https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/

DOI: https://doi.org/10.24843/ling.2020.v27.i02.p01

LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2020

p-ISSN: 0854-9613 e-ISSN: 2656-6419

Vol. 27 No.2

Penyebab-Penyebab Kesalahan Penggunaan Kata Bahasa Mandarin: Tinjauan Terhadap Mahasiswa Jurusan Bahasa Mandarin di Indonesia

1Qin Weifen

[email protected] Hefei University of Technology, China

Abstrak--Kesalahan-kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin menarik untuk diteliti karena kenyataan ini telah menjadi hambatan komunikasi dalam karangan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin dalam karangan mahasiswa. Pendekatan penelitian kualitatif digunakan dengan orientasi. Data penelitian diperoleh dari 44 subjek sebagai mahasiswa Unesa dan UWK. Analisis data dimulai dengan pengidentifikasian kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin dalam karangan, kemudian pengklasifikasian jenis-jenis bentuk kesalahan dalam taksonomi linguitik dan akhirnya menyimpulkan faktor-faktor penyebab kesalahan tersebut dalam segi linguistik dan nonlinguistik. Hasil penelitian menemukan interferensi Bahasa Indonesia menjadi penyebab utama dalam segi linguistik. Selain itu, dalam segi nonlinguistik, faktor yang ditemukan adalah strategi komunikasi dan lingkuang bahasa mahasiswa. Tidak hanya itu, jika ditinjau dari mahasiswa diri sendiri, faktor durasi belajar, jumlah pajanan, tingkat pengusaan bahasa Mandarin, dan kebatasan media juga berpengaruh pada kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin dalam karangan.

Kata kunci: analisis kesalahan, faktor penyebab, penggunaan kata, bahasa Mandarin, karangan, mahasiswa

Abstract--Chinese words’ usage errors in compositions of undergraduates are very attractive to be research, because the errors are truly has become the obstruction of communication in composition. The purpose of this study is to describe the cause factors of the Chinese words’ usage errors in compositions of undergraduates. Use the approach of International qualitative methodology and the data of this research is got from the students in Unesa and UWK. The data analysis contains the following procedures. First, identify the word usage errors and classify the types based on the linguistics taxonomy which consisting of phonology, semantics & lexical, morphological, and syntactic. Finally, it analyzes the cause factors from both the perspective of linguistics and non-linguistics. The study finding interference between Chinese and Indonesian is the main linguistics factor causing. At the same time, the strategy of communication and language environment of undergraduates are the non-linguistic factors causing. Moreover, if viewed from the students themselves, learning duration, exposure, language governance, and media of study are also affects the words’ usage in composition.

Key words: Error analysis, Cause factors, Words’ usage, Chinese, Composition, Undergraduates

Vol. 27 No.2

  • 1.    Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, makin banyak orang yang mempelajari bahasa Mandarin, termasuk orang Indonesia. Apalagi setelah pemerintah Tiongkok dan Indonesia meningkatkan hubungan kedua negara menjadi kemitraan strategis komprehensif pada tahun 2013. Hal tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan komunikasi dalam kerja sama antara negara Indonesia dan negara Tiongkok di bidang ekonomi, kebudayaan, pendidikan, industri, proyek, diplomasi, dan lain sebagainya (Dan & Septevany, 2020).

Di sisi lain, pembelajaran bahasa Mandarin berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya di Indonesia (Martini et al., 2019). Semakin banyak universitas membuka program studi bahasa/sastra Mandarin. Akan tetapi kurikulum pendidikan bahasa Mandarin untuk mahasiswa S1/D3 di Indonesia masih belum memiliki rujukan yang optimal. Pada sisi lain, mata pelajaran bahasa Mandarin di Prodi Bahasa Mandarin di universitas tersebut beberapa tahun terakhir ini terdapat beberapa kendala. Pertama, kurangnya bahan untuk mengajar mahasiswa di universitas, kebanyakan memakai buku 汉语/hàn yǔ/, Mandarin dan 中文/zhōng wén/, Mandarin. Dua buku pembelajaran ini disusun di Beijing dan Guangzhou yang dikhususkan untuk mahasiswa asing yang belajar bahasa Mandarin di Tiongkok. Karena itu, sampai sekarang masih bisa dikatakan tidak ada buku pembelajaran yang berkualitas khusus untuk mahasiswa Indonesia. Kedua, tenaga pengajar/guru bahasa Mandarin sangat kurang. Hasil penelitian dari Asia Weekly pada 2228 November 1999 mengatakan bahwa Indonesia akan menghadapi kesulitan untuk mencari sumber daya guru zaman sekarang. Fan Wenjuan dalam makalah Beberapa Soal tentang Pendidikan Bahasa Mandarin di Indonesia pada Zaman Sekarang yang dimuat dalam jurnal Pendidikan Bahasa Mandarin pada tahun 2005, menyampaikan apa yang dibicarakan oleh kepala Lembaga Asosiasi Pendidikan Bahasa Mandarin Jakarta Indonesia, yaitu guru bahasa Mandarin sangat dibutuhkan baik secara formal atau nonformal, dan menyatakan bahwa jumlah guru

yang dibutuhkan minimal 30.000 orang, tetapi kenyataannya hanya 4000 guru sedang mengajar bahasa Mandarin di daerah masing-masing, diantaranya sekitar 79% guru Mandarin berusia sudah lebih dari 50 tahun.

Kesalahan merupakan ciri pembelajaran suatu bahasa. Namun demikian kesalahan sangat mengganggu dalam usaha pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh karena itu, kesalahan yang sering terjadi sebaiknya dikurangi dan sedapat mungkin dihindarkan. Dengan kegiatan analisis kesalahan dapat diketahui aspek-aspek yang menyebabkan kesalahan sehingga kegiatan analisis kesalahan berbahasa sangat penting. Kegiatan analisis berbahasa mencakup pengumpulan kesalahan, pengklasifikasian dalam berbagai tipe dan pencarian kemungkinan penyebab-penyebab. Berkait dengan kerumitan berbahasa, bahasa Mandarin termasuk rumit dalam hal variasi bentuk morfologinya, khususnya pada kesalahan penggunaan kata dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua yang sering dibuat oleh pelajar baiki karena salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk dan salah memilih bentuk kata, maupun salah menggunaan kata tugas, atau salah pembentukannya.

Terkaitan dengan uraian di atas, fokus penelitian ini ialah mencari faktor yang menyebabkan kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin dalam karangan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Universitas Negeri Surabaya (S1) dan Prodi Sastra Mandarin Universitas Katolik Widya Kartika (D3) tahun akademik 2010/2011. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.

  • 2.    Metode Penelitian

Sebagaimana dinyatakan pada latar belakang, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kesalahan kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan orientasi, dan membuat deskripsi secara nyata dan faktual

Vol. 27 No.2

tentang fakta yang diteliti. Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari hasil belajar siswa (Moleong, 2002:3). Sejalan dengan pemikiran Ibrahim (2001:209), penelitian kualitatif dalam pendidikan untuk mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk mengenali kekurangan dan kelemahan pendidikan, sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.

