Perencanaan alun-alun Tastura Kota Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
on
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP
ISSN: 2442-5508
VOL. 8, NO. 2, OKTOBER 2022
Perencanaan Alun-Alun Tastura Kota Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
Harry Sandhi1, Lury Sevita Yusiana1*, Cokorda Gede Alit Semarajaya1
-
*E-mail: lury.yusiana@unud.ac.id
Abstract
Planning for Praya City Tastura Square, Central Lombok, West Nusa Tenggara. Tastura Square is one of the city parks in Central Lombok Regency which has an area of 24.750 m2 (2,47 ha) or contributes 0,17% of Green Open Space (GOS) of Praya City. Apart from being a city park, Tastura Square also has several other functions such as City GOS and recreational areas for the surrounding community. In other words, Tastura Square functions as a place of entertainment for the community, and a place to spend time with family as well as the performance of several local cultural attractions. This research aims to accommodate the cultural activities of the local community while maintaining its function as GOS for Praya City. This study used a survey method with observation techniques, interviews, questionnaires and literature study. The basic concept of this research is Tatas Tuhu Trasna which is the motto of Central Lombok which forms the basic foundation in the site planning process. The final result of this research is the planning of GOS in Tastura Square which is divided into three main spaces, namely, the educational environment space (Tatas), the social space (Tuhu) and the cultural space (Trasna) with two buffer spaces namely the reception space and the supporting space. Further research is needed regarding the design of green open space in Tastura Square to pay more attention to aspects of site area management.
Keywords: culture, landscape planning, public green open space
-
1. Pendahuluan
Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu kabupaten yang ikut serta dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Lombok Tengah saat ini mempunyai Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) seluas 1.406,10 ha. Jumlah itu sekitar 23% dari luas Kota Praya, yaitu 61,26 km2 (6.126 ha) (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Tengah, 2019). Alun-alun Tastura merupakan salah satu taman kota di Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki luas 24.750 m2 (2,47 ha) atau menyumbang RTH sebesar 0,17% dari luasan ruang terbuka hijau publik (RTHP) di Kota Praya. Masyarakat memanfaatkan alun-alun tersebut sebagai alternatif hiburan, rekreasi, serta tempat berkumpul bagi masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan musik, pentas seni, budaya lokal dan karnaval budaya yang rutin diadakan oleh pemerintah setiap tahunnya. Banyak aktivitas di sekitar Alun-alun Tastura, baik aktifitas sehari-hari maupun aktifitas budaya, tidak dapat terpisahkan dari adat dan tradisi masyarakat lokal. Oleh karena itu, perlu adanya perencanan Alun-alun Tastura untuk mewadahi berbagai kegiatan masyarakat sekaligus untuk mempertahankan fungsi alun-alun sebagai RTH Kota Praya. Tujuan penelitian ini adalah menata Alun-alun Tastura sebagai wadah kegiatan budaya masyarakat lokal dengan tetap mempertahankan fungsi sebagai RTH Kota Praya, Sehingga potensi Alun-alun Tastura dapat dimaksimalkan dan masyarakat dapat menikmati fasilitas yang ada di Alun-alun Tastura.
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni 2019 sampai dengan Bulan Mei 2020. Penelitian ini berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Kota Praya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (Gambar 1). Area ini memiliki luas 24.750 m2 (2,47 ha)
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Alun-alun Tastura Kota Praya a) Pulau Lombok, b) Kota Praya, c) Alun-alun Tastura (Sumber: Google Earth, 2019)
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera digital, alat tulis, serta komputer yang didukung oleh perangkat lunak berupa Microsoft Office Word, Microsoft Office Excel, Auto Cad, SketchUp, Lumion Google Earth, dan Photoshop. Bahan yang digunakan berasal dari literasi umum dan data dari dinas BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), BAPPEDA (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) dan DKPP (Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman).
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan data yaitu pengamatan langsung atau observasi, wawancara, kueisioner dan studi pustaka. Wawancara dilakukan kepada ahli budaya/budayawan dan pihak pemerintah yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Tengah. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang budaya lokal setempat. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling, dengan pengambilan sampel atau penyebaran kuesioner kepada 30 responden (Gay dan Diehl, 1992). Penyebaran kuesioner diisi oleh 30 orang yang pernah mengunjungi taman dari berbagai macam kalangan sebagai responden sampel. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan yang mencakup karakteristik pengunjung taman, fasilitas penunjang yang diharapkan dan saran terhadap pengembangan budaya pada taman. Penyebaran kuesioner bertujuan untuk mengetahui karakter dan persepsi pengguna tapak serta kesesuaian budaya lokal di ruang terbuka publik. Sampel tersebut kemudian diolah dan menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan Alun-alun Tastura. Kuesioner yang dibagikan berisi pertanyaan yang mencakup karakteristik pengunjung taman, fasilitas yang diharapkan pengunjung dan saran terhadap pengembangan budaya pada taman. Penelitian ini didasarkan pada tahapan penelitian yang dikemukakan oleh Gold (1980) dalam proses perencanaan yaitu tahapan persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan tapak.
