LINGUISTIKA, MARET 2018

p-ISSN: 0854-9613

Vol. 48. No. 25

Perubahan Makna Adjektiva Berimbuhan Sufiks: Kajian Morfosemantiks

Dini Siamika Tito Prayogi1, Ni Luh Sutjiati Beratha2, Ni Wayan Sukarini3

Program Magister Ilmu Linguistik

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Jalan Nias No. 13, Denpasar, Bali, Telepon (0361) 250033

1Ponsel 082330803631

1Email: [email protected] 2Email: [email protected] 3Email: [email protected]

Abstrak—Proses pembentukan kata yang memengaruhi perubahan makna yaitu saat afiks melekat pada kata dasar. Dalam bahasa Inggris, afiks yang memiliki pengaruh besar dalam perubahan kategori dan juga makna kata adalah sufiks yang melekat pada akhir kata dasar. Perubahan kategori dan makna kata terjadi karena sufiks memiliki makna sendiri dan saat melekat pada kata dasar mengalami perubahan makna. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini difokuskan pada perubahan makna adjektiva yang dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda namun tetap membentuk adjektiva. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena data diperoleh dari novel. Selanjutnya, metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menguraikan berbagai data yang dianalisis berdasarkan teori morfosemantiks. Analisis penelitian ini lebih rinci menguraikan perubahan makna yang terjadi pada proses makna leksikal dan makna gramatikal adjektiva dalam tataran kalimat. Hasil penelitian ini ditemukan delapan adjektiva yang mengalami perubahan makna kata karena dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda dari yang telah dikategorikan oleh Bauer (1983) dan Plag (2002). Meskipun demikian, sufiks pembentuk adjektiva yang melekat pada kata dasar yang berbeda dari kategori Bauer dan Plag tetap membentuk adjektiva dan mengalami perubahan makna kata.

Kata kunci: adjektiva, sufiks, morfosemantiks

Abstract—The process of word formation that affects the change of meaning when it is attached by affixes. In English, affixes which has great influence in the change of category and also the meaning of the word is suffix which attached to the end of base word. The change of categories and meanings of words happened because suffix has its own meaning and when attached to the base word it changes the meaning. Therefore, the focus of this research is on the suffix attached to the different base word but still form the adjective that changes the meaning of the word. The collecting data in this research used documentary method where the data are obtained from the novel. Furthermore, the descriptive method used to describe a variety of data analyzed based on the morphosemantics theory. The analysis data in this research explains the changing of adjective meaning that occurs in the process of lexical meaning and grammatical meaning when it is in the level of sentence. The results of this research found there are eight adjectives that change the meaning of the word because it is formed by suffix which is attached to different base word which have been categorized by Bauer (1983) and Plag (2002). Nevertheless, the forming of adjective suffixes attached to different base words which have been categorized by Bauer and Plag are still able to form adjectives and to change the meaning of words.

Keywords: adjective, suffixes, morphosemantics

PENDAHULUAN

Derivasi adalah salah satu cara untuk membentuk dan memperkaya kosakata khususnya dengan pelekatan sufiks pada kata dasar karena dapat mengubah kategori dan makna kata. Topik pembahasan penelitian ini yaitu menganalisis makna adjektiva untuk mengetahui adanya perubahan makna karena terjadinya proses pembentukan kata dengan sufiks. Data penelitian ini diperoleh dari novel berbahasa Inggris. Analisis data dilakukan berdasarkan makna sufiks, makna adjektiva, makna leksikal dan makna gramatikal dengan contoh-contoh kalimat yang memperkuat bukti analisis.

Bauer (1983) dan Plag (2002) telah mengelompokkan dua puluh lima sufiks yang melekat pada keempat kata dasar untuk membentuk adjektiva dan setiap sufiks memiliki makna. Keduapuluhlima daftar makna sufiks dapat dilihat pada Tabel 1. Akan tetapi, dalam penelitian ini ditemukan data adjektiva yang sufiksnya melekat pada kata dasar yang berbeda dari ketentuan kedua ahli tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan makna adjektiva yang dilekati sufiks pembentuk adjektiva yang tidak seharusnya melekat pada kata dasar yang berbeda.

