JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP

ISSN: 2442-5508

VOL. 9, NO. 2, OKTOBER 2023

Perencanaan Lanskap Daya Tarik Wisata Pantai Melasti, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung

Luh Putu Yulia Pradnya Pawitra1, Lury Sevita Yusiana1*, Ni Luh Made Pradnyawathi2

  • 1.    Prodi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia 800232

  • 2.    Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia 800232

*E-mail: [email protected]

Abstract

Melasti Beach Tourism Attractions Landscape Planning, Ungasan Village, South Kuta District, Badung. Melasti Beach is one of the natural tourist attractions in Badung Regency which is used for tourism activities and socio-religious activities. The increasing number of tourism activities in Melasti Beach demands that landscape arrangement consider its biophysical and socio-religious aspects. The purpose of this research is to make a planning for the Melasti Beach landscape that is harmonious between biophysical and socio-religious aspects. The method used is a survey with data collection techniques through observation, interviews and literature study. The research stages in this planning consist of inventory, analysis, synthesis and landscape planning. Analysis and synthesis of data was carried out spatially using an assessment level with the help of a Geographic Information System (GIS) to obtain three spatial zones that refer to the Tri Mandala concept, consisting of zones for tourism, buffers and religious sacred ones. The circulation plan is divided into primary and secondary circulation paths with the circulation designation for Visitors with Religious Interests (PDKK) and tourists on each circulation path. The main activity plan consists of tourism activities and religious activities.

Keywords: landscape planning, natural tourist attraction, spatial analysis, Tri Mandala

  • 1.     Pendahuluan

Jumlah pengunjung yang datang ke Daya Tarik Wisata (DTW) Pantai Melasti tahun 2019 mencapai 506.372 jiwa, jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2018 yang hanya berjumlah 174.313 jiwa (BUPDA Ungasan, 2019). Meskipun di tahun 2020 jumlah kunjungan sempat mengalami penurunan karena adanya penutupan DTW sementara akibat adanya peraturan dari pemerintah terkait pandemi, menurut pengakuan dari pengelola di akhir tahun 2021 jumlah kunjungan sudah mulai meningkat dengan diiringi dibuka kembalinya DTW Pantai Melasti. Semakin meningkatnya aktivitas kepariwisataan di DTW Pantai Melasti menuntut penataan lanskap dan pembangunan fasilitas penunjang yang tetap mempertimbangkan aspek-aspek biofisik dan sosial keagamaan yang ada di dalamnya. Merujuk wawancara awal dengan pengelola DTW Pantai Melasti, dalam jangka panjang pembangunan, penataan, pemanfaatan dan fungsi lanskap dengan segala fasilitas penunjangnya diarahkan agar berkelanjutan dan memiliki fungsi yang tidak saling tumpang tindih. Penggunaan kawasan Pantai Melasti sebagai DTW perlahan menggeser zona religi yang biasa digunakan masyarakat untuk aktivitas keagamaan terutama bagi agama Hindu. Sebagai konsekuensi dari penggunaan ruang untuk aktivitas pariwisata, pengunjung dengan kepentingan keagamaan yang didominasi masyarakat lokal terpaksa harus berbagi ruang publik dengan pengunjung (Sunarta dan Arida, 2017). Fenomena ini juga terjadi di DTW Pantai Melasti di mana ketika masyarakat melakukan aktivitas keagamaan bagi agama Hindu, masyarakat Desa Adat Ungasan biasanya berbagi ruang dengan pengunjung yang sedang berjemur, mandi, atau aktivitas berwisata lainnya. Beberapa kondisi ini membuat ketidaksesuaian bahkan kadang ketidaknyamanan dalam pemanfaatan ruang publik untuk kepentingan keagamaan (suci) dan wisata (profan).

