Struktur Makna Ambiguitas Partikel ‘No’ dalam Percakapan Bahasa Jepang pada Siswa Level 1C di Pandan College
on
https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/
DOI: https://doi.org/10.24843/ling.2020.v27.i01.p06 LINGUISTIKA, MARET 2020 p-ISSN: 0854-9613 e-ISSN: 2656-6419
Vol. 27 No.1
Struktur Makna Ambiguitas Partikel ‘No’ dalam Percakapan Bahasa Jepang pada Siswa Level 1C di Pandan College
I Gusti Ayu Made Intan Novitasari1, Pandan College, Denpasar-Indonesia e-mail: nuohuican@gmail.com1,
2
Ketut Widya Purnawati2
Denpasar, Universitas Udayana e-mail: tuti@unud.ac.id2
Abstract
This research aims to describe the ambiguity meaning structure of ‘no’ particle in Japanese conversation of level 1C students at Pandan College. This research belongs to qualitative descriptive. The subject of this research is 1C Level students of Pandan College year 2019, while the object of this research is ‘no’ particle used in student’s Japanese conversation. The data collection method used is the attentive observation method with data recording and transcription techniques. The data analysis method used is the interlingual identity method. The results of this research are : (1) the ‘no’ particle used in the Japanese conversation of level 1C students is divided into two structural patterns meaning ambiguity, there are prenominal double possessives and prenominal adjective-possessives; and (2) the possessive relations of the 'no' particle can be expressed as possession, part-whole, location, and quantity.
Keywords: sentence structure, ambiguity meaning, ‘no’ particle
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur makna ambiguitas partikel ‘no’ dalam percakapan bahasa Jepang pada siswa level 1C di Pandan College. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa level 1C di Pandan College tahun 2019, sedangkan objek penelitian ini adalah percakapan bahasa Jepang siswa yang mengandung partikel ‘no’. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik rekam dan transkripsi data. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan intralingual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) partikel ‘no’ yang ditemukan dalam percakapan siswa level 1C terbagi atas dua pola struktur makna ambiguitas yaitu prenominal double possessives dan prenominal adjective and possessives; dan (2) Hubungan genitif pada partikel ‘no’ yang ditemukan dapat menyatakan sebagai kepemilikan, bagian dari keseluruhan, lokasi, dan kuantitas.
Kata Kunci: struktur kalimat, makna ambiguitas, partikel ‘no’
Vol. 27 No.1
Dalam komunikasi selalu terdapat makna yang ingin disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Kalimat yang diutarakan oleh penutur sering tidak hanya memiliki satu makna sehingga terjadi kesalahpahaman makna. Dengan kata lain, makna yang ingin disampaikan penutur tidak diterima sama oleh mitra tutur. Hal ini disebut sebagai ambiguitas yang menjadi salah satu fokus kajian dalam semantik. Menurut Chaer (1994:297) ambiguitas merupakan gejala terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Menurut Suwarna (1993:75) ambiguitas terjadi karena struktur batin (deep structure) memiliki makna ganda, tetapi memiliki satu struktur lahir. Dengan demikian, tata bahasa tradisional dianggap belum mampu menjawab fenomena ambiguitas karena hanya mendasar pada struktur lahir (performance) sehingga munculnya tata bahasa generatif transformasi yang dirintis oleh Chomsky (1957).
Ambiguitas sebagai salah satu masalah dalam pembelajaran bahasa, berkenaan juga dengan masalah kegiatan berbahasa yang bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara mentalistik. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pembelajaran berbahasa berkaitan dengan proses kegiatan mental (otak) sehingga untuk menganalisis kalimat ambigu perlu semantik generatif yang menjelaskan struktur batin yang lebih dalam yang disebut struktur logika (Suwarna, 1993:75). Penyebab terjadinya kalimat pada umumnya adanya keterangan atau atribut yang lebih dari satu (Suwandi, 2008:117), salah satunya adalah pemakaian partikel bahasa Jepang yang lebih dari satu dalam kalimat.
Dalam bahasa Jepang, pada setiap kalimat selalu memiliki penanda atau penunjuk hubungan antar leksikonnya yang disebut sebagai partikel (Sudjianto, 2000:2). Menurut Sutedi (2003:106), partikel tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal karena maknanya jelas jika digunakan dalam suatu kalimat. Salah satu bentuk kalimat dalam percakapan adalah pengggunan partikel akhir kalimat seperti: ne, yo, yone, dan yona (Wahyuningtias dkk, 2017).
Fungsi gramatikal dan fungsi pragmatik sebagian besar dimarkahi oleh partikel kasus atau posposisi. Terdapat lima partikel kasus, yaitu: (1) nominatif ga, (2) akusatif o, (3) datif ni, (4) genitif no, dan (5) topik wa. Selain itu, terdapat posposisi, yaitu: de ’dengan’, e ’ke’, to ’dengan’, made ’sampai’, dan kara ’dari’ (Purnawati, 2012). Salah satu partikel bahasa Jepang yang pemakaiannya dalam kalimat tidak terbatas adalah partikel ‘no’ sebagai partikel kasus genitif (Chino, 1992:58). Oleh karena pemakaiannya yang tidak terbatas tersebut, sulit menentukan markah semantis partikel ‘no’ dalam kalimat yang bertujuan untuk menentukan batasan-batasan maknanya. Dengan demikian, pemakaian partikel ‘no’ dalam suatu kalimat tidak memiliki makna yang jelas sehingga perlu analisis mengenai struktur makna menggunakan teori generatif transformasi.
Pemakaian partikel ‘no’ dipelajari dalam pembelajaran bahasa Jepang pada siswa level 1C di Pandan College. Siswa mempelajari pemakaian partikel ‘no’ yang menyatakan makna possessive ‘kepunyaan’. Akan tetapi, dalam percakapan siswa ditemukan partikel ‘no’ yang jumlahnya lebih dari satu pada satu kalimat. Hal ini menyebabkan makna possessive yang tidak jelas. Possessive marker yang dimiliki partikel ‘no’ tidak bisa ditentukan dengan jelas sehingga memicu munculnya makna ambigu. Dengan demikian, pada percakapan siswa tersebut perlu dianalisis beberapa struktur makna kalimat yang dimunculkan oleh pemakaian partikel ‘no’ dengan menentukan pemarkah semantisnya.