Alun-alun Tastura terletak di tengah Kota Praya, tepatnya di Kelurahan Praya, Kecamatan Praya. Kecamatan Praya merupakan pusat Kabupaten Lombok Tengah dengan luas wilayah mencapai 6.126 ha dan terdiri dari 14 desa/kelurahan (5 desa dan 9 kelurahan). Fungsi Alun-alun Tastura saat ini dapat dikatakan sebagai alun-alun kota karena sebagian besar kegiatan olahraga, kegiatan komersial, dan kegiatan sosial (upacara) dilakukan di sini. Taman ini juga merupakan tempat yang menarik untuk di kunjungi oleh seluruh kalangan masyarakat yang biasanya didominasi oleh kalangan anak muda yang melakukan aktivitas olahraga. Tidak jarang juga komunitas-komunitas yang menjadikan Alun-alun Tastura sebagai tempat berkumpul seperti komunitas seni, basket, motor dan sebagainya. Aktivitas dimulai sejak pagi hingga malam hari. Aktivitas pada pagi hari umumnya adalah kegiatan olah raga, sedangkan aktivitas pada malam hari umumnya adalah komersil, yaitu adanya pedagang-pedagang informal yang menjual makanan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Lombok Tengah dalam Angka Tahun 2019, jenis tanah di Kecamatan Praya didominasi oleh tanah jenis regosol coklat. Tanah regosol merupakan jenis tanah yang merupakan butiran kasar yang berasal dari meterial erupsi gunung berapi, dengan demikian
tanah regosol merupakan salah satu hasil dari peristiwa vulkanisme. Alun-alun Tastura berada yang berada di Kota Praya memiliki ketinggian yang berkisar antara 0-100 m dpl dan memiliki kelerengan rata-rata relatif datar yaitu (0-2%). Elevasi terendah berada di bagian tengah tapak dengan penutupan lahan berupa rumput dan elevasi tertinggi berada di bagian pinggiran tapak dengan penutupan lahan berupa jalur pedestrian.
Alun-alun Tastura memiliki beberapa sumber air yang bisa di manfaatkan antara lain yaitu sumur bor yang diperuntukkan untuk kebutuhan air bersih, dan PDAM sumber air untuk air mancur, penyiraman tanaman dan kebutuhan lainnya. Jenis drainase pada alun-alun Tastura berupa saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup. Vegetasi eksisting yang ditemukan pada area tapak didominasi oleh pohon-pohon besar dan semak yang tersebar secara tidak merata dan tidak tertata. Satwa yang di temukan di area tapak pada umumnya banyak di temukan di lingkungan sekitar, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan yang masih alami. Beberapa satwa yang umum ditemukan di area tapak antara lain capung, jangkrik, belalang, kupu-kupu, kadal, kodok dan burung gereja.Sirkulasi jaringan jalan pada tapak dapat diakses dari empat jalan lokal primer yang mengelilingi dan membentuk pola grid. Kawasan ini sangat mudah di akses karena merupakan pusat aktivitas masyarakat dan terdapat berbagai fasilitas umum lainnya seperti sekolah, gedung perkantoran, masjid pasar dan lainnya. Fasilitas yang tersedia di Alun-alun Tastura meliputi fasilitas olah raga terdiri yang dari lapangan voli, basket, sepak takraw dan panjat tebing. Fasilitas lainnya yaitu air mancur merupakan salah satu fasilitas yang menjadi icon di Alun-alun Tastura yang menarik minat pengunjung untuk dating serta memiliki beberapa jaringan utilitas seperti jaringan listrik, penerangan dan saluran drinase.
Berdasarkan data iklim hasil pengamatan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pronsi Nusa Tenggara Barat dalam priode lima tahun terakhir yaitu tahun 2015-2019, seperti temperatur (suhu) udara, kelembaban udara, kecepatan angin, curah hujan dan penyinaran matahari. Selama tahun 2015-2019, suhu udara tertinggi rata-rata di Kabupaten Lombok Tengah mencapai 32,5ºC dan terendah mencapai 20,8ºC dengan rata-rata suhu 26,3ºC. Rata-rata kelembaban udara sekitar 83,59% dan penyinaran matahari sekitar 78,47%. curah hujan rata-rata per bulan 142,87 mm3.