Lanskap yang mempunyai potensi konflik pemanfaatan di DTW Pantai Melasti dalam jangka panjang juga akan memicu konflik antara pengunjung, yakni Pengunjung Dengan Kepentingan Keagamaan (PDKK) dan wisatawan. Lebih lanjut, kondisi ini akan menyebabkan tidak puasnya pengunjung karena dianggap menggagu privacy. Sebaliknya, dengan adanya perencanaan lanskap DTW yang baik akan memicu keharmonisan kegiatan sosial budaya khususnya keagamaan dengan aktivitas pariwisata. Berdasarkan kondisi empirik dan perkembangan permasalahan yang dihadapi DTW Pantai Melasti, maka perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut terkait perencanaan lanskap terutama pembagian ruang serta sirkulasi bagi para

pengunjung di DTW Pantai Melasti agar penggunaan ruang maupun sirkulasi yang ada tidak saling tumpang tindih. Hal tersebut pula yang mendasari adanya penelitian ini, berupa perencanaan lanskap DTW Pantai Melasti, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.

  • 2.     Metode

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di DTW Pantai Melasti, terletak di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali (Gambar 1). DTW Pantai Melasti memiliki luas keseluruhan sebesar 26 Ha, di mana 16,5 Ha di antaranya sudah dimanfaatkan untuk kegiatan wisata (BUPDA Ungasan, 2019). Status kepemilikaan lahan DTW Pantai Melasti adalah oleh Desa Adat Ungasan. Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Juni 2021 sampai Maret 2022.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

  • 2.2    Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat dalam penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan berupa perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunak (software) meliputi Microsoft Excel, Microsoft Word, AutoCAD 2019, SketchUp 2019, Adobe Photoshop CC 2019, Google Earth dan ArcMap 10.7. Sedangkan untuk perangkat keras (hardware) meliputi laptop, kamera, alat ukur (meteran) dan alat tulis. Bahan dalam penelitian ini adalah peta penggunaan lahan, peta topografi, data pasang surut air laut dan peta bahaya tsunami.

  • 2.3    Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara serta studi pustaka. Data dari hasil observasi dikumpulkan dengan pengamatan langsung di lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi aspek biofisik dan sosial keagamaan. Teknik wawancara (interview) dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada narasumber yakni pengelola DTW Pantai Melasti terkait data awal lokasi penelitian. Adapun teknik studi pustaka yaitu mencari data yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut bersumber dari literatur, laporan, publikasi, buku, hasil pencatatan yang dilakukan oleh pengelola DTW Pantai Melasti, instansi pemerintah terkait serta hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian.

Penelitian ini terdiri dari empat tahapan, dimulai dari inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan lanskap. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif kuantitatif dan spasial bertujuan untuk menjabarkan secara jelas dan sistematis data yang didapat, kemudian dianalisis secara spasial untuk mendapatkan sintesis yang bertujuan untuk membuat zonasi berdasarkan hasil skoring dan pembobotan. Hasil yang didapat dari penelitian ini berupa rekomendasi site plan yang terdiri dari tata ruang, tata sirkulasi dan tata aktivitas untuk DTW Pantai Melasti yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

  • 3.     Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Kondisi Umum

DTW Pantai Melasti memiliki luas area sebesar 26 Ha, di mana 16,5 Ha di antaranya sudah dimanfaatkan untuk kegiatan wisata (BUPDA Ungasan, 2019). Berlokasi di Jalan Pantai Melasti, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. DTW Pantai Melasti dikelola oleh Pengelola Utsaha Kawasan Pantai Melasti Ungasan dengan status kepemilikaan lahan oleh Desa Adat Ungasan. Batasan wilayah penelitian ini adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Jumana Bali Ungasan Resort dan Melasti Cliff Paragliding, sebelah timur berbatasan dengan Pantai Green Bowl atau Batu Pageh, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah barat berbatasan dengan Karma Kandara dan The Surga Villa Estate.

Gambar 2. Peta Awal Kawasan DTW Pantai Melasti

  • 3.2    Data dan Analisis Aspek Biofisik

Data yang dianalisis adalah kondisi biofisik lanskap pesisir pada daerah terestrial. Daerah terestrial (daratan) pada penelitian ini adalah daerah surut tertinggi hingga batas area daratan DTW Pantai Melasti menurut peta pengelola. Adapun data yang dianalisis terdiri dari penggunaan lahan pantai, lebar pantai, kemiringan lahan dan bahaya tsunami. Dari hasil analisis jenis penggunaan lahan secara spasial, kawasan DTW Pantai Melasti terbagi menjadi empat kategori penggunaan lahan, yaitu area peruntukan wisata, area peruntukan publik, belum terbangun serta area peruntukan privat dan jalur hijau. Penggunaan lahan yang ada didominasi oleh kategori area peruntukan wisata sebesar 35,38%, area peruntukan publik sebesar 28,81%, area peruntukan privat dan jalur hijau sebesar 27,61% dan belum terbangun sebesar 8,20% (Gambar 3).

