ANALISIS TRANSTIVITAS PADA TEKS KETTE KATONGA WERI KAWENDO (TKKWK)

Magdalena Ngongo

Universitas Kristen Artha Wacana Kupang

Jln. Adisucipto, Oesapa, Kupang Nusa Tenggara Timur PO BOX 147

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menemukan dan mengkaji transtivitas dalam teks Kette Katonga Weri Kawendo (KKWK) pada masyarakat adat Wewewa. Data hasil observasi dengan teknik perekaman pada empat tuturan lisan ditranskrip dan dianalisis berdasarkan Gramatika Fungsional. Hasil analisis memperlihatkan bahwa transtivitas pada teks memiliki tiga elemen. (1) Partisipan direalisasi oleh kelompok nomina termasuk pronomina persona yang meliputi pembicara dan pendengar. Persona: pendengar saja yo’u/ wo’u ‘engkau’, pembicara+pendengar: yamme, itto ‘kita’; pembicara saja youwa ‘saya’; pembicara+lainnya yamme ‘kita’, pendengar+lainnya yemmi ‘kalian; pemeran lainnya lebih dari satu hidda ‘mereka’, seseorang (laki-laki/perempuan) nya ’dia’; orang (umum) ata. (2) Sirkumstan direalisasi oleh kelompok adverbial dan frasa preposisi, yaitu sirkumstan waktu: ne lodo ‘hari ini’, neme ‘nanti’, koka mewa ‘besok lusa’, ne bahina nee ‘sekarang ini; lokasi: koro dana ‘dalam kamar’. bali tonga ‘ruang tamu’, gyounga ‘di luar’; sebab/alasan: oro ‘karena’, gai ‘agar’, ka ‘supaya’, waktu dan lokasi posisinya berada di depan atau di belakang klausa. (3) Proses meliputi enam tipe dengan jumlah pemakaiannya adalah 2678. Proses material paling banyak muncul yaitu 1069 , disusul proses verbal 553, relasional 409, wujud 357, mental 258 dan perilaku 32.

Kata kunci: transitivitas, teks, dan Wewewa.

Abstract

This research is aimed to find out and describe transitivity in texts of proposing a girl on a traditional ceremony of Wewewa. Data from observation by recording four spoken events are transcribed and analyzed based on Functional Grammar. The result shows that transitivity in texts contains three elements.(1) Participants realized by nominal group, including personal pronouns that consist of: listener only realized by yo’u/’wo’u ‘you’; speaker + listener: yamme,’ itto ‘we’; speaker only: youwa ‘I’; speaker + others: yamme ‘we’ ; listener + others: yemmi ‘you’; others: hidda’ ‘they’; someone/something, conscious/non- conscious: ‘nya’ (he/she.it); general: ata.(2) Circumstance realized by time, location, reason, cause and manner. Such as, time: ne lodo ‘to day’, neme ‘next time’, koka mewa ‘tomorrow, the day after tomorrow’, ne bahina nee ’now. Locations: koro dana ’bed room’. bali tonga ‘dining room’, gyounga outside’; reason/cause: oro’ because’, ‘gai’ ‘ka’ ‘so that’. Location and time can be either precede or follow a clause. (3) Proses realized by verb group contains six types which the total number is 2678. The most used is material process that consits of 1069 and followed by verbal: 553, relational: 409,excistence: 357, mental: 258, and bahavioural: 32.

PENDAHULUAN

Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia (Aristoles dalam Djojosuroto, 2007:48). Selanjutnya, Aristoteles menyatakan bahwa bahasa itu baru ada kalau ada sesuatu yang ingin diungkapkan, yaitu pikiran atau perasaan. Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi manusia dapat menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain; serta dapat pula meneliti dan menginterpretasikan apa yang mereka maksudkan atau kehendaki.

Bahasa itu berbeda-beda karena penutur berasal dari latar belakang yang berbeda, dan bahasa yang digunakan itu sendiri jelas berbeda. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Kress dan Hodge (1979:1) bahwa bahasa yang dimiliki oleh individu didapatkan dari masyarakat tempat ia tinggal atau hidup.

Bahasa selalu digunakan dalam konteks, di tempat orang-orang berada dalam suatu wacana. Pelibat dalam suatu wacana dapat berinteraksi antara satu dengan yang lainnya hanya apabila memahami teks, konteks, dan pola atau struktur. Oleh karena itu menganalisis teks berarti menganalisis bahasa yang ada di dalamnya (Brown and Yule, 1983:1). Dikatakan pula oleh Halliday (1985a:10) bahwa seorang ahli bahasa yang menjelaskan bahasa tanpa memperhitungkan teks adalah mandul, menjelaskan teks tanpa menghubungkannya dengan bahasa adalah kosong.. Berdasarkan pendapat tersebut maka sangat penting dan menarik menganalisis teks karena dalam teks terkandung bahasa yang tentunya dipengaruhi oleh konteks (sosial, budaya) dan bahkan ideologi dari masyarakat pengguna bahasa.

Menurut Halliday (1975, 1985; Fairclough (1995b:4) teks dapat berbentuk lisan atau

tulisan . Teks juga dapat berbentuk prosa atau syair, dialog atau monolog (Halliday, 1975:1). Selanjutnya Halliday (1975) menyatakan bahwa teks dapat berupa peribahasa/pepata sampai pada suatu keseluruhan sandiwara/lakon mulai dari suatu teriakan meminta tolong sampai pada keseluruhan diskusi dalam suatu komisi. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa teks bisa panjang dan singkat. Teks memiliki kekuatan menciptakan lingkungannya sendiri; teks memiliki kekuatan karena cara dari sistem memiliki pengembangan dengan membuat/ memilih makna dari lingkungan seperti yang diberikan (Halliday, 2004:29).ri

Salah satu bagian penting dalam menganalisis teks adalah bahasa yang digunakan dalam berinteraksi. Teori Linguistik Sistemik Fungsional merupakan suatu teori bahasa yang mengetengahkan fungsi bahasa dalam penggunaannya (konteks). Teori ini menempatkan bahasa sebagai yang utama (Halliday, 1985:17). Dengan kata lain, teori LSF menjelaskan bagaimana bahasa berfungsi dalam konteksnya. Teori ini pada awalnya dikenal dengan nama Systemic functional grammar (SFG) atau systemic functional linguistics (SFL). Teori tersebut adalah suatu model grammar yang dikembangkan oleh Michael Halliday pada tahun enam puluhan. Teori ini merupakan bagian dari pendekatan semiotik sosial terhadap bahasa yang disebut systemic linguistics.

Teori LSF memperkenalkan empat kategori dasar, yaitu unit, struktur, kelas, dan sistem (Halliday, 1961). Berdasarkan teori Linguistik Sistemik Fungsional Analisis Linguistik Sistemik Fungsional pada strata leksikogramatika dari tiga metafunction: makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual mengambil klausa sebagai representasi, pertukaran dan pesan. Ketiga metafungsi makna terealisasi dalam struktur klausa mood, transtivitas dan tema-rema.

Sesuai dengan apa yang telah disampaikan sebelumnya bahwa Linguistik Sistemik Fungsional memandang bahasa sebagai suatu sistem potensi dalam interaksi manusia yang direalisasi oleh struktur yang bervariasi. Bidang semantik bahasa menurut Halliday (1978, 128– 133, 186–188) terdiri atas tiga komponen fungsi atau metafungsi . Ke tiga metafungsi itu adalah metafungsi ideational yang meliputi komponen experiensial dan komponen logika, metafungsi interpersonal, dan metafungsit ekstual

Komponen ideastional pada bidang semantik meliputi makna ekperiensial dan makna logika . Makna tersebut merupakan fungsi yang diasosiasikan dengan isi yang berbicara tentang dunia, Fungsi-fungsi ini berada pada level structural teks seperti pada kohesif dari keseluruhan wacana. Unsur kohesif relasi leksikal merupakan contoh dari makna eksperiental yang beroperasi pada level keseluruhan wacana.