Data penelitian ini adalah kata dalam frasa atau kalimat bahasa Mandarin yang digunakan secara salah. Data yang diteliti adalah kata-kata dari karangan ditulis dengan bahasa Mandarin oleh mahasiswa Prodi Pendidikan bahasa Mandarin Unesa dan Prodi Sastra bahasa Mandarin UWK yang sedang belajar bahasa Mandarin sebagai bahasa asing, dan karangan ini diberikan oleh dosen mata kuliah menulis. Sesuai dengan fokus penelitian, dua tempat tersebut memiliki prodi bahasa Mandarin, dan mahasiswa yang dipilih menjadi subjek penelitian adalah yang telah mampu menulis karangan dalam mata pembelajaran bahasa Mandarin.

Ada dua teknik pengumpulan data yang diterapkan sebagai alat untuk menjaring data secara lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu (1) dokumentasi dan (2) wawancara mendalam (in-dept interview). Dokumen yang digunakan adalah karangan mahasiswa. Karangan yang diminta dari dosen Unesa ditulis oleh mahasiswa angkatan 2010 pada tahun akademik 2010-2011 tentang tiga tema. Karena tinggi rendahnya kemampuan mahasiswa berbeda, maka hanya 4 karangan dari 10 subjek mahasiswa yang sah menjadi sumber data penelitian. Karangan yang diminta dari dosen UWK yang ditulis oleh 18 mahasiswa angkatan 2009 pada tahun akademik 2010-2011 tentang dua tema dan jumlah karangan ialah 31. Juga ada jumlah 32 karangan terdapat dari dosen UWK ditulis oleh 16 mahasiswa angkatan 2008 pada tahun akademik 2010-2011 mengenai tema tertentu. Jadi, jumlah karangan adalah 77. Wawancara bagi mahasiswa bahasa Mandarin penting pada penelitian ini. Faktor penyebab apa

yang dialami dan pendapat yang disampaikan sangat dibutuhkan. Mahasiswa yang diwawancarai berjumlah 6 orang. Mereka dipilih secara acak dalam tiga kelas tersebut, yaitu masing-masing 2 orang pada setiap kelas.

Analisis data dilakukan setelah mencatat dan menyusun data secara numerik tentang kata, frase, atau kalimat yang mengandung kesalahan penggunaan kata. Menganalisis data dilakukan dengan teori terkait tentang analisis kesalahan, analisis kontrastif, bahasantara, dan referensi tentang penelitian sebelumnya untuk mencari jenis kesalahan penggunaan kata dan faktor-faktor penyebabnya mahasiswa dua prodi tersebut.

  • 3.1    Faktor- faktor Penyebab Kesalahan Penggunaan Kata Bahasa Mandarin

Faktor-faktor penyebab kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin dalam penelitian ini ditinjau dari segi (1) linguistik (interferensi dan intergrasi), dan (2) faktor nonlinguistik, yang dibagi dalam dua subfaktor, yakni (a) strategi komunikasi dan (b) lingkungan bahasa.

  • 3.1.1    Faktor linguistik

Secara teoritis, dari segi faktor linguistik, terdapat dua aspek yang menyebabkan kesalahan penggunaan kata dalam karangan bahasa Mandarin, yakni, interferensi dan integrasi. Akan tetapi, berdasarkan data penelitian, tidak ditemukan kesalahan akibat integrasi. Karena itu, pada bagian ini hanya interferensi yang dijelaskan. Interferensi yang menyebabkan kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni interferensi teoritis dan interferensi praktis.

  • 3.3.1.1.1    Interferensi teoritis

Aspek interferensi teoritis akan ditinjau dari segi ciri-ciri kaidah bahasa Mandarin yang berbeda dengan bahasa Indonesia yang menjadi faktor penyebab utama. Ciri-ciri bahasa Mandarin yang terkait akan dibahas dari unsur (1)aksara bahasa Mandarin, (2)kata penggolong, (3)bentuk

Vol. 27 No.2

kata, (4)struktur sintaksis, (5)urutan kata, dan (6)kata tugas. Penjelasan sebagai berikut.

  • (1)    Aksara bahasa Mandarin

Huruf bahasa mandarin dalam bentuk garis dan goresan tampaknya tidak ada hubungan dengan pelafalan. Hal ini berbeda dalam bahasa Indonesia yang ejaan huruf Latin seharusnya sesuai dengan pelafalan. Apalagi, satu pelafalan akan memiliki beberapa aksara yang masing-masing memiliki makna yang berbeda. Oleh karena ini, mahasiswa akan menimbulkan kesalahan pilihan aksara antara bunyi yang sama, misalnya contoh, /tīng fáng/’ruang tamu’, huruf /tīng/ seharusnya diganti dengan huruf /tīng/ yang berbunyi sama.

Interferensi ini terjadi karena memakai cara ejaan bahasa Indonesia dalam tulisan bahasa Mandarin. Karena setiap huruf berbeda makna namun pelafalan sama, maka interferensi ini mengakibatkan kalimat tidak berterima bahkan tidak dapat dipahami maknanya.

Selain itu, bentuk huruf yang mirip juga mengganggu mahasisiwa ketika memilih huruf. Misalnya, huruf /yú/ dan /lǎn/. Kesalahan ini terjadi karena mahasiswa sulit membedakan bentuk tulisan bahasa Mandarin yang tidak ada kaitan dengan huruf tulisan Latin. Interferensi ini mengakibatkan kalimat tidak dapat dipahami.

  • (2)    Kata penggolong

Dalam bahasa Mandarin, untuk menyatakan jumlah benda seharusnya memakai kata penggolong, dan tidak boleh langsung ‘kata angka+ kata benda’, hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang di antara kata angka bahasa Indonesia dan kata benda dapat ditiadakan kata penggolong. Jadi yang benar ialah: Kata angka +kata penggolong + kata benda.

Misalnya ucapan */wǔ shū/’lima buku’, *六笔/liù bĭ/’enam pensil’*三狗/sān gŏu/’tiga anjing’ yang seharusnya 五本/wǔ bĕn shū/’lima buah buku’, 六支笔/liù zhī bĭ/’enam buah pensil’ dan 三只狗/sān zhī gŏu/’tiga ekor anjing’. Kata

/bĕn/, /zhī/, dan /zhī/ adalah kata penggolong.

Kata penggolong juga berada dalam bahasa Indonesia, tetapi tidak berwajib hadir. Jadi ‘tiga ekor anjing’ juga dapat diucapkan ‘tiga anjing’ dan dua bentuk berterima. Hal ini akan menyulitkan mahasiswa dalam memakai kata penggolong dan memilih kata penggolong yang sesuai kata benda.

Interferensi memakai kaidah pemakaian kata penggolong bahasa Indonesia ke dalam bahasa Mandarin akan menjadi kendala komunikasi. Namun diganggu interferensi, tetapi masih dapat dipahami. Misalnya *三狗/sān gŏu/’tiga anjing’ dan三只狗/sān zhī gŏu/’tiga ekor anjing’ telah mengubah makna. Misalnya, Jika kata/èr céng lóu/’dua lantai’ diluluhkan kata penggolong akan menjadi kata 二楼/èr lóu/’lantai dua’ yang artinya jauh berbeda.

  • (3)    Bentuk kata

Tiada tanda jenis kata dalam sistem bahasa Mandarin. Oleh karena itu, tidak dapat diketahui jenis kata apa dari penampilan bentuk kata. Kata yang mana adalah kata benda, yang mana adalah kata kerja dan yang mana adalah kata sifat atau kata adverbia. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesiaa yang dapat diketahui hanya dari bentuk kata.

