PENYESUAIAN (AGREEMENT) SUBJEK DAN KATA KERJA DALAM BAHASA ANSUS, PAPUA
on
LINGUISTIKA
PENYESUAIAN (AGREEMENT) SUBYEK DAN KATA KERJA DALAM BAHASA ANSUS, PAPUA
Yansen M.I.Saragih*) Universitas Negeri Papua Email : www.yansen_gbu@yahoo.com
Abstrak
Ansus adalah salah satu bahasa Austronesia yang terletak di bagian barat Pulau Yapen. Bahasa Ansus kebanyakan digunakan di kampung Ansus, Kairawa, dan Yemprum di Pulau Miosnum. Penelitian ini berfokus pada aspek morfologi dan syntax, khususnya pada penyesuaian (agreement) antara subyek dan kata kerja dalam bahasa Ansus. Penelitian ini bertujuan untuk proses morfosintaksnya.
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan proses morfologi kata kerja dalam konteks kalimat bahasa Ansus.
Hasil penelitian ini adalah di dalam bahasa Ansus, penyesuaian (agreement) merupakan awalan pada frase kata kerja dan tidak terjadi pada kalimat yang mempunyai subyek orang kedua tunggal dan orang ketiga tunggal. Adapun bentuk penyesuaiannya sebagai awalan yaitu; awalan ‘e-‘ melekat pada kata kerja yang kalimatnya bersubyek orang pertama tunggal dan orang ketiga jamak. Awalan ‘u-‘ menempel pada kata kerja saat subyek dalam kalimatnya adalah orang pertama dual dan orang ketiga dual. Perubahan kata kerja berupa penambahan awalan ‘mu-‘ terjadi pada kalimat yang bersubyek orang kedua dual. Pada kalimat yang bersubyek orang pertama, kedua, ketiga trial terjadi penambahan awalan ‘anto-‘, ‘mito-‘,’ito-‘ pada kata kerja dasarnya. Penamban awalan ‘ama-‘, dan ‘me-‘ yang melekat pada kata kerja dasar tejadi pada kalimat bersubyek orang pertama dan orang kedua jamak.
Abstract
Ansus is an Austronesian language which is located in the west of Yapen Island. The language is spoken mainly on the village of Ansus, Kairawa and Yemprum on the island of Miosnum. This research is focused on morphology and syntax, especially in agreement between subject and verb in Ansus language. This research is aimed to present the morphosyntax of subject verb agreement in Ansus language. Descriptive method is used in this research. The results of this study are in Ansus Language the agreement is the prefix of the verb phrase and does not happen in second person singular and third person
singular as the subject. In addition, the agreements are the prefix e - , u -, mu -, anto -, mito -, ito -, ama -, and me -. Prefix e- is found in the sentence which consists of first person singular as subject. Prefix u- is found in the
) Penulis adalah dosen pada Fakultas Sastra Universitas Negeri Papua
sentences which consist of first person dual and third person dual as subject. Prefix mu- is found in the sentence which consists of second person dual as subject. Prefix anto-, mito-, ito- are found in the sentences which consist of first
person trial, second person trial, and third person trial as subject. Prefix ama- and me- are found in the sentence which consist of first person plural and second person plural as subject.
Key words : Agreement, Subject, Verb, Ansus language
Bahasa Ansus selanjutnya disingkat BA adalah salah satu bahasa yang berlokasi di sebelah barat Pulau Yapen. Bahasa ini digunakan di beberapa desa/kelurahan sebagai berikut; Ansus, Kairawa, dan Yemprum di Pulau Miosnum (Anceaux, 1961:7). Sebagaimana bahasa ini terdapat di New Guinea, BA diklasifikasikan sebagai central – eastern Indonesian Austronesian. Pengguna BA juga tersebar di beberapa tempat di Kota Serui (Voorhoeve, 1975:57). Kampung Ansus itu sendiri terletak di Distrik Yapen Barat di Kabupaten Yapen Waropen, yang berada di pantai selatan sebelah barat Pulau Yapen pada lintang selatan dengan posisi 1°44.018' dan bujur timur 135°48.512'. Secara spesifik area penggunaan bahasa Ansus adalah Kabupaten Yapen Waropen, Kecamatan Yapen barat, Kelurahan Ansus, Kairawi, Aibondeni dan desa Yenusi. Menurut Grimes (2000), bahasa Ansus mempunyai 82% kesamaan lexical dengan bahasa Marau – Papuma dan 77% dengan bahasa Wandamen.