Makna experiensial pada rank gramatika dari klausa merupakan fungsi-fungsi yang menggambarkan proses, partispan dan sirkumstansi. Makna experiental direalisasikan oleh sistem transtivitas. Sistem transtivitas mencakup pemilihan tipe proses dan konfigurasi partisipan serta sirkumstan yang diasosiakan dengan tipe proses tertentu (Halliday, 1994: 102-137)

Makna logika seperti yang telah disebutkan sebelumnya termasuk dalam metafungsi ideasional yang mencakup tidak hanya makna eksperiental tetapi juga termasuk makna logika yang direalisasi oleh hubungan koordinasi dan subordinasi antara klausa atau unit struktural lainnya. Dengan demikian fokus analisis idesional adalah makna eksperiensial. Makna eksperiensial ini direalisasi oleh sistem transtivitas

Istilah transtivitas dalam analisis linguistik sistemik fungsional (LSF) mengandung unsur yang merupakan sumber yang menguraikan pengalaman dan dalam hal ini berhubungan dengan proses. Proses itu merupakan unsur penentu karena proses dapat mengikat partisipan (Halliday,

1994L107; 168-172 – Martin, 1992:10) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa transtivitas berhubungan dengan unsur gramatika yang dipakai untuk mengungkapkan hubungan antara partisipan yang terlibat dalam suatu komonukasi.atau peristiwa.

Setiap klausa memiliki nilai transtivitas yang menentukan jumlah argument inti yang diperlukan (Dixon, 2010: 115). Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam grammar, transtivitas memiliki dasar semantik untuk mengenal fungsi argumen inti. Halliday dan Matthiessen (2004: 181) menyatakan bahwa transtivitas merupakan suatu sistem klausa yang mempengaruhi tidak hanya verba tetapi juga mempengaruhi pelibat dan sirkumtansi. Berdasarkan pendapat tersebut maka sangat jelas terdapat tiga bagian penting yang akan dicermati dalam menganalisis transtivitas dalam klausa , yaitu proses, partisipan dan sirkumstan.

Pada saat mempertukarkan pengalamannya, masyarakat adat Wewewa menggunakan bahasa Waijewa untuk berinteraksi dengan sesama penutur bahasa itu. Bahasa ini digunakan masyarakat Wewewa yang ada di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Wewewa Timur, Kecamatan Wewewa Barat, Kecamatan Wewewa Selatan dan Kecamatan Wewewa Utara. Sama seperti bahasa lainnya. bahasa Waijewa digunakan untuk berkomunikasi antar sesama warga baik pada setiap aktivitas sehari-hari maupun pada acara ritual-ritual lainnya. Salah satu aktivitas yang mana bahasa Waijewa digunakan adalah pada saat acara ritual pernikahan/perkawinan. Proses ritual perkawinan (deke mawinne) masyarakat adat Wewewa mencakup tiga proses/ acara, yaitu: ketuk pintu (tunda binna), peminangan (kette katonga weri kawendo) dan pemindahan (pamalle/padikki). Masing-masing proses ini melahirkan suatu teks yang memiliki isi dan tujuan khusus pembicaraan yang berbeda. Proses ini melahirkan teks lisan yang dari segi linguistik menarik untuk diteliti. Pada proses ketuk pintu (tunda binna) terjadi dialog tentang penjajakan keberadaan seorang gadis dan kesediaan pihak keluarga perempuan

untuk menerima dan menentukan proses selanjutnya yaitu proses peminangan (kette katonga weri kawendo). Pada proses peminangan (kette katonga weri kawendo) terjadi dialog antara perwakilan kedua keluarga dari pihak perempuan dan laki-laki. Dalam proses peminangan (kette katonga weri kawendo) terjadi pembicaraan yang berisikan penawaran dan persetujuan jumlah belis atau mas kawin yang diberikan oleh pihak keluarga pria kepada orangtua pihak perempuan.

Penelitian ini difokuskan pada bagian peminangan (kette katonga weri kawendo) saja karena apabila ketiganya diteliti membutuhkan waktu yang cukup lama (antara beberapa bulan bahkan tahun) karena jarak antara satu acara/proses dengan yang lainnya ditentukan oleh ketersediaan dan pemenuhan belis/ mas kawin yang akan diberikan. Pada acara KKWK terjadi dialog yang cukup panjang bahkan apabila tidak sampai pada kesepakatan bisa diundurkan dalam beberapa hari sesuai kesepakatan.

Pada acara Kette katonga Weri Kawendo (KKWK) terjadi dialog antara juru bicara (ata panewe) dari keluarga laki-laki dan perempuan untuk mencapai suatu kesepakatan dalam peminangan gadis sampai pada pernikahan. Dalam pembicaraan tersebut terjadi dialog yang panjang antara juru bicara (ata panewe) dari kedua keluarga untuk mendapatkan suatu kesepakatan tentang jumlah belis (mas kawin) yang akan diberikan pihak keluarga pria kepada keluarga gadis. Juga terjadi penawaran berapa jumlah kerbau, kuda dan berapa buah mamoli emas yang akan diberikan pada saat pihak keluarga pria datang Kette Katonga Weri Kawendo dan pada saat pamalle/ padikki (pindah). Jumlah belis tersebut sudah harus disepakati bersama oleh kedua keluarga besar pada acara ritual KKWK. Kesepakatan yang telah dicapai bersama pada proses KKWK tidak dapat ditunda ataupun dilakukan perubahan akan jumlah dan jenis mas

kawin (belis). Jika terjadi penundaan (tunda kira) atau penggantian maka akan ada sanksi berupa denda.

Teks KKWK ini merupakan tuturan lisan yang akan ditranskrip dalam bentuk tulisan untuk selanjutnya akan dianalisis. Kenyataan yang ditemukan belum ada teks peminangan dalam bentuk tulisan. Tidak hanya teks peminangan saja tetapi teks-teks ritual lainnya yang berhubungan dengan bahasa Waijewa belum ada. Selama ini, banyak penelitian yang hanya difokuskan pada bahasa Kambera di Sumba Timur, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Mariann Klamer (1998) tentang Short Grammar of Kambera; Sari (1998) tentang Fonologi Bahasa Kambera; Widarsini (1985) Pertalian Fonem Bahasa Austronesia Purba dengan Bahasa Sumba dialek Kambera; dan Simpen (2008) tentang Sopan Santun Berbahasa Masyarakat Sumba Timur dan terakhir Penelitian yang dilakukan oleh Kasni (2012) tentang Strategi Penggabungan Klausa Bahasa Sumba Dialek Waijewa. Penelitian bahasa Waijewa dalam teks nyaris belum ada.

Teks KKWK ini menarik diteliti karena di samping belum ada penelitian dengan topik tersebut, juga terdapat sejumlah hal yang menarik dan salah satunya adalah dari segi leksikogramatika, dimana transtivitas merupakan salah satu bagian kecil yang ada didalamnya.

Pada bahasan kali ini hanya akan dibahas sistem transtivitas sebagai realisasi makna eksperiensial dimana klausa merupakan representasi. Dengan memahami sistem transtivitas bahasa maka seseorang baru akan dapat merangkai pesannya untuk berinteraksi.