Tiada tanda perubahan bentuk pada kategori kata yang berbeda dalam kalimat. Misalnya, kata kerja bahasa Mandarin dapat dipakai berperan sabagai predikat, diikuti oleh objek atau pelengkap, dapat pula sebagai subjek atau objek, dan keterangan, juga dapat diterangkan oleh kata adverbal. Tetapi dalam semua proses tersebut, bentuk kata kerja tidak mengalami perubahan.

Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia, dan merupakan kesulitan potensial bagi mahasiswa Indonesia ketika belajar bahasa Mandarin. Karena bahasa Indonesia memiliki tanda bentuk jenis kata, dan jika dipakai dalam kalimat, kata akan mengalami perubahan sesuai dengan kondisi masing-masing. Salah satu tanda

Vol. 27 No.2

ialah afiks. Misalanya, kata kerja ‘makan’, jika menjadi kata benda, biasanya ditambahkan afiks [-an] (makanan). Kata ‘kerja’ jika dipakai dalam kalimat perintah, seharusnya ditambahkan sufiks [-kan], jadi ‘kerjakan’.

Maka terjadi kesalahan memilih jenis kata bahasa Mandarin dalam bahasa lisan maupun tulisan, hal ini menjadi salah satu faktor penting yang mengakibatkan kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin.

Namun, interferensi dari bahasa Indonesia yang mengakibatkan kesalahan pilihan jenis kata walaupun telah mengganggu komunikasi, akan tetapi masih belum mengubah makna kalimat. Dari segi semantik, makna kalimat masih dapat dipahami, tetapi kalimat tersebut tidak berterima dari segi tata bahasa.

  • (4)    Struktur sintaksis

Kata, frasa dan kalimat sama-sama memiliki struktur S+P, P+O, MD, P+Pel, dan koordinatif. Hal ini terjadi karena tiada tanda bentuk dan perubahan bentuk dalam bahasa Mandarin. Struktur kalimat tidak harus berbola S+P, dan kata atau frase jika ditambahkan intonasi juga dapat menjadi kalimat. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia, dan mengakibatkan mahasiswa sulit memahami dan memakai struktur bahasa Mandarin. Interferensi ini menyebabakan dua kemungkinan (a)kata, frasa atau kalimat masih dapat dipahami maknanya dan (b)kata, frasa atau kalimat telah mengubah makna original.

  • (5)    Urutan kata

Urutan kata merupakan salah satu cara menyatakan makna gramatikal dalam bahasa Mandarin. Kaidah urutan kata seperti berikut, Subjek diletakkan mendahului predikat; Objek diletakkan di belakang predikat; Keterangan diletakkan mendahului inti kata; Pelengkap diletakkan di belakang kata kerja atau kata sifat. Jika urutan kata berubah, struktur hubungan dan makna akan berubah. Misalnya dalam data penelitian muncul kaliamt berikut,

dà jiā yǐng xiǎng le

Semua orang berpengaruh. S      P

[1a] yǐng,xiǎng,le,    ,jiā,

Pengaruhi semua orang.

P


O

Struktur kalimat [1] S+P dan [1a] P+O, berbeda, dan makna juga berbeda, tetapi bentuk kata tetap sama. Jadi jika urutan kata berubah, struktur hubungan dan makna akan berubah.

  • (6)    Kata tugas

Kata tugas merupakan cara menyatakan makna gramatikal bahasa Mandarin selain urutan kata.

  • (a)                             Ada atau

tidaknya kata tugas, atau tugasnya berlain akan membentukan hubungan struktur yang berbeda. Misalnya,

yi geren doιιιneiyou αei             w⅛ Ide I     zhuhe

  • 1.    - H [SS a Y∏ J1_   (« ip ½

Satuoning Iidakada memberi saya (pun∖ a > ucapan selamat.

S         K⅛t,P P        KetO O

tTidak ada satu orang pun memberi ucapan selamat saya.

[2a]

yi geren

JlA

Satu orang

S


dδum⅛iy∂u         gei        wd            zh⅛ he

[WiSfi-]    ..⅛...........⅛.       M,

[tidak ada]    kepada saya mengucapkan selamat.

Ket,P Pel.               P

Perbedaan antara kalimat [2] dan [2a] ialah ada atau tidaknya kata tugas ‘/de/’. Tapi struktur sudah berubah jauh. Jenis kata /gĕi/ dan 祝贺/zhù hè/ menyesuai dengan perubahan struktur kalimat telah merubah jenis kata kerja/gĕi/’memberi’ jadi kata depan /gĕi/’kepada’, kata祝贺/zhù hè/’ucapan selamt’ menjadi kata kerja ’mengucapkan selamat’, dan kalimat [2] tidak berdasarkan nalar dan tidak berterima. Yang benar ialah kalimat [2a].

  • (b)    Beberapa frasa tidak mengalami perubahan struktur setelah ditambahkan kata tugas, akan tetapi makna sudah lain. Misalnya, yīng       yǔ     de     lǎo     shī

bahasa Inggris guru

Vol. 27 No.2

’Guru yang dimiliki (departmen/pusat dll) bahasa Inggris’

yīng      yǔ        lǎo shī

bahasa Inggris guru

’Guru bahasa Inggris.’

  • 3.1.1.2 Interferensi praktis

Interferensi praktis dalam bagian bawah ini akan dibahas melalui penjelasan (1) makna kata (tataran semantik&lesikal), dan (2) fungsi gramatikal kata (tataran sintaksis) yang terjadi dalam karangan Mahasiswa.

  • a)     Makna kata berdiri atas makna leksikal,

makna gramatikal, dan makna tambahan. Katakata dalam setiap bahasa berkembang terus dan semakin banyak diciptakan oleh manusia dalam kelompok tertentu. Karena pola pikiran, lingkungan sosial dan budaya sangat berbeda antara bangsa masing-masing, maka kata-kata dalam bahasa yang sedang dipelajari dengan katakata bahasa yang telah dikuasai tidak akan sama secara sempurna. Ketika pelajar belum menguasai bahasa sasaran dengan sempurna, dia akan asumsikan kaidah bahasa sasaran bersama dengan bahasa yang telah dikuasai. Oleh karena itu, terjadilah kesalahan berbahasa. Misalnya, Kata ‘ ’ dalam bahasa Mandarin dan kata ‘bantu’ dalam bahasa Indonesia. Kata ‘’ sebagai kata kerja transitif tidak dapat diikuti kata kerja, melainkan kata benda, sebaliknya kata ‘bantu’ dalam bahasa Indonesia adalah kata kerja taktransitif dan dapat diikuti kata kerja yang berfungsi sebagai pelengkap. Maka muncul kalimat salah sebagai berikut,

tā     lái bāng xiū wǒ de      chē

Dia datang membantu memperbaiki saya mobil saya.

Seharusnya kalimat itu seperti berikut, tā    lái    bāng máng       xiū    wǒ

de     chē

Dia datang membantu memperbaiki saya mobil saya.

‘Dia ke sini membantu saya untuk memperbaiki mobil saya.’