Pasang surut air laut merupakan faktor yang menentukan lebar dari suatu pantai. Pengambilan data pasang surut di lapangan dilakukan pada bulan Oktober 2021 berdasarkan data perkiraan pasang surut air laut dari PUSHIDROSAL (2021) dengan beberapa pertimbangan dan diharapkan mampu menjadi simulasi awal mengenai kirasan pasang surut tertinggi di kawasan DTW Pantai Melasti. Dari data pasang surut tertinggi dan tanggal yang didapatkan, dilakukanlah observasi secara langsung di lapangan pada tanggal tersebut guna mengetahui sampai mana area daratan di DTW Pantai Melasti yang tidak tergenang air pada saat surut tertinggi dan pasang tertinggi. Berdasarkan hasil yang didapatkan, lebar pantai pada saat surut tertinggi adalah ± 160 m dan lebar pantai pada saat pasang tertinggi adalah ± 130 m dari area sekitar tebing yang bisa dimanfaatkan di DTW Pantai Melasti. Dari analisis tersebut maka diketahui bahwa lebar pantai di DTW Pantai Melasti masuk pada kategori baik untuk wisata menurut tabel acuan dari Yusiana et al. (2011) dengan kategori lebar >125 -150 m. Dari hasil analisis yang dilakukan secara spasial, luas area yang tidak tergenang air pada saat pasang tertinggi adalah seluas 15,24 ha atau sebesar 91,86% dari luas area keseluruhan (Gambar 4).

Kemiringan lahan yang ada di DTW Pantai Melasti sangat beragam, dalam analisis ini terbagi menjadi empat kategori (Yusiana et al., 2011) yaitu 0-8% yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas dengan frekuensi yang sangat tinggi, >8-15% untuk aktivitas dengan frekuensi tinggi, >15-25% untuk aktivitas dengan frekuensi

sedang dan >25% untuk aktivitas dengan frekuensi rendah. Persentase terbesar adalah kategori >25% yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas dengan frekuensi rendah yaitu sebesar 40,81% dari total area keseluruhan atau seluas 6,77 Ha (Gambar 5). Tingginya persentase kategori kemiringan lahan >25% di DTW Pantai Melasti membuat kawasan ini harus selalu dijaga kondisi lanskapnya agar tidak rusak.

Analisis bahaya tsunami di kawasan DTW Pantai Melasti dilakukan menggunakan acuan metode dari BNPB (2014), menggunakan unsur ketinggian tempat dan jarak dari garis pantai. Dari hasil analisis yang dilakukan berdasarkan acuan di atas, kawasan DTW Pantai Melasti terbagi menjadi dua kategori bahaya tsunami, yaitu kategori bahaya dan sangat bahaya. Kategori yang mendominasi adalah sangat bahaya dengan persentase 57,50% dari total area keseluruhan. Gambar 6 memperlihatkan bahaya tsunami secara spasial.

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan DTW Pantai Melasti Gambar 4. Peta Lebar Pantai DTW Pantai Melasti




Gambar 5. Peta Kemiringan Lahan DTW Pantai Melasti Gambar 6. Peta Bahaya Tsunami DTW Pantai Melasti