Sistem transtivitas yang merealisasi makna eksperiental tersebut tentunya berada dalam suatu teks dan dalam hal ini teks lisan yang akan ditranskrip dalam bentuk tulisan untuk dianalisis transivitasnya. Teks berkenaan dsengan proses peminangan yang dalam bahasa Waijewa dikenal dengan Kette Katonga Weri Kawendo. Untuk itu hanya sebagian kecil dari

Teks ini yang akan dibahas seperi yang telah disampaikan sebelumnya. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah” bagaimana transtivitas pada Teks KKWK pada masyarakat adat Wewewa?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya di empat kecamatan yang penuturnya menggunakan bahasa Waijewa. Kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Wewewa Barat, . Kecamatan Wewewa Selatan, Kecamatan Wewewa Timur dan Kecamatan Wewewa Utara. Penelitian dilakukan pada saat acara KKWK berlangsung. Oleh karena ada empat acara KKWK yang berlangsung di empat tempat yang berbeda, maka akan diperoleh empat teks yang sama tetapi berbeda partisipan dan tempatnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Pebruari 2012.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif sehingga metode pengumpulan data bersifat alamiah yang mana peneliti langsung mengobservasi acara KKWK serta melakukan perekaman selama proses peminangan berlangsung. Untuk itu ada dua metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi (metode simak) dan interview yang bersifat terbuka atau tidak terstruktur (unstructured /open interview).. Teknik yang dilakukan yaitu teknik perekaman, pemotretan, dan pencatatan. Teknik rekaman digunakan untuk merekam proeses kette katonga weri kawendo secara menyeluruh dan alamiah. Teknik pemotretan digunakan untuk mendokumentasikan proses tersebut. Selanjutnya. Teknik pencatatan digunakan untuk mencatat segala hal yang berkaitan dengan proses peminangan serta juga akan dijadikan pedoman pada saat menginterview informan.

Setelah melakukan observasi dan interview, peneliti mendengarkan kembali rekaman tersebut untuk ditranskrip dalam bentuk tulisan. Hasil rekaman dalam bentuk tulisan tersebut diverifikasi kembali kebenarannya dengan menunjukkan hasil transkrip kepada pelibat dalan tuturan lisan KKWK untuk di benahi jika ada yang tidak sesuai. Kemudian hasil transkrip dicermati untuk menentukan batas klausa dan kalimat. Berdasarkan pembatasan klausa dan kalimat, maka transtivitas dalam klausa dicermati untuk dianalisis dan dikaji.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Semua data dianalisis tanpa menggunakan rumus-tumus yang bersifat kualitatif. Data dianalisis dengan berpedoman pada Linguistic Functional Grammar atau Teori Linguistik Sistemik Fungsional (Halliday (1994, Halliday dan Martin 2004; Eggins, 1994) pada strata leksikogramatika dan secara khusus yang berkenaan denga transtivitas.

PEMBAHASAN

Transitivitas merupakan sumber untuk menguraikan pengalaman dan ini dilakukan dalam bentuk proses. Bagian yang tercakup dalam proses adalah proses itu sendiri, partisipan dalam peristiwa dan .sirkumstan (Eggins, 1994:229; Halliday, 2004)). Proses selalu direalisasi oleh kelompok verba; partisipan dalam peristiwa direalisasi oleh kelompok nomina dan sirkumstan direalisasi oleh kelopok keterangan dan frasa preposisi. Terdapat enam proses yaitu materi, mental, verbal, eksistensi (wujud), relasional dan Perilaku (Eggins, 1994; Halliday dan Matthiessen, 2004). Dengan demikian bahasan transtivitas dalam teks KKWK akan mencakup ketiga unsur dalam transtivitas yaitu partisipan, sirkumstan dan proses.

Partisipan

Seperti yang telah disampaikan terdahulu bahwa dalam menganalisis transtivitas, terdapat partisipan dalam peristiwa direalisasi oleh kelompok nomina, sirkumstan yang direalisasi ole kelompok adverbial dan frasa preposisi serta proses yang direalisasi oleh kelompok verba. Persona merupakan salah satu bagian yang ada dalam proses sebagai partisipan pada klausa dalan teks KKWK.

Persona yang berfungsi sebagai subjek, objek dan pemilik mengungkapkan konsep yang mengacu dan menggantikan nomina insani. Pronomina yow’wa ’saya’ mengacu pada persona pertama tunggal yang dapat berfungsi sebagai subjek, objek, dan pemilik. Pronomina yammee ’kami’ digunakan untuk menggantikan konsep persona jamak eksklusif dan dapat berfungsisi sebagai subjek, objek, dan pemilik. Pronomina it’to ’kita’ menggantikan konsep persona pertama jamak inklusif yang dapat berfungsi sebagai subjek, objek, dan pemilik. Pronomina wo’u/you’u ’engkau’ menggantikan persona kedua tunggal dan dapat berfungsi sebagai subjek, objek, dan pemilik. Pronomina yemmi ’kalian’ /kamu menggantikan konsep persona kedua jamak yang dapat berfungsi sebagai subjek, objek, dan pemilik. Pronomina ‚nya‘ ’dia’ menggantikan persona ketiga tunggal yang berfungsi sebagai subjek, objek, dan pemilik. Pronomina hid’da ’mereka’ menggantikan konsep persona ketiga jamak dan dapat berfungsi sebagai subjek, objek, dan pemilik.

Selanjutnya dalam konteks mempertukarkan pengalaman dikenal adanya pembicara. Penggunaan pronomina persona tentu akan berbeda dari speech roles yaitu ,you, yamme, yemmi , itto serta pemeran lainnya yaitu ‘nya’, dan ‘hidda’. Juga ada persona pronoun yang bersifat umum yaitu ‘ata’ atau ‘ia ata’. Bagan berikut ini akan memperlihatkan kategori persona dalam klausa pada TEKS KKWK.

peech role

mum: ata, ia ata

pemeran lainnya


ndengar: yo’u, wo’u

Pembicara +

Pendengar :yemme/itto

pembicara + yang lain yamme

ebih dari satu: hidda

nscious

laki-laki

perempuan nya

pendengar+ lainnya yemmi



embicara


pembicara saja: yau’wa


seseorang sesuatu


non-conscious; nya


Gambar 1: Kategori persona bahasa Waijewa

Diadaptasi dari Halliday (1994:189)

Pemakaian pronomina persona tersebut secara bervariasi muncul sesuai dengan fungsinya

dalam klausa pada teks KKWK. Contoh klausa pad teks KKWK:

  • (1)    Yemi-do na mai neti waina// atina tunda binna

2J     PEN datang ADV     datang ketuk pintu

Actor PEN Pr: mat Cir.     Pr:mat Pr:mat Goal

Kamu datang waktu itu ketuk pintu’

  • (2) . Ka ta(itto) mandii na- teppe// mono ka      ta  mama. ‘

KONJ 1J     duduk P.Ak tikar KONJ KONJ 1J makan sirih pinang

Actor Pr:mat    Goal                   Actor Pr:mat

Kita menduduki tikar dan kita makan sirih

  • (3)    Ma      teki     we      yame ata panewe

KONJ Pr:Verbal P.nom    1J orang pembicara

Pr:Verbal Verbiage Sayer

kami juru bicara yang membicarakannya

  • (4)    Ka na sadeka   lu- nggu- ngge ne yauwa la// pa-teki-nggu yauwa

KONJ 1T. satu kali bicara GEN PEN. Def 2T PEN bicara GEN 2T

Cir. Pr:verbal Sayer         Sayer     Verbiage.