Fungsi Gramatikal (tataran sintaksis)

Pola-pola kalimat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia tidak berbeda jauh. Dasar pola kalimat dalam dua bahasa sama, yaitu S+P+O. Ketika kita belajar pastilah muncul pertanyaan sebagai berikut, apakah fungsi kalimat dalam kedua bahasa sama? Apakah posisi letaknya kata manasuka? Apakah urutan kata akan membedakan makna? Bagaimana peran kata tugas?

Pertanyaan-pertanyaan di atas sangat penting bagi penggunaan kata dalam kalimat. Ketika mahasiswa belum menguasai bahasa sasaran yaitu bahasa Mandarin, dia akan mengasumsikan bahwa kaidah tersebut dalam bahasa Mandarin sama dengan kaidah bahasa Indonesia. Pada kaidah yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, kalimat yang diciptanya akan menjadi kacau, bahkan tidak dapat dipahami. Dalam penelitian ini, telah menemui kesalahan penggunaan kata dalam tataran sintaksis yang dibagi tiga jenis (1) pelesapan (2) penambahan (3) penggantian (4) susunan kata.

  • (1)    Pelesapan

Pelesapan ialah penyimbangan terjadi disebab oleh kehilangan satu atau lebih dari satu unsur kalimat, dan pelesapan akan terjadi ketika mahasiswa memakai kata atau frase sebagai berikut, (a) Kata tugas

Kata tugas yang kena pelesapan meliputi kata depan , kata arah, kata pelengkap, kata sambung, dan sebagian kata adverbia. Dalam data penelitian, pelesapan penggunaan kata tugas yang ditemui sebagai berikut.

  • 1)    Pelesapan kata petunjuk arah dalam struktur tertentu, yaitu,

/zài/’di’……[/lĭ/’dalam’]

/zài/’di’……[那里/nà lĭ/’situ,

sana’]

/zài/’di’……[/xià/’bawah’]

Vol. 27 No.2

……[/lĭ/’dalam’

/cóng/dari……[/zhōng/ ‘tengah’

Catatan, tanda ‘[ ]’ untuk mencatat kata atau bagian yang baisanya dilesapkan.

  • 2)      Pelesapan bagian belakang dalam

struktur pasangan kata penghubung,

/yīn wèi/’karena’……, [所以/suŏ

yĭ/’maka’]…….

……, [/jiù/]……

/yòu/"lagi,  juga"……, /yòu/"lagi,

juga"……

即使/ji shi/’namun’….所有/suŏ yŏu dōu shì/’semua adalah’…

Bagian kata dalam [ ] tidak akan muncul dalam kalimat bahasa ibu, maka sangat mudah terjadi pelesapan kata tugas tersebut dalam kalimat.

  • (b)     Bagian belakang dalam kata atau

frasa yang berstruktur P+Pel (hasil), yaitu predikat diikuti morfem kata sebagai Pel hasil dari P. Misalnya yang tertimbul dalam data penelitian, ]/kàn jiàn/ ]/guà shàng/ 穿]/chuān zhe/ ]/bìng le/ ……[/hĕn duō/……

…… [//hĕn/bĭ jiào shǎo/…..

Dalam bahasa Mandarin, kata berstruktur P+Pel dapat dibagi bagian utama dan sekunter, bagian sekunter bermakna kekosongan isi nyata. Mahasiswa Indonesia selalu menghilangkan bagian sekunter, hal ini terjadi bukan karena kebetulan. Berdasarkan proses logika, orang akan berpikir bagian utama, tetapi mengabaikan bagian sekunter, dan untuk kata semacam ini, sebelumnya mereka telah menguasai bagian utama, tetapi kesalahan akan terjadi ketika mereka belum mengenal struktur tersebut maka tidak dapat menghubungkan dua bagian secara otomatis, atau tidak dapat membedakan makna antara kata bersturktur P+Pel dengan kata P yang telah dipelajari.

Faktor gangguan dari bahasa ibu juga menjadi salah satu penyebab penting pada pelesapan kata. Dalam bahasa Indonesia]/kàn jiàn/ ]/guà shàng/ 穿]/chuān zhe/, dan]/bìng

le/ dapat diekspresikan oleh kata ‘lihat’, ‘memutus’, ‘memakai’ dan ‘sakit’, namun empat kata bahasa Mandarin tersebut dapat diterjemahkan menjadi ‘lihat terdapat’, ‘menutus selesai’,’memakai sedang’ , dan’sakit telah’, tetapi pengungkapan frasa empat ini tidak terbiasa dalam bahasa Indoensia, dan kata /duō/’banyak’ dan /shǎo/’sedikit’ berbeda dengan bahasa Indoensia yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat, seharusnya bersama dengan kata adverbia /duō/’banyak’ atau/bĭ jiào/’lebih’. Hal ini akan menggangu hasil belajar bahasa Mandarin.

  • (c)    Kata tanda kala lampau /le/

[11],rán,

ān jìng yí xià zi

zán men


Tiba-tiba kita tenang sebentar.

Karena hal ini terjadi pada masa lampau, kalimat ini menjadi tidak lengkap karena tanpa/le/’kata tanda kala masa lampau’. Kalimat yang benar sebagai berikut,

wǒ [11a]


men

,


,ān,jìng,


le yí xià zi

*Kami tenang sebentar.

‘Kami tenang sebenar.

(d)Ketika mahasiswa belum menguasai bahasa tetapi diperlukan dalam pengungkapan kalimat, maka terjadi pelesapan. Mahasiswa termasuk orang dewasa, dan mereka telah memiliki pikiran dan logika yang cukup matang. Mereka akan menyampaikan gagasan yang kompleks dalam bahasa Mandarin mereka yang masih terbatas. Tentu akan menhadapi beberapa hal yang tidak dapat diekspresikan, maka terjadi pelesapan.

  • (2)    penambahan

Penambahan akan terjadi apabila memakai kata secara kelebihan. Ketika mahasiswa menguasai salah satu kata dalam konteks tertentu, sebelum dia mampu membedakan kondisi

Vol. 27 No.2

pemakaian kata.Penambahan akan terjadi pada konteks yang telah berubah. Mahasiswa membuat penambahan sebagai berikut,

(a)penambahan kata /shì/ wǒ xiǎng gēn

nián shì yí yàng

*Saya pikir dengan setiap adalah sama.

měi

,


tahun


Kata /shì/ tidak perlu dalam kalimat ini.Yang seharusnya /shì/ dihilangkan, sebagai berikut,

[12a] ,我   xiǎng,想     gēn,

měi nián yí yàng

*Saya pikir dengan setiap tahun

sama.

‘Saya pikir setiap tahun sama. ’ (b) penambahan kata /de/

[13]* ,,de,,ér,

yǐ jīng yí suì le

Pertama anak perempuan telah satu tahun.

Kata/de/ membuat struktur kalimat ini salah, dan seharusnya diubah jadi berikut ini,

[13a] ,,,,ér,yǐ jīng yí suì le

*Pertama anak perempuan telah satu tahun.

‘Anak perempuan pertama telah satu tahun.’

yuán lái wǒ gāng

cái mèng jiàn dào         shì

zhēn zhèng de

*Ternyata saya tadi mimpi terdapat adalah nyata.