  • 3.3    Data dan Analisis Aspek Sosial Keagamaan

Data pada aspek sosial keagamaan ini dianalisis secara spasial. Analisis secara spasial dilakukan untuk menganalisis data penggunaan ruang berdasarkan aktivitas dan penggunaan ruang berdasarkan Tri Mandala di DTW Pantai Melasti. Penggunaan ruang berdasarkan aktivitas yang ada di DTW Pantai Melasti secara garis besar terdiri dari 3 jenis yaitu aktivitas wisata, budaya dan keagamaan. Penggunaan ruang untuk kategori aktivitas wisata yang ada di DTW Pantai Melasti terdiri dari area yang memiliki peruntukan aktivitas wisata, seperti atraksi dan fasilitas pendukung wisata. Kategori aktivitas budaya terdiri dari area yang memiliki peruntukan aktivitas budaya. Aktivitas budaya yang ada di DTW Pantai Melasti dapat dibagi menjadi 2 jenis: budaya yang bersifat keagamaan dan budaya yang dapat dimanfaatkan untuk wisata, seperti penampilan tari kecak serta pagelaran budaya lainnya. Kategori aktivitas keagamaan terdiri dari area yang memiliki peruntukan aktivitas suci keagamaan berupa tempat/area suci yang tidak sembarangan orang dapat menggunakannya. Dari hasil analisis yang dilakukan, penggunaan ruang berdasarkan aktivitas yang ada didominasi oleh kategori aktivitas wisata sebesar 92,95% (Gambar 7).

Penggunaan ruang berdasarkan Tri Mandala. Karena adanya prinsip budaya lokal agama Hindu yang masih kental di DTW Pantai Melasti, maka dalam penggunaan ruang yang ada harus pula mempertimbangkan

konsep Tri Mandala yaitu menurut Priyoga dan Sudarwani (2018) adalah pembagian ruang/area yang ada berdasarkan tingkat kesuciannya. Hal tersebutlah juga yang menjadi pertimbangan bahwa faktor ini memiliki bobot yang paling besar di antara faktor-faktor lainnya (bobot=50), karena dalam pemanfaatan area dengan tingkat kesucian tinggi di DTW Pantai Melasti tidak dapat ditumpang-tindihkan dengan penggunaan ruang profan. Dari hasil analisis penggunaan ruang berdasarkan Tri Mandala yang dilakukan, DTW Pantai Melasti terbagi menjadi 3 kategori yaitu Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista Mandala. Penggunaan ruang untuk kategori Utama Mandala di DTW Pantai Melasti terdiri dari area dengan peruntukan suci keagamaan berupa tempat / area suci. Kategori Madya Mandala terdiri dari area transisi Utama Mandala, area dengan peruntukan budaya yang bersifat keagamaaan dan profan tertentu. Sedangkan kategori Nista Mandala terdiri dari area dengan peruntukan profan. Penggunaan ruang yang ada didominasi oleh kategori Nista Mandala sebesar 91,98%, kemudian Madya Mandala sebesar 6,39% dan Utama Mandala sebesar 1,63% (Gambar 8).



Gambar 7. Peta Penggunaan Ruang berdasarkan Gambar 8. Peta Penggunaan Ruang berdasarkan Tri Aktivitas di DTW Pantai Melasti                     Mandala di DTW Pantai Melasti

  • 3.4    Sintesis

Sintesis merupakan tahap untuk mencari penyelesaian dari semua masalah dan pengembangan potensi yang terdapat di DTW Pantai Melasti. Pada tahapan ini akan dijelaskan mengenai sintesis dari masing masing aspek yaitu aspek biofisik dan sosial keagamaan. Hasil sintesis aspek biofisik pada tahap ini menghasilkan penentuan zonasi atau alokasi ruang dari aspek biofisik secara spasial yang berguna untuk mengetahui tingkat kesesuaian wisata berdasarkan aspek biofisik yang ada di DTW Pantai Melasti. Adapun tabel pembagian zona berdasarkan capaian nilai yang didapatkan dari perhitungan total nilai acuan standar penilaian aspek biofisik dari Yusiana et al. (2011) dengan modifikasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan peta dari hasil overlay aspek biofisik dapat dilihat pada Gambar 9.

Tabel 1. Pembagian Zona Tingkat Kesesuaian Wisata berdasarkan Aspek Biofisik

No       Tingkat Kesesuaian        Capaian Nilai

1   Tidak Sesuai untuk Wisata       100 –200

2   Sesuai untuk Wisata             201 –300

3   Sangat Sesuai untuk Wisata      301 –400

Hasil sintesis aspek sosial keagamaan pada tahap ini menghasilkan penentuan zonasi secara spasial, berguna untuk mengetahui penilaian penggunaan ruang berdasarkan aspek sosial keagamaan yang ada di DTW Pantai Melasti. Adapun tabel pembagian zona berdasarkan capaian nilai dari penggunaan ruang berdasarkan aspek sosial keagamaan yang didapatkan dari hasil observasi keadaan di lapangan dan diskusi bimbingan seperti pada Tabel 2 serta peta dari hasil overlay aspek sosial keagamaan seperti pada Gambar10. 3.5 Konsep Perencanaan Lanskap

Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah pengembangan tatanan lanskap DTW Pantai Melasti yang berkelanjutan, selaras antara fungsi sosial keagamaan dan aktivitas pariwisata / profan berlandaskan konsep Tri Mandala. Perencanaan ini didukung oleh aspek biofisik, wisata dan sosial keagamaan yang kuat di

DTW Pantai Melasti. Konsep budaya lokal Tri Mandala dipilih sebagai landasan dalam konsep dasar perencanaan ini karena mampu menjawab tujuan utama perencanaan dengan memperhatikan potensi dan pemecahan masalah yang didapatkan melalui tahap analisis dan sintesis. Dalam konsep ini ditentukan zona ruang yang sesuai melalui overlay pada peta tingkat kualitas aspek biofisik dan peta penggunaan ruang berdasarkan aspek sosial keagamaan di DTW Pantai Melasti. Pembagian zona yang didapatkan dari hasil overlay ini adalah zona pemanfaatan wisata, zona buffer dan zona suci keagamaan. Adapun tabel pembagian zona berdasarkan jumlah nilai yang didapatkan dari perhitungan penggabungan capaian nilai aspek biofisik dan sosial keagamaan dapat dilihat pada Tabel 3 serta peta hasil overlay (zona ruang) pada Gambar 11.

Tabel 2. Pembagian Zona Penggunaan Ruang berdasarkan Aspek Sosial Keagamaan

No Penggunaan Ruang    Capaian Nilai

1             Sakral               75 - 125

2         Campuran          126 - 175

3            Profan             176 - 225

Gambar 9. Peta Kesesuaian Wsiata berdasarkan     Gambar 10. Peta Penggunaan Ruang berdasarkan

Aspek Biofisik                     Aspek Sosial Keagamaan di DTW Pantai Melasti

Tabel 3. Capaian Nilai Pembagian Zona Ruang di DTW Pantai Melasti No       Zona Ruang        Jumlah Nilai

1   Suci Keagamaan         175 –325

2   Buffer                    326 -475

3   Pemanfaatan Wisata      476 -625

Gambar 11. Peta Zona Ruang DTW Pantai Melasti

  • 3.6    Perencanaan Lanskap

    • 3.6.1    Tata Ruang

Rencana tata ruang di DTW Pantai Melasti terdiri dari tiga zona utama yang didapatkan dari tahap konsep sebelumnya. Zona tersebut terdiri atas zona pemanfaatan wisata, zona penyangga (buffer) dan zona suci keagamaan yang memiliki sub ruang pada tiap zonanya. Pembagian zona dalam perencanaan lanskap wisata dengan kawasan suci di dalamnya harus memperhatikan aspek kesucian tempat suci yang ada serta kondisi lingkungan agar tidak melanggar radius kesucian pura/tempat suci yang ada (Dewi, 2013), sehingga pembagian zona pada rencana tata ruang ini sangat relevan untuk diterapkan di lapangan karena telah sesuai dengan hal tersebut.

Zona pemanfaatan wisata dikembangan untuk menampung aktivitas dan fasilitas wisata serta aktivitas budaya yang dimanfaatkan untuk wisata karena zona ini merupakan zona yang memenuhi persyaratan sebagai area wisata, kerentanan rendah dan dapat didayagunakan. Zona buffer dikembangkan untuk menampung aktivitas dan fasilitas wisata tertentu serta aktivitas budaya yang bersifat keagamaan. Pada zona buffer ini diperbolehkan adanya sedikit pembangunan dengan pertimbangan yang tinggi pada pekerjaan konstruksinya dan penilaian pada dampak lingkungannya. Zona suci keagamaan dikembangkan untuk menampung aktivitas suci keagamaan dengan penggunaan dan kegiatan yang terbatas dan berdasarkan aturan serta kebijakan dari pihak pengelola serta adat agama Hindu. Pada zona ini tidak boleh dibangun fasilitas wisata serta tidak ada aktivitas wisata yang dikembangkan. Adapun peta tata ruang DTW Pantai Melasti dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Peta Tata Ruang DTW Pantai Melasti