Supaya sekali jalan, menurut saya.

Jika kita mencermati contoh klausa di atas, penggunaan persona dalam analisis transtivitas berfungsi sebagai partisipan yang dalam klausa di atas sebagai aktor dan sayer. Partisipan tersebut menyertai proses yang dalam klausa tersebut adalah proses proses material pada klausa (1) dan (2) serta proses verbal pada klausa (3) dan (4).

Sirkumstan

Sirkumstan dalam analisis transtivitas direalisasi oleh kelopok keterangan dan frasa

preposisi. Elemen sirkumstan menambah informasi, misalnya informasi tentang waktu (kapan), tempat (di mana), manner (bagaimana), dan alasan, sebab (mengapa, untuk apa, siapa). Elemen sirkumstan dapat digali dengan menggunakan pertanyaan di mana, mengapa, bagaimana, dan

kapan. Elemen inti sirkumstan (Halliday, 2004:262); lokasi : di mana?, alasan, sebab

Mengapa?, Cara/Keterangan : bagaimana? dan Waktu : Kapan?

Contoh pemakaian sirkumstan dalam klausa pada teks KKWK


(5)

(6)

(7)


Ku       tuwa

Partisipan Pr: verbal

Saya menanyakan

Duada wulla na ku


Circ.           Part/Actor. Pr:material

Dua bulan    saya     penuhi

Ku        rema-na ne lodo


minggi    wini pare  waina

Partisipan Compl/goal sirkumstan.

kamu     bibit padi   waktu itu

ponuku       ranga kette


Compl. hewan ikat


Part.Actor Pr:mat Cir.


Saya menunggu hari ini

Sirkumstan pada klausa (5) adalah ‘waina’ dan klausa (6) duada wulla na. Klausa (5) posisi sirkumstan berada di belakang, dan klausa (6) posisi sirkumstan berada di depan.

Sirkumstan dari kedua klausa tersebut merupakan kelompok adverbial yang berkenaan dengan waktu.

Tabel 1. Daftar Sirkumstan dalam Klausa pa Teks KKWK

Sirkumstan

lokasi

Sirkumstan

waktu

aro umma

di depan rumah

murri

kemudian

barra

dekatm dari

kapugede

pagi hari

dana

di dalam

nena

tadi

deta

di ata

neme

nanti

balitonga

ruang tamu

ne bahina nee

sekarang ini

gyounga

di luar

ne lodo

hari ini

korodana

di dalam kamar

ullu na

waktu itu

oma dana

di kebun

yodikyaki

sebentar

byali

di seberang

koka

besok

tillu

di tengah

kira

waktu

tidi

di samping

lewa

lusa

nenna

di situ

neme ndou

tahun depan

newe

di sini

duada wulla

dua bulan

ponnu

di atas

wulla kaia

bulan satu

pandou

tempat

wulla kapata

bulan ke empat

umma

di rumah

waina

waktu itu, dahulunya

tana pamba

tanah sawah

touda dou

tiga tahun

tana mara

tanah ladang

yone

di dekat sini

lira

ke belakang

muriwali muri

wali selama-lamanya

lola

ke bawah

tanggala

tanggal

mbondo

ke atas

katonga

bale-bale

omba

danau

Unsur Proses dalam klausa pada Teks KKWK

Unsur proses merupakan bagian penting dalam transtivitas karena unsur proses menentukan jumlah valensi dalam klausa. Sehingga dalam analisis transtivitas berdasarkan pandangan linguistik sistemik fungsional (LSF) transtivitas mengandung unsur yang merupakan sumber yang menguraikan pengalaman dan dalam hal ini berhubungan dengan proses. Dengan demikian unsur proses merupakan fokus yang akan dicermati dalam menganalisis transtivitas.

Tabel (1) berikut akan memperlihatkan jumlah pemakaian unsur proses yang terdapat dalam empat teks KKWK.

Tabel 2. Transtivitas dalam Teks KKWK

Tipe Proses

Teks KKWK I

Teks KKWK II

Teks KKWK III

Teks KKWK IV

Material

520

138

139

272

Mental

106

63

89

107

Verbal

189

105

96

163

Wujud

116

74

80

87

Relasional

154

71

78

106

Perilaku

8

6

10

8

Jumlah

1093

457

492

743

Jumlah klausa

1250

455

544

854

Jumlah kalimat

524

257

270

436

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah unsur proses dalam Teks KKWK bervariasi. Jumlah kalimat dan klausa juga bervariasi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemakaian unsur proses dapat dipengaruhi oleh faktor lain.

Selanjutnya akan disajikan urutan atau peringkat pemakaian unsur proses dalam teks KKWK pada tabel 3.

Tabel 3. Peringkat Pemakaian Tipe Proses dalam klausa pada Teks KKWK

Urutan peringkat

Proses

Jumlah

%

I

Material

1069

40

II

Verbal

553

21

III

Relasional

409

15

IV

Wujud

357

13

V

Mental

258

10

VI

Perilaku

32

1

Jumlah

2678

100 %

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pemakaian proses dari setiap teks bervariasi yang

mana pemakaian proses material adalah yang paling banyak,yaitu 1069 dan proses perilaku yang

jumlah pemakaiannya paling sedikit yaitu 32. Secara keseluruhan terdapat 2678 pemakaian proses dalam empat teks KKWK.

Pemakaian proses material menunjukkan pemakaian yang paling banyak jumlahnya yaitu 1069. Pemakaian proses ini menempati urutan pertama dalam pemakaiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam proses yang menunjukkan kejadian atau kegiatan tentu melibatkan partisipan dan yang lainnya secara aktif ikut dalam kegiatan yang dilaksanakan.

Pemakaian proses verbal menempati urutan kedua setelah proses material dengan jumlah pemakaiannya adalah 553. Pemakaian proses verbal ini mengindikasikan bahwa dalam teks KKWK yang merupakan tuturan lisan terdapat banyak hal yang dikatakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyampaian secara langsung dan tidak langsung inilah yang menghendaki pemakaian proses verbal yang cukup banyak atau tinggi.Secara langsung misalnya juru bicara berhadapan dan berbicara langsung dengan orangtua yang mewakilkan mereka sebagai juru bicara, yaitu jubir pihak keluarga perempuan dengan orangtua dari calon pengantin perempuan atau jubir pihak keluarga calon penganten laki-laki dengan orangtua dari calon penganten laki-laki. Secara tidak langsung, misalnya pembicaraan jubir keluarga calon pengantin perempuan dengan orangtua calon pengantin perempuan disampaikan kembali oleh jubir tersebut kepada jubir keluarga calon pengantin lak-laki dan seterusnya disampaikan kembali oleh jubir keluraga calon pengantin laki-laki kepada orangtua calon penganten laki-laki.

Urutan ketiga adalah pemakaian proses relational berjumlah 409..Pemakaian proses relasional meliputi tiga tipe, yaitu intensif, kepemilikan dan sirkumstansi. Untuk itu dari jumlah pemakaian proses relasional tersebut menunjukkn bahwa dalam teks KKWK ekpresi yang berkenaan dengan atributif, sirkumstan serta intensif di sampaikan oleh pelibat agar diperoleh pemahaman secara menyeluruh baik dari segi waktu, maupun atribut lainnya.