Kalimat ini salah karena regularisasi kata Pel ‘’. Karena kata telah mengandung makna yang diungkapkan oleh kata pel ‘’, jadi tidak perlu memakai kata ‘’ lagi.

yuán lái wǒ gāng cái

mèng jiàn de shì zhēn

zhèng de

*Ternyata saya tadi mimpi adalah nyata.

Ternyata apa yang saya mimpi tadi menjadi nyata.

  • (d) Penambahan kata depan /duì/’kepada’.

[15],duì,,lín,,fēi cháng gǎn xiè

*Saya kepada saya tetangga sangat berterima kasih.

wǒ fēi cháng    gǎn

xiè,[ waǒ],d,e,lí,n,,居。,        ,

*Saya sangat berterima kasih saya tetangga.

‘Saya sangat berterima kasih kepada tetanggaku.’

(c) Regularisasi kata Pel dalam beberapa kata kerja yang berstruktur P+ Pel


  • (3)    Penggantian

Penggantian akan terjadi karena (i) dua kata bersinonim, (ii) dua kata berbentuk tulisan mirip, atau berbunyi sama atau mirip, dan (iii) dua kata berfungsi gramatikal sama tapi makna berlawanan.

Vol. 27 No.2

  • 1)    kata bersinonim

或者/huò zhĕ/’atau’ -------- /hái

shì/’atau’

/er/’dua’    ---------/liǎng/’dua

/bù/’tidak’ ---------没有/méi/’belum

/lái/’datang’--------/qù/’pergi

第二天/dì èr tiān/’hari kedua’--------明天

/míng tiān/’besok’

  • 1)     penggantian bentuk tata bahasa

Penggantian bentuk tata bahasa tampaknya dalam susunan kata dalam bahasa Mandarin. Hal ini terjadi karena diganggui bahasa ibu. Kadang satu bentuk tata bahasa bahasa Mandarin akan dibagi dua bentuk tata bahasa dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu terdapatlah bentuk yang tidak ada dalam bahasa Indonesia, mahasiswa akan menggangtikannya dengan bentuk yang apa adanya dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, terjadi penggantian bentuk tata bahasa.

  • (4)    Susunan kata

    (a)Salah Susunan Unsur kalimat

Salah satu ciri kalimat ialah bersistem ‘urutan frase’(urutan kelompok kata). Dengan demikian, kalimat itu dibentuk merangkaikan kelompok-kelompok kata (Sumowijono, 1985:30). Dalam Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia(1993), dijelaskannya bahwa setiap kata atau frase dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frase lain yang berada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa ialah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan(dalam bahasa Mandarin dikategorikan keterangan predikat dan keterangan objek atau subjek).

Urutan kata ialah susunan kalimat sering terjadi kesalahan dalam proses pembelajaran. Pada mahasiswa Indonesia berada di Surabaya yang sedang belajar bahasa Mandarin sebagai bahasa asing telah membuat banyak kalimat yang mengandung (1)salah susunan keterangan predikat

dan (2)salah susunan keterangan subjek atau objek.

  • 1)    Salah susunan keterangan predikat

Seperti uraian diatas, dalam bahasa Mandarin keterangan predikat biasanya diletak antara inti subjek dan inti predikat. Keterangan tidak dapat di letak pada kiri predikat. Sekedar keterangan waktu dan keterangan tempat dapat diletak di depan kalimat. Mahasiswa Indonesia sering meletak kata keterangan predikat di sebelah kiri predikat atau keterangan (bukan keterangan waktu atau tempat) diletak pada posisi depan kalimat. Contoh sebagai berikut,

měi gè xīng qī wǒ

yì qǐ qù jiào táng      gēn

tā men

*Setiap minggu saya bersama-sama pergi gereja dengan mereka.

měi       gè xīng qī

wǒ     gēn tā men     yì qǐ

qù jià táng

*Setiap minggu saya dengan mereka bersama pergi gereja.

‘Setiap minggu saya pergi gereja bersama dengan mereka.’

  • 2)    Salah susunan pewatas subjek dan objek

Pewatas subjek dan objek hanya dapat diletak pada posisi depan kata inti subjek dan inti objek. Mahasiswa Indonesia sering meletak pewatas subjek dan objek pada posisi belakang inti subjek dan objek.

Misalnya, wǒ     yǒu       huā

qián mian de jiā

*Saya punya bunga depan rumah.

Yang seharusnya adalah,

Vol. 27 No.2

wǒ jiā qián mian

yǒu huā

*Saya rumah depan ada bunga.

‘Depannya rumah saya ada bunga. ’ (b) Salah susunan unsur gabungan

Dalam bahasa mandarin gabungan unsur-unsur seharusnya ikuti urutan tertentu. Jika tidak mengikuti kaidah urutan bahasa Mandarin, akan terjadi kesalahan susunan unsur gabungan. Kesalahan ini terdiri atas dua jenis, (1) kesalahan gabungan unsur internal kata, dan (2) kesalahan gabungan unsur antara kata.

  • [18]    shì,yìn,,rén,人 , jiù shì sì shuǐ rén       dōng

zhǎo wā

  • * Adalah Indonesia orang, adalah Surabaya orang, Jawa Timur

[18a]shì,是   yìn,,尼   dōng,

zhǎo wā sì shuǐ     rén

  • * Adalah Indonesia Jawa Timur Surabaya orang

‘Adalah orang Surabaya Jawa Timur Indonesia. ’

měi     tiān jiǔ diǎn

wǎn shang

  • * Setiap hari sembilan jam malam měi         tiān     wǎn

shang jiǔ     diǎn

  • * Setiap hari malam sembilan jam.

‘Setiap hari Jam sembilan malam. ’

Untuk menyatakan waktu dan tempat dalam bahasa Mandarin, urutannya akan dari satuan lebih besar ke satuan yang lebih kecil. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang

urutan susunan terbalik. Maka kalimat [18] dan [19] salah susunan unsur gabungan.

  • 3.1.2 Faktor nonlinguistik

    3.1.2.1    Strategi komunikasi

Corder (1983) menjelaskan bahwa strategi komunikasi adalah suatu teknik sitematis yang digunakan oleh pelajar bahasa untuk mengungkapkan gagasannya, ketika terhadap kesulitan karena adanya ketidakmampuan atau kurangnya pengetahuan pelajar dalam berbahasa asing. Pada dasarnya tujuan strategi komunikasi lebih menekankan pada strategi penggunaan bahasa daripada pengetahuan bahasa. Strategi tersebut di laksanakan dengan memberikan kesempatan bagi pelajar untuk mengomunikasikan makna dan mengungkapkan gagasan dengan maksimal.

Akan tetapi tiap hal ada dua sisi, pemakaian strategi juga menimbul kesalahan berbahasa. Tanpa sadar, mahasiswa membuat ungkapan kalimat melanggar kaidah bahasa Mandarin, dan hal ini tidak akan membantu komunikasi tetapi menjadi hambatan. Fokus pada penggunaan kata bahasa Mandarin, strategi komunikasi yang dipakai oleh mahasiswa dalam keterangan meliputi (1)penghindaran, (2) penafsiran, dan (3)transfer.

  • (1)    Penghindaran

wò shì        shuì mián hé

xiū xi

*Kamar tidur tidur dan istirahat.