Topik ini dibahas karena dimungkinkan terjadi perubahan makna pada adjektiva yang dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa sufiks –ious yang bermakna ‘kualitas’ berubah makna menjadi ‘memengaruhi’ saat melekat pada kata dasar verba infect ‘menjangkiti’ menjadi adjektiva infectious ‘menular’. Sufiks –ious seharusnya melekat pada nomina yang bermakna ‘kualitas’ seperti pada Tabel 1. Begitu pula sufiks-sufiks pembentuk adjektiva lainnya yang melekat pada kata dasar yang berbeda dapat berubah makna atau bahkan memiliki makna yang sama. Oleh karena itu, diperlukan teori morfosemantiks untuk mengetahui terjadinya perubahan makna saat sufiks pembentuk adjektiva melekat pada

kata dasar yang berbeda dari yang telah ditentukan pada Tabel 1.

TINJAUAN PUSTAKA

Ada tiga tulisan yang digunakan sebagai acuan atau tinjauan pustaka dalam penelitian ini, yaitu jurnal yang dibuat oleh Omoregbe dan Aigbedo (2015) berjudul “A Morpho-Semantic Analysis of Verbs as Lexical Categories” juga membahas morfosemantiks dengan topik verba pada bahasa Edo. Data yang dianalisis dalam bahasa Edo diperoleh dari informan dengan metode wawancara langsung dan observasi. Hasil temuan dalam penelitian tersebut yaitu verba memiliki beberapa fitur morfologi dan semantiks yang berbeda dari kelas kata lainnya.

Tulisan lain terkait morfosemantiks adjektiva ditemukan dalam artikel “A Corpus-linguistic Analysis of English -ic vs –ical Adjectives” karya Gries Stefan (2001). Gries menganalisis fenomena produktifitas pembentukan adjektiva pada bahasa Inggris yaitu proses derivasi yang berfokus pada imbuhan sufiks –ic dan –ical seperti kata economic/economical. Teori yang digunakan adalah teori linguistik (morfologi dan semantiks) dan teori linguistik terapan. Teori linguistik digunakan untuk mengetahui proses pembentukan adjektiva dan menjelaskan perbedaan makna adjektiva dengan sufiks –ic dan –ical. Selanjutnya, teori linguistik terapan digunakan untuk mengatasi kebingungan guru saat proses belajar mengajar dengan topik adjektiva berimbuhan sufiks –ic dan -ical. Hasil dari penelitian ini yaitu adjektiva dengan sufiks – ic lebih banyak melekat pada kata dasar untuk membentuk adjektiva. Makna dari kedua sufiks pembentuk adjektiva tersebut tidak mengalami perbedaan makna yang signifikan.

Dalam tulisan lain yang berjudul “Morphological Regularities and Meaning Shift Analysis in Information Communication Technology: a Morpho-Semantic Study” oleh Kiswantani, Indrayani, dan Sujatna (2013) membahas perubahan makna pada kata lama (kata dasar). Fokus pembahasan dalam penelitian

ini, yaitu regulasi morfologi dan perubahan makna pada pembentukan kata majemuk (compounding), serta kata derivasi (derivation) yang membentuk kata-kata baru pada kosakata teknologi komunikasi dan informasi. Teori yang digunakan untuk menganalisis kata baru adalah teori morfologi dalam proses pembentukan kata. Metode dokumen digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari majalah komputer berjudul Computer World. Hasil penelitian ini yaitu pembentukan kata majemuk yang lebih dominan digunakan untuk membentuk kata baru dalam topik teknologi komunikasi dan informasi daripada proses derivasi. Hal ini terjadi karena proses pembentukan kata majemuk yang menggabungkan dua kata dasar telah ada dalam perspektif kognitif manusia yang memudahkan mereka untuk mengingat.