  • 3.6.2    Tata Sirkulasi

Rencana tata sirkulasi pada perencanaan di DTW Pantai Melasti ini menyesuaikan dengan kondisi biofisik tapak. Pengembangan sirkulasi dilakukan berdasarkan kondisi kebutuhan tapak dan ruang-ruang yang ada, sehingga perlu untuk membagi jalur sirkulasi berdasarkan kegunaannya (Simond, 1983). Tata sirkulasi dibagi menjadi dua jenis yaitu jalur sirkulasi primer dan sekunder dengan peruntukan sirkulasi yang dibedakan menjadi dua yakni PDKK dan wisatawan pada masing masing jalur sirkulasinya (Gambar 13). Jalur sirkulasi primer berupa jalan beraspal ini menghubungkan kawasan penelitian dengan kawasan luar, akses utama untuk memasuki kawasan wisata serta menghubungkan zona-zona yang ada pada tata ruang perencanaan. Sirkulasi sekunder merupakan jalur yang menghubungkan jalur primer dengan sub ruang pada zona- zona ruang yang ada. Jalur ini berupa jalan setapak dan jalur khusus kegiatan keagamaan melasti yang sekaligus dimanfaatkan sebagai jalur evakuasi bencana tsunami utama karena letak yang strategis, keefisienan dalam mencapai area yang lebih tinggi dan pintu keluar serta sesuai standar. Adapun peta jalur, petunjuk dan titik kumpul sementara evakuasi bencana tsunami di DTW Pantai Melasti dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 13. Peta Tata Sirkulasi DTW Pantai Melasti

Gambar 14. Peta Evakuasi Tsunami

  • 3.6.3    Tata Aktivitas

Menurut Sunarta dan Arida (2017), konsekuensi dari penggunaan ruang untuk aktivitas pariwisata adalah terjadinya tumpang tindih antara aktivitas wisata dengan aktivitas keagamaan yang didominasi masyarakat lokal. Masyarakat lokal yang melakukan aktivitas keagamaan terpaksa harus berbagi ruang publik dengan wisatawan. Dari hal tersebut, maka tata aktivitas yang direncanakan di DTW Pantai Melasti yaitu berupa aktivitas wisata dan aktivitas keagamaan akan diatur pada setiap ruang yang ada agar tidak saling tumpang tindih dan memicu konflik pemanfaatan. Aktivitas wisata yang ada adalah kegiatan wisatawan yang dilakukan di DTW Pantai Melasti, terdiri dari aktivitas budaya yang dapat dimanfaatkan untuk wisata, aktivitas wisata kuliner, wisata alam, wisata buatan, wisata edukasi dan aktivitas wisata lainnya. Selanjutnya, aktivitas wisata ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu: aktivitas wisata aktif dan pasif. Aktivitas keagamaan adalah kegiatan PDKK di DTW Pantai Melasti, yang terdiri dari aktivitas budaya yang bersifat keagamaan seperti ngangkid, nganyud dan nyekah serta kegiatan suci keagamaan khususnya bagi umat Hindu lainnya seperti hari raya Galungan, Kuningan, upacara piodalan Pura Segara, melasti dan lainnya.

Dalam tata aktivitas ini dicari pula daya dukung fisik (Physical Carrying Capacity/PCC), dalam penelitian ini merupakan jumlah maksimum pengunjung secara berkelompok (maksimal 5 orang/kelompok) yang dapat ditampung oleh luas area DTW Pantai Melasti yang aman dan dapat mengakomodasi pengunjung. Hal tersebut dipakai berdasarkan pertimbangan kondisi saat ini yang sudah memasuki era new normal dan kecendrungan pengunjung yang datang dengan kelompok kecil seperti keluarga atau teman. Hasil yang didapatkan dari perhitungan yang dilakukan berdasarkan acuan rumus dari Sayan (2011) adalah 9.543, artinya DTW Pantai Melasti secara fisik dapat menampung jumlah kunjungan pengunjung sebanyak 9.543 kelompok kecil pengunjung/hari. Untuk rencana antara ruang, aktivitas dan fasilitas yang menggambarkan aktivitas serta fasilitas yang diperlukan pada masing masing zona ruang yang ada dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rencana Ruang, Fungsi, Aktivitas dan Fasilitas

Zona Ruang

Sub Ruang

Fungsi

Aktivitas

Fasilitas

Luas (m2)

Area

Anjungan

Wisata dan rekreasi terpadu

Berfoto, melihat pemandangan.