Jika diterjamhkan dalam bahasa Indonesia ‘Kamar tidur tidur dan istirahat’, kalimat ini juga salah, karena tanpa predikat. Seharusnya ‘Kamar tidur dipakai untuk tidur dan istirahat.’ Sebenarnya bahwa mahasiswa ini sadar dia tidak tahu cara mengungkapkan kata ‘dipakai untuk’ dalam bahasa Mandarin dan dia memakai strategi penghindaran untuk mengabaikan kata predikat ‘ 用来/yòng lái/’dipakai untuk’. Oleh karena itu, terjadilah kesalahan penghilangan kata predikat. Kalimat yang benar ialah,

Vol. 27 No.2

wò shì yòng lái     shuì mián

,xiū,xi,息。

Kamar tidur dipakai untuk tidur dan istirahat.

ā   yí   de

nǚ  hái

[21]   ,

,,,

,女  ,

zi

,子。

*Saya tante (punya) perempuan.

Mahasiswa ini tidak tahu ungkapan ‘anak perempuan’ dalam bahasa Mandarin, maka ambil strategi penghindaran memilih kata 女孩子/nǚ hái zi/’anak perempuan(yang umum)’ yang kurang tepat untuk mengganti kata 女儿/nǚ ér/’anak perempuan (tante)’. Jadi kalimat yang benar ialah:

[21a],ā,,de,,ér,儿。

*Saya tante (punya) anak perempuan.

‘Anak perempuan tante saya.’

  • (2)    Penafsiran, terdiri atas word coinage, circumlocution, lexical substitution dan language switch.

  • (a)    Menurut Varadi (1973) mengatakan, word coinage akan terjadi jika pelajar menciptakan suatu kata atau frasa baru ketika dia belum mengetahui kata yang tepat untuk menyampaikan suatu hal. Misalnya kata 打照片/dǎ zhào piàn/ tidak ada dalam bahasa Mandarin, yang seharusnya adalah kata 洗照片/xĭ zhào piàn/’cetak foto’ atau 打印照片/dǎ yìn zhào piàn/’cetak foto’.

  • (b)    Circumlocution merupakan deskripsi atau definisi pada suatu kata target. Misalnya frasa哥 哥姐姐弟弟妹妹 untuk menyatakan arti ‘saudara-saudari’ yang seharusnya adalah kata 兄 弟姐妹/xiōng dì jiĕ mèi/ ’saudara-saudari’.

  • (c)    Lexical substitution, pelajar memakai suatu kata yang sering digunakan dan juga mengandung sebagian elemen semantik kata yang dihendakinya pendengar atau pembaca dalam komunikasi. Misalnya, katadalam frasa电话/guān diàn huà/. Kata ‘menutup’ sering digunakan dalam sehari-hari bahasa Indonesia yang bermakna ‘

/guān/’. Tapi sebenarnya kata /guān/ dapat dipakai ketika menutup pintu atau jendela, jika untuk mengungkapkan makna ‘menutup telepon’ seharusnya memakai kata ‘/guà/’, yaitu 电话 /guà diàn huà/.

  • (d)    Language switch akan terjadi ketika pelajar memakai kata dari bahasa lain tetapi bukan bahasa target untuk menyatakan gagasan dihendaknya. Contoh

wǒ xī wàng bān

zhǎng huì gěi wǒ men

informasi dengan cepat.

Saya berharap kepala kelas dapat memberi kami ....................

Dalam kalimat ini muncul frasa bahasa Indonesia ‘informasi dengan cepat’ yang membantu penulis menyampaikan gagasan. Dan frasa ‘informasi dengan cepat’ sulit diungkapkan dalam bahasa Mandarin bagi penulis tersebut, maka dia mengambil strategi language switch. Jadi kalimat yang seharusnya sebagai berikut, wǒ xī wàng bān

zhǎng néng zuì kuài dì gěi wǒ men xùn xī

*Saya berharap kepala kelas dapat cepat memberi kami informasi.

‘Saya berharap kepala kelas dapat memberi kami informasi dengan cepat.’

  • (e)    Literal translatioan. Akan terjadi ketika pelajar memakai terjemahan word-to-word dari suatu bahasa lain, tetapi bukan bahasa target. Misalnya,

zài     hòu mian      de

jiā

,家。

  • *di belakang rumah ‘Rumah yang di belakang.’

Sebenarnya ‘在后面的家 adalah frasa langsung yang diterjamahkan dari bahasa

Vol. 27 No.2

Indonesia ‘di belakang rumah’. Ini memang melanggar kaidah urutan kata dan mengubah makna yang dihendaki, ‘di belakang rumah’. Jadi yang benar ialah,

[23a]zài,在   jiā,家   de,hòu,

mian

,

di rumah belakang

‘Di belakang rumah. ’

  • (3)

  • (4)    Generalisasi                    Kelebihan

(Overgeneralization)

Yaitu memakai suatu kaidah bahasa target dalam bentuk atau konteks tidak bersesuaian. Misalnya dalam data penelitian muncul kata / nín men /. Kata /nín men/ tidak ada dalam bahasa Mandarin. Menurut kaidah bahasa Mandarin, kata pesona dapat digabung dengan kata tanda jemak /men/ untuk makna jumlah banyak. Misalnya/nĭ men/’kalian’. Kata/nín/’Anda’   adalah tanda sopan santun

mengandung makna memberi kehormatan pada orang yang dihormati. Tetapi/nín/’Anda’ tidak seperti kata ganti pesona /nĭ/’kamu’ dapat bergabung dengan kata tanda jamak /men/, dan biasanya tetap memakai kata /nĭ men/’kalian’ untuk ungkapan jumlah banyak.

  • 3.1.2.2    Faktor lingkungan bahasa

  • (1)    Gangguan dari bahasa Mandarin keturunan Tionghoa di Indonesia.

Sejak dulu orang Tionghoa telah membawa bahasa Mandarin ke Indonesia, dan bahasa tersebut berkembang dalam lingkungan masyarakat Indonesia. Indonesia masa kini tetap memakai bahasa Mandarin lama yang jauh dari pengaruh perkembangan bahasa di Tiongkok. Hal ini menimbulkan unsur perbedaan dengan bahasa Mandarin yang berkembang sangat pesat di lingkungan daratan Tiongkok. Hal ini sangat berpengaruh pada anak keturunan Tionghoa. Coba dicermati satu contoh seperti berikut,

zuì jìn      tā nán ér

gāng jié hūn

Baru-baru ini dia laki-laki baru menihkah.

[24a] zuì,jìn,近   ,ér,zi,

gāng jié hūn

Baru-baru dia anak laki-laki baru menikah.

‘Baru-baru anak laki-laki dia baru menikah.’

Sebenarnya kata 男儿/nánr/ dalam bahasa Mandarin memang bermakna ’anak laki-laki(boy)’, tapi bukan ‘anak laki-laki (son)’. Jika ingin menyatakan ‘anak laki-laki (son)’, seharusnya memakai kata 儿子/ér zi/. Kata 男儿/ nánr/ dalam lingkungan bahasa Mandarin Surabaya, artinya ‘anak laki-laki (son)’. Hal ini berbeda antara bahasa Mandarin Surabaya dan bahasa Mandarin formal di Tiongkok, dan bahasa Mandarin Surabaya akan mengganggu pembelajaran bahasa Mandarin yang formal.

  • (2)    Lingkungan non bahasa Mandarin.