Penelitian mengenai struktur ambiguitas partikel ‘no’ pernah diteliti oleh Nishiguchi (2006) yang berjudul Categorical and Semantic Ambiguity of Possessives and Adjectives dalam Osaka Univ. Papers in English Linguistic. Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah partikel ‘no’ digunakan untuk menjelaskan dua fungsi, yaitu untuk menunjukkan kepemilikan dan menghubungkan dua kata benda yang saling menerangkan. Pada fungsi kepemilikian terdapat variasi hubungan genitif atau possessive relations, yaitu:
Vol. 27 No.1
-
1) Possession atau ‘milik’ (R = {< x, y >| x owns y}).
-
2) Part-whole atau ‘bagian dari keseluruhan’ (R = {<x, y>| y is part of x}.
-
3) Location atau ‘lokasi’ (R = {< x, y>| y is in x}).
-
4) Accompaniment atau ‘membawa’ (R = {< x, y>| y carries x}).
-
5) Property atau ‘karakteristik’ (R = {<x, y>| x is dominant characteristic of y}).
-
6) Quantity atau ‘kuantitas’ (R = {< x, y >| the quantity of y is x}).
Dalam penelitian Nishiguchi (2006), variasi hubungan possessive yang dimiliki oleh partikel ‘no’ dianalisis menggunakan diagram pohon sintaksis dan dibandingkan dengan possessive marker dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, penelitian tersebut menghasilkan bahwa beberapa variasi possessive relation pada partikel ‘no’ ditemukan lebih banyak daripada variasi hubungan possessive dalam bahasa Inggris.
Penelitian mengenai partikel ‘no’ juga dilakukan oleh Rizkia (2018) yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Partikel No dalam Majalah Nipponia”. Dalam penelitian tersebut, ditemukan hasil bahwa partikel ‘no’ sebagai kakujoshi ‘partikel kasus’ memiliki 7 fungsi dan makna, sedangkan fungsi dan makna partikel ‘no’ sebagai shuujoshi ditemukan 4 fungsi dan makna. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rizkia (2018) hanya mendeskripsikan mengenai fungsi dan makna partikel ‘no’ dalam majalah Nipponia, tidak menjelaskan makna ambigu dari penggunaan partikel tersebut dalam kalimat bahasa Jepang.
Penelitian mengenai partikel bahasa Jepang sudah diteliti oleh Cardinal (2006) yang berjudul Type Grammar Meets Japanese Particles dalam Proceedings of the 20th Pasific Asia Conference on Language, Information and Computation”. Penelitian tersebut memfokuskan pada semua partikel bahasa Jepang yang mengekspresikan sejumlah hubungan fungsional dan membahas variasi konstruksi kalimat yang menggunakan case particle dan focus particle. Dalam penelitiannya disinggung penggunaan partikel ‘no’ sebagai genitive case particle yang dapat menggantikan
penggunaan partikel nominatif ‘ga’ tanpa mengubah makna seperti ‘gakusei ga kaita ronbun’ dengan ‘gakusei no kaita ronbun’. Akan tetapi, dalam penelitian tersebut tidak memaparkan lebih detail mengenai struktur logika dari kalimat ambigu akibat penggunaan partikel ‘no’ sebagai genitive case particle.
Penelitian mengenai partikel ‘no’ juga sudah dilakukan sebelumnya oleh Okada dan Watanabe (1993) berjudul Montague Grammatical Analysis of Japanese Case Particles dalam Proceedings of The Korean Society for Language and Information Conference. Dalam penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa partikel ‘no’ yang memiliki makna ‘possessive’ dapat digunakan dalam berbagai kasus yang lebih mengutamakan informasi, yaitu: (1) nominative case; (2) accusative case; (3) locative case; (4) dative case; (5) ablative case; (6) comitative case; dan (7) instrumental case. Dalam hal ini, penggunaan partikel ‘no’ dalam klausa dapat menimbulkan ambigu seperti ‘tomodachi no okurimono’ yang berarti ‘hadiah dari temanku’ atau ‘hadiah untuk temanku’ sehingga untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan partikel ‘kara’ sebelum partikel ‘no’ menjadi ‘tomodachi kara no okurimono’ sebagai ablative case, atau penambahan partikel ‘e’ sebelum partikel ‘no’ menjadi ‘tomodachi e no okurimono’ sebagai dative case.
Penelitian yang dilakukan oleh Okada dan Watanabe (1993) lebih menekankan pada makna ambigu partikel ‘no’ pada berbagai kasus yang struktur lahir yang tidak lengkap, kemudian menambahkan partikel lain untuk memperjelas informasi yang dimaksud. Mengacu pada beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan, penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi dalam penelitian ini yang bertujuan untuk menentukan pemarkah semantis partikel ‘no’ dalam kalimat bahasa Jepang siswa level 1C di Pandan College. Analisis dilakukan melalui menganalisis pemarkah semantis pada struktur logika dengan menggunakan pohon sintaksis mengacu pada teori generatif transformasi Chomsky (1957).
Vol. 27 No.1
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif (qualitative research). Subjek penelitian adalah siswa level 1C di Pandan College dalam satu kelas berjumlah 10 orang. Objek penelitian adalah partikel ‘no’ yang digunakan dalam percakapan bahasa Jepang. Dalam pengumpulan data, digunakan metode simak (Sudaryanto, 2015:15), yaitu menyimak penggunaan bahasa secara lisan untuk memperoleh data yang diteliti pada percakapan siswa. Metode simak ini dilanjutkan dengan teknik rekam dan transkripsi data, yaitu merekam percakapan siswa, kemudian membuat transkripsi data berdasarkan hasil rekaman suara yang diperoleh.
Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah tahap analisis data. Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode padan intralingual (Mahsun, 2005:111) yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang hanya berada dalam ungkapan yang dihubungkan dengan partikel ‘no’. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar pilah unsur penentu (PUP) dan teknik lanjutan hubung-banding bedakan (HBB). PUP digunakan untuk menentukan unsur penentu sebagai daya pembeda (referen) dalam kalimat, sedangkan HBB digunakan untuk membandingkan struktur makna satu dengan lainnya dalam satu kalimat yang menggunakan partikel ‘no’.
Pembelajaran bahasa Jepang pada siswa level 1C di Pandan College ditemukan makna ambigu dari pemakaian partikel ‘no’ dalam percakapan siswa. Analisis kalimat ambigu menggunakan struktur logika semantik generatif melalui pemarkah frasa untuk menentukan komponen sintaksisnya (Chomsky, 1957). Struktur logika ini dapat menerangkan kalimat ambigu dan memberikan daya pembeda yang jelas yang dapat memberikan keterangan keraguan. Akan tetapi, pada percakapan ditemukan struktur kalimat yang salah dalam menggunakan partikel ‘no’, seperti data berikut ini.
Data (3-1)
-
S1: Kore wa nan desu ka?
‘Ini adalah apa?’
-
S2: Sore wa nin’gyou desu.
‘Itu adalah boneka’
-
S1: Dare no desu ka?
‘Punya siapa?’
-
S2: Ano akai me no nin’gyou no Onna-no ko desu.
‘…………………………’
Klausa data (3-1):
Ano akai me-no nin’gyou no Onna no ko desu. modifier head
Arti: Anak perempuan (milik) boneka bermata
merah itu.
Seharusnya:
Ano akai me-no Onna no ko no nin’gyou desu. modifier head
Arti: Boneka bermata merah (milik) anak
perempuan itu.
Struktur pada data (3-1), merupakan struktur kalimat yang salah. Hal tersebut disebabkan karena frasa yang berada sebelum partikel ‘no’ seharusnya berfungsi sebagai modifier yaitu NP [onna no ko], sedangkan frasa yang berada setelah partikel ‘no’ berfungsi sebagai head yaitu NP [nin’gyou]. Akan tetapi, posisi frasa nomina [nin’gyou] justru terbalik, yaitu sebagai modifier yang menjelaskan NP [onna no ko]. Kesalahan struktur komponen sintaksis pada data (3-1) dapat menunjukkan sulitnya penggunaan partikel ‘no’ dalam kalimat bagi siswa ketika ingin menyatakan makna possessive. Berikut ini diberikan data yang benar mengenai struktur sintaksis komponen kalimat mengikuti aturan pemakaian partikel ‘no’.
Data (3-2)
-
S1: Kore wa nan desu ka?
‘Ini adalah apa?’
-
S2: Sore wa nin’gyou desu.
‘Itu adalah boneka’
-
S1: Dare no desu ka?
‘Punya siapa?’
Vol. 27 No.1
-
S2: Ano akai me no Onna-no ko no nin’gyou desu.
‘…….........................................’
Berdasarkan data 3-2, menurut struktur logika pada klausa “ano akai me-no onna-no ko no nin’gyou desu” dapat diidentifikasi makna-makna yang muncul. Hal tersebut diketahui dengan menggunakan pohon sintaksis (Chomsky, 1957). Berikut merupakan analisis struktur logika pada beberapa makna yang muncul seperti berikut ini, yaitu:
-
1) Makna pertama: ‘boneka milik anak
perempuan yang bermata merah itu.’
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Pertama Data (3-2)
Berdasarkan analisis diagram pohon tersebut, makna yang pertama dapat ditentukan komponen-komponen frasanya. Berikut merupakan pemaparannya.
a) |
NP |
=> |
Poss-P |
NP |
b) |
NP |
=> |
Adj-P |
N |
c) |
Poss-P |
=> |
NP |
Poss |
d) |
Poss |
=> |
no |
e) N |
=> |
[me, ningyou, onna, ko] |
f) Pron. |
=> |
[ano] |
g) Adj. |
=> |
[akai] |
h) Aux |
=> |
[desu] |
Pada makna (1) struktur logika mengandung makna “boneka milik anak perempuan yang bermata merah itu”. NP ‘akai me no onna no ko no nin’gyou’ terbagi atas dua frasa yaitu Poss-P [akai me no onna no ko no] dan NP [nin’gyou]. Dalam kasus ini partikel ‘no’ yang menempel pada NP [akai me no onna no ko] sebagai pemarkah semantis yang menjelaskan makna possessive ‘mata berwarna merah’ dari ‘anak perempuan’. Partikel ‘no’ pada NP [akai me no onna no ko no nin’gyou] menjadi daya pembeda antara 2 frasa tersebut. Dengan demikian, nomina genitif ‘Akai me no’ mendeskripsikan makna seorang anak perempuan.
2) Makna kedua: ‘boneka bermata merah milik anak perempuan itu.’
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Kedua Data (3-2)
Berdasarkan analisis diagram pohon tersebut, makna yang kedua dapat ditentukan komponen-komponen frasanya. Berikut merupakan pemaparannya.
a) |
NP |
=> |
Poss-P NP |
b) |
NP |
=> |
Adj-P N |
c) |
Poss-P |
=> |
NP Poss |
d) |
Poss |
=> |
no |
e) |
N |
=> |
[me, ningyou, onna, |
Vol. 27 No.1
ko]
-
f) Pron. => [ano]
-
g) Adj. => [akai]
-
h) Aux => [desu]
Pada makna (2), berdasarkan struktur logika dapat diindikasikan makna “boneka berwarna merah milik anak perempuan itu”. Berbeda dengan makna (1), NP [akai me no onna-no ko no nin’gyou] terbagi atas dua frasa, yaitu Poss-P [akai me no] dan NP [onna-no ko no nin’gyou]. Partikel ‘no’ yang menempel pada Poss-P [akai me no] merupakan pemarkah semantis yang mengindikasikan makna possessives ‘mata berwarna merah’ dari NP [nin’gyou] ‘boneka’. Partikel ‘no’ yang berada di antara kedua frasa Poss-P [akai me no] dan NP [onna-no ko no nin’gyou] tersebut menjadi daya pembeda. Dengan demikian, dalam kasus makna (2) ini, nomina genitif ‘akai me no’ ‘bermata merah’ mendeskripsikan warna mata pada boneka, bukan menjelaskan warna mata pada anak perempuan seperti kasus makna (1).
