E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 11, 2017: 6298-6323

ISSN : 2302-8912

PERAN ROLE STRESS DAN BURNOUT TERHADAP PROFESSIONAL COMMITMENT KARYAWAN PT. BUANA INTI PERMAI DENPASAR

Cokorda Gede Rama Putra Trisnu1

I Gusti Made Suwanda2

1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia email: [email protected]

ABSTRAK

Makalah penelitian ini menguji pengaruh role stress serta burnout terhadap professional commitment karyawan di PT. Buana Inti Permai Denpasar yang bergerak dibidang penjualan pelumas oli rekanan PT. Pertamina. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh role stress terhadap professional commitment karyawan dan untuk menganalisis pengaruh burnout terhadap professional commitment karyawan. Jumlah sampel 50 respoden melalui metode sensus menggunakan pengujian teknik analisis regresi linier berganda. Hasil analisis memberikan jawaban role stress berpengaruh signifikan negatif terhadap professional commitment karyawan PT. Buana Inti Permai Denpasar. Burnout berpengaruh signifikan negatif terhadap professional commitment karyawan PT. Buana Inti Permai Denpasar. Pihak manajemen harus memperhatikan tingkat role stress yang di alami karyawan dan mengatasi sikap burnout pada karyawan.

Kata kunci : role stress, burnout, professional commitment

ABSTRACT

This research paper examines the influence of role stress and burnout on professional commitment of employees in PT. Buana Inti Permai Denpasar engaged in the sale of lubricants oil PT partner. Pertamina. The purpose of this research is to analyze the influence of role stress on professional commitment of employees and to analyze the influence of burnout to professional commitment of employees. The sample size was 50 respondents using census method and multiple linear regression analysis technique. The result of the analysis shows that role stress has a significant negative effect on professional commitment of PT. Buana Inti Permai Denpasar. Burnout has a significant negative effect on professional commitment of employees of PT. Buana Inti Permai Denpasar. The management must pay attention to the level of role stress experienced by the employees and overcome the burnout attitude on the employees.

Keywords: role stress, burnout, professional commitment

PENDAHULUAN

Kemajuan industri migas yang pesat, mengakibatkan industri ini menilai pentingnya unsur sumber daya manusia dalam menjalankannya. Sumber daya manusia sebagai pekerja merupakan sumber penggerak utama dalam industri apapun di dalam era globalisasi saat ini (Siwi, 2005). Suatu organisasi seharusnya tidak dapat dipisahkan dengan pekerja karena merekalah yang memainkan peranan dalam menentukan kemajuan, kelancaran, keuntungan dan keberhasilan organisasi (Eduard, 2011).

Fereshti dan Fatkhurohman (2012) mengatakan agar karyawan tidak terlalu rentan dengan tuntutan kerja yang menimbulkan stress, karyawan harus mampu menjaga kesehatan mentalnya, yang pada akhirnya akan tetap menikmati segala tekanan kerja dengan santai dan tidak stress. PT. Inti Buana Permai adalah perusahaan agen pelumas (oli) pertamina. Untuk melayani permintaan pelanggan karyawan dituntut untuk profesional, berwawasan global, berkemampuan tinggi, bercorak kerja yang tinggi dan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan (Andika dan Imam, 2015).

Data PT. Buana Inti Permai dalam rentang waktu 2015 menjelaskan tingginya role stress dan burnout yang dialami karyawan di PT. Buana Inti Permai ini, mendorong karyawan untuk melakukan pengunduran diri. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara dengan beberapa karyawan dan HRD PT. Buana Inti Permai yang menerima rata-rata 1-3 surat pengunduran diri karyawan kurun waktu tiga bulan pada tahun 2015. Pihak manajemen PT. Buana Inti Permai

harus memperhatikan orientasi kerja karyawan, serta menerapkan professional komitmen pada diri karyawan agar mampu bekerja secara professional untuk kemajuan perusahaan.

Organisasi atau perusahaan memiliki peran krusial dalam membantu karyawan membangun sikap professional commitment. Rivai (2006 : 261)

menyatakan professional commitment (PC) secara umum dapat didefinisikan sebagai fokus karir dari suatu komitmen pekerjaan yang menekankan pada pentingnya profesi dalam suatu pekerjaan ‘total life’ (Aslam, 2009). Professional Commitment merupakan topik yang atraktif yang mendapatkan banyak perhatian dari para akademisi dan praktisi (Madziatul, 2011). Melalui pemahaman para ahli, terdapat masalah professional commitment pada PT. Buana Inti Permai menjadi suatu hal yang penting. Adapun masalah professional commitment yang ditemui pada PT. Buana Inti Permai dengan melalukan hasil wawancara dengan sepuluh karyawan antara lain sikap karyawan yang tidak fokus dalam bekerja, tidak adanya keinginan yang kuat dalam melaksanakan pekerjaan, serta kurangnya sikap profesional karyawan terhadap pekerjaan yang diberikan perusahaan sehingga menimbulkan complain dari pelanggan. Berbagai peran yang harus dipenuhi karyawan tersebut secara tidak langsung rentan memicu terjadi role stress pada diri karyawan (Fereshti dan Fatkhurohman, 2012). Role stress berkelanjutan berdampak negatif terhadap professional commitment dan juga memicu burnout.