Masalah yang muncul belakangan ini adalah begitu banyak penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti maupun lembaga – lembaga penelitian seperti Anceaux dan Summer Institute Language, namun beberapa aspek linguistik seperti morfologi bahasa Ansus belum diteliti. Berdasarkan hal tersebut, fokus penelitian ini adalah aspek morfologi, khususnya penyesuaian hubungan antara subyek dan kata
kerja dalam bahasa Ansus. Adapun masalah yang akan dibahas dalam artikel ini dapat dilihat pada pertanyaan – pertanyaan masalah berikut ini;
-
1. Apakah ada perubahan secara morfologi kata kerja BA yang dihasilkan dari perubahan subyeknnya?
-
2. Akankah bentuk dari sebuah kata kerja dasar berubah jika subyek dari kalimat tersebut diubah? Jika berubah, bagaimana bentuk perubahannya?
Tujuan penulisan artikel ini untuk menyajikan gambaran proses morfologi dari penyesuaian subyek dan kata kerja dalam BA. Jadi, artikel ini dibuat untuk melihat proses morfologi yang terjadi dalam BA jika sebuah kalimat dengan kata kerja tertentu dipasangkan dengan subyek yang berbeda. Hal ini penting untuk diteliti agar dapat memperkaya penyelidikan dan penelitian di bidang ilmu kebahasaan dan juga sebagai informasi tambahan bagi penelitian lainnya yang berkaitan.
Jika melihat judul dari artikel ini, penulis bermaksud untuk memberikan penjelasan yang lebih dalam agar tidak terdapat kesimpangsiuran dalam mengartikan judul artikel ini. Penyesuaian dimaksudkan pada sebuah proses yang terjadi apabila subyek sebuah kalimat diubah terhadap kata kerjanya. Subyek diartikan sebagai pelaku dalam kalimat, namun dalam artikel ini subyek lebih ditekankan pada kata ganti orang sebagai subyek (subjective personal pronoun). Kata Kerja adalah salah satu jenis kelas kata yang menonjolkan tindakan atau aksi. Dalam hal ini kata kerja yang digunakan sebagai variabel adalah kata kerja yang membutuhkan obyek dan kata kerja yang tidak membutuhkan obyek.
Berdasarkan keterangan yang didapat dari hasil wawancara dengan salah satu kepala suku orang Ansus yaitu Frederik Taribaba, didapati bahwa Ansus berasal dari
kata asua yang berarti “masuk”. Hanya terdapat beberapa klan atau marga asli, di antaranya; Koromat, Taribaba, Woria, Aronggear, Robaha. Kemudian dituturkan bahwa pendatang yang berasal dari Biak, Wandamen, Nabire dan daerah sekitar berdatangan dan menetap bersama di teluk maraini (yang sekarang dijadikan pusat atau ibukota Kecamatan Yapen Barat) dan berbaur dengan penduduk asli. Perubahan kata asua menjadi ansus terjadi akibat pembauran dengan bahasa melayu yang dibawa oleh para pedagang dan guru – guru perintis. Kebanyakan orang Ansus bermata pencaharian nelayan dan bertani, sesekali mereka berburu dan menjual sagu. Dalam kehidupan sehari – hari orang Ansus dapat hidup berdampingan dengan etnis lain seperti Cina, Ambon, Makasar, (Donohoe & Price: 2002). Sutarto (1996) dalam penelitiannya mencatat bahwa sebagian besar orang Ansus memeluk agama Kristen, dan sebagian kecil lainnya memeluk agama Katholik dan Islam. Orang Ansus juga memiliki kebiasaan tinggal bersama dalam kumpulan rumah yang berdekatan antar sesama klan atau marga.