LANDASAN TEORI

Teori morfosemantiks digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini. Teori ini berasal dari dua bidang kajian yaitu morfologi dan semantiks. Morfologi membahas tentang pembentukan struktur kata, sedangkan semantiks membahas makna kata dan kalimat. Oleh karena itu, morfosemantiks membahas tentang hubungan antara penanda dan makna yang berkolaborasi untuk menganalisis bentuk dan makna kata pada konteks kalimat. Untuk mengetahui perubahan makna yang terjadi pada pembentukan adjektiva pelekatan sufiks pada kata dasar yang berbeda dari ketentuan Bauer (1983) dan Plag (2002), diperlukan teori morfosemantiks untuk menganalisis data tersebut.

De Saussure: Semiotik Konstruksi Radikal

Croft:       Grammar

Independen Simbolik

(Konvensional)

Makna

Morfologi mempelajari bentuk internal struktur kata Semantiks mempelajari makan kata dan kalimat

Morfosemantikss adalah hubungan gabungan antara petanda dan makna

Bagan 1. Pendekatan Tradisional Morfosemantiks (Saussure: 1968 &

Croft:2001)

Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa posisi morfologi sebagai teori membentuk morfem atau kata dan semantiks adalah untuk meneliti makna secara konvensional. Kemudian, teori semiotik yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure yaitu konsep makna semantiks dari kata atau kalimat yang divisualisasikan dalam bentuk benda atau gambar. Oleh karena itu, antara morfologi, semantiks, dan semiotik saling terkait. Morfologi sebagai pembentuk kata, semantiks menjelaskan makna dari kata, dan semiotik memvisualisasikan makna kata ke dalam bentuk gambar atau benda.

Menurut Ramlan (2012:21) morfologi adalah kajian yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantiks. Semantiks mempelajari makna atau arti dalam bahasa yang menghubungkan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya (Chaer, 2012:2). Semantiks terbagi menjadi dua makna yaitu makna gramatikal dan makna leksikal. Makna leksikal adalah makna yang dimiliki tanpa konteks apa pun (Chaer, 2012:289). Makna leksikal biasanya berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya. Kemudian, Chaer (2012:290) juga berpendapat bahwa makna gramatikal adalah makna yang terjadi jika mengalami proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, kompBosisi atau kalimatisasi. Kedua makna ini yang dibahas pada penelitian ini untuk mengetahui perubahan makna adjektiva yang

dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Jenis data pada penelitian ini yaitu data primer berupa adjektiva yang dilekati sufiks diperoleh dari novel berbahasa Inggris. Instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri yang didukung oleh novel berbahasa Inggris, kamus OED, dan aplikasi korpus yang digunakan untuk menemukan adjektiva dengan sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda dari ketentuan para ahli. Metode dokumen digunakan untuk mengumpulkan data. Selanjutnya, metode deskriptif digunakan untuk menguraikan data yang telah diperoleh secara ilmiah. Metode agih dengan teknik perluas digunakan untuk menganalisis data adjektiva berimbuhan sufiks yang memengaruhi perubahan makna kata.

  • I.    PEMBAHASAN

    • 5.1    Makna Sufiks Pembentuk Adjektiva

Sufiks memiliki pengaruh untuk mengubah kategori dan makna kata saat melekat pada kata dasar. Ada dua puluh lima sufiks pembentuk adjektiva beserta maknanya yang telah dikategorikan oleh para ahli morfologi, Bauer (1983) dan Plag (2002). Berikut ini adalah daftar makna sufiks yang dapat membentuk adjektiva saat melekat pada kata dasar yang telah tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Makna Sufiks Pembentuk Adjektiva yang Melekat pada Kata Dasar

No .

Kata Dasar Dilekat i Sufiks

Sufiks Pembentuk Adjektiva

Makna Sufiks

1.

Nomin a

-able

Menggambarkan potensi     untuk

menunjukkan kualitas       dari

partisipan dalam sebuah  kegiatan

atau    tergolong

sebagai X

2.

