah di lakukan terhadap 20 orang konsumen yang pernah berkunjung di Old Man’s Bar in Canggu dan membeli produk minuman rendah alkohol lebih dari sekali atau berulang– ulang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran brand image dalam memediasi pengaruh sponsorship terhadap niat beli ulang minuman X. (studi terhadap konsumen di Old Man’s Bar in Canggu).

Penelitian yang di lakukan Komaladewi (2010) menghasilkan temuan bahwa pelaksanaan sponsorship berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand image skater clothing di Bandung. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kresnawati (2008) mendapatkan hasil bahwa sebagian besar brand image ouval research dipengaruhi oleh sponsorship. Brand image didefinisikan sebagai citra produk di benak konsumen secara keseluruhan. Jika perusahaan mampu terus melakukan sponsorship, citra merek produk mereka akan meningkat seiring berjalannya waktu. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2014) menunjukkan bahwa sponsor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap citra merek dan sponsorship sebagai stimulus untuk citra merek. Sinaga (2014) menyatakan bahwa sponsor secara signifikan mempengaruhi citra merek. Woisetschlager (2012) memiliki temuan bahwa sponsor berpengaruh positif dan signifikan terhadap citra merek dan sponsorship memberikan stimulus pada citra merek dari waktu ke waktu. Hidayah (2008) mengemukakan bahwa kegiatan sponsorship berpengaruh positif terhadap pembentukan dan peningkatan brand image.

Hi: Sponsorship berpengaruh secara positif signifikan terhadap brand image

Penelitian yang dilakukan oleh Cornwell & Coote (2005) menghasilkan temuan bahwa kegiatan sponsorship menciptakan efek positif dalam niat pembelian konsumen. Ngan et al. (2011) menyatakan jika pelaksanaan sponsorship diberikan pada instansi yang tepat akan mempengaruhi niat konsumen untuk membeli produk sponsor. Eagleman & Krohn (2012) menghasilkan temuan bahwa pelaksanaan sponsorship mampu membuat konsumen bersikap lebih positif dan menunjukkan niat yang lebih besar untuk membeli produk sponsor. Semakin banyak perusahaan yang melakukan sponsorship, niat pembelian konsumen meningkat seiring berjalannya waktu. Menurut Wikramayana & Pramudana (2015) semakin perusahaan melakukan sponsorship, semakin tinggi niat konsumen untuk membeli produk sponsor. Tsiotsou (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa sponsor memiliki pengaruh positif pada niat pembelian ulang konsumen yang menunjukkan niat yang lebih besar untuk merekomendasikan dan membeli kembali sponsor produk.

H2 : Sponsorship berpengaruh positif signifikan terhadap niat beli ulang.

Pada penelitian terdahulu yang diusung oleh Pujadi (2010) dalam Arista (2011) memperoleh temuan bahwa brand image mempengaruhi niat beli ulang konsumen. Norman (2014) mengemukakan brand image merupakan salah satu pertimbangan yang ada di benak konsumen sebelum membeli suatu produk. Penelitian yang dilakukan oleh Semuel & Wijaya (2007) mendapatkan temuan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara variabel brand image dan niat beli ulang serta memiliki pengaruh signifikan.

H3 : Brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat beli ulang.

Alim (2010) mengungkapkan pelaksanaan sponsorship yang didukung oleh brand image yang kuat, secara tidak langsung akan dapat mempengaruhi konsumen dalam tindakan pembelian mereka dan sponsorship menjadi alat promosi dalam menanamkan informasi produk, pilihan pembeli, keyakinan pembelian serta tindakan pembelian konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Norman (2014) menemukan terdapat hubungan yang positif dan searah antara brand image terhadap niat beli ulang pada Distro Rockmen. Penelitian yang dilakukan oleh Wikramayana & Pramudana (2015) menemukan adanya peran yang signifikan dalam memediasi sponsorship terhadap niat beli ulang minuman pada minuman X. H4: Brand image memediasi secara signifikan pengaruh sponsorship terhadap niat beli ulang.