Kondisi tapak bisa dikatakan sangat strategis karena berada di pusat Kota Praya yang berada di pusat perkantoran, pertokoan, pemukiman dan pemerintahan sehingga mudah di akses oleh masyarakat setempat. Posisi Alun-alun Tastura berorientasi ke utara dan berada dalam satu garis lurus dengan Gunung Rinjani sehingga memiliki view yang cukup bagus dan sudah memiliki batasan yang jelas. Secara fisik lokasi tapak berbatasan langsung dengan kantor-kantor pemerintahan di sebelah Selatan dan sebelah Barat. Sebelah utara berbatasan langsung dengan sekolah-sekolah. Sedangkan sebelah timur berbatasan langsung dengan pertokoan dan pemukiman masyarakat. Lokasinya yang strategis menjadikan Alun–alun Tastura ramai dikunjungi untuk berbagai aktivitas, namun kondisi alun–alun yang tidak terawat membuat alun–alun tidak nyaman untuk dinikmati. Oleh karena dibuatlah rencana pengembangan wilayah dengan penataan ruang dan zonasi antar ruang berdasarkan pemanfaatan dan fungsi ruang. Pemanfaatan vegetasi dapat digunakan sebagai pembatas antar ruang di Alun-alun Tastura.
Kondisi tanah di Alun-alun Tastura berjenis regosol yang sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan karena tanah ini sangat subur kaya akan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Karakteristik jenis tanah yang subur ini cukup potensial dalam pertumbuhan dan perkembangan semua jenis vegetasi dan memudahkan perencanaan fasilitas-fasilitas pendukung taman lainnya. kondisi topopgrafi dan kemiringan tapak di Alun-alun Tastura termasuk dalam kategori datar. Menurut Booth (1983), dalam Veggyana (2016), tapak yang datar merupakan tapak yang ideal dan dapat dikembangkan secara maksimal. Alun-alun Tastura merupakan tapak yang tergolong datar sehingga memudahkan untuk penempatan fasilitas dan utilitas serta sangat memungkinkan untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Tapak datar selain memiliki banyak potensi ternyata juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Hakim dan Utomo (2002) tapak datar memiliki lebih sedikit keragaman view jika dibandingkan dengan tapak berkontur, oleh sebab itu diperlukan suatu aksen yang menarik untuk menghilangkan kesan monoton pada tapak. Aksen yang akan diberikan berupa air mancur dan beberapa patung agar tidak terkesan monoton. Aksentuasi akan menciptakan kontras dan kesan berbeda terhadap elemen lainnya sehingga akan menarik perhatian.
Intensitas penyinaran pada tapak bisa di katakan cukup nyaman bagi pengunjung yaitu berkisar sekitar 78,47%. Sinar matahari yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman dalam proses fotosintesis juga sudah cukup baik karena memiliki intensitas cahaya matahari yang cukup optimal untuk tanaman. Kecepatan angin rata-rata di Kota Praya termasuk dalam katagori angin sangat lemah dan angin lemah yaitu antara 4-7 knot dan 8-12 knot. Arah angin sangat penting untuk membantu memudahkan dalam pemetaan vegetasi, sirkulasi udara dan perencaan yang sesuai untuk meminimalisir turbulensi yang terjadi dalam proses perencaan suatu tapak. Salah satu cara dengan penanaman pohon untuk meminimalisir adanya turbulensi.
Akan tetapi terdapat beberapa permasalah yang terjadi pada musim kemarau yaitu kondisi tanah di Alun-alun Tastura menjadi gersang dan tandus pada area tertentu, kondisi tanah mengeras dan memadat karena sering dilewati kendaraan bermotor. Sedangkan pada musim penghujan sebaliknya yaitu kondisi tanah menjadi becek dan berlumpur tergenang oleh air hujan karena kurangnya serapan air pada tapak. Meskipun memiliki tanah regosol akan tetapi jika resapan air kurang dapat menyebabkan genangan. Oleh karena itu dibuatlah sumur resapan agar air tidak menggenang dan pembuatan trotoar dengan tinggi 30 cm untuk menutup akses kendaraan sehingga taman menjadi bebas dari kendaraan bermotor.
