LINGUISTIKA, MARET 2018

p-ISSN: 0854-9613

Vol. 48. No. 25

Nomina Berelasi Air yang Dihasilkan Entitas

Dalam Bahasa Bali

Dewa Ayu Carma Citrawati, email: [email protected], Program Magister Linguistik, Universitas Udayana I Nengah Sudipa, email: [email protected].,

Program Magister Linguistik, Universitas Udayana

Ni Made Suryati

Email: [email protected]

Program Magister Linguistik, Universitas Udayana

AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis nomina yang berelasi dengan air dalam bahasa Bali khususnya leksikon berkategori nomina yang dihasilkan oleh entitas baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Leksikon dengan ketegori nomina dijabarkan struktur semantisnya dengan menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA). Penelitian ini menggunakan data lisan sebagai sumber data utama, yang diperoleh dari penutur bahasa Bali di dua kabupaten di Bali yaitu Kabupaten Klungkung dan Buleleng. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak dan cakap kemudian dianalisis dengan metode padan dan agih. Hasil analisis data disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur semantis nomina yang berelasi dengan air memiliki struktur semantis yang berbeda-beda. Nomina berelasi dengan air yang dihasilkan oleh entitas (manusia, hewan dan tumbuhan) terdiri atas tiga belas leksikon. Nomina berelasi air yang dihasilkan oleh manusia dan hewan, yaitu peluh, enceh, téngés, yéh cunguh, poos, tétéh, yéh mata, yéh nyonyo, dan banyeh. Nomina yang berelasi air yang dihasilkan oleh tumbuhan yaitu bangket, banyu, tuak, arak. Nomina-nomina berelasi dengan air yang dihasilkan entitas disepadankan dengan elemen makna asali SOMETHING-THING yang berpolisemi dengan makna asali lain yaitu PEOPLE. Nomina ini dapat memberikan pengaruh yang baik dan buruk terhadap entitas itu sendiri dan orang lain.

Kata Kuncimakna asali, nomina, air, bahasa Bali

Abstract— This Research aim at finding nouns related to water in Balinese langage, particulary lexicon that belong to entity of human, flora, and fauna. Lexicon with noun category are analyzed using Natural Semantics Metalanguage (NSM). The data in form of oral speech spoken by native speaker of Balinese were collected from two regency, Buleleng and Klungkung. The method used to collect data is the observing method and skill method. Data analyzed by identity and distributional method. The result of data analysis is presented by using formal and informal method.

The result shows that the semantic structure of noun related to water portray various structure. There are 13 nouns related to the water from three entity of human, flora, and fauna, i.e peluh, enceh, téngés, yéh cunguh, poos, tétéh, yéh mata, yéh nyonyo and banyeh. these nouns are compared to semantic prime of SOMETHING-THING which has polysemy meaning with semantic prime of PEOPLE. These nouns affect their entities positively and negatively.

Keywords— semantic prime, noun, water, Balinese language

PENDAHULUAN

Dalam suatu konstruksi klausa, setiap leksikon pembangun klausa tentunya memiliki pertautan makna antarleksikon. Ullmann (2009:80) menyatakan bahwa makna adalah hubungan timbal balik antara kata dan pengertian. Hubungan timbal balik ini yang menimbulkan adanya perbedaan makna antarkata yang satu dengan kata yang lain. Apalagi dalam suatu bahasa, satu bentuk memiliki padanan leksikon lain dan memiliki makna khusus sebagai ciri pembedanya. Setiap leksikon memiliki fitu-fitur pembeda (distinctive features) yang merupakan ciri khas setiap leksikon ketika berada dalam tuturan. Leksikon yang memiliki makna luas dan khusus harus diuraikan lebih rinci lagi.

Makna leksikon yang beragam itu tentunya dapat diuraikan terlebih dahulu dengan mengklasifikasikan leksikon tersebut ke dalam kategori kelas kata. Nomina atau kata benda dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang secara sintaktis tidak dapat bergabung dengan morfem ‘tidak’, tetapi dapat didahului oleh morfem ‘dari’ (Kridalaksana, 2008:163). Jika dilihat dari segi bentuk morfologisnya nomina dalam bahasa Bali dapat dibagi menjadi dua yaitu nomina dasar dan nomina turunan. Nomina dasar adalah nomina yang terdiri atas satu morfem sedangkan nomina turunan dapat terjadi dengan adanya proses afiksasi, reduplikasi, dan kompositum (pemajemukan).