Kecamatan Yapen Barat terdiri dari 13 kelurahan atau desa, yaitu Sasawa – Kairawi – Papuma – Ansus – Natabui – Warabori – Aibondeni – Wooi – Woinap – Webi – Kanaki – Wimoni – Dumani – pulau Miousnum (BPS Yapen Waropen : 2004). Populasi orang Ansus dapat disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1
|
Village/ sub – district |
Area (Km2) |
Number of household |
Adult |
Chi |
dren |
Total | ||
|
Male |
Female |
Male |
Female |
Male |
Female | |||
|
Ansus |
21,32 |
405 |
499 |
480 |
339 |
374 |
838 |
854 |
(sumber : BPS – Statistic of Yapen Regency. P4B Final Result)
Secara linguistik, BA dikelilingi oleh beberapa bahasa berikut ini: Munggui, Pom, Woi, Marau, di sebelah utara; Woi di sebelah barat; Papuma di sebelah timur (SIL Map: 2004). Sedangkan pengguna aktif bahasa Ansus tercatat sebanyak 4600 orang yang tersebar di beberapa daerah yang dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2
|
Kelurahan/Desa |
Pemakai BA |
|
Ansus |
3.400 orang |
|
Kairawi |
600 orang |
|
Aibondeni and Yenusi |
600 orang |
Metode deskriptif digunakan dalam menyajikan gambaran perubahan kata kerja secara morfologi dalam bahasa Ansus.
Pengambilan data diambil langsung dari orang Ansus. Analisis dilakukan dengan tetap mengkonfirmasi data dengan narasumber.
Ada tiga cara yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu; data diambil dari narasumber dalam bentuk wawancara (tanya – jawab) kemudian ditulis. Data direkam dengan menggunkan tape perekam, kemudian digunakan sebagai pembanding dengan data yang ditulis. Cara yang terakhir adalah menggunakan beberapa sumber buku yang telah ditulis peneliti sebelumnya untuk dijadikan pembanding dan penyempurnaan penganalisisan data.
Paradigm dan Gramatical Gloss digunakan dalam menganalisis seluruh data. Ada beberapa langkah dalam menggunakan cara diatas; pertama, temukan potensial morfem, kemudian analisis potensial morfem tersebut. Langkah terakhir, menamai potensial morfem tersebut dan tuliskan terjemahannya.
Contohnya :
Ansus : yau e – ror au
Gloss : 1s:subj 1s – pukul 2s:obj
Terjemahan bebas : ‘saya pukul kamu’
Data dasar berupa bentuk subyek yang digunakan sebagai variabel dalam
penelitian ini disajikan terlebih dahulu pada tabel berikut ini:
Tabel 3
|
Orang |
Tunggal |
Dual (dl) |
Trial (tl) |
Jamak (pl) |
|
1 |
Yau |
Andu |
Angtoru |
Ama |
|
2 |
Au |
Maru |
Mitoru |
Mya |
|
3 |
Andi |
Asaru |
Itoru |
Ya |
Adapun hasil yang diperoleh dari penganalisisan data (penyesuaian/agreement antara
subyek dan kata kerja dalam BA) dalam bentuk kalimat adalah sebagai berikut;
Tabel 4
|
Orang |
Penyesuaian/agreement | |||
|
Tunggal (s) |
Dual (dl) |
Trial (tl) |
Jamak (pl) | |
|
1 |
e- |
u- |
anto- |
ama- |
|
2 |
Ø- |
Mu- |
mito- |
me- |
|
3 |
Ø- |
u- |
Ito- |
e- |
Penyesuaian/agreement di atas adalah awalan pada kata kerja dasar, sehingga merubah kata kerja dasar tersebut secara morfologi. Hal ini disebabkan oleh berubahnya subyek yang dipakai dalam kalimat. Beberapa contoh kalimat dapat disajikan sebagai pembahasan.