Saat musim hujan terdapat genangan air dibeberapa titik dan posisi taman yang lebih rendah dari jalan raya serta adanya sampah yang menyumbat selokan membuat aliran air kurang maksimal. Genangan yang sering terjadi saat hujan menunjukkan kurang baiknya sistem drainase yang terdapat pada alun-alun dan ditambah lagi pada musim penghujan curah hujan di Kota Praya cukup tinggi. Genangan sering terjadi pada area lapangan berumput sehingga mengganggu aktivitas pengunjung yang ingin berolahraga dan melakukan aktivitas lainnya. Oleh karena itu pembuatan sistem irigasi tertutup yang terintegrasi dengan sistem irigasi utama diperlukan untuk mengatasi kondisi air yang menggenang. Pembuatan resapan air juga dapat membantu mengurangi genangan air di beberapa area taman. Ditambahkan juga tempat sampah di titik tertentu untuk mengurangi pengunjung membuang sampah sembarangan yang menyebabkan saluran air tersumbat. Selain itu, Alun-alun Tastura memiliki beberapa sumber air yang berasal dari PDAM, sumur bor, dan bendungan Batujai yang dapat digunakan untuk penyiraman dan kebutuhan air bersih. Akan tetapi kurangnya tempat penampungan air menyebabkan pemanfaatan sumber air kurang maksimal ditambah lagi adanya kran yang bocor membuat semakin boros air. Oleh kerena itu perlu dibuat penampungan air atau reservoir. Adanya penampungan air dimaksudkan untuk memaksimalkan pemafaatan sumber air yang ada di tapak dan dengan adanya penampungan air dapat digunakan untuk penghemat pengeluaran untuk perawatan taman.
Jaringan jalan dan sirkulasi pada Alun-alun Tastura dapat diakses dari empat jalan lokal primer dan membentuk pola grid. Sehingga lokasi tapak dapat dengan mudah di akses melalui berbagai sudut kota. Namun, kondisi Alun-alun terkesan tersembunyi karena bukan merupakan jalur angkutan publik dan bukan jalur utama. Oleh karena itu, dibutuhkan signage atau gapura sebagai icon yang dapat dijadikan sebagai daya tarik dan identitas taman. Meskipun memiliki akses yang mudah, tetapi tapak juga memiliki sirkulasi berupa jalur pedestrian yang mengelilingi tapak. Akan tetapi, jalur pedestrian tersebut digunakan sebagai tempat PKL (Pedagang Kaki Lima) sehingga perlu dilakukan penataan ulang dan relokasi PKL untuk menghindari kesan kumuh dan kotor serta jalur pedestrian dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya. Penataan PKL dapat dilakukan dengan penyediaan area khusus PKL dengan fasilitas berupa kios-kios portable.
Meskipun kondisi fasilitas dan utilitas secara umum tergolong baik, akan tetapi fasilitas dan utilitas tapak pada saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan penggunanya. Belum terdapat tempat sampah di beberapa sudut, tempat parkir, lampu taman, tata hijau, dan elemen taman lainnya, sehingga dibutuhkan perbaikan dan penambahan fasilitas dan utilitas untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Sehingga perlu penambahan beberapa fasilitas seperti area parkir, tempat sampah, dan lampu taman.
Menganalisis vegetasi pada tapak diperlukan pengetahuan terhadap fungsi-fungsi vegetasi tersebut. Menurut Hakim dan Utomo (2002) tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja, tetapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sehingga tanaman memiliki beberapa kategori fungsi seperti peneduh, pembatas, pengendali iklim, pencegah erosi dan habitat satwa/penarik burung dan fungsi identitas. Ada beberapa jenis vegetasi eksiting yang perlu di pertahankan, yang memiliki fungsi lebih dan sesui dengan konsep perencanaan alun-alun seperti vegetasi endemik yang menjadi penciri, vegetasi dominan lainnya yang memiliki fungsi peneduh, penyerap polutan, pengarah, pembatas dan fungsi estetik.