Tempat sampah, sirkulasi (jalan setapak), fasilitas informasi wisata, toilet

4.873,09

Area rekreasi air tidak rawan pasang

Wisata dan rekreasi terpadu

Melihat pemandangan, berfoto, berenang, permainan air, bermain kano, kegiatan penelitian, berjemur.

Tempat sampah, sirkulasi (jalan setapak), fasilitas informasi wisata, toilet dan area shower, lounge chairs, changing room untuk prewedding, spot foto, tempat cuci tangan, pos life guard.

14.803,57

Area

Wisata dan

Pertemuan komunitas,

Amphitheater, ruang

2.192,03

Zona

Pertunjukan

rekreasi

pesta, berfoto, menonton

pertemuan, toilet, tempat

Pemanfaatan Wisata

budaya dan pertemuan

terpadu

pertunjukan budaya.

sampah, loket tiket (Panggung Budaya Praharsacitta)

Area kuliner, souvenir dan beach club

Wisata dan rekreasi terpadu

Makan dan minum, berbelanja, membeli oleh-oleh, berfoto.

Restoran, kios oleh – oleh, beach club.

11.532,99

Taman dan area berkumpul

Wisata dan rekreasi terpadu

Berfoto, beistirahat, melihat pemandangan.

Bangku taman, gazebo, tempat sampah, fasilitas informasi wisata, changing room untuk prewedding, spot foto.

5.538,40

Landasan terbang helikopter Area rekreasi air rawan pasang

Wisata dan rekreasi terpadu Wisata dan rekreasi tertentu

Lepas landas dan landing helikopter.

Berenang, permainan air, bermain kano, berfoto, kegiatan penelitian, melihat pemandangan.

Landasan terbang helikopter.

-

1.221,73

10.704,32

Zona Buffer

Area dengan pemanfaatan campuran

Area lahan kosong

Religi, wisata dan rekreasi tertentu

Penyangga

Berfoto, kegiatan penelitian, melihat pemandangan, upacara nganyud, nyekah, ngangkid, melukad, iring iringan melasti, evakuasi bencana tsunami Kegiatan penelitian, potensi pengembangan wisata.

Papan larangan aktivitas wisata aktif dan berjemur, papan pemberitahuan jalur evakuasi bencana tsunami

-

8.848,51

13.648,50

Area tebing batu kapur

Ekologis

Konservasi, kegiatan penelitian, berfoto, melihat pemandangan.

Name sign Pantai Melasti

9.098,91

Area jalur hijau

Ekologis

Konservasi

-

42.105,34

Zona Ruang

Sub Ruang

Fungsi

Aktivitas

Fasilitas

Luas (m2)

Zona Buffer

Area parkir

Pelayanan

Memarkir kendaraan, keamanan

Tempat parkir, pos parkir, toilet, lampu penerangan

8.072,25

Lanjutan Tabel 4. Rencana Ruang, Fungsi, Aktivitas dan Fasilitas

Welcome area dan spot foto

Area pengelola

Penerimaan dan identitas Pusat informasi dan pelayanan

Akses keluar masuk tapak, membeli tiket, berfoto.

Pengelolaan, memperoleh informasi wisata kawasan, kegiatan penelitian.

jalan, fasilitas informasi wisata.

Gerbang masuk (name sign), loket tiket, spot foto.

Kantor pengelola, fasilitas informasi wisata.

3.177,93

582,91

Pura Segara

Religi dan keagamaan

Bersembahyang, upacara piodalan Pura Segara, melasti dan upacara agama lainnya.

Bangunan Pura Segara

1.763,77

Zona Suci Keagamaan

Pura

Pelangka

Religi dan keagamaan

Bersembahyang, upacara piodalan Pura Pelangka, ngangkid dan upacara agama lainnya.

Bangunan Pura Pelangka

240,24

Pelinggih

Religi dan keagamaan

Bersembahyang, upacara ngangkid dan upacara agama lainnya.