Respon individu terhadap keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa yang mengancam dan menekan individu serta mengurangi kemampuan-kemampuan mereka untuk menghadapinya inilah pengertian dari stres menurut Santrock (2002). Role stress didefinisikan sebagai kejadian simultan dari dua atau lebih bentuk tekanan pada tempat kerja, dimana pemenuhan dari satu peran membuat pemenuhan terhadap peran lainnya yang lebih sulit untuk dilaksanakan (Rahmawati, 2008). Artinya apabila karyawan mengalami role stress, di saat itu seseorang karyawan dalam melaksanakan satu peran tertentu akan merasa kesulitan untuk memenuhi harapan peran yang lain (Jawwad and Mazhar, 2012). Melalui hasil wawancara dengan beberapa karyawan pada PT. Buana Inti Permai ditemukan masalah stress yang dialami karyawan seperti tingkat kerjasama yang kurang baik dalam melakukan pengiriman barang, minimnya waktu istirahat yang dimiliki karyawan karena jam lembur kerja, tuntutan perusahaan untuk segera menyelesaikan pekerjaan dengan minimnya peralatan yang disediakan sehingga karyawan merasa stress dalam bekerja. Role stress ini cenderung makin berkembang ketika tuntutan pekerjaan dan tuntutan peran sosial di masyarakat sebagai tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, tingkat stress setiap orang cenderung berbeda terkait beban konflik yang dirasakan dan peran yang dialaminya.

Terlepas dari itu sikap karyawan yang mengalami role stress pada pekerjaan yang dapat memicu terjadi burnout atau kelelahan secara fisik maupun mental pada karyawan. Salah satu yang menjadi masalah serius di lingkungan kerja yang

berdampak pada rendahnya sikap profesional karyawan dalam bekerja adalah

6301

burnout. Perampingan, outsourcing, dan restrukturisasi pekerja, hal-hal inilah yang terpaksa harus dilakukan oleh berbagai perusahaan di berbagai belahan dunia, yang menyebabkan karyawan di berbagai level merasa stres, tidak aman, disalah artikan, tidak berharga, dan sebagainya (Boris et al., 2013).

Melalui hasil wawancara dengan beberapa karyawan pada PT. Buana Inti Permai ditemukan masalah burnout yang dialami karyawan seperti merasa kurang puas dengan hasil yang sudah dikerjakan, merasa gagal dalam bekerja karena tekanan dari atasan, dan karyawan merasa tidak sanggup kembali bekerja karena beban kerja terlalu tinggi. Burnout adalah kondisi seseorang yang merasa kehilangan energi dan terperas habis baik secara fisik maupun psikis (Xiaofei et al., 2014). Burnout bisa terjadi tidak hanya karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor individual atau faktor internal, seperti tingkat stress, kemampuan bekerja, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang (Madziatul, 2011). Sehingga sangat diharapkan bahwa burnout bisa terhindar dari karyawan sehingga mampu meningkatkan sikap professional karyawan dalam melaksanakan pekerjaan (Muhammad et al., 2012). Ditambahkan oleh Satriyo dan Survival (2014) bahwa stres kerja yang berkembang ke arah negatif adalah kejenuhan atau burnout yang mampu menimbulkan sikap tidak professional dalam bekerja. Burnout merupakan salah satu reaksi terhadap situasi yang sangat menegangkan (stress). Istilah ini sangat terkait dengan istilah-istilah seperti keterasingan, acuh tak acuh, apatis, sinis, pesimis, kelelahan fisik dan mental, atau ketegangan yang sangat berat (Xiaofei et

al., 2014).

Mempertahankan dan membina sikap professional commitment karyawan dalam bekerja, pihak manajemen PT. Buana Inti Permai dituntut untuk memperhatikan serta memahami permasalahan yang dihadapi karyawan disamping memperhatikan keluhan mereka. Pada akhirnya kondisi tersebut mampu membuat karyawan untuk lebih termotivasi dalam bekerja tidak menimbulkan stress yang berakibat terhadap burnout dengan kata lain terciptannya professional commitment terhadap perusahaan (Khattak et al., 2013).

Melalui pemaparan masalah yang telah dijabarkan, didukung dengan karya ilmiah dan teori tujuan dari karya ilmiah ini yang hendak dicapai untuk mengetahui 1) Bagaimanakah pengaruh role stress terhadap professional commitment karyawan, 2) Bagaimanakah pengaruh burnout terhadap professional commitment karyawan. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh role stress terhadap professional commitment karyawan dan untuk menganalisis pengaruh burnout terhadap professional commitment karyawan. Kegunaan dari penelitian ini adalah dari penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bukti emperik dalam bidang ilmu manajemen sumber daya manusia, khususnya dalam aspek professional commitment karyawan serta yang terkait dengan burnout yang tercipta oleh stress yang dialami karyawan pada perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam merumuskan kebijakan terhadap manajemen SDM PT. Buana Inti Permai Denpasar.