sponsorship menunjukkan efek positif dan signifikan dimana sponsorship menjadi stimulus pada citra merek dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan responden yang berbeda–beda dari waktu ke waktu mendapatkan hasil, efek sponsorship pada tingkat individu dari waktu ke waktu tetap tidak jelas. Studi eksperimental tentang efek sponsorship menunjukkan terdapat keselarasan antara sponsor dan acara yang disponsori. Jalilvand (2012) mengungkapkan merek yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan pada produk atau jasa yang dibeli dan memungkinkan mereka untuk lebih memvisualisasikan dan memahami faktor – faktor yang tak berwujud. Brand image sering digunakan sebagai isyarat ekstrinsik ketika konsumen mengevaluasi produk sebelum membeli (Wang & Tsai, 2014). Pada saat perusahaan menjalin kerjasama sponsorship, tentunya perusahaan bertujuan untuk memasarkan produknya dan membangkitkan niat beli ulang dari konsumen, sponsorship juga dapat mempengaruhi niat beli ulang individu maupun kelompok.

Niat pembelian ulang ialah: “repurchase intentions reflects whether we anticipate buying the same brand again”, artinya niat pembelian ulang merefleksikan atau mencerminkan apakah konsumen akan membeli merek yang sama di masa yang akan dating (Aldan, 2012). Perilaku pembelian ulang seringkali dihubungkan dengan brand image dan loyalitas. Minat beli ulang konsumen diperoleh dari suatu proses belajar, proses pemikiran yang akan membentuk suatu persepsi sebelum konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Niat pembelian ulang ini membuat konsumen termotivasi hingga terekam dalam benaknya sampai menjadi suatu keinginan yang sangat kuat dan pada akhirnya konsumen harus memenuhi kebutuhannya dan membeli kembali produk yang sama (Rahma, 2007).

Teori niat beli ulang menurut Kotler & Keller (2009) mengatakan bahwa

perilaku konsumen menentukan niat beli konsumen. Pemasaran perlu memusatkan perhatian pada niat beli konsumen. Proses pembelian oleh konsumen merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilalui konsumen. Kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Maka dengan konsumen memiliki kesadaran yang besar terhadap lingkungan, konsumen tersebut akan memiliki sikap yang positif pula terhadap niat beli ulang produk hijau minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespon positif terhadap brand image suatu perusahaan dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut. Das (2014) mendefinisikan minat beli ulang sebagai bentuk responden positif yang ditunjukan konsumen terhadap suatu produk setelah melakukan evaluasi keseluruhan terhadap produk tersebut dan tujuan yang dimilikinya dimasa mendatang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Old Man’s Bar in Canggu, Kabupaten Badung. Bali. Dipilihnya Old Man’s Bar in Canggu sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan di Old Man’s Bar in Canggu banyaknya evant yang menjadikan X sebagai sponsor. Old Man’s Bar in Canggu sebagai salah satu tempat yang sering di kunjungi tamu wisatawan lokal ataupun asing. Selain itu dipilihnya Old Man’s Bar in Canggu sebagai tempat objek penelitian di karenakan banyak event yang di selanggarakan disana yang di sponsori oleh minuman X. Jadi Old Man’s Bar in Canggu merupakan salah satu tempat yang tepat untuk menemukan responden yang sesuai dengan kategori yang diteliti.