–al, -ial, -ual

Sebuah proses atau menyatakan sesuatu

3.

-ary

Menggambarkan

mengenai sesuatu dengan sesuatu

4.

-ed

Memiliki karakteristik pada sesuatu atau ingin melengkapi dengan X

5.

-ful

Arti yang umum ‘mempunyai X’, digolongkan oleh X

6.

-esque

Dilekatkan  pada

tempat umum dan nama-nama nomina    untuk

menyampaikan gagasan     pada

‘cara atau gaya dari X

7.

-ic/-ical

Menyimpan sesuatu       atau

mengenai sesuatu

8.

-ish

Menyampaikan konsep dari tipe atau sifat X atau untuk merendahkan yang   terkadang

ditujukan kepada manusia  sebagai

karakter X atau seperti X.

9.

-ly

Orang      yang

biasanya menyampaikan gagasan ‘cara X atau seperti X’, konsep sementara dan petunjuk

10.

-ous/-uous/-ious/-eous

Memiliki kualitas atau karakter X

11.

-ate

Menunjukkan penentuan kualitas rasa

12.

-en

Terbuat dari X

13.

-ese

Sebuah kebiasaan dalam karakter atau bahasa suatu negara atau kota

14.

-less

Tidak atau tanpa

15.

-y

Menunjukkan kepemilikan terhadap kualitas X

16.

Verba

-able

Mampu menjadi X diimbuhi -ed dan dapat dikenakan atau cenderung ke X

17.

-ful

Arti yang umum ‘mempunyai X’, digolongkan oleh

X

18.

-ent/-ant

Melakukan sesuatu     yang

berdampak pada Y

19.

-ing

Membuat  orang

merasakan sesuatu

20.

-less

Seperti tanpa X

21.

-ory/-atory

Memberi   saran

atau nasehat

22.

-ive

Seseorang   atau

sesuatu     yang

memiliki kecenderungan pada atau kualitas pada X

23.

Adjekti f

-ish

Cukup atau kira-kira

24.

-some

Memproduksi X; memungkinkan X

25.

Adverb ia

-ward

Berada    dalam

petunjuk X

Proses penelitian terhadap perubahan makna akan lebih mudah dianalisis saat data pada tabel di atas dikelompokkan berdasarkan maknanya. Oleh karena itu, penelitian ini mengelompokkan makna sufiks pembentuk adjektiva menjadi sepuluh, yaitu (1) adjektiva bermakna kualitas (-able, -ous/-ious/-uous/-eous, -ate, dan –y); (2) adjektiva bermakna karakter (ed, -ese, dan –ish); (3) adjektiva bermakna menyampaikan sesuatu (-al/-ial/-ual, -ary, -esque, -ish, -ory/-atory dan –ly); (4) adjektiva bermakna terbuat dari/memproduksi sesuatu (-en dan -some); (5) adjektiva bermakna tidak atau tanpa X (-less); (6) adjektiva bermakna digolongkan (-ful); (7) adjektiva bermakna menyimpan sesuatu (-ic/-ical) ; (8) adjektiva bermakna kecenderungan pada sesuatu (-able dan –ive); (9) adjektiva bermakna tindakan yang berdampak (-ent/-ant & -ing); dan (10) adjektiva bermakna dalam petunjuk X (-ward).

  • 1.2    Perubahan Makna Adjektiva Berimbuhan Sufiks pada Tataran Kalimat

Perubahan makna terjadi pada adjektiva karena dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda. Selain itu, sufiks memiliki makna sendiri seperti pada Tabel 1 dan

saat sufiks tersebut melekat pada kata dasar, terjadi perubahan makna.

Pada penelitian ini, peneliti juga menemukan sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda namun tetap membentuk adjektiva. Adjektiva yang dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda mengakibatkan perubahan makna. Perubahan makna tersebut berbeda dari kesepuluh kategori makna sufiks pembentuk adjektiva (lihat Subbab 5.1). Analisis mengenai adjektiva berasal dari kata dasar yang berbeda dilekati sufiks dibahas secara detail pada subbab ini. Analisis ini juga membahas perubahan makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kata adjektiva pada tataran kalimat.