Pemakaian proses wujud menempati urutan IV dalam teks KKWK yaitu berjumlah 357 Pemakaian proses ini mengidikasikan keberadaan dari semua pihak yang terlibat baik keluarga calon penganten laki-laki, keluarga calon pengantin perempuan, calon pengantin laki-laki, calon pengantin perempuan, penengah/dan juru bicara maupun keberadaan benda-benda lainnya yang merupakan bagian tak terpisahkan, misalnya: belis atau mas kawin, kain-kain adat, hewan (kerbau, kuda, babi), sirih pinang dan parang.

Pemakaian proses mental menempati urutan V dalam teks KKWK yaitu berjumlah 258. Proses ini mengidikasikan adanya kesadaran manusia atas sesuatu. Kesadaran yang dirasakan manusia itulah yang menghendaki pemakaian proses mental dalam klausa. Kenyataan yang ada dalam teks KKWK partisipnan secara spontanitas menyatakan apa yang dirasakan, atau disaksikan.

Urutan yang terakhir atau urutan VI adalah pemakaian proses perilaku yang berjumlah paling sedikit yaitu 32. Proses ini berkaitan dengan kejiwaan. Berdasarkan pemakaian yang jumlahnya paling sedikit tersebut menunjukkan bahwa partisipan yang terlibat dalam teks KKWK hampir tidak menggunakan verba yang melibatkan proses perilaku dan nampaknya bahwa partisipan tertentu saja yang menggunakan verba proses perilaku. Kenyataan yang ada bahwa pemakaian proses perilaku dalam konteks ini tidak secara verbal diungkapkan tetapi ditunjukkan lewat bahasa tubuh, misalnya mengangguk, tersenyum, menggeleng, membalikkan tubuh, atau ekpresi wajah lainnya dari pelibat. Tabel 4 (a.b.c) berikut ini akan memperlihatkan beberapa contoh klausa pada Teks KKWK.

Tabel 4a. Partisipan dan Proses material dalam klausa pada Teks KKWK

Circumstance

Actor

Material Proses

Recipient

Goal

Neme duada wulla na

Dua bulan nantinya

Ku

saya

Ngindi

membawakan

minggi

kamu

ndi hida ranga pata kabullu

itu hewan empat puluh

Duada wulla na

Dua bulan

Ka ku saya

deke

lili mengambil menjingjing

wa kadanu wa kaleku dompet saya tas saya

Klausa pada tabel 4b di atas memperlihatkan pemakaian proses material ‘ngindi’ dan deke, lili.

‘mengambil, menjingjing’.

Tabel 4b. Partisipan dan proses material dalam klausa pada teks KKWK

Actor

Material Proses

Recipient

Goal

Hida

Mereka

Pawekara membentangkan

ngga saya

teppe tikar

Hida

Mereka

pandalara menjejerkan

ngga saya

pamama sirih pinang

Ma kami

ngindi membawakan

minggi kamu

ranga kette katonga hewan ikat

Ta

Kita

ndakura menikam

wi hida wawi babi-babi ini

Ta

Kita

mama makan

na kaleku sirih pinang

Tabel (4a dan 4b) memperlihatkan contoh proses material dalam klausa. Material proses dapat memiliki partisipan dua atau lebih.

Tabel 4c. Partisipan dan proses Verbal dalam klausa pada teks KKWK

Sayer

Verbal Proses

Receiver

Verbiage

Circumstance.

Ku Saya

tuwa menayakan

mi-nggi kamu

wini pare bibit padi

waina

waktu itu

Nati ama na Ayahnya

dengngi meminta

minggi kamu

keto ullu lele parang hulu gading

Contoh klausa dalam tabel 4c memperlihatkan pemakaian proses verbal dan partisipan serta sirkumstan dalam klausa. Sirkumstan dalam klausa memungkinkan untuk berada di depan klausa seperti contoh klausa pada tabel (3a dan 3c). Sama seperti proses material, proses verbal juga dapat memilki partisipan dua atau lebih.

Tiga tabel di atas, yaitu 4a, 4b, dan 4c memperlihatkan beberapa contoh proses dalam klausa pada teks KKWK. Partisipan, proses dan sirkumstan menyatu dalam sistem transtivitas. Tipe masing-masing proses yang ada dalam klausa pada teks KKWK akan dibahas lebih lanjut berikut ini.

Proses Material

Proses material merupakan proses melakukan atau proses bertindak, seperti yang terlihat dalam contoh berikut,

  • (8)    Ma            ya    mi-nggi           kalongga

Partisipan/actor Pr:mat Partisipan/recipient goal

kami memberikan kamu kesempatan

Partisipan yang pertama pada klausa (8) adalah akctor (‘Ma’ ; kami;) dan partisipan yang ke dua adalah recipient (‘ mi’’ ‘kamu’ ) dalam hal ini yang menerima yang diberikan. Proses material memiliki partisipan obligasi yaitu aktor yang melakukan kegiatan. Partisipan dalam material proses juga termasuk dalam proses lainnya yaitu bahwa mereka disertai oleh element sirkumstan yang secara khas direalisasi oleh elemen adverbial termasuk preposisi dan frasa partisipial. Pengecualian akan kehadiran suatu phenomena adalah menggunakan proyeksi, suatu konstruksi gramatika yang digolongkan sebagai proses mental tetapi bukan proses materi. Proyeksi merupakan hubungan antara dua klausa, misalnya klausa yang satu diproyeksi oleh

klausa yang lainnya, melengkapi proses lainnya. Sehubungan dengan mental proses, fungsi klausa yang diproyeksi menempati phenomena, misalnya ‘ Nenati renge yemi appa palangi da.’ ‘ Kamu dengar apa yang mereka katakan’. ‘Nenati renge yemi’ merupakan klausa simpel yang merealisasi proses mental (persepsi ‘renge’ ‘mendengar’ ). Klausa pertama . Nenati renge yemi’ memproyeksi klausa ke dua ‘ appa palangi da’ ‘apa yang mereka katakan’’menghendaki proses lainnya yang dalam contoh tersebut adalah proses verbal yang berfungsi sebagai phenomena. Contoh klausa tersebut berisikan dua tipe proses. Contoh daftar proses material dalam klausa pada teks KKWK.

Tabel 5. Daftar Proses Material dalam Klausa pada Teks KKWK

Proses material

Proses material

ammi       datang

atti           datang

billu         mengikatkan di pinggang

bara        mendoakan

deke, dede  ambil, mengambil

deku        mengikuti

deimba     menerima

dubbu      memperoleh, mendapatkan

deito       memikul, pikul

dema      tadah, menadah

dikki, Padikki pindah . memindahkan dekka      tuntas, mentuntaskan

doro       memotong, horo

enu       minum

elle          carikan, mencari

keketa     mengangkat

kette       mengikat

kai         mengeluarkan,

kandauka  menikam

kako      ‘ berjalan’

kalola       berburu

kandekera bergantung kora       mengasah, asah

kabita      mencubit

kondo     antar, mengantar

kendu     melarikan diri

kapeti    membuang

panungnga   mengajar

paana        melahirkan

paia         menyatukan

pawili        bekerja

ponnu       memenuhi

pawekara    membentangkan

papala       menyodorkan

pagalle       mengatur, menyiapkan

panuku       berkelahi

pandia       membuat

pakita        meneruskan

Palu        memukul

pasepa       mempertukarkan

pia          pisahkan, memisahkan

pende       memilih

panggu       ikat mengikat

padola       menyodorkan, memberikan

pasella       melepaskan

pamandura    pegang kuat

pangara      menamaan

palole        mengurutkan, merangkai

pandalara     berjejer, menjejerkan

paurri        menumpahkan

pandimmu    menyambung

padedda      timpah, menimpahkan

patanga       pasangkan

pabali        mengembalikan

louzo

keluar

panauta

menyusun, merangkai

li

melewati

rai

membuat, merancang

lilli

jinjing

rema

menunggu

linde

menyanggah, menahan

ropo

memotong

lengga

menumpahkan

tai

meletakkan, menaruh

lende

jrmbatani, menjembatani

tippa

menangkis, menolak

lira

gendong, menggendong

torro, terre

memegang, pegang

lepita

melipat

toma

tiba, sampai

lera

terbang

tanggela

membatalkan

loda

melonggarkan

tenda

menendang

‘mandii

duduk

tetara

membelah, membedah

mburru

turun, menurunkan

tullara

menolak, tolak

mama

makan sirih

talu

menang

mangga

menunggu

tengngi

menarik

mawo

berteduh

tama

masuk, memasuki

manika

meminta (mengharuskan)