Professional Commitment mengacu pada kekuatan identifikasi individual dengan profesi. Individual dengan komitmen professional yang tinggi dikarakterkan memiliki kepercayaan dan penerimaan yang tinggi sebagai tujuan profesinya di perusahaan, keinginan untuk berusaha sekuatnya atas nama profesi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam profesi di perusahaan (Eka, 2006). Aslam (2009) mengartikan professional commitment adalah kekuatan individual dengan keterlibatannya secara khusus dengan suatu profesinya di dalam perusahaan.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli maka dapat dinyatakan professional commitment adalah kekuatan identifikasi karyawan dengan keterlibatannya pada perusahaan secara khusus dengan suatu profesi untuk bersedia bertahan dengan tujuan membantu kemajuan perusahaan.

Aslam (2009) menyatakan untuk mengetahui indikator-indikator yang akan digunakan sebagai alat ukur professional commitment yaitu, keinginan yang kuat adalah keinginan karyawan yang kuat dalam penerimaan atas tujuan dan nilai-nilai perusahaan, kesediaan adalah kesediaan karyawan untuk berusaha yang sebesar besarnya untuk perusahaan sebagai pekerja, kepastian adalah keinginan yang pasti karyawan untuk mempertahankan keikutsertaannya dalam profesi sebagai pekerja di perusahaan.

Role stres sebagai respon adaptif yang dihubungkan oleh karaktersitik, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, peristiwa, atau situasi yang menempatkan tuntutan psikologis pada seseorang (Kreitner dan Kinicki,

2008:351) mendefinisikan. Lebih lanjut, Kreitner dan Kinicki (2008) role stress

6304

tidak dapat dihindari, namun role stress dapat dikelola dan dikurangi agar tidak menimbulkan dampak negatif pada seseorang. Stres kerja apabila dikelola dengan baik dapat menjadi pendorong dan meningkatkan intensitas kerja, sedangkan apabila tidak dikelola dengan baik role stress akan menimbulkan permasalahan yang berdampak negatif bagi individu dan perusahaan. Kreitner dan Kinicki (2008) membedakan antara distress yakni kekuatan destruktif atau stres negatif yang sering menimbulkan masalah fisik maupun mental pada seseorang dan eustress yakni stres yang positif atau stres yang menghasilkan suatu hasil yang positif.

Stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami seseorang dalam menghadapi pekerjaan, stres kerja ini dapat menimbulkan emosi tidak stabil, sulit tidur, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, tidak bisa rileks, merokok berlebihan, gugup, tegang, cemas, mengalami gangguan pencernaan dan tekanan darah meningkat (Mangkunegara, 2011:28).

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli maka dapat dinyatakan role stress adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, karyawan merasa tidak tenang merasa terganggung sehingga menimbulkan beberapa kecenderungan emosi yang tidak stabil dalam menyelesaikan pekerjaan.

Kreitner dan Kinicki (2008:79) gejala-gejala individu yang mengalami stres antara lain: 1) Kelerlambatan masuk kerja, 2) Bekerja melewati batas

kemampuan, 3) Kesalahan yang sembrono, 4) Lupa akan janji yang telah dibuat

6305

dan kegagalan diri sendiri, 5) Kesulitan membuat keputusan, 6) Ketidakhadiran pekerjaan, 7) Kelalaian menyelesaikan pekerjaan, 8) Kesulitan berhubungan dengan orang lain, 9) Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang kulit, radang pernafasan. 10) Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat,

Karakteristik pekerjaan yang menyebabkan sumber stres kerja secara konseptual terdiri dari lima dimensi yaitu, Role Insufficiency adalah mengindikasikan suatu kondisi dimana pendidikan, training, keterampilan, dan pengalaman pegawai tidak sesuai dengan job requirements. Role conflict adalah mengindikasikan suatu tingkatan dimana individu mengalami ketidaksesuaian antara permintaan dan komitmen dari suatu peran. Physical Environment adalah lingkungan tempat bekerja yang tidak mendukung terselenggaranya proses bekerja yang baik. Role Overload adalah mengindikasikan suatu tingkatan dimana permintaan kerja melebihi kemampuan pegawai dan sumber daya lainnya, serta suatu keadaan dimana pegawai tidak mampu menyelesaikan beban kerja yang direncanakan. Role Ambiguity adalah mengindikasikan suatu tingkatan dimana kriteria prioritas, harapan (expectations), dan evaluasi tidak disampaikan secara jelas kepada pegawai (Febrianty, 2012).

Eduard (2011) menjelaskan indikator yang dipakai untuk mengukur role stres yaitu, Stress kelompok adalah hubungan kerjasama yang kurang biakan, Stress ekstra organisasi adalah kurangnya peralatan yang mendukung pekeaik dengan rekan sekantor, Stress individual adalah kurangnya waktu istirahat yang

disedrjaan, Stress organisasi adalah tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan.