Penelitian ini terfokus pada leksikon berkategori nomina yang berelasi dengan air dalam bahasa Bali yang dapat diklasifikasikan lagi, selain leksikon yang secara umum digunakan oleh masyarakat Bali, yaitu leksikon yéh dan toya. Leksikon air lainnya dapat diklasifikasikan lebih spesifik, misalnya, air yang dihasilkan oleh tubuh, yaitu peluh ‘keringat’, yéh

paningalan ‘air mata’, poos ‘air liur’, téngés ‘ingus’, dan lain-lain. Begitu pula air yang dihasilkan oleh tumbuhan seperti air hasil penyulingan nira disebut arak, Leksikon yang bermakna air suci, yaitu tirtha dan air yang kotor disebut banyu dalam bahasa Bali. Dengan mengklasifikasikan leksikon air, tentunya dapat memudahkan menganalisis makna, di samping dapat dengan mudah menentukan struktur semantis nomina. Selain itu, air adalah komponen alam yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Bali. Banyaknya aktivitas yang berkaitan dengan air menimbulkan berbagai jenis variasi leksikon, baik berkategori nomina, verba, maupun adjektiva.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penulisan ini diambil dari wawancara dengan beberapa informan yang berasal dari kabupaten Klungkung. Dipilihnya informan dari Kabupaten Klungkung sesuai dengan Hasil Keputusan Pesamuhan Agung Bahasa Bali tahun 1974. Bahasa standar atau ragam baku mulanya berasal dari masyarakat tutur bahasa Bali, yang berdomisili di Klungkung kota dan sekitarnya (Sulaga dkk, 1996: 9). Kemudian dicocokkan dengan Kamus Bali-Indonesia Beraksara Latin dan Bali (2008) agar leksikon-leksikon yang didapatkan bukanlah dialek individu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Teknik pencatatan diterapkan dalam pengumpulan data yang kemudian dianalisis menggunakan pendekatan Metabahasa Semantik Alami.

Metabahasa Semantik Alami dkatakan sebagai pendekatan kajian linguistik yang dianggap mampu memberikan hasil analisis makna yang memadai. Oleh karena dapat menghasilkan analisis bahasa yang mendekati ilmu semantik yakni satu bentuk untuk satu

makna dan satu makna untuk satu bentuk. Dengan kata lain, satu butir leksikon mampu mewahanai satu makna yang diungkapkan dengan satu butir leksikon agar tidak terkesan bahwa pemerian makna berputar terhadap satu leksikon (Sudipa, 2012:1). Teori Metabahasa Semantik Alami ini, memaparkan makna yang dibingkai dalam sebuah metabahasa yang bersumber dari bahasa alamiah yang pada umumnya bisa dipahami oleh semua penutur asli (Weirzbicka, 1996:10). Beberapa konsep yang memiliki kedudukan penting dalam pendekatan ini adalah makna asali yang merupakan makna yang tidak bisa berubah karena sudah diwarisi manusia dari sejak lahir, Polisemi takkomposisi merupakan munculnya dua makna asali yang berbeda karena memiliki kerangka gramatikal yang berbeda.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Secara universal seluruh bahasa di dunia memiliki leksikon yang berelasi dengan air. Air termasuk ke dalam tipe nomina tidak bernyawa. Hal ini disebabkan oleh air adalah salah satu sumber daya alam yang vital diperlukan oleh manusia dalam berbagai aktivitasnya. Air adalah unsur penting dalam keberlangsungan hidup makhluk hidup. Demikian pula halnya dengan air dalam kehidupan masyarakat Bali.

Nomina yang berelasi dengan air berarti semua kosa kata berkategori nomina yang memiliki hubungan semantik dengan air. Air adalah sesuatu yang berwujud. Struktur semantis nomina yang berelasi dengan air dapat dianalisis dengan mengkonfigurasi makna atau pemetaan eksponen dan eksplikasi makna. Pada pembahasan ini struktur semantis nomina yang berelasi dengan air dipaparkan hanya sebatas konfigurasi makna. Konfigurasi

makna dilakukan dengan memetakan seluruh komponen makna dalam leksikon-leksikon berkategori nomina yang berelasi dengan air.

Kekayaan leksikon, terutama nomina yang berelasi dengan air sangat variatif dan ditemukan dalam berbagai aktivitas masyarakat Bali. Suatu zat yang bermakna air dinyatakan dengan satu leksikon baru. Secara semantis, leksikon-leksikon ini dapat diuraikan dengan mengklasifikasikannya berdasarkan fitur semantisnya. Berdasarkan fitur semantisnya nomina berelasi dengan air dapat diklasifikasikan berdasarkan entitas yang menghasilkan (manusia, hewan, dan tumbuhan), alam, dan budaya .

Berdasarkan entitas yang menghasilkan, nomina berelasi dengan air dapat dihasilkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan. Nomina berelasi dengan air yang dihasilkan oleh manusia adalah air yang bersumber dari tubuh manusia yang hampir sama dengan yang dihasilkan oleh tubuh hewan. Nomina-nomina berelasi dengan air berdasarkan entitas ini dapat disepadankan dengan elemen makna asali SOMETHINGTHING yang berpolisemi dengan makna asali lain yaitu PEOPLE yang dapat berpengaruh baik dan buruk terhadap tubuh atau orang lain.