tumba

lempar, melempar

malle

lari, berlari

tenduka

menancapkan

pasasara

mendesak

ya

memberikan

naka

memegang, pegang

wabata, wenda menarik

ndondo

‘ menyanyi;

wengga

mencari

ndakura

menikam

wali

pulang, kembali

ngindi

membawa

walu

simpulkan

ngaa

makan

weitaka

mengeluarkan, menyingkirkan

Nibba

memilah

weru

menarik

Ngau

berhenti

weri

melarang

Nggau

mendapati

wunggu

genggam, menggenggam

Nimbi

tata, menata

wukke

membuka

Opi

‘menghapus

wola

kejar, mengejar

Oppu

memetik

woppa

tangkap, menangkap

ulu

menolong

wairo

sisakan, menyisakan

tuka

menyuruh

zou

menyanggah

Proses Verbal

Proses verbal merupakan tindakan verbal yang dilakukan oleh sayer (pembicara).

Pembicara tidak perlu memiliki kesadaran seperti yang ada pada proses mental . Partisipan dalam proses verbal (Eggins,1994:251; Halliday, 2004:253-256)) adalah : sayer ( the addresser) yang adalah pembicara,, orang yang mendengarkan pembicaraan adalah pendengar (receiver) dan isi dari apa yang dikatakan atau dibicarakan ( verbiage ).

  • (9)    Hina- nggu    nati kaweda ka na     ya       kua-ngga ndi hida oma rara

Pr.verbal Receiver Sayer      Conj. Reciv. Pr.material Kuant. Verbiage

mengatakan 2J orangtua agar dia     beri     semua      mamoli emas .

Orang tua itu mengatakan kepada mu agar kamu memberikan semua mamoli emas.

  • (10) .Bahuinako, ka ta woro-ngge ne pabei nda

KONT. Konj. 1J runding EMP DEM suka GEN

Sayer Pr:verbal     Verbiage

Baiklah kalau begitu kita rundingkan keingan kita.

Pada contoh klausa (9) dan (10) terdapat proses verbal hinna dan woro sedangkan partisipan adalah ‘nati kaweda’ ( klausa 9) dan ‘ta’ ( klausa 10). Pada contoh klausa (9) ‘-nngu’ adalah recipient dan pada klausa (10) ‘ne pa-bei nda’ merupakan isi pembicaraan (verbiage).

Pemakaian proses verbal dalam klausa pada teks KKWK cukup tinggi karena dalam teks KKWK orangtua dari ke dua pihak kerluarga tidak berdialog secara langsung tetapi menggunakan juru bicara yang menyampaikan maksud mereka, walaupun dalam acara tersebut secara fisik ke dua pihak keluarga saling berhadapan bahkan mendengar langsung isi pembicaraan yang disampaikan . Itulah sebabnya maka dalam teks banyak klausa verbal yang muncul dan memproyeksi klausa lainnya.

Pada acara KKWK orang tua dari pihak pengantin laki-laki menyampai kan maksudnya kepada juru bicaranya, dan juru bicara dari pihak calon pengantin laki-laki menyampaikannya kepada juru bicara pihak calon pengantin perempuan, selanjutnya juru bicara pengantin perempuan menyampaiaknnya lagi kepada orangtua calon pengantin perempuan. Itulah sebabnya sehingga klausa yang sama akan muncul berulang kali. Dengan kemunculan yang berulang tersebut maka tentu akan diperhitungkan dalam pemakaian proses verbal dalam klausa pada teks KKWK.

Tabel 6. Daftar Proses Verba dalam Klausa pada Teks KKWK

Proses Verbal

enda               runding,

dengngi

meminta

lun-ggu-ngge

saya mengatakan

lu-mmu-ngge

kamu (tunggal)mengatakan

hinnna-ngge

dia mengatakan

hidda-ngge

mereka mengatakan

limmi-ngge

kamu (jamak) mengatakan

limma-ngge

kami mengatakan

kudu-kada

putar balik,

kuke-kuke

berbala-bala

oo

menyetujui

pamaringngi

memberkati

pangara

menyebut

palangi

yang dikatakan

padunni

mengulangi

panewe

membicarakan

paduki-ngge

menyampaikan

paurraka

digodok dalam pembicaraan

pawende

suruh, menyuruh

patuka

suruh, menyuruh

soka

usir, mengusir

teki, pateki

mengatakan, ngomong

tua

tanya, bertanya, menanyakan

woro

runding, merundingkan

wale

menjawab, mengakui

wandi

berbicara nyaring/keras

pawalu

menyimpulkan

Proses Relasional

Proses relational merupakan tipe proses yang bervariasi dalam hal bahwa suatu hubungan ditentukan oleh tiga tipe utama yaitu intensif, posesif (kepemilikan) dan sirkumstan. Masing-masing tipe ini muncul dua sub tipe yaitu attributif dan identifying (Halliday dan Matthiessen, 2004: 215) Hubungannya bisa dari salah satu dari sub tipe yaitu atributif atau identifying (pengenalan). Sub tipe atributif dikenal sebagai Carrier. Carrier ini selalu direalisasi oleh nomina atau kelompok nomina , misalnya :‘Na wotto-nggu na kabola’ ‘saudara perempuan saya cantik’. Pada klausa ini proses relational tidak terlihat secara eksplisit, namun dapat dikatakan bahwa klausa ini adalah klausa relational.

Penekanan sub tipe identifying, bukan pada penjelasan atau klasifikasi tetapi pada

penegasan (defining). Contoh proses relasional dalam klauasa pada teks KKWK:

  • (11)    ‘Hida ata panewe wi

Token Value

Mereka juru bicara’

Partisipan dalam proses identifying disebut Token dan Value.

(12) Ne lodo Token Hari ini


lodo duada we

Value

hari baik

Proses relational dapat berupa identifying ( identifikasi) maupun atributif (Eggins, 1994: 255 -256). Proses relasional wajib memiliki dua partisipan. Partisipan pada proses identifying maupun attributif dalam klausa pada teks KKWK dapat dipertukarkan. Misalnya: (13a) Na wotto-nggu na kabola carrier Atributif

Saudara prempuan saya cantik

  • (13b ) Na kabola na wotto-nggu

Atributif carrier

Cantik saudara perempuan saya

(14a) Hida ata panewe wi

Token   Atributif

Mereka juru bicara

  • (14b ) Ata panewe wi hida

Atributif      Token

Juru bicara mereka.

Sub tipe proses sirkumstan merupakan proses yang elemen sirkumstansi digunakan untuk mengidentifikasi partisipan, Contoh sub tipe sirkumstan dalam klausa pada teks KKWK:: (15) Ne pateki mu na tena we.

omongan mu benar.