Data (3-3)
-
S1: Konnichiwa
‘Hai’
-
S2: Konnichiwa
‘Hai’
-
S1: Sore wa nan desu ka?
‘Itu apa ya?’
-
S2: Kore desu ka. Tokyou no tomodachi
no omiyage desu.
‘Ini ya. Ini adalah……………………’
Berdasarkan data 3-3, menurut struktur logika pada klausa “tokyou no tomodachi no omiyage desu” dapat diidentifikasi makna-makna yang muncul. Hal tersebut diketahui dengan menggunakan pohon sintaksis (Chomsky, 1957). Analisa struktur logika pada beberapa makna yang muncul adalah sebagai berikut.
-
1) Makna pertama: ‘hadiah dari teman (saya)
yang tinggal di Tokyo’
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Pertama Data (3-3)
Berdasarkan analisis diagram pohon tersebut, makna yang pertama dapat ditentukan komponen-komponen frasanya. Berikut merupakan
pemaparannya. | |||
a) |
NP => |
Poss-P |
NP |
b) |
Poss-P => |
NP |
Poss-P |
c) |
NP => |
NP |
Poss |
d) |
Poss => |
no | |
e) |
N => |
[Tokyou, tomodachi, omiyage] | |
f) |
Aux => |
[desu] | |
Pada makna |
(1) struktur |
logika |
mengandung makna “hadiah dari teman yang tinggal di Tokyo”. NP ‘toukyou no tomodachi no omiyage desu’ terbagi atas dua frasa yaitu Poss-P [Toukyou no tomodachi no] dan NP [omiyage desu]. Dalam kasus ini partikel genitif ‘no’ yang menempel pada NP [Toukyou no tomodachi no] sebagai pemarkah genitif yang menjelaskan makna possessive ‘hadiah’ dari ‘teman yang tinggal di Tokyo’. Partikel ‘no’ antara NP [Toukyou no tomodachi no] dan NP [omiyage desu] menjadi daya pembeda antara 2 frasa tersebut. Dengan demikian, pada makna (1), nomina genitif ‘Tokyo no’ menjelaskan nomina ‘tomodachi’, yaitu asal atau tempat tinggal seseorang.
-
2) Makna kedua: ‘hadiah buatan Tokyo dari teman (saya)’
Vol. 27 No.1
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Kedua Data (3-3)
Berdasarkan analisis diagram pohon tersebut, makna yang kedua dapat ditentukan komponen-komponen frasanya. Berikut merupakan
pemaparan g) |
nya. |
Poss-P |
NP |
NP => | |||
h) |
Poss-P => |
NP |
Poss-P |
i) |
NP => |
NP |
Poss |
j) k) |
Poss => N => |
no [Tokyou, tomodachi, | |
l) Aux => Pada makna |
omiyage] [desu] (2) struktur |
logika |
mengandung makna “hadiah buatan Tokyo dari teman (saya)”. Berbeda dengan struktur makna (1), pada makna (2), NP ‘toukyou no tomodachi no omiyage desu’ terbagi atas dua frasa, yaitu Poss-P [Toukyou no] dan NP [tomodachi no omiyage desu]. Dalam kasus ini partikel genitif ‘no’ yang menempel pada NP [Toukyou no] sebagai pemarkah genitif yang menjelaskan makna possessive ‘hadiah dari teman’ dari ‘buatan Tokyo’. Partikel ‘no’ antara NP [Toukyou no] dan NP [tomodachi no omiyage desu] menjadi daya pembeda antara 2 frasa tersebut. Dalam kasus makna (2), nomina genitif ‘Tokyo no’ mendeskripsikan tempat produksi suatu barang,
bukan menjelaskan wilayah tempat tinggal atau asal seseorang seperti makna (1).
Data (3-4)
-
S1: Ayu san, ohisashiburi desu ne.
‘Ayu, lama tidak jumpa ya.’
-
S2: Waa, Nita san, ohisashiburi desu ne.
Ogenki desu ka?
‘Wah, Nita, lama tidak jumpa juga ya. Bagaimana kabarmu?’
-
S1 : Genki desu. Nani o shiteimasu ka?
‘Saya sehat. Apa yang sedang kamu lakukan?’
-
S2: Aa, watashi wa takusan no Amerika-
jin no tokei o sagashiteimasu yo.
‘Oh, saya sedang mencari …………..’
Berdasarkan data 3-4, menurut struktur logika pada klausa “takusan no Amerika-jin no tokei” dapat diidentifikasi makna-makna yang muncul. Hal tersebut diketahui dengan menggunakan pohon sintaksis (Chomsky, 1957). Analisa struktur logika pada beberapa makna yang muncul adalah sebagai berikut.
-
1) Makna pertama: ‘jam tangan yang dipakai
oleh kebanyakan orang Amerika’
Berdasarkan analisis diagram pohon tersebut, makna yang pertama dapat ditentukan
Vol. 27 No.1
komponen-komponen frasanya. Berikut merupakan
pemaparannya. |
=> |
Poss-P |
NP | |
a) |
NP | |||
b) |
Poss-P |
=> |
NP |
Poss-P |
c) |
NP |
=> |
NP |
Poss |
d) |
Poss |
=> |
no | |
e) |
N |
=> |
[Takusan, Amerika-jin, tokei] |
komponen-komponen frasanya. Berikut merupakan | ||||
pemaparannya. | ||||
a) |
NP |
=> |
Poss-P |
NP |
b) |
Poss-P |
=> |
NP |
Poss-P |
c) |
NP |
=> |
NP |
Poss |
d) |
Poss |
=> |
no | |
e) |
N |
=> |
[Takusan, Amerika-jin, tokei] |
Pada makna (1) struktur logika mengandung makna “jam tangan yang dipakai oleh kebanyakan orang Amerika”. NP ‘takusan no Amerika-jin no tokei’ terbagi atas dua frasa yaitu Poss-P [Toukyou no Amerika-jin no] dan NP [tokei]. Dalam kasus ini partikel genitif ‘no’ yang menempel pada NP [Takusan no Amerika-jin no] sebagai pemarkah genitif yang menjelaskan makna possessive ‘jam tangan’ dari ‘kebanyakan orang Amerika’. Partikel ‘no’ antara NP [takusan no Amerika-jin no] dan NP [tokei] menjadi daya pembeda antara 2 frasa tersebut. Dengan demikian, pada makna (1), nomina genitif ‘takusan no’ menjelaskan orang Amerika.