Di bawah ini dipaparkan nomina berelasi air yang dihasilkan oleh manusia dan hewan, yaitu peluh, enceh, téngés, yéh cunguh, poos, tétéh, yéh mata, yéh nyonyo dan banyeh. Nomina berelasi air yang dihasilkan oleh tumbuhan yaitu bangket, banyu, tuak, dan arak.

  • 3.1.    Peluh ‘keringat’

Beberapa nomina berelasi dengan air yang dihasilkan oleh manusia dan hewan ada yang berpengaruh positif ada juga negatif. Air yang dihasilkan oleh tubuh manusia melalui kulit dalam bahasa Bali

(3-2) telah     pesu        peluhne

habis     keluar      keringat

(né)POSS ulian     tusing      nyidaang

karenaK  NEG      (ny-)

ONJ                bisa

nyawab ulangan (ny-)      ulangan

bisa

‘habis keluar keringatnya karena tidak bisa menjawab ulangan’ (Buleleng)

disebut peluh ‘keringat’. Peluh adalah nomina berupa air yang dihasilkan oleh bagian tubuh tertentu karena akibat rasa panas yang dirasakan oleh entitas ketika melakukan suatu aktivitas, seperti panas akibat sinar matahari atau suhu tubuh yang tinggi. Tubuh yang menghasilkan keringat pada manusia bisa saja bagian atas di kening, hidung, atau seluruh badan dan kaki. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang mengakibatkan tubuh merasakan kelelahan seperti berolahraga atau berlari sehingga tubuh terasa lebih baik seperti tampak pada contoh berikut.

Pada (3-1) tampak penggunaan leksikon peluh ‘keringat’. Peluh dapat dihasilkan dengan berolahraga agar tubuh tetap sehat. Pada (3-1) olahraga dapat dilakukan pada pagi hari. Leksikon peluh dapat diparafrasakan maknanya sebagai berikut.

Peluh ‘keringat’

  • a.    Sesuatu yang ada dalam bagian tubuh seseorang

  • b.    Orang melakukannya dengan cara tertentu ( menggerakkan seluruh tubuh, berdiam di bawah sinar matahari, berada dalam suhu ruangan tinggi, dalam keadaan sakit)

  • c.    Orang melakukannya di suatu tempat tertentu dalam waktu tertentu

  • d.    Ketika seseorang menginginkan ini, seseorang akan merasa baik (sehat)

  • e.    Ketika orang tidak menginginkan ini, sesuatu yang buruk terjadi pada seseorang

Dalam beberapa kegiatan yang dilakukan manusia, peluh ‘keringat’ dihasilkan ketika manusia merasakan suatu perasaan tidak menyenangkan, gugup, atau takut. Seperti tampak pada contoh di bawah ini.

Pada (3-2) tampak bahwa seseorang mengeluarkan keringat ketika seseorang merasakan sesuatu yang buruk, seperti tidak

(3-1)


Olahraga   dogén     semengané

olahraga    saja-Adv   pagi-néDEF

apang      pesu       peluh

agarKONJ  keluar-V   keringat-N

‘Olahraga saja paginya agar keluar

keringat.’

(Klungkung)

bisa menjawab ulangan, tidak sehat,

dipermalukan, dan lain-lain. Keringat pada manusia bisa muncul akibat tekanan secara

mental dan psikologi hingga mengakibatkan tubuh bereaksi mengeluarkan keringat.

  • 3.2.    Enceh ‘air seni’

Air yang dikeluarkan tubuh sebagai pembuangan disebut enceh ‘air seni’ atau panyuh ‘air seni’. Kedua leksikon ini ada dalam medan makna yang sama memiliki struktur semantis yang sama hanya digunakan pada daerah yang berbeda. Di daerah Singaraja penggunaan panyuh jarang dan bahkan tidak pernah digunakan sedangkan di daerah Klungkung leksikon panyuh dan enceh lazim digunakan.

Pada (3-3) dan (3-4) tampak penggunaan leksikon enceh dan panyuh menunjukkan leksikon dengan struktur semantis yang sama. Pada (3-3) terlihat terjadi sesuatu yang kurang baik dilihat dari warna air seni yang dihasilkan tubuh. Tubuh menghasilkan air seni sangat dipengaruhi oleh konsumsi air setiap harinya. Apabila warna air seni semakin keruh dan berlangsung lama akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan pada manusia.

Enceh adalah air yang dikeluarkan dari saluran kencing oleh entitas yang bersifat animate, yaitu manusia dan hewan. Enceh sebagai hasil pembuangan tubuh dalam bentuk air memiliki suatu keharusan yang dikeluarkan dari tubuh. Kencing berwarna kekuningan dan menyebabkan perasaan tidak nyaman jika ditahan. Pada data (3-4) menunjukkan bahwa sesuatu terjadi jika kencing ditahan. Nenek pada (3-4) menahan kencing hingga kencingnya berceceran di

(3-5) Téngésné            ngetél

ingus-né-POSS      PREF

(ng-)tetes ngebekin             cunguh

(ng)penuh(-in)        hidung

lan                    bibihne

dan                   bibir

(-ne)-DEF

‘Ingusnya menetes memenuhi hidung dan bibirnya.’ (Klungkung)

lantai.