Obyek penelitian ini adalah pengunjung yang pernah data ke Old Man’s Bar in Canggu lebih dan membeli minuman X lebih dari sekali atau berulang – ulang dan sudah berusia 18 Tahun keatas, dikarenakan jika sudah berumur 18 Tahun keatas maka sudah memiliki KTP sebagai identitas untuk bisa memasuki tempat bar atau hiburan malam dan juga menghadiri berbagai event yang di sponsori oleh X.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung di Old Man’s Bar in Canggu yang pernah berkunjung lebih dari sekali atau berulang – ulang dan pernah membeli produk minuman X lebih dari sekali. jumlah sampel ideal 5–10 kali jumlah variabel atau indikator tertentu, karena jumlah indikator dalam penelitian ini sejumlah 10 buah, maka 10x10 = 100. Jadi ukuran sampel dalam penelitian ini adalah 100 sampel. Teknik dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan non probability yaitu teknik menentukan sampel penelitian dengan cara acak dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri – sendiri atau bersama – sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis jalur (path analysis). persamaan struktural dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: Substruktur 1

M = β2X + el...................................................(1)

Keterangan:

β2     =

koefisien jalur dari Sponsorship

X

=

Sponsorship

M

=

brand image

e1

=

nilai kekeliruan taksiran standar

Substruktur 2

Y = β1X+ β3M + e2……………………………………………(2) Keterangan:

Y     =     niat beli ulang

β1     = koefisien jalur dari keadilan organisasi

β3     =     koefisien jalur dari komitmen organisasional

X     =     keadilan organisasional

M    =     komitmen organisasional

e2     =      nilai kekeliruan taksiran standar

HASIL DAN PENELITIAN

Tabel 3. menyajikan hasil uji validitas instrumen penelitian.

Tabel 3.

Hasil Uji Validitas

No

Variabel

Instrumen

Pearson Correlation

Keterangan

1

Sponsorship (X)

X1.1

0,914

Valid

X1.2

0,914

Valid

X1.3

0,929

Valid

2

Brand Image (M)

M.1

0,907

Valid

M.2

0,836

Valid

M.3

0,903

Valid

M.4

0,891

Valid

M.5

0,850

Valid

3

Niat Beli Ulang (Y)

Y.1

0,928

Valid

Y.2

0,956

Valid

Y.3

0,958

Valid

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa seluruh indikator pernyataan dalam variabel sponsorship, brand image, dan niat beli ulang memiliki pearson correlation yang lebih besar dari 0,30 sehingga seluruh indikator tersebut telah memenuhi syarat validitas data.

Pengujian reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji ini dilakukan terhadap instrumen dengan koefisien cronbach’c alpha, apabila lebih besar dari 0,70 maka instrumen yang digunakan reliabel.Tabel 4. menyajikan hasil uji reliabilitas instrumen penelitian.

Tabel 4.

Hasil Uji Reliabilitas

No       Variabel

Cronbach’s Alpha             Keterangan

1 Sponsorship

  • 2    Brand Image

  • 3    Niat Beli Ulang

0,902                      Reliabel

0,921                        Reliabel

0,942                      Reliabel

Sumber: Data diolah, 2018

Perhitungan analisis regresi melalui software SPSS 17.0 for Windows diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.

Hasil Analisis Jalur (Regresi Substruktur 1)

Model

Unstandardized       Standardized

Coefficients           Coefficients

B       Std. Error        Beta          T        Sig.

(Constant)

Sponsorship

R2: 0,872

F Hitung: 668,891

Sig. F         : 0,000

.000           .036                         .000       1.000

.934          .036             .934 25.863        .000

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa koefisien diagram jalur (path) pengaruh langsung sponsorship terhadap brand image adalah sebesar 0,934, maka persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut:

M1 = 0,934 X + e1

Tabel 6.

Hasil Analisis Jalur (Regresi Substruktur 2)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Beta

T

Sig.

B

Std. Error

(Constant)

.000

.042

.000

1.000

Sponsorship

.373

.119

.373

3.123

.002

Brand Image

.549

.119

.549

4.597

.000

R2 : 0,823

F Statistik : 225,722

Sig. F : 0,000

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 6. diatas dapat dilihat koefisien diagram jalur pengaruh langsung sponsorship terhadap niat beli ulang sebesar 0,373 dan pengaruh langsung brand image terhadap niat beli ulang adalah sebesar 0,549 maka persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut:

M = 0,373X + 0,549M+ e2

Untuk menguji apakah data yang digunakan normal atau tidak dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Sminarnov. Apabila koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka data tersebut dikatakan

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas untuk persamaan regresi 1 dan regresi 2 berikut.