Vegetasi yang akan di pertahankan berdasarkan fungsinya sebagai penyerap polutan yaitu Kihujan dan sebagai peneduh yaitu Beringin
-
3.3.2 Aspek Sosial Tapak
Karakter dan perilaku pengguna tapak sangat beragam dan kebanyakan pengguna tapak datang ke Alun-alun tastura untuk berekreasi dan bersantai. Selain itu juga banyaknya event yang diselenggarakan oleh dinas terkait membuat Alun-alun tastura banyak dikunjungi sehingga menurut pengguna tapak beberapa fasilitas perlu ditambahkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Dan Sintesis Preferensi Pengunjung Taman Di Alun-Alun Tastura
No. |
Preferensi pengunjung |
Analisis |
Sintesis |
1. |
Aktivitas pengunjung |
mengunjungi taman untuk menikmati pemandangan dan bersantai. |
Penambahan vegetasi berupa tanaman berbunga dan tanaman peneduh untuk memperindah dan memperbaiki iklim mikro untuk kenyamanan pengunjung. |
2. |
Fungsi taman |
masyarakat lebih cendrung memfungsikan taman sebagai tempat rekreasi dan bermain. |
Perencanaan fasilitas untuk mewadahi kegiatan rekreasi dan bermain pengunjung berupa ruang terbuka/lapangan berumput, bangku taman dan play ground. |
3. |
Alasan memilih taman sebagai tempat beraktivitas |
Pengunjung lebih dominan memilih taman sebagai tempat beraktivitas karena masih tergolong nyaman. |
Pemilihan vegetasi peneduh dan yang dapat memperbaiki iklim mikro sehingga suasana menjadi lebih sejuk serta visual vegetasi yang lebih menarik dan beragam. |
4. 5. |
Lokasi yang sering di kunjungi Aktivitas yang di inginkan |
Lokasi yang paling sering di kunjungi masyarakat berdasarkan hasil kueisioner adalah area rekreasi (lapangan rumput,bangku taman dll). aktivitas yang berhubungan dengan festival seni dan budaya. |
Penataan fasilitas berupa ruang terbuka/lapangan berumput sebgai tempat piknik atu berkumpul, bangku taman dan play ground. Penyedian fasilitas berupa ruang terbuka/lapangan berumput dan amphiteater untuk mewadahi aktivitas budya seperti gendang beleq, peresean, bepaosan dan pestival bau nyale. |
6. |
Elemen yang di inginkan |
pengunjung taman memilih amphiteater untuk mendukung kegiatan seni dan budaya lokal. |
Fasilitas yang di perlukan adalah amphiteater dan ruang terbuka untuk mendukung dan mewadahi aktivitas budaya. |
7. |
Tanaman/vegetasi yang di inginkan |
Menginginkan tambahan tanaman peneduh untuk memperbaiki iklim mikro pada sekitaran taman. |
Penambahan vegetasi berupa tanaman berbunga dan tanaman peneduh untuk memperindah dan memperbaiki iklim mikro untuk kenyamanan pengunjung. |
8. |
Jenis aktivitas dan kegiatan budaya |
kegiatan budaya berupa atraksi gendang beleq dan peresean. |
Menyediakan fasilitas pendukung berupa panggung terbuka / amphiteater dan lapangan berumput. |
9. |
Fasilitas penunjang kegiatan budaya |
amphiteater sebagai fasilitas penunjang untuk pegelaran atraksi budaya lokal dan selebihnya memilih lapangan berumput. |
Penambahan fasilitas berupa amphiteater dan lampangan berumput untuk menunjang atraksi budaya seperti peresean, gendang beleq dan atraksi budaya lainya. |
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2020
Konsep dasar perencanaan yang ditawarkan pada Alun-alun Tastura adalah konsep Tatas Tuhu Trasna yaitu perencananan yang berkonsep nuansa alun-alun alami yang merupakan bentuk pengaplikasian nilai-nikai luhur yang terkandung dalam semboyan atau slogan Lombok Tengah. Menurut H. Lalu Moh. Putria, S.Pd., M.Pd. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah, bahwa Tatas Tuhu Trasna merupakan semboyan dan slogan Lombok Tengah yang di kutip dari kitab lontar Lombok yang sarat akan makna dan filosofi didalamnya yang merupakan pesan moral dari para leluhur. Pemilihan semboyan lombok tengah ditetapkan melalui seminar kebudayaan Lombok Tengah. Tatas memiliki arti berwawasan luas atau berilmu (lingkungan edukasi), kemudian Tuhu memiliki arti bersungguh-sunguh dan dinamis dalam bekerja serta interaksi antar sesama (ruang sosial, ruang rekreasi dan interaksi) sedangkan Trasna memiliki arti berbudi pekerti luhur dan berbudaya (ruang budaya dan atraksi).
Konsep Tatas Tuhu Trasna adalah sebuah kawasan rekreasi ruang luar dengan nuansa alun-alun alami yang mempertahankan fungsi ruang terbuka hijau kota dengan konsep pelestarian budaya lokal untuk
mewadahi aktifitas budaya dan rekreasi bagi masyarakat. Konsep perencanaan dibagi menjadi beberapa ruang atau kawasan yaitu, kawasan lingkungan edukasi, ruang sosial (rekreasi dan interaksi) serta ruang budaya dan atraksi. Lingkungan edukasi yaitu sebagai wadah bagi masyarakat untuk belajar tentang keanekaragaman vegetasi lokal dan pelestarian budaya lokal, sedangkan ruang sosial (rekreasi dan interaksi) merupakan tempat aktifitas seperti olahraga ringan, bersantai dan tempat interaksi sosial masyarakat perkotaan, kemudian ruang budaya dan atraksi yaitu sebagai wadah atraksi budaya lokal masyarakat Lombok Tengah dan sekitarnya (Gambar 2). Konsep ini sejalan dengan preferensi pengunjung dan harapan pemerintah Kabupaten Lombok Tengah yang menginginkan adanya wadah untuk melestarikan aktivitas atau atraksi budaya lokal dengan tetap mempertahankan konsep RTH Kota.