Berdasarkan pemaparan di atas, enceh dan panyuh dapat diparafrasakan maknanya sebagai berikut.

Enceh, panyuh ‘air seni’

  • a.    Sesuatu yang ada di dalam tubuh

b. Seseorang dapat menghasilkan ini

(3-3)

Encehn e

kuning     kéto

N-kencing       kuning     begitu

(-né)-POSS                 DEF

krana           bedik      minum

karenaKONJ     sedikit     minum

‘Kencingnya  kuning begitu karena

sedikit minum (air).’

(Buleleng)

(3-4)

Panyuh  dadongné   macrétcét    di

an

Air seni   nenek      (ma)cecer    di

(-ne)-      (an)KONF

POSS

téhelé

lantai

(-e)-

DEF

‘Kencing neneknya berceceran di lantai’ (Klungkung)

jika melakukan (minum) sesuatu (air)

  • c.    Dapat dikeluarkan sewaktu-waktu di suatu tempat

  • d.    Jika seseorang memiliki ini dalam waktu lama, sesuatu yang buruk akan terjadi

  • e.    Sesudah tubuh mengeluarkan ini orang merasakan baik (sehat)

  • f.    Jika tubuh tidak dapat menghasilkan ini, seseorang merasa buruk (sakit)

  • 3.3.    Tenges ‘ingus’ dan yeh cunguh ‘air hidung’

Air yang keluar dari hidung disebut téngés atau ngéngés yang berarti ‘ingus’. Ada dua jenis nomina berelasi dengan air yang dihasilkan oleh hidung. Tenges ‘ingus’ dan yéh cunguh. Kedua nomina ini berbeda struktur dan maknanya.

Pada (3-5) dan (3-6) tampak penggunaan nomina téngés dan yéh cunguh. Téngés adalah cairan yang dihasilkan hidung ketika kondisi badan kurang sehat. Hidung mengeluarkan téngés yang berbentuk cair dan berlendir ketika kondisi udara yang sangat dingin dan kondisi tubuh menurun. Keluarnya téngés membuat perasaan tidak menyenangkan pada entitas yang mengalaminya sehingga menghambat aktivitas yang dilakukan entitas.

Pada (3-6) entitas mengeluarkan yéh cunguh ketika makan lawar. Lawar adalah makanan tradisional Bali yang dibuat dengan banyak bumbu tradisional yang khas. Jika entitas mengeluarkan yéh cunguh ketika memakan lawar, seperti tampak pada (3-6), maka lawar tersebut memiliki rasa yang pedas. Yéh cunguh adalah air yang keluar dari hidung ketika memakan sesuatu yang pedas. Yéh cunguh merupakan air yang lebih encer dan bening dibandingkan téngés. Yéh cunguh keluar dalam intensitas yang sedikit dan hanya keluar ketika entitas makan. Makanan yang dapat menyebabkan yéh cunguh keluar adalah makanan pedas atau makanan berkuah yang masih panas.

Téngés dan yéh cunguh dapat dihasilkan oleh entitas yang bersifat animate. Kehadiran téngés memberikan dampak yang negatif terhadap entitas sedangkan kehadiran yéh cunguh menandakan sesuatu yang positif sedang dirasakan oleh entitas. Kedua leksikon tersebut dapat diparafrasakan maknanya sebagai berikut.

Téngés ‘ingus’

  • a.    Sesuatu yang ada di salah satu tubuh seseorang (hidung)

(3-6)

Lawaré

lalah

pesan

lawar

pedas

sekali

(-e)DEF

kanti

telah

pesu

hingga

habis

keluar

yéh

cunguhé

air

hidung

(-e)-POSS

-N

Lawar (itu)

pedas sekali hingga

keluar air hidungnya.’

(Klungkung)

  • b.    Ada di satu bagian tubuh atas, Sesuatu yang sedikit kecil (cair)

  • c.    Ketika tubuh memiliki sesuatu ini dalam waktu lama, orang merasa buruk

  • d.    Seseorang tidak dapat merasakan (aroma, bau) karena sesuatu ini

  • e.    Orang tidak menginginkan ini, karena menyebabkan seseorang merasakan sesuatu yang buruk (sakit)

Yéh cunguh ‘air hidung’

  • a.    Sesuatu yang ada di dalam tubuh seseorang

  • b.    Ada di satu bagian tubuh atas, sedikit kecil (sangat cair)

  • c.    Ketika seseorang melakukan sesuatu (makan) yang baik (pedas atau berkuah panas), sesuatu ini mungkin ada, mungkin tidak

  • d.    Orang merasa sesuatu yang baik terjadi

  • 3.4.    Poos, pees, paes ‘air liur’

Air yang dihasilkan mulut disebut poos ‘air liur’. Poos secara alamiah dimiliki oleh semua manusia dan hewan. Beberapa leksikon seperti paes, pees, atau poos mengacu pada nomina yang sama yaitu air liur.