Tabel 7.

Hasil Uji Normalitas Persamaan Regresi 1

Unstandardized Residual

N

100

Kolmogorov-Smirnov Z

0,767

Asymp. Sig. (2-tailed)

0,378

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov Sminarnov (K-S) sebesar 0,767 sedangkan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,378. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa model persamaan regresi tersebut berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,378 lebih besar dari nilai alpha 0,05.

Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas.

Tabel 8.

Hasil Uji Multikoleniaritas Persamaan Regresi 2

Variabel

Tolerance

VIF

Sponsorship (X)

0,976

1,025

Brand Image (M)

0,976

1,025

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 8. dapat dilihat bahwa nilai tolerancean VIF dari variabel sponsorship dan brand image masing-masing sebesar 0,976 dan 1,025. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk setiap variabel lebih besar dari 10% dan nilai VIF lebih kecil dari 10 yang berarti model persamaan regresi 2 bebas dari multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dan pengujian ini dilakukan dengan uji Glejser. Jika tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap nilai absolute residual atau nilai signifikansinya di atas 0.05 maka tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

Tabel 9.

Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Regresi 1

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta       t

Sig.

(Constant)

0.517

0.027

19.254

0.000

Sponsorship

-0.050

0.027

-0.123       -1.869

0.063

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Sig. dari variabel sponsorship sebesar 0,063 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap absolute residual.

Tabel 10.

Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Regresi 2

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta

t

Sig.

(Constant)

0.385

0.019

20.291

0.000

Sponsorship

0.041

0.029

0.140

1.411

0.160

Brand Image

0.066

0.029

0.227

1.290

0.123

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Sig. dari variabel sponsorship dan brand image dan masing-masing sebesar 0,160, dan 0,123. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap absolute residual. Dengan demikian, model yang dibuat tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

Tabel 11.

Hasil Analisis Jalur (Regresi Substruktur 1)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Beta

T

Sig.

B

Std. Error

(Constant)

.000

.036

.000

1.000

Sponsorship

R2: 0,872

F Hitung: 668,891

Sig. F         : 0,000

.934

.036

.934

25.863

.000

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 11. dapat dilihat bahwa koefisien diagram jalur (path) pengaruh langsung brand image terhadap brand trust adalah sebesar 0,934, maka persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut:

M1 = 0,934 X + e1

Tabel 12.

Hasil Analisis Jalur (Regresi Substruktur 2)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Beta

T

Sig.

B

Std. Error

(Constant)

.000

.042

.000

1.000

Sponsorship

.373

.119

.373

3.123

.002

Brand Image

.549

.119

.549

4.597

.000

R2 : 0,823

F Statistik : 225,722

Sig. F : 0,000

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 13. diatas dapat dilihat koefisien diagram jalur pengaruh langsung sponsorship terhadap niat beli ulang sebesar 0,373 dan pengaruh langsung

brand image terhadap niat beli ulang adalah sebesar 0,549 maka persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut:

M = 0,373X + 0,549M+ e2

Pada pengujian ini akan dilihat nilai masing-masing koefisien determinasi untuk struktur 1 dan struktur 2 serta nilai masing-masing variabel error pada setiap struktur dengan tujuan penyusunan model diagram jalur akhir. Berikut ini hasil perhitungan nilai variabel error pada setiap struktur.

e =√1 - h12 .....................................................(3)

e1=√1 - h1≡= √1 - 0,872= 0,358

e2=√1 - K2≡ = √1 - 0,823 = 0,421

Pada perhitungan pengaruh error (Pei) maka didapatkan hasil untuk pengaruh error struktur 1 (Pe1) sebesar 0,358 dan pengaruh error struktur 2 (Pe2) sebesar 0,421. Selanjutnya akan dihitung koefisien determinasi total adalah sebagai berikut:

m = 1 – (e1)2 (e2)2     ..............................................(4)