Gambar 2 : Konsep Dasar Alun-Alun Tastura (Sumber : Hasil pengolahan data).
-
3.4.2 Konsep Pengembangan
Pada tahap ini dikembangkan lebih mendalam hasil dari konsep dasar sebelumnya dan hasil konsep dasar tersebut digabungkan dengan hasil analisis dan sintesis. Konsep yang dikembangkan terdiri konsep ruang dan aktivitas, konsep sirkulasi dan aksesibilitas, konsep vegetasi.
-
3.4.2.1 Konsep Ruang dan Aktivitas
Konsep ruang pada alun-alun Tastura mengaplikasikan konsep Tatas Tuhu Trasna yang kemudian terbagi menjadi lima pembagian ruang untuk mendukung aktifitas dan mewadahi kegiatan budaya masyarakat lokal yang terdiri dari ruang penerimaan, ruang lingkungan edukasi, ruang sosial, ruang budaya dan ruang pendukung.
-
3.4.2.2 Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi alun-alun menggunakan konsep sirkulasi campuran yang di tujukan untuk setiap pengunjung dapat menjangkau setiap ruang dengan mudah dan efisien. Perencanaan pada alun-alun menggunakan pola yang dinamis untuk mendukung kesan alun-alun yang lebih alami dan menyatu dengan ruang hijau.
-
3.4.2.3 Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi pada alun-alun Tastura lebih menekankan untuk penggunaan vegetasi endemik yang terdapat pada daerah Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu icon dan ciri khas vegetasi.
Konsep dasar perencanaan Alun-alun Tastura adalah konsep Tatas Tuhu Trasna yang merupakan selogan atau semboyan Lombok Tengah yang terdapat dalam logo Lombok Tengah. Konsep ruang pada Alun-alun Tastura merupakan bentuk pengaplikasian atau transformasi bentuk dari beberapa lambang yang mencerminkan kehidupan dan budaya lokal masyarakat Lombok Tengah.
Dalam mewadahi aktivitas tata ruang Alun-alun Tastura dibagi menjadi lima ruang. Berikut fungsi masing-masing ruang yaitu, ruang penerimaan sebagai penghubung utama antar ruang pada tapak dan ruang luar. Aktifitas di ruang penerimaan biasanya berkaitan dengan pintu masuk yaitu tempat keluar masuknya pengunjung ke area tapak. Ruang lingkungan edukasi sebagai bentuk pelestarian budaya lokal dan bentuk pengaplikasian konsep Tatas yang mengadung makna ilmu pengetahuan. Ruang sosial (Tuhu) dapat teridentifikasi lagi menjadi dua subruang yaitu subruang aktivitas fisik dan subruang interaksi serta rekreasi. Subruang aktivitas fisik merupakan ruang sosial yang difungsikan sebagai tempat olah raga ringan, jogging, senam, refleksi, jalan-jalan. Sedangkan untuk subruang rekreasi merupakan ruang sosial yang fungsinya lebih dominan seperti, bermain, duduk santai, piknik dan fotografi. Ruang budaya merupakan ruang yang dapat diterapkan berbagai atraksi budaya lokal seperti peresean, gendang beleq, bepaosan, vestival mau nyale dan atraksi budaya lainnya untuk dapat di lestarikan. Sedangkan ruang pendukung dimanfaatkan untuk menunjang fungsi ruang rekreasi berupa informasi dan fasilitas pendukung untuk menunjang aktivitas pengunjung seperti toilet, ruang ganti dan kantor pengelola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.


Gambar 3. Konsep ruang dan aktivitas (Sumber : Hasil pengolahan data dan Pinterest 2021).
Tata ruang merupakan penataan zonasi pada tapak. Berdasarkan fungsinya, penataan ruang terbagi dalam lima zona. Zona 1 merupakan ruang penerimaan yang merupakan pintu masuk utama untuk dapat memasuki area Alun-alun Tastura. Zona 2 merupakan area lingkungan edukasi. Zona 3 merupkan area sosial yang merupakan pusat interaksi dan aktivitas masyarakat. Zona 4 merupakan area budaya yang mewadahi aktivitas budaya lokal. Zona 5 merupakan area pendukung berupa fasilitas yang dapat menunjang kegiatan pengunjung. Rencana tata ruang dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rencana Ruang, Aktivitas Dan Fasilitas Tapak
Zona Area/Ruang
Zona 1
Zona 2
Penerimaan (Welcome Area) Lingkungan edukasi
Fasilitas
Display Area, signage, tempat parkir.