Baron & Greenberg (2003:129) mengatakan bahwa burnout adalah suatu sindrom kelelahan emosional, fisik, dan mental, berhubungan dengan rendahnya perasaan harga diri, disebabkan penderitaan stres yang intens dan berkepanjangan. Burnout merupakan respon yang berkepanjangan terkait faktor penyebab stres yang terus-menerus terjadi tempat kerja di mana hasilnya merupakan perpaduan antara pekerja dan pekerjaannya (Gonul and Gokce, 2014). Burnout dapat tercipta apabila seseorang mengalami kegagalan dengan tingkat stress yang dialaminya.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli maka dapat dinyatakan burnout adalah keadaan yang mencerminkan reaksi emosional pada individu yang bekerja pada perusahaan yang berkepanjangan dan terjadi ketika seseorang mulai mempertanyakan nilai-nilai pribadinya dalam melaksanakan pekerjaan apa yang didapatkan untuk dirinya sendiri.

Burnout adalah kondisi merasa kehilangan energi dan terperas habis secara fisik maupun psikis yang disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan yang dapat diukur dengan indikator sebagai berikut. Kelelahan emosional adalah rasa takut untuk kembali bekerja dan mudah terpancing emosi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Depersonalisasi adalah memandang rendah dan meremehkan klien sehingga mengabaikan kebutuhan klien. Evaluasi adalah kecenderungan memberi evaluasi negatif atas ketidak puasan tehadap diri sendiri dalam hal pekerjaan yang belum

terselesaikan. Kemunduran kepribadian (diminished personal accomplishment)

6307

Cokorda Gede Rama Putra Trisnu, Peran Role Stress dan Burnout Terhadap...... adalah kecenderungan memberi evaluasi negatif terhadap diri sendiri, terutama berkaitan dengan pekerjaan (Eduard, 2011).

Teori Kebutuhan Mc. Clelland (1961) dibagi menjadi tiga yaitu, Kebutuhan untuk Berprestasi (Need for Achievement), yaitu mereka lebih mengejar prestasi pribadi daripada imbalan terhadap keberhasilan, mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan hasil sebelumnya. Dalam penelitiannya menemukan bahwa mereka yang memiliki nAch yang tinggi ialah para wirausaha yang berhasil. Kebutuhan untuk Berkuasa (Need for Power), yaitu adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Kebutuhan untuk berkomitmen (Need for committed), yaitu orang yang berusaha berkomitmen mengutamakan persahabatan, ingin disukai dan diterima oleh orang lain, lebih menyukai situasi-situasi kooperatif dari situasi kompetitif dan sangat menginginkan hubungan-hubungan yang melibatkan saling pengertian dan berkomitmen, dan berusaha untuk menghindari konflik.

Role stress mempunyai hubungan tidak signifikan terhadap professional komitmen (Sarjito, 2012). Claude et al. (2013) mengatakan bahwa role stress memiliki keterkaitan terhadap professional komitmen yang rendah. Setiap karyawan harus mampu meminimalisir role stress yang terjadi sehingga professional komitmen karyawan akan tercipta dalam bekerja (Eka, 2006). Ajay et al. (2013) membuktikan bahwa role stress memiliki pengaruh negatif pada professional komitmen karyawan. Dipertegas oleh Febrianty (2012) role stress

yang dialami karyawan memiliki pengaruh negatif pada professional komitmen

6308

karyawan di dalam bekerja. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut.

H1 :   role stress berpengaruh signifikan negatif terhadap professional

commitment

Aslam (2009) burnout mempunyai pengaruh terhadap professional commitment. Burnout yang dirasakan karyawan akan mempengaruhi professional karyawan untuk berkomitmen atau tidak pada perusahaan (Madziatul, 2011). Komitmen professional karyawan akan tercipta apabila setiap karyawan mampu mengatasi burnout dalam bekerja (Syed, 2014). Muhammad (2012) membuktikan burnout memiliki pengaruh negatif pada professional komitmen karyawan. Satriyo dan Survival (2014) mengungkapkan hal yang sama burnout memiliki pengaruh negatif pada professional komitmen karyawan sehingga memberikan hasil kerja yang buruk. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut.

H2 :   Burnout berpengaruh signifikan negatif terhadap professional

commitment.