-
2) Makna kedua: ‘banyak jam tangan yang
dipakai orang Amerika’
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Kedua Data (3-4)
Berdasarkan analisis diagram pohon tersebut, makna yang kedua dapat ditentukan
Pada makna (2) struktur logika mengandung makna “banyak jam tangan yang dipakai orang Amerika”. Berbeda dengan struktur makna (1), pada makna (2), NP ‘takusan no Amerika-jin no tokei’ terbagi atas dua frasa, yaitu Poss-P [Takusan no] dan NP [Amerika-jin no tokei]. Dalam kasus ini partikel genitif ‘no’ yang menempel pada NP [Takusan no] sebagai pemarkah genitif yang menjelaskan makna possessive ‘banyak’ dari ‘jam tangan dipakai orang Amerika’. Partikel ‘no’ antara NP [takusan no] dan NP [Amerika-jin no tokei] menjadi daya pembeda antara 2 frasa tersebut. Dalam kasus makna (2) ini, nomina genitif ‘Takusan no’ mendeskripsikan ‘banyak’ pada jumlah atau kuantitas dari jam tangan, bukan menjelaskan kuantitas dari orang Amerika seperti makna (1).
Data (3-5)
-
S1: Tanjoubi ni nani o moraimashita ka?
‘Di hari ulang tahun, kamu menerima (hadiah) apa?’
-
S2: Okaasan ni okane o moraimashita. ‘Aku menerima uang dari Ibu.’
-
S1: Sono okane de, nani o shitai desu ka? ‘Dengan uang itu, apa yang ingin kamu lakukan?’
-
S2: Sou desu ne. Atarashii toyota no kuruma o kaitai desu.
‘Begitu ya. (Saya) ingin membeli…….’
Berdasarkan data 3-5, menurut struktur logika kalimat “atarashii Toyota no kuruma o kaitai desu” memunculkan lebih dari satu makna. Hal tersebut dapat diketahui dengan menganalisa komponen sintaksis menggunakan diagram pohon sintaksis seperti berikut ini.
Vol. 27 No.1
1) Makna pertama: ‘(Saya) ingin membeli
mobil baru buatan (perusahaan) Toyota.’
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Pertama Data (3-5)
Berdasarkan analisis diagram pohon
tersebut, |
makna |
pertama |
data |
(3-5) |
dapat |
ditentukan |
komponen-komponen |
frasa. |
Berikut | ||
merupakan pemaparannya. | |||||
a) |
S |
=> |
NP |
VP | |
b) |
VP |
=> |
aux |
V |
aux |
c) |
NP |
=> |
Adj.P |
NP | |
d) |
NP |
=> |
Poss-P NP | ||
e) |
Poss-P |
=> |
N |
Poss | |
f) |
Poss |
=> |
no | ||
g) |
N |
=> |
[Toyota, kuruma] | ||
h) |
V |
=> |
[kaitai] | ||
i) |
Adj |
=> |
[atarashii] | ||
j) |
Aux |
=> |
[o, desu] |
Pada data 3-5, struktur logika pertama mengindikasikan makna “(saya) ingin membeli mobil baru buatan Toyota”. Pada NP [atarashii Toyota no kuruma] terbagi atas dua frasa yaitu Adj.P [atarashii] ‘baru’ dan NP [Toyota no kuruma] ‘mobil buatan Toyota’. Partikel genitif ‘no’ pada NP [Toyota no kuruma] mengindikasikan N [kuruma] ‘kepunyaan’ sebagai head dan N [Toyota] ‘Toyota’ sebagai modifier yaitu menjelaskan perusahaan dari ‘kuruma’. Kemudian, Adj.P [atarashii] mendeskripsikan makna ‘baru’ dari N [kuruma] ‘mobil’. Dengan demikian, adj.P [atarashii] ‘baru’ sebagai daya
pembeda yang menjelaskan N [mobil], bukan N [perusahaan Toyota].
2) Makna kedua: ‘(Saya) ingin membeli mobil
buatan (perusahaan) Toyota baru.’
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Kedua Data (3-5)
Berdasarkan analisis diagram pohon
tersebut, makna kedu |
data (3-5) dapat ditentukan | ||
komponen-komponen pemaparannya. |
frasa. |
Berikut merupakan | |
a) |
S |
=> |
NP VP |
b) |
VP |
=> |
aux V aux |
c) |
NP |
=> |
Poss-P NP |
d) |
NP |
=> |
Adj NP |
e) |
Poss-P |
=> |
N Poss |
f) |
Poss |
=> |
no |
g) |
N |
=> |
[Toyota, kuruma] |
h) |
V |
=> |
[kaitai] |
i) |
Adj |
=> |
[atarashii] |
j) |
Aux |
=> |
[o, desu] |
Berdasarkan data 3-5, struktur logika kedua mengindikasikan makna “(saya) ingin membeli mobil buatan perusahaan Toyota yang baru”. Pada NP [atarashii Toyota no kuruma] terdiri atas dua frasa, yaitu Poss-P [atarashii Toyota no] ‘Toyota Baru’ dan NP [kuruma] ‘mobil’. Pada pada makna (1), adj.P [atarashii] sebagai daya pembeda, sedangkan pada makna (2) partikel genitif ‘no’ menjadi daya pembeda. Adj.P [atarashii] menerangkan NP [Toyota] dan partikel ‘no’ pada Poss-P [atarashii Toyota no] mengindikasikan makna ‘kepunyaan’ dari N [kuruma] ‘mobil’. Dengan demikian, pada struktur logika ini, makna
Vol. 27 No.1
‘baru’ menjelaskan perusahaan Toyota, bukan mobil.