Aktivitas/Fungsi
Area pertemuan, keluar masuk tapak.
Tempat sampah, papan informasi dan interpretasi satwa dan vegetasi.
Penampungan/pemilihan sampah.
reservoir, Interpretasi sejarah dan kawasan.
Lanjutan Tabel 2. Rencana Ruang, Aktivitas Dan Fasilitas Tapak
Zona 3 |
Sosial |
Area bermain/play ground, jalur jogging, |
Jogging, refleksi, senam, bermain olahraga |
Zona 4 |
Budaya |
jalur refleksi, jalur pejalan kaki, bangku taman, area berkumpul dan bersantai. Lapangan rumput, amphiteater, |
ringan, jalan-jalan, piknik, berkumpul, bersantai dan fotografi,. Pentas seni/atraksi budaya, upacara, |
Zona 5 |
Penunjang/pend |
bencingah, tiang bendera dan air mancur. Kantor pengelola/bencingah, |
vestival dan kegiatan, HUT Loteng dan acara akbar keagamaan. Pelayanan berupa informasi, tempat PKL, |
ukung |
kafetaria/kantin/area PKL, toilet, papan informasi dan tempat parkir. |
toilet, ruang ganti, musholla dan kantor pengelola. |
Sumber : Pengolahan data 2020
-
3.5.2 Rencana tata vegetasi /hijau
Tata hijau pada perencanaan ini adalah penggunaan vegetasi lokal yang cukup dominan. Dalam mengembangkan konsep, tata hijau dibagi dalam beberapa kategori fungsi yaitu peneduh, pembatas, penyerap polutan, pengarah, identitas dan nilai estetis yang dapat dilihat pada (Tabel 3). Pemilihan vegetasi dapat diterapkan dengan beberapa pembagian fungsi yaitu fungsi penyangga atau penyerap polutan terdapat tanaman seperti tanaman Trambesi atau kihujan (Samanea saman) dan Pucuk merah (Syzygium paniculatum). Fungsi estetis terdapat tanaman berupa Kagelia atau pohon sosis (Kigelia africana) flamboyan (Delonix regia), dan Kukin (Schoutenia ovata). Fungsi peneduh terdapat tanaman berupa ki hujan (Samanea saman). Flamboyan merah (Flamboyan Sp), Beringin (Ficus benjamina) dan Ketapang kencana (Terminalia mantaly), kemudian fungsi penarik burung terdapat tanaman seperti bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dadap merah (Erythrina christagalli), dan Ketimus/Loa (Protium javanicum) dan Fungsi identitas tedapat tanaman berupa tanaman Sentul (Sandoricum koetjape), Jamplung (Callophylum inophyllum), Ketimus/loa (Protium javanicum), Kukin (Schoutenia ovata).
Tabel 3. Rencana Tata Vegetasi | |||||
No. |
Ruang |
Fungsi vegetasi |
Jenis vegetasi | ||
1. |
Penerimaan |
- - - |
Pengarah Estetik dan Identitas Peneduh dan Penyerap polutan |
- - - - - |
Palem sadeng (Livistona rotundifolia) Kukin (Schoutenia ovata) Kelicung (Diospyros macrophylla) Jamplung (Callophylum inophyllum) Pucuk merah (Syzygium paniculatum) |
2. 3. |
Lingkungan edukasi, Sosial dan Budaya Penunjang |
- - - - - - |
Peneduh dan identitas Pembatas Estetik Penarik burung/satwa Estetik dan peneduh Pengarah dan pembatas |
- - - - - - - - - - - - - - - - - - |
Kelicung (Diospyros macrophylla) Sentul (Sandoricum koetjape) Jamplung (Callophylum inophyllum) Kukin (Schoutenia ovata) Palem sadeng (Livistona rotundifolia) Kagelia/pohon sosis (Kigelia africana) Palem sadeng (Livistona rotundifolia) Kagelia/pohon sosis (Kigelia africana) Palem sadeng (Livistona rotundifolia) Kagelia/pohon sosis (Kigelia africana) Kukin (Schoutenia ovata) Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Dadap merah (Erythrina christagalli) Ketimus/loa (Protium javanicum) Flamboyan merah (Flamboyan Sp) dan Trambesi/kihujan (Samanea saman) Palem sadeng (Livistona rotundifolia) Pucuk merah (Syzygium paniculatum) Teh-tehan (Acalypha siamensis) |
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2020 3.5.3. Rencana Tata Sirkulasi dan Aksesibilitas |
Sistem tata sirkulasi dibuat berdasarkan hubungan antar ruang yang dimanfaatkan untuk memudahkan pengunjung dalam mengakses tapak dari bergai sudut sehingga memudahkan pengunjung mencapai lokasi tapak. Sirkulasi pada tapak terbagi menjadi jalur sirkulasi luar tapak yang berupa jalan raya dan trotoar dan jalur sirkulasi di dalam tapak berupa pedestrian, jalur pejalan kaki dan jogging track. Pada
tapak ini terdapat dua jenis sirkulasi, yaitu sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki, berikut spesifikasi jalur sirkulasi tertuang pada (Tabel 4).