  • 1)    My voice is adamant. (A.3-p.468)

‘Suaraku tetap tidak berubah’

Kalimat di atas menunjukkan bahwa adjektiva adamant ‘tetap tidak berubah’ berasal dari nomina adam ‘orang pertama di dunia’ dilekati sufiks –ant yang bermakna ‘tidak/tanpa sesuatu’. Sufiks –ant seharusnya bermakna ‘tindakan yang berdampak pada sesuatu’ saat melekat pada verba untuk membentuk adjektiva seperti kesepuluh kategori makna sufiks. Hal ini dapat dibuktikan pada makna leksikal dari kata dasar yang membentuk adjektiva saat dilekati sufiks –ant.

  • a)    Adam (N) : a character in the Qur’an who was the first man made by God

‘Karakter di dalam Al-qur’an orang pertama yang Allah ciptakan’

  • b)    Adamant (A) : impossible to persuade, or unwilling to change an opinion or decision ‘Tidak mungkin membujuk atau segan untuk mengubah pendapat atau keputusan’

(Hornby:1995)

Makna leksikal di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan makna kata saat kata dasar nomina dilekati sufiks -ant. Perubahan tersebut terlihat pada sufiks –ant bermakna ‘tindakan yang berdampak pada sesuatu’ saat melekat pada verba. Namun, karena sufiks -ant melekat pada nomina, seperti adjektiva adamant, terjadi perubahan makna, yaitu ‘tidak atau tanpa sesuatu’ yang ditunjukkan pada makna leksikal di atas. Dalam konteks kalimat di atas, makna

gramatikal dari adjektiva adamant menunjukkan bahwa suaranya tidak mengalami perubahan.

  • 2)    Hagrid shrugged his massive shoulders. (C.1-p.330)

‘Hagrid mengangkat bahunya yang kekar’

Adjektiva massive ‘besar’ berasal dari nomina mass ‘masa’ yang dilekati sufiks –ive. Adjektiva pada kalimat di atas bermakna ‘memiliki karakter’. Hal ini dapat dibuktikan pada makna leksikal dari kata dasar yang membentuk adjektiva saat dilekati sufiks –ive. a) mass (N) : a large amount of something that has no particular shape or arrangement

‘sesuatu berjumlah besar yang tidak ada keterangan bentuk ataupun susunan’

  • b) massive (A) : very large in size, amount or number

‘jumlah, angka yang sangat banyak’

(Walter:2008)

Makna leksikal di atas menunjukkan bahwa kata dasar nomina mass ‘masa’ saat dilekati sufiks –ive tetap dapat membentuk adjektiva dan mengalami perubahan makna menjadi ‘memiliki karakter’. Sufiks –ive seharusnya bermakna ‘kecenderungan pada sesuatu’ saat melekat pada verba untuk membentuk adjektiva seperti ketentuan pada Tabel 1. Dalam konteks kalimat di atas, makna gramatikal adjektiva massive menunjukkan karakter dari bahu yang dimiliki Hagrid.

  • 3)    I’ve got the picture: a scared, lonely, but attractive adolescent. (A.2-p.480)

‘Saya mendapatkan gambarnya: takut, sepi, tetapi remaja yang menarik’

Sufiks –ly yang melekat pada kata dasar adjektif lone ‘satu-satunya’ tetap membentuk adjektiva lonely dengan makna yang berbeda, yaitu ‘sepi’. Sufiks -ly bermakna ‘menyampaikan sesuatu’ saat melekat pada kata dasar nomina seperti ketentuan Bauer dan Plag. Namun, sufiks -ly yang membentuk adjektiva pada kalimat di atas memiliki makna yang berbeda, yaitu memiliki kualitas rasa, saat melekat pada kata dasar adjektif. Hal ini dapat dibuktikan pada makna leksikal dari kata dasar yang membentuk adjektiva saat dilekati sufiks -ly.