Data (3-6)
-
S1: Riri san, kite kudasai.
‘Riri, tolong sini.’
-
S2: Nan desu ka?
‘Ada apa?’
-
S1: Sore o mite kudasai. Sono uchi wa subarashii desu ne.
‘Coba lihat itu. Rumah ini bagus sekali ya.’
-
S2: Aa, sore wa yuumei-na kashuu no uchi desu yo.
‘Oh, itu adalah……………..…….’
Berdasarkan data 3-6, menurut struktur logika kalimat “yuumei-na kashuu no uchi desu yo” memunculkan lebih dari satu makna. Hal tersebut dapat diketahui dengan menganalisa komponen sintaksis menggunakan diagram pohon sintaksis seperti berikut ini.
-
1) Makna pertama: ‘rumah yang terkenal milik
(seorang) penyanyi’
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Pertama Data (3-6)
Berdasarkan analisis diagram pohon tersebut, makna pertama data (3-6) dapat
ditentukan komponen-komponen frasa. Berikut
merupakan pemaparannya. | |||
a) |
NP |
=> |
Adj.P NP |
b) |
NP |
=> |
Poss-P NP |
c) |
Poss-P |
=> |
N Poss |
d) |
Poss |
=> |
no |
e) |
N |
=> |
[Kashuu, uchi] |
f) |
Adj |
=> |
[yuumei-na] |
g) |
Aux |
=> |
[desu yo] |
Pada data |
3-6, struktur logika pertama |
mengindikasikan makna “rumah yang terkenal milik (seorang) penyanyi”. Pada NP [yuumei-na kashuu no uchi] terbagi atas dua frasa yaitu Adj.P [yuumei-na] ‘terkenal’ dan NP [kashuu no uchi] ‘rumah dari seorang penyanyi’. Partikel genitif ‘no’ pada NP [kashuu no uchi] mengindikasikan N [uchi] ‘rumah’ sebagai head, sedangkan N [kashuu] ‘penyanyi’ sebagai modifier yaitu menjelaskan pemilik dari ‘uchi’. Kemudian, Adj.P [yuumei-na] mendeskripsikan makna head pada N [uchi] ‘rumah’. Dengan demikian, adj.P [yuumei-na] sebagai daya pembeda yang menjelaskan N [uchi], bukan N [kashuu].
-
2) Makna kedua: ‘rumah milik penyanyi yang terkenal’
Diagram Pohon Sintaksis pada Makna Kedua Data (3-6)
Berdasarkan analisis diagram pohon tersebut, makna kedua data (3-6) dapat ditentukan
Vol. 27 No.1
komponen-komponen pemaparannya. |
frasa. |
Berikut merupakan | |
a) |
NP |
=> |
Adj.P NP |
b) |
NP |
=> |
Poss-P NP |
c) |
Poss-P |
=> |
N Poss |
d) |
Poss |
=> |
no |
e) |
N |
=> |
[Kashuu, uchi] |
f) |
Adj |
=> |
[Yuumei-na] |
g) |
Aux |
=> |
[desu yo] |
Berdasarkan data 3-6, struktur logika kedua mengindikasikan makna “rumah milik penyanyi yang terkenal”. Berbeda dengan makna (1), pada NP [yuumei-na kashuu no uchi] terdiri atas dua frasa yaitu Poss-P [Yuumei-na kashuu no] ‘Penyanyi terkenal’ dan NP [uchi] ‘rumah’. Pada pada makna (1), adj.P [yuumei-na] sebagai daya pembeda, sedangkan pada makna (2) partikel genitif ‘no’ menjadi daya pembeda. Adj.P [yuumei-na] menerangkan NP [kashuu] ‘penyanyi’ dan partikel genitif ‘no’ pada Poss-P [yuumei-na kashuu no] ‘penyanyi terkenal’ mengindikasikan makna ‘kepunyaan’ dari N [uchi] ‘rumah’. Dengan demikian, pada struktur logika ini, makna ‘terkenal’ menjelaskan seorang penyanyi, bukan menjelaskan rumah seperti makna (1).
Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan melalui teknik rekam dan transkripsi data, penggunaan partikel ‘no’ yang ditemukan dalam percakapan siswa level 1C di Pandan College menunjukkan struktur makna ambigu dan variasi hubungan genitif partikel ‘no’. Pola struktur ambiguitas dan variasi hubungan genitif pada partikel ‘no’ mengacu pada pendapat Nishiguchi (2006:76). Berikut merupakan pemaparan mengenai struktur kalimat ambigu dan variasi makna tersebut.
Pada data ditemukan 2 struktur makna ambigu yaitu prenominal double possessives dan prenominal adjective and possessives. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan prenominal adalah kata
atau frasa yang terletak di depan frasa nomina dan berfungsi sebagai penjelas atau keterangan dari frasa nomina dibelakangnya. Berikut merupakan pemaparan mengenai pola struktur ambiguitas yang ditemukan pada data.
-
1) Prenominal Double Possessives
Istilah pola prenominal double possessives merupakan prenominal yang posisinya berada sebelum nomina genitif ganda. Double possessive atau genitif ganda menunjukkan bahwa frasa nomina genitif pertama dapat memodifikasi nomina yang terdapat dalam frasa genitif berikutnya atau nomina yang dimodifikasi oleh dua frasa genitif. Pola prenominal double possessive ini dapat memicu ambiguitas karena tidak dapat ditentukan dengan jelas possessive marker dari prenominal tersebut. Dalam penelitian ini, double possessive yang ditemukan adalah adanya penggunaan partikel ‘no’ lebih dari satu sehingga dikatakan double.
Pola struktur makna tersebut tercermin dalam klausa pada data 3-2, 3-3, dan 3-4. Pada data 3-2 yaitu ‘ano akai me no onna-no ko no nin’gyou desu’ yang menunjukkan dua struktur makna berbeda akibat pengaruh possessive marker dari prenominal NP [akai me], yaitu:
-
1) ‘Boneka milik anak perempuan yang bermata merah itu.’