= 1 – (0,358)2(0,421)2

= 1 – (0,128) (0,177)

= 1 – 0,023= 0,977

Pada perhitungan nilai koefisien determinasitotal didapatkan sebesar 0,977, maka dapat dikatakan bahwa sebesar 97,7% variabel niat beli ulang minuman X di Old Man’s Bar in Canggu dipengaruhi oleh sponsorship dan brand image, sedangkan sebesar 2,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh sponsorship terhadap brand image diperoleh nilai Sig. sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,934. Nilai Sig. 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sponsorship terhadap brand image minuman X di Old Man’s Bar in Canggu.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh sponsorship terhadap niat beli ulang diperoleh nilai Sig. sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,373. Nilai Sig. 0,002< 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H2 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sponsorship terhadap niat beli ulang minuman X di Old’s Man Bar in Canggu.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh brand image terhadap niat beli ulang diperoleh nilai Sig. sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,549. Nilai Sig. 0,000< 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H3 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara brand image terhadap niat beli ulang minuman X Old Man’s Bar in Canggu.

Berdasarkan diagram jalur pada Gambar 4, maka dapat dihitung besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung serta pengaruh total antar variabel. Perhitungan pengaruh antar variabel dirangkum dalam Tabel 13.

Tabel 13.

Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung serta Pengaruh Total

Sponsorship (X), Brand Image (M), dan Niat Beli Ulang (Y)

Pengaruh Variabel

Pengaruh        Pengaruh Tidak Langsung      Pengaruh Total

Langsung        Melalui Brand Image M

(β3 x β1)

X→ M X→ Y M→ Y

0,934                        -                         0,934

0,373                      0,513                       0,886

0,549                         -                           0,549

Sumber: Data diolah, 2018

Validasi Model Diagram Jalur Akhir


Tabel 13. menunjukkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel sponsorship (X), brand image (M) dan niat beli ulang (Y) minuman X di Old Man’s Bar in Canggu. Pengaruh langsung variabel sponsorship terhadap brand image adalah sebesar 0,934. Pengaruh langsung brand image terhadap niat beli ulang adalah sebesar 0,549. Pengaruh langsung sponsorship terhadap niat beli ulang sebesar 0,373. Pengaruh sponsorship terhadap niat beli ulang melalui brand image sebesar 0,513 dan memperoleh pengaruh total sebesar 0,886.

Jika mengacu pada perhitungan menggunakan statistik uji sobel. Uji Sobel dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi Microsoft Exel 2010. Uji Sobel dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

Z =



(5)


Keterangan :

a =0,934

Sa= 0,036 b =0,549

Sb = 0,119

∕. =


Z =


0,934.0,549

(0,934∙ 0,119 ) + (0, 549∙ 0,036∙ ) + (0,036 0,119∙)

'               0,513

„ 0.012353 + 0.000391 + 0,000018

t' ,■ Z = ~

Z = 4,539

Bila nilai kalkulasi Z lebih besar dari 1,96 (dengan tingkat kepercayaan 95 persen), maka variabel mediasi dinilai secara signifikan memediasi hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Berdasarkan hasil perhitungan sobel diatas, nilai Z adalah 4,539. Hal tersebut berarti variabel brand image secara signifikan memediasi hubungan antara variabel sponsorship dan niat beli ulang.

VAF menjadi ukuran seberapa besar variabel pemediasi mampu menyerap pengaruh langsung yang sebelumnya signifikan dari model tanpa pemediasi. Untuk model pada Gambar 4.1, VAF dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

VAF = —^.^- .............................(6)

l..∙∙2-∙∙∙3                                                         J

Apabila nilai VAF di atas 80 persen, maka menunjukkan peran Y sebagai pemediasi penuh (full mediation). Selanjutnya apabila nilai VAF di antara 20 persen hingga 80 persen, maka dapat dikategorikan sebagai pemediasi parsial (partial mediation). Namun, apabila nilai VAF kurang dari 20 persen, maka dapat dijelaskan bahwa hampir tidak ada efek mediasi.