Air liur dikenal dengan ludah yang dihasilkan dalam mulut, yakni berupa air yang mengandung eletrolit dan berperan dalam metabolisme tubuh. Pada (3-7) tampak bahwa manusia dari kecil hingga dewasa telah memiliki poos. Pada (3-7) terlihat, jika seseorang merasakan sesuatu yang menggugah selera, seperti makanan, maka poos seseorang mungkin akan keluar.

Poos memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Selain membantu entitas untuk mengunyah makanan dan menghasilkan enzim-enzim yang bermanfaat bagi sistem pencernaan, air liur juga dapat membantu    mempercepat    proses

penyembuhan luka. Kebiasaan hewan seperti anjing dan kucing yang sering menjilati bagian tubuhnya yang terluka membuktikan bahwa poos mengandung senyawa tertentu yang berperan sebagai antibiotik. Berdasarkan pemaparan di atas, leksikon poos ‘air liur’ dapat diparafrasakan sebagai berikut.

Poos’air liur’

  • a.    Sesuatu yang ada dalam tubuh seseorang bagian atas (mulut)

  • b.    Sesuatu ini, ada di satu bagian tubuh bagian atas sedikit banyak (cair)

  • c.    Ketika seseorang menginginkan beberapa jenis sesuatu berada di dalam tubuh (makanan) mereka melakukan sesuatu dengan bagian tubuh ini (mulut)

  • d.    Ketika sesuatu (hewan) merasakan sesuatu yang buruk pada bagian tubuh tertentu (luka), mereka akan melakukan sesuatu dengan sesuatu ini (menjilati)

  • e.    Seseorang merasakan ini ada ketika menggerakkan sesuatu (makanan)

(3-7)

uli

cerik

mula

dari

kecil

memang

poosné

ngetél

yen

air liur (-né)

(ng-)tetes

jika

nepukin

ajeng

-ajengan

jaan

(N)tepuk (-in)V

makanan

enak

‘dari kecil memang air liurnya menetes jika melihat makanan yang enak’ (Klungkung)

  • f.    Karena semua orang memiliki ini, orang dapat merasakan sesuatu yang baik (sehat)

  • 3.5.    Tétéh ‘air liur’

Tétéh adalah nomina yang berelasi dengan air yang dihasilkan oleh mulut. Berbeda dengan poos, tétéh hanya dijumpai ketika seseorang sedang tidur. Tétéh adalah air liur yang menetes atau mengalir keluar ketika seseorang tidur. Tétéh keluar membasahi mulut tanpa

(3-8)   Adin                tiangé

Adik(-n)POSS      saya(-é)DEF

tétéhné             maliah

air liur(né)POSS    PREF

(ma-)tumpah di galengé di bantal(-é)DEF

‘Adik saya air liurnya tertumpah di bantal.’

(Klungkung) disadari oleh entitas.

Tidak semua orang mengeluarkan tétéh ketika tidur. Keluarnya tétéh disebabkan oleh beberapa faktor misalnya, terlalu lelah, makan dan minuman, cuaca yang dingin atau karena posisi tidur. Tétéh memiliki bau yang kurang sedap dan seseorang tidak ingin mengeluarkan tétéh saat tidur. Tétéh hanya dihasilkan oleh entitas yang bersifat animate. Berdasarkan pemaparan

(3-11)

Mireng

ortiné

punika

PREF(m-)

berita(-né)

itu

dengar

DEF

punika

toya panoné

tan

itu

air mata (-né)POSS

tak

karasa

medal

saking

terasa

keluar

dari

panyingakan

idané.

mata

2ps-néPOSS

‘Mendengar berita itu air matanya tak

terasa keluar dari matanya.’

(Klungkung)

di atas, tétéh dapat diparafrasakan maknanya sebagai berikut.

Tétéh ‘air liur’

  • a.    Sesuatu yang ada dalam tubuh seseorang bagian atas (mulut)

  • b.    Sesuatu ini, ada di satu bagian tubuh bagian atas sedikit banyak (cair)

  • c.    Seseorang melakukan sesuatu (tidur), sesuatu ini ada karena sesuatu tertentu (lelah, dingin, posisi tidur)

(3-9)

Yéh

paningalané

d.