-
2) ‘Boneka bermata merah milik anak perempuan itu.’
Berdasarkan struktur makna ambigu pertama, prenominal NP [akai me] ‘mata merah’ memodifikasi atau menjelaskan frasa nomina genitif [onna-no ko] ‘anak perempuan’. Akan tetapi pada makna struktur ambigu yang kedua, prenominal NP [akai me] memodifikasi frasa nomina genitif [nin’gyou] ‘boneka’. Dalam hal ini, klausa data (3-2) diindikasikan sebagai pola prenominal double possessive akibat adanya prenominal NP [akai me] yang memodifikasi NP [onna-no ko] menjadi Poss-P [akai me no onna-no ko] dan NP [nin’gyou] menjadi Poss-P [akai me no nin’gyou].
Pada data 3-3 yaitu ‘toukyou no tomodachi no omiyage desu’ juga menunjukkan dua struktur makna yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena
Vol. 27 No.1
adanya pengaruh possessive marker dari prenominal NP [Toukyou no], yaitu:
-
1) ‘Hadiah dari teman (saya) yang tinggal di Tokyo’
-
2) ‘Hadiah buatan Tokyo dari teman (saya)’
Berdasarkan struktur makna ambigu pertama, prenominal NP [Toukyou] ‘Tokyo’ memodifikasi atau menjelaskan frasa nomina genitif [tomodachi no] ‘teman’. Akan tetapi pada makna struktur ambigu yang kedua, prenominal NP [Toukyou] memodifikasi frasa nomina genitif [omiyage] ‘hadiah’. Klausa data (3-3)
diindikasikan sebagai pola prenominal double possessive akibat adanya prenominal NP [Toukyou] yang memodifikasi NP [tomodachi] menjadi Poss-P [Toukyou no tomodachi] ‘teman dari Tokyo’, dan NP [omiyage] menjadi Poss-P [Toukyou no omiyage] ‘hadiah buatan Tokyo’.
Kemudian, pada data 3-4 yaitu ‘takusan no Amerika-jin no tokei’ juga menunjukkan dua struktur makna yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh possessive marker dari prenominal NP [Takusan no], yaitu:
-
1) ‘Jam tangan yang dipakai oleh kebanyakan orang Amerika’.
-
2) ‘Banyak jam tangan yang dipakai orang Amerika’.
Berdasarkan struktur makna ambigu pertama, prenominal NP [takusan] ‘banyak’ memodifikasi atau menjelaskan frasa nomina genitif [Amerika-jin no] ‘orang Amerika’. Akan tetapi, pada makna struktur ambigu yang kedua, prenominal NP [takusan] memodifikasi frasa nomina genitif [tokei] ‘jam tangan’. Klausa data (3-4) diindikasikan sebagai pola prenominal double possessive akibat adanya prenominal NP [takusan] ‘banyak’ yang memodifikasi NP [Amerika-jin] menjadi Poss-P [takusan no Amerika-jin] ‘kebanyakan orang Amerika’, dan NP [tokei] menjadi Poss-P [takusan no tokei] ‘banyak jam tangan’.
-
2) Prenominal Adjective and Possessives
Selain ditemukan data yang menunjukkan struktur pola prenominal double possessives, terdapat juga struktur pola lainnya yang dibentuk oleh partikel genetif ‘no’ yaitu prenominal
adjective and possessives. Struktur tersebut dapat muncul karena danya prenominal berupa adjektiva sebelum frasa nomina genitif. Hal tersebut ditemukan pada data 3-5 dan 3-6.
Pada data 3-5, prenominal adjective [atarashii] sebelum frasa nomina genitif [Toyota no kuruma] mengakibatkan possessive marker pada prenominal Adj.P [atarashii] menunjukkan makna ambiguitas. Berdasarkan hal tersebut, data 3-5 ‘atarashii Toyota no kuruma o kaitai desu’ dapat menunjukkan 2 struktur makna yang berbeda yaitu:
-
1) ‘(Saya) ingin membeli mobil baru buatan perusahaan Toyota.’
-
2) ‘(Saya) ingin membeli mobil buatan perusahaan Toyota baru.’
Berdasarkan struktur makna ambigu pertama, prenominal adjective [atarashii] ‘baru’ dapat memodifikasi frasa nomina genitif ‘kuruma’ ‘mobil’. Pada struktur makna kedua prenominal adjective [atarashii] ‘baru’ memodifikasi frasa nomina genitif [Toyota] ‘perusahaan Toyota’. Dalam hal ini, klausa data (3-3) diindikasikan sebagai pola ‘prenominal adjective and possessive’ akibat adanya prenominal adjective [atarashii] yang memodifikasi NP [Toyota] menjadi Adj.P [atarashii Toyota] ‘perusahaan Toyota yang baru’, dan NP [kuruma] menjadi Adj.P [atarashii kuruma] ‘mobil yang baru’.
Kemudian, pada data 3-6 prenominal adjective [yuumei-na] sebelum frasa nomina genitif [kashuu no uchi] mengakibatkan possessive marker pada prenominal Adj.P [yuumei-na] menunjukkan makna ambiguitas. Berdasarkan hal tersebut, data 3-6 ‘yuumei-na kashuu no uchi desu yo’ dapat menunjukkan 2 struktur makna yang berbeda yaitu:
-
1) ‘Rumah yang terkenal milik (seorang) penyanyi’.
-
2) ‘Rumah milik penyanyi yang terkenal’.
Berdasarkan struktur makna ambigu pertama, prenominal adjective [yuumei-na] ‘terkenal’ dapat memodifikasi frasa nomina genitif ‘uchi’ ‘rumah’. Akan tetapi, pada struktur makna kedua prenominal adjective [yuumei-na] ‘terkenal’ memodifikasi frasa nomina genitif [kashuu]
Vol. 27 No.1
‘penyanyi’. Klausa data (3-6) diindikasikan sebagai pola ‘prenominal adjective and possessive’ akibat adanya prenominal adjective [yuumei-na] yang memodifikasi NP [uchi] menjadi Adj.P [Yuumei-na uchi] ‘rumah yang terkenal’, dan NP [kashuu] menjadi Adj.P [yuumei-na kashuu] ‘penyanyi yang terkenal’.