  • a)    lone (A) : without companions

‘tanpa teman’

  • b)    lonely (A) : unhappy because you are not with other people

‘tidak senang karena tidak bersama dengan orang-orang’

(Hornby:1995)

Makna leksikal di atas menunjukkan bahwa kata dasar adjektif saat dilekati sufiks –ly tetap membentuk adjektiva, namun maknanya berubah. Perubahan makna terjadi karena sufiks -ly melekat pada kata dasar adjektif tidak nomina sehingga adjektiva tersebut mengalami perubahan makna. Dalam konteks kalimat di atas, adjektiva lonely menunjukkan sebuah objek gambar yang diambil oleh subjek I ‘saya’ yang mengekspresikan seorang remaja yang kesepian.

  • 4)    Jada speaks fluent japanese. (A.2-p.108)

‘Jada fasih berbahasa Jepang’

Sufiks –ent yang melekat pada kata dasar nomina flue ‘jalan asap’ tetap membentuk adjektiva fluent ‘fasih/lancar’. Sufiks –ent yang membentuk adjektiva pada kalimat di atas bermakna ‘menyampaikan sesuatu’. Hal ini dapat dibuktikan pada makna leksikal dari kata dasar yang membentuk adjektiva saat dilekati sufiks -ent.

  • a)    flue (N) : a pipe which leads from a fire, taking smoke, gases or hot air away or heater to the outside of a building

‘pipa yang mengarahkan api, mengambil asap, gas atau udara panas atau alat pemanas keluar dari gedung’

  • b)    fluent (A) : when a person is fluent, they can speak a language easily, well and quickly ‘saat seseorang fasih, mereka berbicara bahasa dengan mudah, baik dan cepat’

(Walter:2008)

Makna leksikal di atas menunjukkan bahwa kata dasar nomina saat dilekati sufiks –ent tetap membentuk adjektiva dan mengubah makna kata. Perubahan makna terjadi karena sufiks –ent melekat pada nomina sehingga adjektiva tersebut bermakna ‘menyampaikan sesuatu’ yang dapat dilihat pada makna leksikal di atas. Sufiks –ent seharusnya bermakna ‘tindakan yang berdampak’

saat melekat pada kata dasar verba (lihat Tabel 1). Dalam konteks kalimat di atas, adjektiva fluent menjelaskan bahwa subjek Jada dapat berbicara bahasa Jepang dengan fasih.

  • 5)    Small paintings with gilded frames line the

walls. (B.3-p.651)

‘Lukisan-lukisan kecil dengan bingkai garis di dinding berlapis emas’

Adjektiva gilded ‘menyepuh (dengan emas)’ berasal dari verba gild ‘menyepuh’ yang dilekati sufiks –ed. Makna adjektiva pada kalimat di atas mengalami perubahan makna, yaitu terbuat dari sesuatu, karena sufiks –ed melekat pada verba. Sufiks –ed semestinya melekat pada nomina untuk membentuk adjektiva yang bermakna ‘memiliki karakter’. Perubahan makna tersebut dapat dibuktikan pada makna leksikal dari kata dasar yang membentuk adjektiva saat dilekati sufiks –ed.

  • a)    gild (V)  : to cover the surface of

something with bright gold light ‘menutupi permukaan sesuatu dengan cahaya emas yang terang’

  • b)    gilded (A) : covered with a thin layer of gold

‘menutupi dengan lapisan emas yang tipis’

(Walter:2008)

Makna leksikal di atas menunjukkan bahwa kata dasar verba saat dilekati sufiks –ed membentuk adjektiva yang mengalami perubahan makna. Hal ini terjadi karena sufiks -ed melekat pada kata dasar verba sehingga bermakna sesuatu yang terbuat dari emas. Dalam konteks kalimat di atas, adjektiva gilded menunjukkan bingkai pada lukisan dengan garis yang berlapis emas.