Air                mata(-ne)poss

deres               ngetél

deras             PREF

(ng-)tetes ngebekin          pipiné

(ng-)penuh         pipi(-ne)

(-i)-V             -POSS

‘Air  matanya   deras   menetes

memenuhi pipinya.’ (Klungkung)

Seseorang tidak menginginkan ini

(3-10)

Masalah

sing      dadi

masalah

pragatang selesai(-ang)

-V

mata

mata

‘Masalah tidak

tidak      bisa

aji        yéh

dengan    air

dogén    Luh

saja       Luh

bisa diselesaikan

dengan air mata saja Luh.’ (Buleleng)

  • e.    Tidak semua orang memiliki ini disaat melakukan sesuatu (tidur)

  • 3.6.    Yéh mata, yéh paningalan, yéh panyingakan, toya panon ‘air mata’

Air yang dihasilkan mata disebut yeh mata, yéh paningalan, yéh panyingakan atau toya panon. Keempat leksikon tersebut memiliki medan makna yang sama tetapi struktur semantis yang berbeda.

(3-12)

Gus Tu

ngusapang

yéh

gus tu

PREF(ng-)

air

usap

(-ang)V

panyingakan

ariné

mata

adik(-né)

POSS

‘Gus Tu mengusap air mata adiknya.’ (Klungkung)

Pada (3-9), (3-10), (3-11) dan (3-12) tampak penggunaan leksikon yang berarti air mata digunakan berbeda-beda, perbedaanya terkait dengan rasa bahasa. Leksikon yang dipilih tergantung dari siapa yang diajak berkomunikasi. Keempat leksikon ini adalah nomina berelasi dengan air yang muncul karena beberapa faktor diantaranya entitas merasakan sesuatu yang menyedihkan, tidak menyenangkan dan menyakitkan atau entitas merasakan sesuatu yang sangat menyenangkan, merasa terharu dan bahagia. Air mata dihasilkan oleh bagian tubuh manusia dan hewan yaitu mata. Yéh mata pada (3-10) memiliki rasa

bahasa yang biasa lebih banyak digunakan kepada lawan bicara yang umurnya lebih kecil atau tak jarang leksikon ini di beberapa daerah diujarkan ketika marah  dan kesal terhadap

seseorang.     Seseorang    merasakan

kekesalan dan  perasaan yang tidak

menyenangkan  ketika menggunakan

leksikon yéh mata ‘air mata’.

Pada (3-9) Yéh paningalan ‘air mata’ adalah leksikon yang paling umum digunakan dalam percakapan sehari-hari. Yang dibicarakan biasanya memiliki kedudukan sosial yang sama. Bukan leksikon yang halus tetapi juga tidak kasar. Leksikon ini menandakan keakraban antara penutur dan lawan tutur.

Pada (3-11) dan (3-12) adalah leksikon berelasi dengan air dengan rasa bahasa paling halus. Toya panon dan yéh panyingakan menandakan orang yang dibicarakan lebih tinggi statusnya. Pilihan leksikon yang lain seperti verba, nomina dan pronominanya juga akan berbeda. Pada data (3-11) verba yang digunakan adalah medal yang juga memiliki makna sangat halus, menghormati orang yang diajak bicara ataupun orang yang dibicarakan.

Yéh Paningalan, yéh mata, yéh panyingakan, toya panon ‘air mata’

  • a.    Sesuatu yang ada di dalam dua bagian tubuh seseorang

  • b.    Karena memiliki dua bagian tubuh ini seseorang dapat melihat

  • c.    Sesuatu ini ada jika orang merasakan sesuatu terjadi (baik atau buruk)

  • d.    Sesuatu ini mungkin sedikit kecil (cair)

  • 3.7.    Yéh nyonyo ’air susu’

Air yang dihasilkan payudara disebut yéh nyonyo ‘air susu’. Air susu dihasilkan oleh perempuan setelah memiliki keturunan atau anak. Air susu

berwarna putih dan dikonsumsi oleh anak

yang tahun

baru

lahir hingga berumur dua

(3-13)

I       Madé    uli    semengan

ART   Madé    dari   pagi

tusing  maan    yéh   nyonyo

NEG    dapat     air    susu

‘I Madé dari pagi tidak mendapatkan air susu.’ (Buleleng)

Pada (3-13) menyiratkan betapa pentingnya air susu bagi bayi. Air susu adalah asupan utama bayi sehingga apabila tidak mendapatkan air susu, bayi akan menangis dan rewel. Yéh nyonyo memberikan pengaruh positif karena dengan adanya yéh nyonyo semua nutrisi yang dibutuhkan bayi mampu terpenuhi dan menghentikan tangis bayi yang sedang kehausan.

Yéh nyonyo’air susu’

  • a.    Sesuatu yang ada di dalam dua bagian tubuh tertentu (payudara)

  • b.    Orang yang dapat menghasilkan sesuatu ini hanya seseorang tertentu (perempuan)

  • c.    Jika seseorang mempunyai sesuatu yang masih kecil (bayi), seseorang sangat menginginkan sesuatu ini

  • d.    Sesuatu ini menyebabkan sesuatu yang baik terjadi

  • 3.8.    Banyeh’danur’

Air yang keluar dari mayat disebut banyeh. Leksikon banyeh digunakan ketika sesorang meninggal dan mayatnya mengeluarkan air. Di Bali, ketika belum ada pengawetan mayat dengan es atau suntik formalin, banyeh kerap kali ditemukan pada mayat yang lebih dari tiga hari belum dikubur karena alasan dewasa (hari baik). Banyeh biasanya berbau busuk dan berwarna bening.