Karena mahasiswalah yang menjadi subjek penelitian belajar bahasa Mandarin di universitas lokal. Jadi subjek penelitian ini mempunyai kesempatan komunikasi pemakaian kata bahasa Mandarin yang hanya dalam kelas atau dalam kelompok masing-masing. Terbatasi pada waktu dan tempat berkomunikasi dengan bahasa Mandarin ini akan mempersulitkan mahasiswa pada berbahasa secara alamiah jika dibandingkan dengan mahasiswa yang belajar bahasa Mandarin dalam lingkungan bahasa Mandarin secara penuh.

  • 3.1.2.3    Faktor penyebab berdasarkan analisis data penelitian secara kuantitatif dan wawancara pada Mahasiswa

  • (1)    Durasi belajar. Yaitu, tingkat kelas semakin tinggi, kemamupuan menulis karangan semakin bagus.

Vol. 27 No.2

Rata-rata Persentase kesalahan kelas

UNESAl WK09;

1∞%   0; 68%---6δ⅛δ%---UWK08;

H '     40,90%

50% -

0%--■-1-■-1-■-1

UNESA10 UWK09 UWK08

Mengamati bagan di atas, tampaknya rata-rata persentase kesalahan dalam karangan pada setiap tingkat kelas berbeda. Kecenderungan nilai rata-rata persentase kesalahan pada tiga tingkat kelas (Unesa angkatan 2010, UWK angkatan 2009, dan UWK angkatan 2008 ) berturun. Jadi dapat

diketahui,

  • (a)    Bahwa mahasiswa yang tingkat kelas makin tinggi, kesalahan makin sedikit.

  • (b)    Tingkat pengetahuan dan tata bahasa Mandarin dan kekayaan perperperbendaharaan kata berperan penting bagi kemampuan menulis karangan dalam Bahasa Mandarin.

  • (2)    Jumlah Pajanan(exposure), Berbahasa Mandarin dalam keluarga akan meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa Mandarin mahasiswa.

Apakah bahasa keluarga berpengaruhi prestasi berbahasa? Coba membandingkan mahasiswa dari keluarga bahasa Mandarin dan non bahasa Mandarin. Hanya satu mahasiswa yang diwawancarai dari keluarga bahasa Hokkien (Suatu bahasa daerah Mandarin) pada kelas UWK09. Demikian memperhatikan tabel bawah ini,

persentase kesalahan dalam karangan

HONG ZHU YANG

keluarga berbahasa Hokkien Mandarin. Kesalahan penggunaan katamua 16.6% dalam penulisan karangan. Padahal mahasiswa ZHU dan YANG adalah 75% dan 90%, jauh lebih tinggi daripada HONG. Tetapi mungkin saja, HONG sebelumnya masuk kuliah telah mengikuti kursus bahasa Mandarin? Jawabannya tidak.

Jadi dapat diketahui sebagai berikut,

  • (a)    Bawah keluarga yang berbahasa Mandarin (namun bahasa daerah Mandarin) akan berperan positif pada mahasiswa yang belajar bahasa Mandarin.

  • (b)    Kemampuan berbahasa Mandarin tidak hanya ditingkatkan pada waktu berkuliah, tetapi seharusnya berlatih dan sambil belajar dalam komunikasi sehari-hari.

  • (3)    Tingkat pengusaan bahasa Mandarin

Dipengaruhi oleh tingkat penguasaan bahasa Mandarin, mahasiswa mayoritas tidak sadar bahwa penggunaan kata dalam kalimatnya salah. Dan juga tidak dapat diperbaiki oleh sendiri jika belum menguasai kaidah terkait. Misalnya, ketika ditanyakan kepada siswa Wang dalam wawancara,

Peneliti: “Wang, ‘我很想学做中国菜。个句子(Wang, menurutmu, ‘我很想学做中国菜 。’kalimat ini salah tidak? )

Wang: Jawaban siswa ialah, “对吗?不 在哪里,老”(Salahkah? Salah di mana, guru?)

  • (4)    Kebatasan Media

Dalam karangan muncul beberapa kata yang tidak sesuai bahkan merusah makna kalimat. Jika ditanyakan sebabnya kepada mahasiswa, jawabanya ialah, “saya cari di kamus” atau “saya memakai translator Google”. Dan ada pula mahasiswa tidak dapat membedakan apakah penerjemahan itu salah atau tidak. Misalnya, ketika mahasiswa TIAN ditanyai

Pada tingkat kelas 2008 UWK, nilai paling rendah ialah mahasiswa HONG yang dari

Vol. 27 No.2

Peneliti :‘Paragraf pertama agak aneh, memang proses menulisnya seperti apa?’

TIAN: Laoshi, waktu saya menulis, saya tulis dalam bahasa Indonesia dulu, terus pakai kamus cari katanya. Betul salah, saya kurang tahu.

  • 3.3    Pembahasan

Faktor penyebab kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin dalam karangan tidak ditemukan yang diakibatkan oleh integarasi. Akan tetapi, ditemukannya kata yang ada dalam bahasa Indonesia namun tidak ada dalam bahasa Mandarin. Hal ini juga berpengaruh pada penggunaan kata. Misalnya kata “cucu” dalam bahasa Indonesia tidak dapat ditemukan suatu kata yang bersesuaian dalam bahasa Mandarin, tetapi seharusnya dicakup dalam dua kata, yaitu, kata /sūn zi/’cucu laki-laki’ dan /sūn nǚ/’cucu perempuan’.Maka muncul kesalahan pemakaian kata /sūn zi/’cucu laki-laki’ untuk mengganti makna “cucu” dalam data karangan. Jadi orang Indonesia selalu berusaha memahami bahasa Mandarin dengan acuan bahasa Indonesia, dan juga mencoba memindah kata bahasa Indonesia ke dalam sistem bahasa Mandarin. Hal ini mengakibatkan penciptaan beberapa kata baru, tetapi belum tentu kata ini salah, mungkin saja dapat berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Misalnya kata “/sūn/” yang tidak ada dalam bahasa Mandarin Tiongkok tetapi telah dipakai dalam bahasa Mandarin masyarakat Surabaya untuk menyatakan makna “cucu”.

Gangguan interferensi akan terjadi ketika kaidah bahasa Mandarin berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia atau kaidah bahasa Mandarin tidak berada dalam sistem bahasa Indonesia. Maka, pertama, mahasiswa memakai kaidah bahasa Indonesia dalam bahasa Mandarin yang tidak benar atau tidak sesuai. Atau kaidah bahasa Indonesia pun tidak terdapat untuk menggantinya, maka muncul pemakaian kaidah bahasa Mandarin secara salah. Jika ditinjau dengan saksama, interferensi akan terjadi jika mahasiswa belum menguasai kaidah bahasa Mandarin yang relevan.

Hal ini dapat dibagi dalam dua kemungkinan, yaitu, mahasiswa belum menguasai kaidah terkait dengan sempurna, atau sama sekali belum mengenal kaidah bahasa Mandarin tersebut.

Pada faktor nonlinguistik, kebatasan bantuan dari pemakaian strategi komunikasi atau alat media belajar telah menimbulkan kesalahan-kesalahan. Hal ini terjadi karena mahasiswa belum mampu membedakan dan memutuskan hasilnya benar atau tidak. Kadang-kadang bisa saja menyadari bahwa pemakaian dari strategi atau alat media itu salah, namun tetap tidak mampu membetulkannya. Karena bahwa mahasiswa tidak mengenal bentuk bahasa Mandarin yang benar.