6309

Gambar 1. Peran Role Stress dan Burnout terhadap Professional Commitment Karyawan PT. Buana Inti Permai Denpasar

Sumber: Data Diolah, 2017

METODE PENELITIAN

Karya ilmiah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara satu sampai dua variabel atau lebih yang memfokuskan lokasi studi pada perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan pelumas mesin kendaraan (oil), yang bernama PT. Buana Inti Permai yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No. 101 Denpasar Bali. Adapun alasan yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian melalui hasil observasi dan wawancara awal pada PT. Buana Inti Permai Denpasar ditemukan masalah mengenai obyek yang diteliti yaitu mengenai professional commitment karyawan mengingat pada perusahaan ini memerlukan tingkat professional karyawan yang baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Adanya dukungan dari pendapat ahli yang digunakan oleh penulis bahwa professional commitment sebagai pendukung karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Obyek penelitian adalah suatu hal atau apa saja yang menjadi perhatian dan apa saja yang diteliti (kamus bahasa Indonesia, 2008). Sebagai obyek dalam penelitian adalah peran role stress dan burnout terhadap professional commitment. Subyek penelitian ini adalah seluruh karyawan yang berjumlah 50 orang pada PT. Buana Inti Permai Denpasar. Variabel bebas adalah role stress (X1), burnout (X2)

dan variabel terikat adalah professional commitment (Y).

Jenis data Data Kualitatif yang dipergunakan seperti teori-teori yang mendukung penelitian. Data Kuantitatif yang dipergunakan seperti adalah data tanggapan responden terhadap kuisioner yang diberikan, jumlah populasi dan sampel responden pada PT. Buana Inti Permai Denpasar. Sumber data untuk mendukung makalah studi ini seperti sumber data primer dan sekunder. Data primer melalui data yang dikumpulkan dari tangan pertama, catatan dan dipergunakan langsung dari pendapat karyawan PT. Buana Inti Permai Denpasar, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya oleh peneliti, data ini didapatkan dengan observasi dan pemberian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari tempat objek penelitan dalam bentuk jadi untuk pendukung karya ilmiah ini melalui sejarah, struktur organisasi PT. Buana Inti Permai Denpasar.

Jumlah sampel dalam hal ini karyawan PT. Buana Inti Permai Denpasar sebanyak 50 orang di klasifikasikan berdasarkan metode sensus (Riduwan dan Sunarto, 2007:17). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, dengan melakukan tanya jawab langsung antara peneliti dengan responden yang terkait untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Studi Pustaka adalah metode pengumpulan data sekunder yang bersumber pada buku, literatur, jurnal-jurnal, referensi yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan Kuisioner melalui pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan sebelumnya dan diberikan kepada responden yang telah dipilih dan dipergunakan untuk memperoleh data konsumen atau responden.

Data diuji untuk mengetahui peran role stress dan burnout terhadap

professional commitment. Analisis ini juga dapat menduga arah dari hubungan

6311

tersebut dengan program computer Statitical Pacage of Social Science (SPSS) versi 17.0 for Windows dengan model persamaan:

Y = α + β1X1 + β2X2 + ε1………………................….(1)

Keterangan:

Y        = professional commitment

α         = konstanta

β1…β2     = koefisien regresi

X1         = role stress

X2       = burnout

ε1         = variabel pengganggu

Uji asumsi klasiik meliputi Uji normalitas untuk menguji apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan model regresi memenuhi asumsi normalitas atau tidak. Uji Multikolonieritas sebagai pedoman untuk mengetahui satu model yang bebas multikol adalah mempunyai nilai VIF (Varian Inflatation Factor) tidak lebih dari 10 dan mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 0,1. Uji heteroskedastisitas dalam perhitungan SPSS untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik heteroskedastisitas dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distandardized. Ketepatan model regresi sampel data menaksir nilai aktual yang dapat diukur dari goodness offit-nyn. Secara statistik dapat diukur dari nilai koefisien uji statistik F (F- test) dan Uji regresi parsial (t-test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji validitas masih-masing indikator variabel memiliki nilai person correlation lebih besar dari 0,30, maka ini berarti indikator/pertanyaan yang

digunakan layak digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, dan

6312

dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat yang disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1.

Hasil Uji Validitas

No

Variabel

Indikator

Korelasi

Keterangan

1

Role stress (X1)

X1.1

0,718

Valid

X1.2

0,761

Valid

X1.3

0,823

Valid

X1.4

0,796

Valid

2

Burnout (X2)

X2.1

0,809

Valid

X2.2

0,737

Valid

X2.3

0,885

Valid

X2.4

0,860

Valid

3

Profesional comitment (Y)

Y1

0,841

Valid

Y2

0,863

Valid

Y3

0,902

Valid

Sumber : Data diolah, 2017

Hasil uji reliabilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha untuk masing-masing

variabel > 0,6, ini berarti alat ukur tersebut akan memberikan hasil yang konsisten apabila alat ukur tesebut digunakan kembali untuk meneliti obyek yang samayang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.

Hasil Uji Reliabilitas

No                    Variabel

Cronbach’s

Keterangan

  • 1    Role stress

  • 2   Burnout

  • 3    Profesional comitment

0,775          Reliabel

0,842          Reliabel

0,823          Reliabel

Sumber : Data diolah, 2017

Analisis regresi linear berganda menjelaskan ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Hasil analisis regresi dengan program Statitical Pacage of Social Science (SPSS) versi 17.0 for Windows dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3.