Apabila sebuah kalimat menggunakan subyek orang pertama tunggal (1s) maka penyesuaian yang terjadi adalah terjadi penambahan awalan e- pada kata kerja dasar, seperti contoh berikut :
-
(1) yau e – weita ai
1s:subj 1s – panjat pohon
‘saya memanjat pohon’
-
(2) yau e – perang diang
1s:subj 1s – potong ikan
‘saya memotong ikan’
Setelah dianalisis maka didapati bahwa tidak terdapat penyesuaian pada kalimat – kalimat yang menggunakan subyek orang kedua tunggal (2s) dan orang ketiga tunggal (3s). Namun, penyesuaian tersebut ditandai dengan menggunakan tanda morfem kosong ‘Ø-‘. Seperti contoh berikut ini :
Menari = mayai
-
(3) au moyai
2s:subj menari
‘kamu menari’
-
(4) andi meyai
3s:subj menari
‘dia menari’
Panjat = Weita
-
(5) au weita ai
2s:subj panjat pohon
‘kamu memanjat pohon’
-
(6) andi weita ai
2s:subj panjat pohon
‘dis memanjat pohon’
-
4.3 Penyesuaian (agreement) yang terjadi pada orang pertama jamak (1pl), orang kedua jamak (2pl) dan orang ketiga jamak (3pl)
Penyesuaian yang terjadi pada orang pertama jamak (1pl) ditandai oleh awalan ama – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(7) ama ama – sai
1pl:subj 1pl – menangis
‘kita menangis’
-
(8) ama ama – saro wai
1pl:subj 1pl – lompat tali
‘Kita melompat tali’
Penyesuaian yang terjadi pada orang kedua jamak (2pl) ditandai oleh awalan me – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(9) mya me – sai
2pl:subj 2pl – menangis
‘kamu menangis’
-
(10) mya me – saro wai
2pl:subj 2pl – lompat tali
‘Kamu melompat tali’
Penyesuaian yang terjadi pada orang ketiga jamak (3pl) ditandai oleh awalan e – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(11) ya e – saro wai
3pl:subj 3pl – lompat tali
‘mereka melompat tali’
-
(12) ya e – sai
3pl:subj 3pl – menangis
‘mereka menangis’
-
4.4 Penyesuaian (agreement) yang terjadi pada orang pertama dual (1dl), orang
kedua dual (2dl) dan orang ketiga dual (3dl)
Penyesuaian yang terjadi pada orang pertama dual (1dl) ditandai oleh awalan u – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(13) andu u – sai
1dual:subj 1dual – menangis
‘kita berdua menangis’
-
(14) andu u – saro wai
1dual:subj 1dual – lompat tali
‘kita berdua melompat tali’
Penyesuaian yang terjadi pada orang kedua dual (2dl) ditandai oleh awalan mu – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(15) ru mu – sai
2dual:subj 2dual – menangis
‘kamu berdua menangis’
-
(16) maro mu – saro wai
2dual:subj 2dual – lompat tali
‘kamu berdua melompat tali’
Penyesuaian yang terjadi pada orang ketiga dual (3dl) ditandai oleh awalan u – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(17) asaru u – sapo
3dual:subj 3dual – terbang
‘mereka berdua terbang’
-
(18) asaru u – saro wai
3dual:subj 3dual – lompat tali
‘mereka berdua melompat tali’
Dalam hal ini orang pertama dual dan orang ketiga dual mempunyai persamaan penyesuaian yaitu awalan u- pada frasa kata kerjanya, namun orang Ansus dapat membedakan pelakunya dengan menyebutkan subyek lengkapnya.