Pada penelitian ini juga ditemukan beberapa variasi hubungan genitif dari penggunaan partikel ‘no’ dalam percakapan siswa level 1C di Pandan College. Hubungan ‘NP1-GEN NP2’ tidak hanya menjelaskan kepemilikan atau bagian dari keseluruhan, tetapi dapat menunjukkan hubungan genitif yang lebih bervariasi. Berikut merupakan variasi hubungan tersebut sesuai dengan pendapat Nishiguchi (2006:800).
Tabel 3.1
Variasi Hubungan Genitif Partikel ‘No’
No. Hubungan
Genitif
{R(y) (x)}
-
1. Possession
R= {<x,y> | x owns y}
-
2. Part-whole
R = {<x,y> | y is part of x}
-
3. Location
R = {<x,y> | y is in x}
Frasa Genitif
{(y)-GEN (x)}
-
(3-6) Kashuu no Uchi
‘penyanyi-GEN rumah’
‘rumah milik penyanyi’ (3-2) Akai me no onna-no ko
‘mata merah-GEN anak perempuan’
‘Anak perempuan bermata merah’
-
(3-2) Akai me no nin’gyou
‘mata merah-GEN boneka’
‘boneka bermata merah’
-
(3-3) Toukyou no tomodachi
‘Tokyo-GEN teman’
‘Teman yang ada
4.
Quantity
R = {<x,y> | the quantity of y is x}
di Tokyo’
-
(3-3) Toukyou no omiyage ‘Tokyo-GEN hadiah’
‘Hadiah dari Tokyo’
-
(3-5) Toyota no kuruma ‘Toyota-GEN mobil’
‘Mobil buatan Toyota’
-
(3-4) Takusan no Amerika-jin ‘Banyak-GEN
orang Amerika’ ‘Kebanyakan orang
Amerika’
-
(3-4) Takusan no tokei ‘Banyak-GEN jam
tangan’
‘Banyak jam tangan’
Berdasarkan tabel 3.1, penggunaan partikel ‘no’ dalam percakapan siswa menunjukkan beberapa variasi hubungan genitif yaitu (1) possession; (2) part-whole; (3) location; dan (4) quantity. Hubungan genitif possession ditemukan pada data (3-6) karena NP2 merupakan milik dari NP1 sehingga disebut dengan istilah possession ‘kepemilikan’ atau ‘kepunyaan’.
Hubungan genitif part-whole ditemukan pada data (3-2) karena NP1 merupakan bagian dari keseluruhan pada NP2 sehingga disebut dengan istilah part-whole. Hubungan genitif yang menyatakan location ditemukan pada data (3-3) dan (3-5) yaitu NP1 menunjukkan lokasi atau wilayah dari NP2 sehingga disebut dengan istilah location, sedangkan hubungan genitif quantity ditemukan pada data (3-4) yaitu NP1 merupakan keterangan jumlah atau kuantitas dari NP2.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa partikel ‘no’ yang
Vol. 27 No.1
ditemukan dalam percakapan siswa level 1C di Pandan College terbagi atas dua pola struktur makna ambiguitas yaitu ‘prenominal double possessives’ dan ‘prenominal adjective and possessives’. Hubungan genitif pada partikel ‘no’ yang ditemukan memiliki beberapa variasi, yaitu possession, part-whole, location, dan quantity. Dikarenakan penanda genitif ‘no’ menunjukkan banyak variasi hubungan, maka denotasi hubungannya tidak bisa ditentukan secara jelas dan spesifik.
Kalimat yang memiliki makna ambigu memiliki struktur logika yang lebih dari satu. Setiap makna memiliki struktur logika yang berbeda dan jumlah struktur tergantung jumlah makna dalam kalimat ambigu tersebut. Makna pemarkah semantik partikel ‘no’ dalam bahasa Jepang sulit untuk diketahui karena penggunaannya yang tidak terbatas dalam suatu kalimat. Dengan demikian, muncul interpretasi yang berbeda dan perlunya Semantik Generatif Chomsky (1957) untuk menjelaskan masing-masing interpretasi makna dengan struktur logika.
Cardinal, Kumi. 2006. “Type Grammar Meets Japanese Particles”. Proceedings of The 20th Pasific Asia Conference on Language, Information and Computation. Page:142-149.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chino, Naoko. 1992. Partikel Penting Bahasa
Jepang. Seri Renik Bahasa. Jakarta:
Kesaint Blanc.
Chomsky, Noam. 1957. Syntactic Structures. Paris: Mouton Publishers, the Hague.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nishiguchi, Sumiyo. 2006. “Categorical and Semantic Ambiguity of Possessives and Adjectives”. Papers in English Linguistics. Vol. 11, Page. 73-83. Osaka University.
Okada, Mitsuhiro. Watanabe Kazue. 1993. “Montague Grammatical Analysis of Japanese Case Particles”. Proceedings of The Korean Society for Language and Information Conference. Page: 145-157.
Purnawati, Ketut Widya. 2012. “Interaksi Oblik Dengan Topik Dalam Bahasa Jepang”. Linguistika: Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana. Vol. 19. ISSN 2656-6419.
Rizkia, Sarah. “Analisis Fungsi dan Makna Partikel No dalam Majalah Nipponia” (tesis). Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University
Press.
Sudjianto. 2000. Gramatika Bahasa Jepang Modern Seri B. Jakarta: Kesaint Blanc.
Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa.
Suwarna. 1993. “Struktur Logika Kalimat Ambiguitas: Tinjauan Semantik Generatif”. Cakrawala Pendidikan No.2. Tahun XII, Edisi Juni hal. 75-87.
Wahyuningtias, Hani dkk. 2017. “Partikel Akhir Kalimat bahasa Jepang Dan Bahasa Indonesia”. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana. Vol. 24. No. 1. Page 1-14. ISSN 2656-6419.
61
Discussion and feedback