  • (16)    Hina ba wi

Itu (pembicaraan) benar.

Sub tipe proses possessif merupakan proses yang mana hubungan antara dua partisipan salah satunya adalah possesif. Contoh sub tipe proses posesif dalam klauasa pada teks KKWK.

(17) Keto ullu lele


tanggu


loka na


Value/possessor Pr. possessive Parang hulu gading buat/milik


Token/possessed om/paman nya


(18) Ia mane


tanggu


Value/prossessor Pr:possessive Satu kerbau jantan buat.milik

uma kalada Token/possessed rumah besar


Contoh sub tipe posesif dalam klausa (17) dan (18)) proses relasional adalah ;tanggu’ sedangkan prosesor adalah Keto ullu lele (klausa 17) dan Ia mane (klausa 18). Token dalam klausa 17 adalah ‘loka-na’ dan klausa 18 ‘uma kalada

Proses Mental

Proses mental merupakan proses kognisi, persepsion. Proses dalam mental klausa menggambarkan atau berkaitan dengan kesadaran manusia (Halliday dan Matthiessen, 2004:197).Proses mental berkenaan dengan rasa saying, kesadaran,dan pengertian,tanggapan dan penglihatan, atau hasrat atau keinginan (Eggins,1994; Halliday, 2004),

Mental proses dalam teks KKWK yang berkenaan dengan rasa sayang (affection) dan persepsi.

  • (19)    Ku             manowara langu takka wi ana mawine-nggu

Partisipan/senser Pr:mental               Phenomena

Saya sangat mengasihi anak perempuan saya)

  • (20)    Yamme ka ma        eta     ki wa

Partisipan/senser Pr:mental Phenomena

Agar kami melihat dia

  • (21)    Itto            a pande-ngge ba pirra wi

Partisipan/senser Pr:mental Phenomena

Kita mengetahui berapa itu

Klausa (19) merupakan proses mental ‘manowara berkenaan dengan affection atau rasa saying, sedang pada klausa (20) proses mental ‘eta’ berkenaan dengan persepsi. Mental proses selalu memiliki dua partisipan yaitu senser dan phenomenon,. Mental proses terjadi dalam kesadaran senser., misalnya pada contoh klausa (20) ‘Itto a pande-ngge ba pirra wi’ ‘kita mengetahui berapa itu’ Sama seperti aktor dalam material proses yang selalu menyadari kejadian, proses mental terjadi dalam kesadaran senser.. Phenomena merupakan participan yang dalam hal ini adalah sesuatu yang dirasakan secara emosional, dipikirkan atau terasa sedang diperhatikan, seperi pada contoh klausa (19)dan (20).

Tabel 7. Daftar Proses Mental dalam Klausa pada Teks KKWK:

Proses mental

Proses mental

aro

menghadapkan

nau

mau, menghendaki

bowo      mempertontonkan, menunjukkan

ndandara

mengawasi

bokota

merasa tidak sepi

nguru-nguru

comel, omelan

mboto

berat, membebani

ounda

nampak, kelihatan

butu ate, mbani,

marah, memarahi

pere

berbohong, membohongi

mbei

suka

pande

mengetahui, mengenal

bulla

lupa, melupakan

paaro

menghadapkan, berhadapan

duka

kuat

patoo

mendengarkan dengan

dakke

lemah

saksama

dommu

tanggap

pakambu

menghendaki, mengingini

darra koko

merasa kasihan,

pangedda

memikirkan

eta

melihat

pabidura

glla-gilla

melihat-lihat

pagappe

menyesuiakan

gilaka

melihat, memandang

renge

dengar, mendengar

kalairu, pakalairu

sangat mengharapkan

rawi

bujuk. membujuk

kaseewaka

sele

selisih, salah paham

karemba

lapar

talu

mampu, sanggup

karoduka

sakit, menyakitkan

woda

usap

kindora, pakindora

mabuk, memabukkan

lolo, palolo

ingat, mengingatkan

kati

gigit, mengigi

taboka

ketemu, bertemu

milla

sedih

terima kasi

marou

haus

wai

percaya, mempercayai

mandauta

takut, menakutkan,

tama tia

masuk ke perut

matara

perhatikan, memperhatikan

longga buku

masukke leher

manowara

rasa saying, menyayangi

tanda

mengenal

malenna

lega,

wore-wore

lihat-lihat tanpa arah

malewara

meringankan

wengga

mencari

malangi

sangat berharap

mimira

suka. Kepingin

menne

berharap

Proses Wujud (Eksistensi)

Proses eksistensi menunjukkan adanya sesuatu atau wujud dari sesuatu atau peristiwa/kejadian (Halliday dan Matthiessen, 2004) Berbeda dengan proses realsional, proses eksistensi (wujud) hanya memiliki satu partisipan. Contoh proses wujud dalam klausa pada teks KKWK adalah sebagai berikut.

  • (22)    Wai     ba      ndi ata panewe

Pr:Ekst Aspect Pr.exist.

Sudah ada juru bicara

  • (23)    Wai      ndi hiti pamama ka bage        hiti kadanu a enne.

Pr.Ekst. Pr.eksist.       Conj. Pr.material Goal

Ada      sirih pinang agar dibagi       enam tas

Klausa (21) dan (22) ‘wai’ merealisasi proses wujud. Selain verba wai, verba nee merealisasi proses wujud, seperti berikut.

  • (24)    Nai nya gobba-nggu a nee      na katuku tana rara.

Maujud          Pr:wujud  Circ.

Ini dia pasangan saya yang ada di tanah merah

Proses Perilaku

Proses perilaku berkenaan dengan tindakan atau melakukan, sama seperti proses material, tetapi tindakannya harus dialami oleh suatu kesadaran. Verba ‘renge; ‘dengar’ mengandung makna tidak saja mendengar tetapi memperhatikan. Untuk itu verba ‘renge’ merealisasi tidak saja proses mental tetapi verba tersebut juga merealisasi proses perilaku.

Contoh proses perilaku dalam klausa pada teks teks KKWK ‘

  • (25)    Ike             na matara      ndi hida pateki-nggu

Partisipan/behaver Pr:perilaku Phenomena Ike memperhatikan omonganku/ucapanku

Verba ‘matara’ ( mendengar dengan penuh perhatian) pada klausa (25) merealisasikan proses mental dan perilaku. Partisipan utama dalam proses perilaku adalah behaver, namun kadang-kadang melibatkan a behavious (Eggins, 1994: 250). Proses perilaku merupakan tipe intranstif yang melibatkan hanya behaver sebagai partisipan. Jika ada dua partisipan maka partisipan ke dua adalah behavior.

Proses perilaku merupakan proses hybrid , yaitu proses material + proses mental. Oleh karena proses perilaku itu merupakan bagian dari proses mental maka prose perilaku melibatkan verba yang berkenaan dengan kejiwaan . Selain itu juga karena proses perilaku bagian dari proses material maka proses perilaku menghendaki bentuk progressif. (Eggins 1994: 251). Contoh pemakaian proses perilaku dalam klausa pada teks KKWK.

  • (26)    Nda dapa nee ka-nggu    a wore-wore

Behaver Pr:perilaku

Jangan engkau terus lihat-lihat’.

Kata ‘nee’ pada klausa (26) memiliki makna ‘sedang’ . Verba ‘wore-wore’merealisasi proses perilaku. Makna lain yang ada di balik klausa (22) adalah lakukan sesuatu dan jangan hanya melihat tanpa arah tujuan/ menonton saja.