-
4.5 Penyesuaian (agreement) yang terjadi pada orang pertama trial (1trial), orang kedua trial (2 trial) dan orang ketiga trial (3 trial)
Penyesuaian yang terjadi pada orang pertama trial (1 trial) ditandai oleh awalan anto – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(19) angtoru anto – sapo
1trial:subj 1trial – terbang
‘Kita bertiga terbang’
-
(20) angtoru anto – sau i
1trial:subj 1trial – panggil dia
‘kita bertiga memanggil dia’
Penyesuaian yang terjadi pada orang kedua trial (2 trial) ditandai oleh awalan mito – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(21) mitoru mito – soi
2trial:subj 2trial – menangis
‘kamu bertiga menangis’
-
(22) mitoru mito – sau i
2trial:subj 2trial – panggil dia
‘kamu bertiga memanggil dia’
Penyesuaian yang terjadi pada orang ketiga trial (3 trial) ditandai oleh awalan ito – pada kata kerja, seperti contoh sebagai berikut :
-
(23) itoru ito – sai
3trial:subj 3trial – menangis ‘mereka bertiga menangis’
-
(24) itoru ito – sau i
3trial:subj 3trial– panggil dia ‘mereka bertiga memanggil dia’
Ada dua hal yang dapat ditarik dari pembahasan di atas, yaitu:
-
1. Terdapat perubahan bentuk kata kerja setelah digabungkan dengan subyek yang berbeda.
-
2. Perubahan – perubahan tersebut adalah prefix/awalan yang melekat pada kata kerja dasar, sebagai berikut: awalan ‘e-‘ melekat pada kata kerja saat kalimatnya bersubyek orang pertama tunggal dan orang ketiga jamak. Awalan ‘u-‘ menempel pada kata kerja saat subyek dalam kalimatnya adalah orang pertama dual dan orang ketiga dual. Perubahan kata kerja berupa penambahan awalan ‘mu-‘ terjadi pada kalimat yang bersubyek orang kedua dual. Pada kalimat yang bersubyek orang pertama, kedua, ketiga trial terjadi penambahan awalan ‘anto-‘, ‘mito-‘,’ito-‘ pada kata kerja dasarnya. Penamban awalan ‘ama-‘, dan ‘me-‘ yang melekat pada kata kerja dasar terajdi pada kalimat bersubyek orang pertama jamak dan orang kedua jamak.
-
3. Agreement pada orang kedua tunggal dan ketiga tunggal tidak dapat diidentifikasi dan diberi lambang morfem kosong ‘Ø-‘.
DAFTAR PUSTAKA
Anceoux (1961). The Linguistic Situation in The Island of Yapen, Kurudu, Nau and Miosnum, New Guinea. S.G Ravenhage : Martinus Nuhoff.
Donohoe, M., & Price, D (2002). Laporan Survey Bahasa Ansus Pulau Yapen Barat,
Papua. Unpublished. Jayapura : SIL.
Grimes (2000). Ansus. Available INTERNET http:// www.papuaweb.org/bib/hays/loc/ansus.pdf [2006, 18 July]
May/Taribaba, Lawrensina (2006, June – July). [Interview by author].
Amban, Manokwari
Summer Institute of Linguistic (1985). Ansus. Available INTERNET http:// www.papuaweb.org/bib/hays/loc/ansus.pdf [2006, 18 July]
Sutarto, A (1996). Pembentukan Kata Kerja Bahasa Ansus; Suatu Sumbangan dalam Strategi Pengajaran Kata Kerja Bahasa Indonesia. Unpublished. Jayapura :Uncen.
Taribaba, Frederik (2006, 21 April). [Interview by author]. Fanindi Pantai, Manokwari
Vorhoeve (1975). Ansus. Available INTERNET http:// www.papuaweb.org/bib/hays/loc/ansus.pdf [2006, 18 July]
_____________(2004). Yapen in Figures 2003. Yapen Waropen: Badan Pusat Statistik Kab. Yapen Waropen
Vol. 15, No. 28, Maret 2008
SK Akreditasi Nomor: 007/BAN PT/Ak-V/S2/VIII/2006
Discussion and feedback