(3-14)

Yén

inget

-ingetang

jika

diingat-ingat (-ang)

banyehné

ngaé

danur

(ng)buat

(-ne)POSS seneb

basang

mual

perut

‘Jika diingat-ingat air mayatnya yang membuat perut mual.’

(Buleleng)

Pada (3-14) di atas dapat dilihat bahwa banyeh adalah nomina berelasi dengan air yang memberi pengaruh negatif terhadap orang lain. Mayat yang terlalu lama didiamkan membuat orang lain merasa tidak nyaman karena bau busuk yang menyengat dan membuat orang merasa jijik. Di bawah ini dapat dipaparkan parafrasa makna dari leksikon banyeh ‘danur’.

Banyeh’danur’

  • a.    Sesuatu yang ada karena seseorang mati

  • b.    Jika tidak melakukan sesuatu pada seseorang yang mati dalam waktu yang lama, sesuatu ini ada

  • c.    Jika seseorang melihat dan merasakan sesuatu ini, seseorang merasakan sesuatu yang buruk pada dirinya (mual)

3.9.   Bangket

’air perasaan umbi-

umbian (sari pati)’

(3-15)     Yén

ngaé

loloh

Jika

PREF (n-)buatV

jamu

kunyit

eda

jangina

kunyit

NEG

isi(-a)

yéh

alih

bangketné

air

cari

saripati (-né)POSS

‘Jika membuat jamu kunyit jangan diisi air cari saripatinya.’

(Buleleng)

Bangket nomina yang berelasi dengan air dihasilkan tumbuhan terutama tumbuhan jenis umbi-umbian. Pada (3-15) bangket diperoleh dari kunyit yang digunakan sebagai salah satu bahan jamu. Bangket diperoleh dengan memeras umbu-umbian yang telah dihaluskan terlebih dahulu.

Umbi-umbian yang dihaluskan dengan cara diparut kemudian diremas-remas untuk mengeluarkan semua bangket yang ada didalamnya. Setelah diremas, umbi-umbian tersebut akan diperas dengan tangan atau alat peras hingga terpisah antara bangket dan ampasnya. Bangket diperoleh dengan menambahkan sedikit air agar lebih mudah memperoleh saripatinya. Bangket dapat diparafrasakan maknanya sebagai berikut.

Bangket ‘air perasan umbi-umbian (sari pati)

  • a.    Sesuatu yang ada dalam bagian dari sesuatu (tumbuhan)

  • b.    Sesuatu ini muncul jika seseorang melakukan sesuatu dengan cara tertentu(meremas, memeras)

  • c.    Seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja untuk menghasilkan sesuatu seperti ini (bangket)

  • 3.10.    Banyu’air cucian beras’

(3-16) Banyuné     luung

air cucian     bagus

beras(-e)DEF anggo        nyiam

digunakan    PREF

(n-)siramV anggrek anggrek

‘Air cucian beras bagus digunakan untuk menyiram anggrek.’ (Buleleng)

Air yang diperoleh saat seseorang mencuci beras disebut banyu dalam bahasa Bali. Pada (3-16) menunjukkan salah satu kegunaan banyu yang biasanya digunakan untuk menyiram tanaman anggrék. Banyu juga biasanya digunakan untuk air campuran makanan babi.

Banyu diperoleh ketika seseorang akan menanak nasi. Seseorang akan membersihkan beras terlebih dahulu agar beras yang akan dimasak bersih dari kotoran. Beras diremas-remas dengan membiarkan air tetap menggenangi beras. Air cucian inilah yang disebut banyu. Banyu berwarna putih seperti susu dan airnya biasanya tidak dibuang begitu saja, bisa digunakan untuk campuran makanan babi atau menyiram tanaman. Selain memiliki arti air cucian beras, banyu juga dikatakan sebagai kumpulan sisa-sisa makanan yang dijadikan makanan babi. Banyu sebagai makanan babi juga mengandung banyak air. Leksikon banyu dapat diparafrasakan maknanya sebagai berikut.

Banyu ‘air cucian beras’

  • a.    Sesuatu yang ada oleh karena sesuatu (beras)

  • b.    Sesuatu ini muncul jika seseorang melakukan sesuatu dengan cara tertentu (membersihkan)

  • c.    Seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja untuk menghasilkan sesuatu seperti ini (banyu)

  • 3.11.    Tuak ’air nira’

(3-17) Bapa       kapah

ayah       jarang

nyidaang ngaé (ny-)       (ng-)buatV

bisa(-ang) tuak tuak

‘Ayah    jarang bisa

membuat air nira.’