Rangkuman Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Koefisien Regresi        t         Sig

B

Std. error

(constant)

.000

.073        .000

Role stress

-.382

.149       -2.570      .013

Burnout

-.510

.149       -3.433       .001

Dependen variabel

:  Profesional comitment

F Statistik

:  68.856

Sig F

:  0.000

:  0.746

Adjusted R²

:  0.735

Sumber : Data diolah, 2017

Tabel 3 menjelaskan persamaan regresi linear berganda yang disajikan

sebagai berikut.

Y = 0,000 - 0,382 X1 - 0,510 X2

Dimana :

Y = Professional commitment

X1 = Role stress

X2 = Burnout

R² = Koefisien determinasi

Berdasarkan persamaan hasil regresi linear berganda melalui uji SPSS, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut.

Nilai konstanta sebesar 0,000 menunjukan bahwa bila role stress (X1), burnout (X2) sama dengan nol, maka nilai professional commitment (Y) konstant sebesar 0,000 satuan. Nilai koefisien β1 = -0,382 berarti menunjukkan bila role stress (X1) bertambah 1 satuan, maka nilai dari professional commitment (Y) akan mengalami penurunan sebesar -0,382 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Nilai koefisien β2 = -0,510 berarti menunjukkan bila burnout (X2) bertambah 1 satuan, maka nilai dari professional commitment (Y) akan mengalami penurunan sebesar -0,510 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Hasil perhitungan regresi linear berganda diketahui bahwa Fhitung = 68,856 dan nilai Ftabel dengan tingkat keyakinan 95% dan α = 0,05; df = (k-1):(n-k) = (2:47) adalah sebesar 3,23. Oleh karena Fhitung (68,856) lebih besar dari Ftabel (3,23) dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan role stress dan burnout berpengaruh signifikan secara simultan terhadap professional commitment karyawan. Hal ini berarti model dapat digunakan untuk analisa lebih lanjut atau dengan kata lain model dapat digunakan untuk mempresentasikan karena hasil goodness of fitnya baik. Selain itu dari nilai koefisien determinasi R2 juga memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu 0,746 hal ini menandakan bahwa sebesar 74,6 persen variasi professional commitment dapat dijelaskan oleh role stress (X1) dan burnout (X2) sedangkan sisanya 25,4 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Uji normalitas akan ditampilkan pada Tabel 4 hasil yang didapatkan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,892 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi secara normal.

Tabel 4.

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N

50

Normal Parameters(a,b)

Mean

.0000000

Std, Deviation

.50443131

Most Extreme Differences

Absolute

0.081

Positif

0.081

Negatif

-0.070

Kolmogorov-Smirnov Z

0.569

Asymp. Sig. (2-tailed)

0.902

Sumber : Data diolah, 2017

Hasil pengujian multikolinearitas dapat diperoleh hasil sebagai berikut pada

Tabel 5 berikut.

Tabel 5.

Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistic

Tolerance       VIF

1

Role stress

0.245

4.085

2

Burnout

0.245

4.085

Sumber : data diolah, 2017

Tabel 5. dapat diketahui nilai VIF (Varian Inflatation Factor) tidak lebih dari 10 dan mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 0,1, maka ini berarti dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 6.

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients         t          Sig.

B     Std. Error

Beta

1

(Constant)

.368

.049

1.000

2

Role stress

.052

.100

-.152

-.516

.608

3

Burnout

.035

.100

.102

.348

. 719

Sumber : data diolah, 2017

Tabel 6. diatas dapat dilihat bahwa hampir semua variabel memiliki nilai signifikansi > 0,05 ini berarti pada model regresi tidak terjadi gejala heteroskedasitisitas.

Tabel 7.

Hasil Analisis Uji t

Variabel

thitung

ttabel

Hasil Uji t

Hasil Hipotesis

X1

-2,570

1,684

(-2,570) < (1,684)

H0 diterima

X2

-3,433

1,684

(-3,433) < (1,684)

H0 diterima

Sumber : Data diolah, 2017

Pengujian t hitung pada variabel role stress (X1) Hipotesis ini menyatakan bahwa role stress berpengaruh negatif terhadap professional commitment. Tabel 7 menunjukkan role stress (X1) memiliki nilai thitung= -2,570 lebih kecil dari ttabel= 1,684 maka H0 diterima, ini berarti role stress berpengaruh negatif terhadap professional commitment. Tidak positif, erat, dan tidak signifikan dalam arti kedua variabel antara role stress dengan professional commitment tidak saling berpengaruh besar/erat satu sama lain dengan didasarkan pada perhitungan olah data statistik yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi role stress yang dialami karyawan, maka ada kecenderungan professional commitment semakin rendah.

Pengujian t hitung pada variabel burnout (X2) Hipotesis ini menyatakan bahwa burnout tidak berpengaruh terhadap professional commitment. Tabel 7. menunjukkan burnout (X2) memiliki nilai thitung= -3,433 lebih besar dari ttabel= 1,684 maka H0 diterima, ini berarti burnout berpengaruh negatif terhadap professional commitment. Tidak positif dan signifikan dalam arti kedua variabel antara burnout dengan professional commitment tidak saling berpengaruh besar/erat satu sama lain dengan didasarkan pada perhitungan olah data statistik yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya tindakan burnout pada karyawan dapat menurunkan professional commitment karyawan secara keseluruhan.