VAF


,                                    .' ,

(' ,       ■' ■      )-t√.

,

= 0.388 x 100%

= 38,8%

Karena nilai VAF (38,8%) lebih dari 20 persen, maka dapat dijelaskan bahwa ada efek mediasi atau dengan kata lain brand imafe sebagai pemediasi parsial (partial mediation).

Berdasarkan hasil analisis pengaruh sponsorship terhadap brand image diperoleh nilai Sig. sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,934. Nilai Sig. 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sponsorship terhadap brand image minuman X di Old Man’s Bar in Canggu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komaladewi (2010) menghasilkan temuan bahwa pelaksanaan sponsorship berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand image skater clothing di Bandung Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kresnawati (2008) mendaparkan hasil bahwa sebagian besar brand image ouval research dipengaruhi oleh sponsorship. Brand Image didefinisikan sebagai citra produk di benak konsumen secara keseluruhan. Jika X mampu terus melakukan sponsorship, citra

merek produk mereka akan meningkat seiring berjalannya waktu. Penelitian yang dilakukan oleh Woisetschlager (2012) menunjukkan bahwa sponsor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap citra merek dan sponsorship sebagai stimulus untuk citra merek. Sinaga (2014) menyatakan bahwa sponsor secara signifikan mempengaruhi citra merek. Woisetschlager (2012) memiliki temuan bahwa sponsor berpengaruh positif dan signifikan terhadap citra merek dan sponsorship memberikan stimulus pada citra merek dari waktu ke waktu. Hidayah (2008) mengemukakan bahwa kegiatan sponsorship berpengaruh positif terhadap pembentukan dan peningkatan brand image.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh sponsorship terhadap niat beli ulang diperoleh nilai Sig. sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,373. Nilai Sig. 0,002< 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H2 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sponsorship terhadap niat beli ulang minuman X di Old’s Man Bar in Canggu.

Cornwell & Coote (2005) menghasilkan temuan bahwa kegiatan sponsorship menciptakan efek positif dalam niat pembelian konsumen Kemudian Ngan et al., (2011) menyatakan jika pelaksanaan sponsorship diberikan pada instansi yang tepat akan mempengaruhi niat konsumen untuk membeli produk sponsor. Eagleman & Krohn (2012) menghasilkan temuan bahwa pelaksanaan sponsorship mampu membuat konsumen bersikap lebih positif dan menunjukkan niat yang lebih besar untuk membeli produk sponsor. semakin banyak perusahaan yang melakukan sponsorship, niat pembelian konsumen meningkat seiring berjalannya waktu. Menurut Wikramayana & Pramudana (2015) semakin perusahaan melakukan sponsorship, semakin tinggi niat konsumen untuk membeli produk sponsor. Tsiotsou (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa sponsor memiliki pengaruh positif pada niat pembelian ulang konsumen yang menunjukkan niat yang lebih besar untuk merekomendasikan dan membeli kembali sponsor. produk.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh brand image terhadap niat beli ulang diperoleh nilai Sig. sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,549. Nilai Sig. 0,000< 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H3 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara brand image terhadap niat beli ulang minuman X Old Man’s Bar in Canggu.

Pada penelitian terdahulu yang diusung oleh Pujadi (2010) dalam Arista (2011) memperoleh temuan bahwa brand image mempengaruhi niat beli ulang konsumen. Norman (2014) mengemukakan brand image merupakan salah satu pertimbangan yang ada di benak konsumen sebelum membeli suatu produk. Penelitian yang dilakukan oleh Semuel & Wijaya (2007) mendapatkan temuan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara variabel brand image dan niat beli ulang serta memiliki pengaruh signifikan.

Hasil perhitungan nilai Z pada perhitungan uji Sobel adalah sebesar 4,539. Hal tersebut berarti variabel brand image secara signifikan memediasi hubungan antara variabel sponsorship dan niat beli ulang.