  • 6)    His joy is infectious. (A.1-p.315)

‘Kegembiraannya menular’

Sufiks –ious yang melekat pada kata dasar verba infect ‘menjangkiti’ dapat membentuk adjektiva infectious ‘menular’ sehingga bermakna ‘memengaruhi yang lain’. Hal

ini dibuktikan pada makna leksikal dari kata dasar yang berubah saat diimbuhi sufiks –ious.

  • a)    infect (V) : to make someone have the same feeling or emotion as you

‘membuat seseorang memiliki perasaan atau emosi seperti yang kamu rasakan’

  • b)    infectious (A) : describes something that has

an effect on everyone

who is present and makes them want to join in

‘menggambarkan sesuatu yang memengaruhi setiap orang yang datang dan membuat mereka ingin bergabung’

(Walter:2008)

Makna leksikal di atas pada kata dasar verba yang dilekati sufiks –ious dan membentuk adjektiva terjadi perubahan makna menjadi memengaruhi yang lain. Jika berpedoman pada kategori yang telah ditentukan oleh Bauer (1983) dan Plag (2002) pada Tabel 1, sufiks –ious/-ous/-uous/-eous bermakna ‘menunjukkan kualitas’ saat melekat pada nomina untuk membentuk adjektiva. Oleh karena itu, adjektiva infectious ‘menular’ dibentuk dari sufiks –ious yang melekat pada kata dasar verba dan memiliki makna yang berbeda. Dalam konteks kalimat di atas, makna gramatikal dari adjektiva infectious yaitu kegembiraan yang dirasakan subjek he ‘dia laki-laki’ memengaruhi orang di sekitarnya.

  • 7)    I shall never have to sit in rows of anxious, isolated students again. (A.1-p.41)

‘Saya tidak akan pernah lagi berada dalam kecemasan sebagai siswa yang terisolasi’

Sufiks –ed yang melekat pada kata dasar verba isolate ‘mengasingkan’ membentuk adjektiva isolated ‘terisolasi/terasingkan’. Sufiks –ed bermakna ‘karakter’ saat melekat pada nomina. Namun, adjektiva pada kalimat di atas mengubah makna kata menjadi menyampaikan gagasan atau konsep karena sufiks –ed melekat pada kata dasar verba. Hal ini dapat dibuktikan pada makna leksikal dari kata dasar yang membentuk adjektiva saat dilekati sufiks -ed.

  • a)    isolate (V) : to separate something or someone from other things or people ‘memisahkan sesuatu atau seseorang dari barang atau dari orang lain’

  • b)    isolated (A) : happening or existing only once, separate.

‘suatu kejadian, terpisah’

(Walter:2008)

Makna leksikal di atas menunjukkan bahwa kata dasar verba saat dilekati sufiks –ed membentuk adjektiva dan mengubah makna kata menjadi ‘menyampaikan suatu gagasan atau konsep’. Hal ini dapat dilihat pada makna leksikal yang berarti suatu kejadian yang memisahkan orang atau sesuatu dari kelompoknya. Dalam konteks kalimat di atas, adjektiva isolated menyampaikan gagasan bahwa subjek I ‘saya’ tidak ingin lagi mengalami kecemasan yang membuat siswa terisolasi.

  • 8)    Almost childlike, and i understand curiosity.

(B.3-p.321)

‘Hampir setiap anak kecil dan saya memiliki rasa ingin tahu’

Adjektiva pada kalimat di atas dibentuk dari sufiks –like yang melekat pada kata dasar nomina child ‘anak’ dan membentuk adjektiva childlike ‘kekanak-kanakan’ yang bermakna ‘seperti atau menirukan’. Berikut ini adalah makna lesikal dari kata dasar dan adjektiva yang telah diimbuhi sufiks untuk mengetahui kebenaran makna dari adjektiva tersebut adalah seperti atau menirukan.