Pengaruh Role Stress terhadap Professional Commitment. Hasil analisis data diketahui bahwa role stress berpengaruh negatif terhadap professional commitment karyawan. Hal ini mengandung arti bahwa semakin tinggi tingkat 6317

Cokorda Gede Rama Putra Trisnu, Peran Role Stress dan Burnout Terhadap...... role stress yang dialami karyawan, maka ada kecenderungan professional commitment karyawan pada PT. Buana Inti Permai Denpasar semakin rendah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sarjito (2012) menyatakan role stress mempunyai hubungan negatif terhadap professional komitmen (Sarjito, 2012). Claude et al. (2013) mengatakan bahwa role stress memiliki pengaruh negatif terhadap professional komitmen yang rendah. Setiap karyawan harus mampu meminimalisir role stress yang terjadi sehingga professional komitmen karyawan akan tercipta dalam bekerja (Eka, 2006). Ajay et al.  (2013)

membuktikan bahwa role stress memiliki pengaruh negatif pada professional komitmen karyawan.

Pengaruh Burnout terhadap Professional Commitment. Hasil analisis data burnout berpengaruh negatif terhadap professional commitment, terlihat adanya burnout pada diri karyawan dapat menurunkan sikap professional commitment pada PT. Buana Inti Permai Denpasar secara keseluruhan. Hasil penelitian ini searah dengan pernyataan Aslam (2009) burnout mempunyai pengaruh negatif terhadap professional commitment. Burnout yang dirasakan karyawan akan mempengaruhi professional karyawan untuk berkomitmen atau tidak pada perusahaan (Madziatul, 2011). Komitmen professional karyawan akan tercipta apabila setiap karyawan mampu mengatasi burnout dalam bekerja (Syed, 2014). Muhammad (2012) membuktikan burnout memiliki pengaruh negatif pada professional komitmen karyawan. Satriyo dan Survival (2014) mengungkapkan hal yang sama burnout memiliki pengaruh negatif pada professional komitmen

karyawan sehingga memberikan hasil kerja yang buruk.

6318

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pada pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka adapun hal-hal yang dapat disimpulkan yaitu, Role stress berpengaruh signifikan negatif terhadap professional commitment karyawan pada PT. Buana Inti Permai Denpasar. Burnout berpengaruh signifikan negatif terhadap professional commitment karyawan pada PT. Buana Inti Permai Denpasar.

Berdasarkan simpulan, saran-saran yang dapat diberikan adalah pihak manajemen harus memperhatikan tingkat role stress yang di alami karyawan dalam hal ini memperhatikan segala jenis tuntutan pekerjaan yang diberikan kepada karyawan supaya disesuaikan dengan kemampuannya. Pihak PT. Buana Inti Permai Denpasar harus memperhatikan dari segi peralatan yang mendukung setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga mengurangi tingkat kepanikan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga memiliki kepribadian yang baik dalam melakukan pekerjaan untuk mengurangi terjadinya role stress karyawan. PT. Buana Inti Permai Denpasar sebagai agen resmi pertamina untuk pelumas kendaraan diharapkan mampu mengatasi sikap burnout pada karyawan. Pimpinan harus menghargai segala usaha karyawan yang telah dilakukan dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga karyawan tidak takut untuk kembali bekerja, membina kerjasama sehingga adanya rasa saling menghargai terhadap hasil pekerjaan sendiri untuk membangun rasa puas karyawan dalam bekerja.

Keterbatasan dari penelitian ini adalah lokasi penelitian ini hanya dilakukan pada PT. Buana Inti Permai Denpasar dan hanya meneliti tentang professional 6319

commitment melalui role stress dan burnout sedangkan masih terdapat beberapa tempat lainnya dengan menggunakan indikator variabel lainnya. Penelitian hanya mengunakan teknik analisa regresi linear berganda, sedangkan dapat dikembangkan lagi dengan teknik analisa yang lainnya, seperti: SEM analisis, Path Analisis dan AMOS. Penelitian melibatkan subyek yang terbatas, yakni 50 orang responden, sehingga hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada kelompok subyek dengan jumlah besar.

REFERENSI

Aaron, Cohen Mohamed Abedallah. 2015. The mediating role of burnout on the relationship of emotional intelligence and self-efficacy with OCB and performance. Journal Management Research Review, 38(1): 2-28

Ajay, K. Jain., Sabir I. Giga., and Cary L. Cooper. 2013. Stress, Health and WellBeing:  The Mediating Role of Employee and Organizational

Commitment. International Journal of Environmental Research and Public Health, 2(3): 4907-4924

Andika, Pradana., dan Imam Salehudin. 2015. Work Overload and Turnover Intention of Junior Auditors In Greater Jakarta Indonesia. The South East Asian Journal of Management. 9(2): 108-124

Anja, Van den Broeck., Maarten Vansteenkiste, Hans De Witte., and Willy Lens. 2008. Explaining the relationships between job characteristics, burnout, and engagement: The role of basic psychological need satisfaction. Journal Work and Stress. 22(3): 277-294

Aslam, Muhammad Shakeel. 2009. The Influence of Job Burnout on Intention to Stay in the Organization: Mediating Role of Affective Commitment. The academy of management journal. 40: 1-12.