Unsur kekayaan pendaharaan kata dan pengetahuan tata bahasa bahasa Mandarin berkaitan erat dengan bahasa Indonesia, pilihan strategi komunikasi atau alat media (kamus, translator google, dll). Maka sebenarnya untuk mengatasi kesalahan penggunaan kata, mahasiswa seharusnya memperkayakan pendaharaan kata dan pengetahuan tata bahasa bahasa Mandarin diri sendiri.

  • 4. Saran

Sebagaimana diungkapkan pada bagian sebelumnya, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pembelajaran bahasa Mandarin, terutama mata kuliah Menulis dalam bahasa Mandarin. Untuk kepentingan tersebut, hal-hal berikut perlu diperhatikan.

Pertama, hasil penelitian ini bersifat teknis. Untuk itu, seleksi dan adapatasi terhadapnya penting untuk dilakukan.

Kedua, hasil penelitian ini merupakan satu di antara sekian hasil penelitian tentang analisis kesalahan dalam pembelajaran bahasa Mandarin. Karena itu, pembandingan perlu dilakukan lebih dahulu agar dapat ditemukan materi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, dan pada sisi lain dapat disusun materi pembelajarn dari hasil-hasil penelitian yang bersifat saling melengkapi. Seleksi dan adaptasi juga diperlukan jika bagian-baigan hasil penelitian ini digunakan sebagai contoh riil

Vol. 27 No.2

tentang cara memakai kata bahasa Mandarin dengan baik dan benar.

Dalam bidang penelitian, peneliti yang memanfaatkan hasil penelitian ini utnuk kepentingan bandingan atau acuan disarankan untuk memperhatikan fokus dan keterbatasan dan aspek-aspek lain penelitian ini. Karena penelitian ini dilakukan pada lokasi tertentu, dan mengategori jenis-jenis kata juga salah satu taksonomi, yaitu taksonomi linguistik.

Dalam bidang pembelajaran, dosen atau guru dapat menyeleksi dan adaptasi bagian-bagian hasil penelitian ini untuk meningkatkan prestasi pembelajaran bahasa Mandarin dalam penyusun materi pembelajaran atau mengatur urutan belajar bahasa Mandarin, demikian juga materi pembelajaran dan tes atau latihan dalam pembelajaran pada tingkat mahasiswa masing-masing dapat mengikuti hasil penelitian ini. Selain itu, dosen atau guru seharusnya membagi tugas berdasarkan perbendaharaan kata dan pengetahuan tata bahasa bahasa Indonesia setiap tingkat mahasiswa atau pelajar untuk mehindari kekecewaan mereka pada diri sendiri, maka tidak akan menimbul karangan diterjemahkan oleh penterjemah, misal, Google, atau kamus secara langsung.

Bagi mahasiswa atau pelajar bahasa Mandarin, dapat mengidentifikasikan kesalahan penggunaan kata bahasa Mandarin dan mengetahui faktor penyebab kesalahan tersebut, dan dapat meningkat kemampuan dan keterampilan berbahasa bahasa Mandarin, terutama kemampuan dan keterampilan menulis.

DAFTAR RUJUKAN

Alwi, Hasan.  2003. Tata Bahasa Baku

Bahasa  Indonesia  Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Bisong, LV, dkk. 2007. Combaination of Chinese. Beijing Language and Culture: University Press.

Brown, Douglas H. 1980. Principles of Language Learning and Teaching.


New-Jersey: Prentice-Hall.

Chen Li. 2008. Error Analisis in SLA. Zheng Zhou, Tiongkok, Zheng Zhou University Press.

Corder, S. P. (1974). Error Analysis. In J. P. B. Allen and S. Pit Corder (eds.) Techniques in Applied Linguistics (The Edinburgh Course in Applied Linguistics:3), London:   Oxford

University Press (Language and Language Learning).

Corder, S.P. (1967). The significance of learners'   errors.   Reprinted in

J.C.Richards (ed.) (1974, 1984) Error Analysis: Perspectives on Second Language Acquisition. London: Longman.

Corder, S.P. 1981. Error Analysis and Interlanguage. Oxford University Press.

Dan, L. D.,  & Septevany, E. 2020.

Interpretation of Taboos in Giving Gifts to Chinese People. The International Journal of Social Sciences World (TIJOSSW), 2(01), 75-84.

Dai Huilin. 2006. An Overview of Research of Error Analisis of Parts of Speech. Nanjing Nomal University.

Ellis , R. 1997. Second Language Acquisition.     Oxford:     Oxford

University Press.

Gass Susan M. & Selinker Larry. 1994. Second Language Acquisition: An Introductiory Course. University of Michigan University of London, Birkbeck College.

Hastuti, Sri. 1989. Sekitar Aanalisis kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: PT. Mitra Gama Widaya Yogyakarta.

Huang Borong & Liao Xudong. 2003. Mordern Chinese, Beijing, Gao Deng Jiao Yu Press.

Lu Jianji. 1994. Analisis Kesalahan Kata Penutur Orang   Asing.   Jurnal

Language teaching and Research.


Vol. 27 No.2

Liu Chunmei. 2007. A Statistica Analysis of the Errors in the Use of Synonymous monosyllabic and Disyllabic Nouns by Foreign Learners of Chinese. Beijing Language University Press.

Lu Jianming. 2003. Tata Bahasa Mandarin.

Tiongkok: Beking Universitas Press.

Martini, S., Cika, I. W., Suarka, I. N., & Setiawan, I. K. 2019. Transformation of toa pe kong process in Indonesia. The International Journal of Social Sciences World (TIJOSSW), 1(01), 3647.

Mulyono. 2001. Morfologi Bahasa.

Surabaya: Unesa Press.

Moleong, Lexy J. 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung.

Moloeng, lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.

Pateda, Pateda. 1989. Analisis kesalahan. Nusa Indah: Flores.

Puryanto, Edi. 2008. Penggunaan Ragam Bahasa Jurnalistik--- Buku Bahasa & Sastra dalam Berbagai Perspektif. Tiara Wacana.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Pedoman Umum: Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka

Pan Zhiqi. 1995. Kamus Besar Mandarin-Indonesia. Foreign Language Press

Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya:    UNESA

university Press

Robert. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. American.

Shao Jingmin. 2003, Penelitian Tatabahasa Mandarin.   Guang Xi Normal

University Press.

Sudjana & Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo.

Susan & William. 1988. Understanding &

Conducting     Qualitative     Research.

American.

Tarigan, H.G. 1988 Pengajaran

Pemerolehan Bahasa. Jakarta. P2 LPTK, Depdikbud.

Tim. 2005. Seri Penyuluhan: Ejaan Bahasa Indonesia. Surabaya: Surya Print.

Wijaya, Robi. 2006. Kamus Mandarin 8000 Kata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Xia Wuwen. 2003. Pembelajaran Menerjemah Lisan Bahasa Indonesia. Foreign Language Teaching and Study Press.

Xiao Pin. 2008. The Research on Confusable Words of Indonesian Students In Chinese Interlanguage. Beking University Press.

108