  • a)    child (N) : a boy or girl from the time of birth until he or she is an adult

‘anak laki atau perempuan dari kelahirannya hingga menjadi dewasa’

  • b)    childlike (A) : showing the good qualities that children have, such as trusting people, being honest and enthusiastic

‘menunjukkan kualitas baik yang anak-anak miliki seperti memercayai orang, jujur dan antusias’

(Hornby:1995)

Makna leksikal di atas menunjukkan bahwa kata dasar nomina saat dilekati sufiks – like dapat membentuk adjektiva. Sufiks –like tidak tercantum dalam kedua puluh lima sufiks pembentuk adjektiva seperti yang dikategorikan oleh Bauer (1983) dan Plag (2002). Namun, data tersebut ditemukan di novel. Adjektiva tersebut

bermakna ‘seperti anak-anak’. Dalam konteks kalimat di atas, adjektiva childlike menunjukkan subjek I ‘saya’ seperti anak kecil yang memiliki rasa ingintahu terhadap sesuatu.

SIMPULAN

Simpulan dari pembahasan di atas adalah sufiks pembentuk adjektiva yang melekat pada kata dasar yang berbeda dari ketentuan Bauer (1983) dan Plag (2002), tetap dapat membentuk adjektiva dan mengalami perubahan makna. Hasil analisis data menunjukkan: (1) adjektiva adamant berubah makna menjadi tidak/tanpa sesuatu karena dibentuk dari kata dasar nomina diimbuhi sufiks –ant; (2) adjektiva fluent bermakna menyampaikan sesuatu karena dibentuk dari nomina yang dilekati sufiks –ent; (3) adjektiva massive bermakna karakter karena dibentuk dari nomina yang dilekati sufiks –ive; (4) adjektiva gilded bermakna terbuat dari sesuatu karena dibentuk dari verba dengan sufiks –ed;   (5) adjektiva isolated bermakna

menyampaikan gagasan karena dibentuk dari verba yang dilekati sufiks –ed. (6) adjektiva

infectious bermakna memengaruhi sesuatu karena dibentuk dari verba yang dilekati sufiks –ious; (7) adjektiva lonely bermakna kualitas rasa karena dibentuk dari adjektif yang diimbuhi –ly; dan (8) adjektiva childlike bermakna seperti/menirukan dibentuk dari nomina dengan sufiks –like yang tidak tercantum dalam kedua puluh lima sufiks pembentuk adjektiva. Perubahan makna adjektiva terjadi karena adjektiva dibentuk dari sufiks yang melekat pada kata dasar yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Bauer, Laurie. 1983. English Word–Formation. New York: Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. 2012. Pengantar Semantiks Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Croft, William. 2001. Radical Construction

Grammar: Syntactic theory in typological

perspective. Oxford: Oxford University Press.

Hornby, A.S. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford: Oxford University Press.

Kiswantani, Lisa Amalia. Indrayani, Lia Maulia. dan Sujatna, Eva Tuckyta Sari. 2013. Morphological Regularities and Meaning Shift Analysis in Information Communication Technology: a Morpho-Semantic Study. Jurnal: International Journal of Language Learning and Applied Linguistics World (IJLLALW).

Omoregbe, Esone Mercy dan Aigbedo, William Ighasere. 2015. A Morpho-Semantic Analysis of Verbs as Lexical Categories. Jurnal:    International Journal of

Humanities and Cultural Studies. Nigeria: Universitas Benin.

Plag, Ingo. 2002. Word Formation in English. New York: Cambridge University Press.

Ramlan, M. 2012. Morfologi : Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : Karyono.

Saussure, Ferdinand de. 1968. Cours de linguistique générale. Édition critique par Rudolf Engler. Tome 1. Wiesbaden: Harrassowitz.

Th.Gries, Stefan. 2001. A Corpus-linguistic Analysis of English -ic vs –ical Adjectives. Jurnal : ICAME. Sønderborg: University of Southern Denmark.

Walter, Elizabeth. 2008. Cambridge Dictionary offline: 3rd edition. Newyork: Cambridge.

34