Bangunan pelinggih, papan pemberitahuan batas kesucian area dan himbauan.

148,69

Area suci pantai (melasti)

Religi dan keagamaan

Upacara melasti dan upacara agama lainnya.

Papan larangan aktivitas wisata dan portal jalan penutup sirkulasi

796,03

3.6.4 Site Plan

Pembuatan site plan ini berdasarkan aspek biofisik dan sosial keagamaan yang menghasilkan zona

pemanfaatan wisata, buffer dan suci keagamaan. Hasil penggabungan perencanaan lanskap tata ruang,

sirkulasi dan aktivitas tersebut kemudian direpesentasikan dalam gambar site plan DTW Pantai Melasti yang

dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Site Plan DTW Pantai Melasti

  • 4.     Penutup

    • 4.1    Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah didapatkan dan dianalisis, maka dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Konsep dasar yang diterapkan yaitu pengembangan tatanan lanskap DTW Pantai

Melasti yang berkelanjutan, selaras antara fungsi sosial keagamaan dan aktivitas pariwisata/profan berlandaskan konsep Tri Mandala. Pembagian zona ruang yang dihasilkan dibagi menjadi tiga zona utama yaitu zona pemanfaatan wisata, buffer dan suci keagamaan. Rencana tata sirkulasi dibagi menjadi dua jenis yaitu jalur sirkulasi primer dan jalur sirkulasi sekunder dengan peruntukan sirkulasi yang dibedakan menjadi dua yakni PDKK dan wisatawan pada masing masing jalur sirkulasinya. Rencana tata aktivitas utama pada perencanaan ini terdiri aktivitas wisata dan aktivitas keagamaan. Aktivitas wisata yang ada dibagi lagi menjadi dua kategori,yaitu aktivitas wisata aktif dan aktivitas wisata pasif.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian berupa perencanaan lanskap DTW Pantai Melasti ini, adapun kekurangannya dalam penelitian ini adalah data pasang surut air laut yang digunakan dalam penentuan lebar pantai yang aman dari pasang surut air laut tertinggi belum diambil di bulan pada saat pasang dan surut paling tinggi terjadi serta belum adanya tata vegetasi. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan agar dalam penelitian selanjutnya dapat dianalisis lebih lanjut terkait penentuan lebar pantai yang sesuai dengan data pasang surut air laut pada bulan dengan kisaran pasang surut tertinggi serta penelitian lebih lanjut terkait desain penanaman vegetasi yang sesuai dengan kondisi eksisting dari DTW Pantai Melasti.

  • 5.     Daftar Pustaka

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2014). Pedoman Penyusunan Peta Risiko Tsunami Tingkat Kabupaten/Kota. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Jakarta.

BUPDA (Bhaga Utsaha Padruwen Desa Adat) Ungasan. (2019). Buku Laporan Akhir Tahun. Bhaga Utsaha Padruwen Desa Adat Ungasan. Ungasan.

Dewi, M. H. U., C. Fandeli, M. Baiquni. (2013). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal Kawistara, 3(2):117-226. ISSN: 2355-5777.

Priyoga, I., dan M. M. Sudarwani. (2018). Kajian Pola Ruang dan Rumah Adat Desa Penglipuran Bali. Prosiding Semarnusa IPLBI, 66-72.

PUSHIDROSAL (Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut). (2021). Data Pasang Surut Air Laut Pelabuhan Benoa Tahun 2021. Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut. Jakarta.

Simonds, JO. (1983). Landscape Architecture: A Manual Site Planning and Design. McGraw-Hill. New York. Sunarta, N., dan N. S. Arida. (2017). Pariwisata Berkelanjutan. Cakra Press. Denpasar.

Yusiana, L. S., S. Nurisjah, D. Soedharma. (2011). Perencanaan lanskap wisata pesisir berkelanjutan di Teluk Konga, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Lanskap Indonesia, 3(2), 66-72. Retrieved from https://journal.ipb.ac.id/index.php/jli/article/view/5749

Sayan, M. S. dan Atik, M. (2011). Recreation Carrying Capacity Estimates for Protected Areas: A Study of Termessos National Park. Ekoloji, 66-74. doi: 10.5053/ekoloji.2011.7811.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap

JAL | 261