Pemakaian unsur proses perilaku dalam klausa pada teks KKWK sangat sedikit. Hal ini diindikasikan bahwa dalam proses perilaku jarang diungkapkan dalam bentuk verbal namun dapat dipahami lewat bahasa tubuh partisipan, pada saat partisipan tersenyum, tertawa, menggelengkan kepala, menunduk, membalikkan badan, dll. Partisipan lainnya sebagai lawan bicara akan merespon bahasa tubuh sesuai maksud yang ingin disampaikan.

Contoh daftar perilaku yang muncul dalam klausa pada teks KKWK

Proses Perilaku

dakke

lemah,lunglai

duku dewa

was-was

kamataka

diam

midda-midda

diam, manut-manut, kedip-kedip

kakara-nakara

terpaku

wore-wore

lihat-lihat (bingung)

karobba

heran

radaka

membungkuk

padammi

meraba

patuu,paeta aro mata

memperhatikan

gillaka

melihat

kabendoka

membelakangi

pabarra

mendekatkan diri

ndende

berdiri

tippa

menangkis

tukula

menekan (memukul)

Pemakaian proses perilaku dalam klausa teks KKWK tidak banyak dan sangat terbatas. Hal ini dikarenakan dalam konteks tersebut merupakan kegiatan adat yang dapat dikatakan sangat serius dijalankan dan tidak menuntut perilaku yang bervariasi dan dibahasakan. Perilaku dalam konteks ini dalam bentuk gesture atau bahasa tubuh yang bisa ditangkap atau dipahami oleh lawan. bicara.atau pelibat lainnya.

SIMPULAN

Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa transtivitas dalam teks KKWK memperlihatkan beberapa hal. Pertama, partisipan yang direalisasi oleh kelompok nomina pada umumnya termasuk persona. Persona melipuiti pendengar: yo’u/ wo’u engkau’, pembicara + pendengar: ‘yamme’,’ itto’ (ta) ‘ ‘kita’ ; pembicara saja ‘youwa’ ‘saya’; pembicara + lainnya: yamme’, pendengar + lainnya: yemmi ‘kalian; pemeran lainnya lebih dari satu; ‘hidda’ ‘mereka’, seseorang laki-laki atau perempuan ‘nya’’dia’ orang secara umum: ‘ata’.

Kedua, Sirkimstans yang menyertai partisipan dan proses direalisasi oleh kelompok adverbial dan frasa preposisi. Sirkumstan yang merealisasi waktu dan lokasi yang banyak muncul dalam teks disamping alas an, manner,dll, misalnya waktu, ‘ne lodo’ ‘hari ini’, ‘neme’ ‘nanti’ (dengan variasinya) , ‘koka mewa’ ‘besok lusa’,’ ne bahina nee’ ‘ sekarang ini;, dll; lokasi: ‘koro dana’ ‘dalam kamar’. ‘bali tonga’ ‘ruang tamu’, ‘gyounga’ ‘di luar’, ‘aro uma’ ‘di depan rumah, dll; sebab: ‘oro’ ‘karena’, ‘gai’ ‘agar’, ‘ka’ supaya, ‘dll, Adverbial (waktu dan lokasi) posisinya memungkinkan untuk berada di depan atau di belakang klausa,

Ketiga, Proses meliputi enam tipe proses dengan jumlah pemakaiannya dalam klausa adalah 2678. Dari ke enam tipe proses. proses material paling banyak digunakan dengan komposisi pemakaiannya berjumlah 1069, disusul proses verbal dengan jumlah 553, proses relasional 409, proses 357, proses mental 258 dan perilaku 32. Proses material dan proses verbal dapat memiliki partisipan dua atau tiga. Mental proses dan relasional proses memiliki dua partisipan. Proses eksistensi dan peripesan yang disamlaku memiliki satu partisipan. Pemakaian proses dalam klausa pada teks KKWK ini mengindikasikan bahwa dalam mengekpresikan pengalaman pelibat dalam teks sangat berhati-hati dalam mengungkapkan keinginan serta mengulang kembali pernyataan dari pelibat lainnya. Hal ini dimaksudkan agar pelibat lainnya dapat mencermati dan menanggapi pesan yang disampaikan. Jika pesan yang disampaikan dicermati dan ditanggapi dengan baik maka tujuan pembicaraan tercapai dan pada akhirnya dapat diambil kesepakatan untuk ditindaklanjuti bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Brown G. and Yule George, 1983. Discourse Analysis. Camridge University Press Cambrige, London

David Rose, 2001 Some Variations in Theme across Languages, in Function of Language. .

David Rose, 2006. A Systemic Functional approach to Language Evolution. Cambridge Antropoly Journal 16:1, 73-96 Koori Centre, University of Sydney NSW: Australia

Eggins Suzanne. 1994. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. Pinter Publishers. London

Fairclough, Norman. 1995 Critical Discourse Analysis, The Critical Study of Language. London dan New York : Longman.

Halliday, M.A.K. 1961. Categories of the theory of grammar , dalam Halliday: System and Function in Languag, edited by G.R.Kress, 52-72. Oxford: OUP.

Halliday , M.A.K. 1977. Explorations in The Function of Language Edward Arnold (Publisher) Ltd. 25 Hill Street London

Halliday, M. A. K. (1985a. Systemic background. In J. D. Benson, & W. S. Greaves, Eds. Systemic Perspectives on Discourse, Volume 1. Selected Theoretical Papers from the 9th International Systemic Workshop (pp. 1  15). Norwood, NJ: Ablex Publishing

Corporation.

Halliday , M.A.K, and Hassan R. 1989. Language Context And Text: Aspect Of Language In A Social Semiotic Perspective. Deakin University . Australia

Halliday , M.A.K. 1985b. An Introduction to Functional Grammar. London:EdwardArnold.

Halliday,M.A.K. dan Mattin.J.R, 1993. Writing Science and Discursive Power. London: Falmer Pittsburgh: University of Pittsburgh Press.

Halliday,M.A.K.. 1994. Functional Grammar. Edward Arnol, a Member of the Headline Group. London Mebourne Auckland

Halliday,M.A.K. 2002. Linguistik Studies of Texts and Discourse. London. London: Continumm

Halliday,M.A.K. dan Matthiensen, M.,I.,M. Christian, 2004. An Introduction to Functional Grammar. Oxford University Press: Inc. New York

Haviland, John B. 2006. “Documenting Lexical Knowledge”. Dalam Nikolaus P. Himmelmann & Urike Mosel (Ed). Essentials of Language Documentation. Berlin, New York: Mouton de Gruyter.

Himmelmann, Nikolaus P. 2006a. “Language Documentation”. Dalam Nikolaus P. Himmelmann & Urike Mosel (Ed). Essentials of Language Documentation. Berlin, New York: Mouton de Gruyter.

Holton, Gary. 2005b. The Representation of Oral Literature and its Role in Language Revitalization. University of Alaska Fairbanks.

Kress Gunther and Hodge Robert. 1979. Language as Ideology. Routledge & Kegan Paul: London, Boston and Henley.

Ni Wayan Kasni, 2012. “Strategi Penggabingan Klausa Bahasa Sumba Dialek Waijewa” Disertasi. Denpasar: Universitas Udayana

Rasna, I.Wayan. 2009 “Teks Aji Blegodawa Sebuah Kajian Linguistik Sistemik Funsional. Disertasi. Denpasar: Universitas Udayana

Simpen I.Wayan. 2008. Sopan Santun Berbahasa Masyarakat Sumba Timur: Sebuah kajian Linguistik Kebudayaan. Penerbit Pustaka Larasati, Denpasar, Bali.

31