(Klungkung)

Tuak adalah minuman tradisional bali yang dibuat dari kelapa dan enau. Beberapa daerah penghasil tuak seperti Karangasem, Singaraja dan Klungkung memanfaatkan tuak sebagai bahan baku pembuatan gula merah. Pada (3-17) bapa jarang bisa membuat tuak karena memang proses penyadapan nira hingga menjadi susah membutuhkan waktu yang lama.

Tuak dibuat dengan cara ngeeb atau memotong troktokan ‘mayang kelapa’ yang sebelumnya sudah dibersihkan dalam suatu wadah yang disebut bungbung. Proses penyadapan nira disebut ngirisin. Nira dibiarkan menetes pada bungbung, pada waktu sore hari nira diambil dari pohonnya dan direbus agar tidak basi. Ada dua jenis tuak yang dapat dihasilkan yaitu tuak manis dan tuak masem. Tuak manis selain dikonsumsi sebagai minuman juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula merah. Nyuh gadang adalah salah satu jenis kelapa dengan kualitas nira terbaik. Apabila tuak yang didiamkan terlalu lama maka akan menghasilkan tuak masem. Tuak masem diolah sebagai bahan baku pembuatan arak.

Berdasarkan pemaparan di atas, leksikon tuak dapat diprafrasakan maknanya sebagai berikut.

Tuak ‘air nira’

  • a.    Sesuatu yang ada oleh bagian dari sesuatu (tumbuhan)

  • b.    Sesuatu ini muncul jika seseorang melakukan sesuatu (memotong) pada bagian tertentu dari sesuatu ini (troktokan)

  • c.    Sesuatu ini dihasilkan dalam waktu lama

  • d.    Seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja untuk menghasilkan sesuatu seperti ini (nira)

  • e.    Setelah mendapatkan sesuatu ini (nira) seseorang akan melakukan sesuatu (merebus nira)

  • 3.12.    Arak ‘arak’

(3-18)   Ketut      punyah

ketut      mabuk

ulian       minum

karena    minumV

arak arak

‘Ketut mabuk karena minum arak.’ (Klungkung)

Arak adalah minuman yang memiliki kadar alkohol 35-40%. Pada (3-18) tampak seseorang akan mabuk jika meminum arak terlalu banyak. Arak dibuat dengan cara disuling. Arak merupakan tuak yang didiamkan beberapa hari hingga menjadi tuak masem yang didiamkan dalam sebuah wadah dan didalamnya diisi serabut kelapa sebagai proses fermentasi. Setelah itu, tuak yang telah difermentasi disuling secara tradisional untuk menghasilkan arak dengan kualitas terbaik. Berdasarkan pemaparan di atas, leksikon arak dapat diparafrasakan sebagai berikut.

Arak ‘arak’

  • a.    Sesuatu yang ada dalam bagian dari sesuatu (tumbuhan)

  • b.    Sesuatu ini muncul jika seseorang melakukan sesuatu (fermentasi) pada sesuatu ini (tuak)

  • c.    Sesuatu ini dihasilkan dalam waktu lama

  • d.    Seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja untuk menghasilkan sesuatu seperti ini (penyulingan)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap nomina berelasi dengan air yang dihasilkan entitas dalam bahasa Bali dapat disimpulkan bahwa nomina tersebut termasuk ke dalam

kelompok substantives yaitu terdiri dari kelompok makna asali SOMETHINGTHING, PEOPLE dan BODY. Leksikon-leksikon yang berkategori nomina tersebut ditemukan 13 leksikon. Nomina berelasi air yang dihasilkan oleh manusia dan hewan yaitu peluh, enceh, téngés, yéh cunguh, poos, tétéh, yéh mata, yéh nyonyo dan banyeh. Nomina yang berelasi air yang dihasilkan oleh tumbuhan yaitu bangket, banyu, tuak, arak.   Nomina ini dapat

memberikan pengaruh yang baik dan buruk terhadap entitas itu sendiri dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, 1998. “Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia” Tesis S2, Linguistik Denpasar.

Sudipa, I Nengah. 2004. “Verba Bahasa Bali, sebuah Kajian Metabahasa Semantik Alami” Disertasi Doktor Linguistik-Denpasar.

Tim Penyusun. Tata Bahasa Baku Bahasa Bali. 1996. Denpasar:  pemerintah

Propinsi Daerah Tingkat 1 Bali.

Tim Penyusun kamus. 2008. Kamus Bali-Indonesia Beraksara Latin dan Bali. Denpasar:Badan   Pembina Bahasa,

Aksara dan Sastra Bali bekerjasama dengan Dinas  Kebudayaan Kota

Denpasar.

Tim Penyusun kamus. 1993. Kamus Bali-Indonesia. Denpasar: Dinas Pendidikan dasar Provinsi Bali

Ullmann, Stephen. 2009. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wierzbicka, Anna. 1996. Semantics: Prime and   Universal.   Oxford:   Oxford

University.

74