Aslam, Muhammad Shakeel., Farhan Ahmad, Shamyla Anwar. 2012. Job Burnout and Organizational Citizenship Behaviors: Mediating Role of Affective Commitment. Journal of Basic and Applied Scientific Research. 2(8): 8120-8129

Boris, Popov., Marijana Miljanovic, Maja Stojakovic., and Jelena Matanovic. 2013. Work Stressors, Distress, and Burnout: The Role of Coping Strategies. Journal Primenjena Psihologija, 6(4): 355-370

Claude, Fernet., Stephani’e Austin, Sarah-Genevie’ve Tre’panier., and Marc Dussault. 2013. How do job characteristics contribute to burnout? Exploring the distinct mediating roles of perceived autonomy, competence, and relatedness. European Journal of Work and Organizational Psychology. 22(2): 123-137

Eduard, Yohannis Tamaela. 2011. Konsekuensi Konflik Peran, Kelebihan Beban Kerja dan Motivasi Intrinsik terhadap Burnout pada Dosen yang Merangkap Jabatan Struktural. Jurnal Asset. 13(2): 111-122

Eka, Murtiasri. 2006. Anteseden dan konsekuensi Burnout pada Auditor: Pengembangan terhadap role stress model. Jurnal Simposium Nasional. 3(1): 1-27

Febrianty, 2012. Pengaruh role conflict, role ambiguity and work-family conflict terhadap komitmen organisasional (Studi Pada KAP di Sumatera Bagian Selatan). Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi. 2(3): 315-339

Fereshti, Nurdiana Dihan., dan Fatkhurohman, 2012. Reducing role conflict and role overload: The case of burnout. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 1(2): 18

Gonul, Kaya Ozbag., and Gokce Cicek Ceyhun, 2014. The Impact of Job Characteristics on Burnout; The Mediating Role of Work Family Conflict and the Moderating Role of Job Satisfaction. International Journal of Academic Research in Management. 3(3): 291-309

Greenberg, Jerald., dan Robert A. Baron. 2003. Behaviour in Organizations, Understanding and Managing The Human Side of Work. Third Edition. Allin and Bacon. A Division of Schuster. Massachuscets

Jawwad, Ahmad., and Mazhar Hussain. 2012. The impact of work-family conflicts on job stress and turnover-organizational commitment and job satisfaction as a mediator. Journal Economic and Environmental Studies. 12(4): 363-372

Kreitner., dan Kinicki. 2008. Perilaku Organisasi, Jakarta. Selemba empat

Madziatul, Churiyah. 2011. Pengaruh Konflik Peran, Kelelahan Emosional terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi. Jurnal Ekonomi Bisnis. 16(2): 145-154

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

McClelland, D. C., J.W. Atkinson, R.A. Clark., and E.L. Lowell. 1961. The Achievement Motive, Princeton, NJ: Van Nostrand.

Muhammad, Arif Khattak., Quarat-ul-ain., and Nadeem Iqbal, 2013. Impact of Role Ambiguity on Job Satisfaction, Mediating Role of Job Stress. International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences. 3(3): 28-39

Rahmawati, Hanny Yustrianti. 2008. Pengaruh Flexible Work Arragement, Terhadap Role Conflict, Role Overload, Reduced Personal Accomplishment, Job Satisfaction dan Intention to Stay. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 10(3): 127-128

Riduwan., dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Sarjito, Surya. 2012. Hubungan antara role conflict, role ambiguity, dan kepuasan kerja, dengan Komitmen Organisasional. Jurnal Sains Manajemen & Akuntansi. 4(2): 68-80

Satriyo, Moh., dan Survival, 2014. Pengaruh stres kerja terhadap burnout dan pengaruh burnout terhadap kinerja. Jurnal Manajemen & Akuntansi. 3(2): 52-61

Siwi, Tri. 2005. Pengaruh Komitmen Profesi, Partisipasi Anggaran, dan Self Efficacy terhadap Konflik Peran (Studi Empiris pada Wanita Karis di Yogyakarta). Simposium Riset Ekonomi II.

Syed, Harris Laeeque. 2014. Role of Work-Family Conflict in Job Burnout: Support from the Banking Sector of Pakistan. International Letters of Social and Humanistic Sciences, 40: 1-12

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV.Alfabeta.

Xiaofei, Li., Lili Guan., Hui Chang, Bo Zhang, 2014. Core Self-Evaluation and Burnout among Nurses: The Mediating Role of Coping Styles. Journal Pone. 9(12): 1-12

6323