Tabel 4. Spesifikasi Rencana Jalan Untuk Jalur Sirkulasi
No. |
Sirkulasi |
Penggunaan |
Pengguna |
Lebar (m) |
Panjang (m) Material |
1. |
Kendaraan |
Jalan utama |
Kendaraan roda 2 dan |
4-8 |
- Aspal dan |
4 dan jalur pesepeda. |
paving block | ||||
2. |
Pejalan kaki |
Joging dan refleksi |
Pejalan kaki |
0,8-2,5 |
- Paving block |
Sumber: Hasil Pengolahan Data
-
3.5.4 . Rencana Blok (Block Plan)
Rencana blok (Block Plan) gambar dua dimensi yang menunjukkan detail dari rencana awal pada sebuah tapak. Biasanya block plan merupakan gabungan dari tata ruang, tata hijau dan sirkulasi dalam satu gambar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Konsep Block Plan
-
3.5.5 Rencana Tapak
Rencana tapak merupakan pengembangan lebih lanjut rencana blok dengan memerhatikan detail
elemen lanskap dan proporsi skala pada desain lanskap. Secara spasial gambar rencana induk lanskap alun-alun Tastura dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar 5. Rencana Lanskap
Penataan Alun-alun Tastura diperuntukan masyarakat Lombok Tengah untuk mengekspresikan dan mewadahi budaya lokal berupa budaya peresean, gendang beleq, event bau nyale dan kegitan budaya lainnya. Selain itu juga mewadahi aktivitas lain seperti olahraga, bersantai dan berekreasi keluarga. Alun-alun Tastura difungsikan sebagai ruang budaya (Trasna). Selain itu, Alun-alun Tastura juga memiliki fungsi sosial (Tuhu) dan fungsi ekologi (Tatas) Fungsi sosial yaitu sebagai tempat rekreasi dan interaksi masyarakat. Fungsi ekologi berupa edukasi dan pelestarian vegetasi lokal yang diaplikasikan sebagai ruang terbuka hijau perkotaan (RTHP). Terdapat beberapa penambahan fasilitas untuk mendukung fungsi social yaitu amphitheater, jogging track, bangku taman, dan area berkumpul. Fasilitas penunjang juga ditambahkan diantaranya area PKL, toilet, tempat parker dan papan informasi. Selain itu ditambahkan juga display area dan signage sebagai ciri khas tempat tersebut. Penggunaan tanaman lokal sebagai ciri khas daerah yaitu (Sandoricum koetjape), Jamplung (Callophylum inophyllum), Ketimus/loa (Protium javanicum), Kukin (Schoutenia ovata).
Penelitian ini menghasilkan rekomendasi rencana pengembangan alun-alun Tastura yang dapat digunakan sebagai bahan acuan maupun pertimbangan dalam pengembangan kawasan. Penelitian ini hanya membahasa tentang perencanaan RTH dan aktivitas budaya lokal. Oleh karena itu, sangat di perlukan penelitian yang mengkaji lebih jauh tentang pengaplikasian desain di Alun-alun Tastura.
-
5. Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. (2019). Lombok Tengah Dalam Angka 2019. BPS Kabupaten Lombok Tengah
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Provensi Nusa Tenggara Barat. (2019). Data Unsur Iklim Bulanan. Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi.
Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992). Research Methods for Business and Management. MacMillan Publishing Company: New York.
Gold, S. M. (1980). Recreation Planning and Design. McGraw-Hill: New York.
Hakim, R. dan H.Utomo. (2002). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara: Jakarta.
Veggyana, V. (2016). Desain Lanskap Pasar Seni Arifin Ahmad Sebagai Objek Wisata Kuliner Kota Pekanbaru. Skripsi (tidak dipublikasikan) Institut Pertanian Bogor: Bogor.
90 | jurnal arsitektur lansekap
Discussion and feedback