Alim (2010) mengungkapkan pelaksanaan sponsorship yang didukung oleh brand image yang kuat, secara tidak langsung akan dapat mempengaruhi konsumen dalam tindakan pembelian mereka dan sponsorship menjadi alat promosi dalam menanamkan informasi produk, pilihan pembeli, keyakinan pembelian serta

tindakan pembelian konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Norman (2014) menemukan terdapat hubungan yang positif dan searah antara brand image terhadap niat beli ulang pada distro Rockmen. Penelitian yang dilakukan oleh Wikramayana & Pramudana (2015) menemukan adanya peran yang signifikan dalam memediasi sponsorship terhadap niat beli ulang minuman pada minuman X.

SIMPULAN

Sponsorship berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand image minuman X di Old Man’s Bar in Canggu. Sponsorship berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang minuman X di Old’s Man Bar in Canggu. Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang minuman X Old Man’s Bar in Canggu. Brand image secara signifikan memediasi hubungan antara variabel sponsorship dan niat beli ulang.

Perlu disadari untuk perusahaan minuman X agar kedepannya lebih memilih lokasi event yang mudah terlihat oleh konsumen, menurut responden masih ada event-event yang disponsori oleh X yang lokasinya tidak mencolok atau tidak terlihat. Hal ini penting untuk strategi pemasaran yang lebih mudah. Citra yang dimiliki oleh X adalah produk yang sering mempublikasikan sebagai produk minuman beralkohol rendah, publikasi sebuah produk itu sangat penting guna memberikan informasi terkait minuman X terhadap konsumen. Sebagai perusahaan produsen minuman beralkohol, perusahaan X telah membuat sebagian konsumennya untuk membeli ulang produknya, hal yang perlu dijaga oleh produsen yaitu menjaga kualitas dan rasa yang diinginkan oleh konsumen. Tanpa harus ada produk baru, konsumen akan tetap membeli ulang minuman X di Old Man’s Bar in Canggu. Diharapkan mampu mengembangkan model penelitian ini dengan menambahkan variabel lain yang mempengaruhi niat beli ulang. Walaupun model dalam penelitian ini sudah cukup tinggi nilai determinasi totalnya, tapi masih ada variabel lain yang mempengaruhi niat beli ulang suatu produk. Peneliti menyarankan menggunakan variabel customer satisfaction atau brand quality.

REFERENSI

Aldan, F. A. (2012). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Daya Tarik Iklan terhadap Minat Beli Sepeda Motor Yamaha. Diponegoro Journal of Management Journal of Manajement, 1(2002), 1–49.

Alim, Z. (2010). Pelaksanaan Sponsorship Dampaknya Terhadap Brand Image Pada Clothing Linecoltd Sumur Bandung. Skripsi. Sarjana Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

Arista, E. D. (2011). Analisis Pengaruh Iklan , Brand Trust Dan Konsumen Telkom Speedy Di Kota Semarang. Journal of Service Science and Management, 1(1), 1–56.

Chrisandi, N. P. (2014). Hubungan Citra Merek dan Kualitas Pelanggan dengan Loyalitas Pelanggan Produk Apple. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3(1), 1–11.

Cornwell, T. B., & Coote, L. V. (2005). Corporate Sponsorship of A Cause: The

Role of Identification in Purchase Intent. Journal of Business Research, 58(3), 268–276. https://doi.org/10.1016/S0148-2963(03)00135-8

Das, G. (2014). Linkages of Retailer Awareness, Retailer Association, Retailer Perceived Quality and Retailer Loyalty with Purchase Intention: A Study of Indian Food Retail Brands. Journal of Retailing and Consumer Services, 21(1), 284–292.

Eagleman, A. N., & Krohn, B. D. B. (2012). Sponsorship Awareness, Attitudes, and Purchase Intentions of Road Race Series Participants. Sport Marketing Quarterly,        21(4),        210–220.        Retrieved from

http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&profile=ehost&scope=s ite&authtype=crawler&jrnl=10616934&AN=84558882&h=7qzPZEASRu9r 5PikITCGeIxagrWMYcXXhvbCmIkUnUv5mU1Ra6yISpK49Y8pnbT1qpV J8qHB2Lhv9OZXLZ8ktw%3D%3D&crl=c

Hidayah, R. T. (2008). Pengaruh Sponsorship terhadap Brand Image Pada Orca Company/EAT (Skripsi. Sarjana Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wdiyatama). Retrieved from http://www.dlib.widyatama.ac.id/jspui/handle/10364/950

Jalilvand, R. M. (2012). The Effect of Electronic Word of Mouth on Brand Imgae and Purchase Intention. Marketing Intelligence & Planning, 30(4), 460–476.

Komaladewi, W. (2010). Pengaruh Sponsorship terhadap Brand Image Skaters. Skripsi. Sarjana Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

Kotler, & Keller. (2009). Manajemen Pemasaran (13th ed.). Jakarta: Erlangga.

Kresnawati, G. N. (2008). Pengaruh Sposorship terhadap Brand Image pada Ouval Research. Skripsi. Sarjana Jurusan ManajemenFakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

Kusuma Dewa, N. (2009). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Promosi dan Harga Terhadap Minat Beli. Tesis. Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Ngan, M. K. H., Gerard, P., & Alex, Tsang, S. L. (2011). Linking Sports Sponsorship with Purchase Intentions. European Journal of Marketing, 45(4), 551–566.

Ningrum, L. S., & Nurcahya, I. K. (2014). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Corporate Image Dan Perilaku Word of. E-Jurnal Manajemen Universitas      Udayana,      3(3),      835–850.

https://doi.org/10.1558/jia.31875

Norman, A. U. (2014). Hubungan Brand Image terhadap Mina Beli pada Distro Rockmen di Kota Bandung.

Olkkonen, R. (2014). Fading Configurations in Inter-Organizational Relationship:

A Case Study In The Context of Cultural Sponsorship. Journal of Business and Industrial Marketing, 23(3), 284–294. https://doi.org/10.1108/JBIM-08-2013-0159

Pujadi, B. (2010). Studi tentang Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli Melalui Sikap terhadap Merek (Kasus pada Merek Pasta Gigi Ciptadent di Semarang. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, 9(1).

Rahma, E. S. (2007). Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Merek terhadap Minat Beli dan Dampaknya pada Keputusan Pembelian. Tesis. MagisterJurusan Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Sangadji, E. M., & Sopiah. (2013). Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran (2nd ed.). Jakarta: Erlangga.

Semuel, H., & Wijaya, E. (2007). Corporate Social Responsibility, Purchase Intention Dan Corporate Image Pada Restoran Di Surabaya Dari Perspektif Pelanggan. Jurnal Manajemen Pemasaran, 3(1), 35–54.

Sinaga, I. (2014). The Effect of Marketing Public Relations on Brand Image. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis, 2(3).

Siregar, A. I. (2014). Pengaruh Sponsorship terhadap Citra Merek Rokok Sampoerna A-Mild di Jambi. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 4(1).

Tsiotsou, R. (2009). The Role of Perceived Product Quality and Overall Satisfaction on Purchase Intention. International Journal of Consumer Studies, 30(2), 207–217.

Wang, Y., & Tsai, C. (2014). The Relationship Between Brand Image and Purchase Intention: Evidence From Award Winning Mutual Funds. International Journal of Business & Finance Research, 8(2), 27–40. Retrieved from http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=bth&AN=9015480 5&site=ehost-live

Wikramayana, I. G. P., & Pramudana, K. A. S. (2015). Peran Brand Image dalam Memediasi Pengaruh Sponsorship terhadap Niat Beli Motor Yamaha di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 4(3), 474–481.

Woisetschlager, D. M. (2012). Sponsorship Congruence and Brand Image. European Journal of Marketing, 46(3/4), 509–523.

217