OPTIMALISASI POTENSI DESA TUA MENUJU PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN: STUDI KASUS DESA WISATA JULAH

I Wayan Rona

Prodi S2 Ilmu Manajemen, Universitas Pendidikan Ganesha

Email: [email protected]

Ni Made Ary Widiastini Universitas Pendidikan Ganesha Email: [email protected]

I Nengah Suarmanayasa

Universitas Pendidikan Ganesha

Email: [email protected]

Ni Made Suci

Universitas Pendidikan Ganesha

Email: [email protected]

ABSTRACT

The Indonesian government considers the tourism sector as one of the high contributors to the national economy. As one of them that supports tourism, especially talk about Tourism Villages, is the Ministry of Tourism and Creative Economy (Kemenparekraf) through a program released recently about ADWI 2022. Julah Tourism Village is one of the highlights that should be developed in the future as sustainable tourism. This research uses qualitative research by primary and secondary data in Julah Village. In primary data, data collection is through direct observation and interviews, while secondary data is collected through several studies, articles, and related literature. In this study, it was found that the development of sustainable tourism was not optimal. So far, tourism potential has been highly conserved but along with modernization and globalization, this can trigger the erosion of tourism potential which has an impact on unsustainability. Therefore, it is necessary to improve tourism development strategies towards sustainable tourism.

Keywords: julah, optimization, sustainable tourism.

Pendahuluan

Sektor pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki kontribusi besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi tersebut diturunkan ke dalam berbagai potensi pariwisata di Indonesia yang menjadi primadona baik dari segi keindahan alam, pelayanan, keberagaman kebudayaan, tradisi yang memukau sehingga menjadikan para wisatawan asing maupun antar domestik melakukan kunjungan pariwisata. Dengan berbagai potensi pariwisata yang cukup beragam di Indonesia sehingga semakin banyak menarik minat wisatawan datang ke Indonesia dari tahun ke tahun.

Namun, seiring perjalanan waktu, tahun 2020 kuartal 1, Indonesia mendapat pukulan telak dihadapkan situasi Pandemi Covid-19. Sebelum Indonesia dihadapkan dengan kondisi Pandemi Covid-19 yang telah menghujam sektor pariwisata, sektor ini sebagai kontributor penting penyumbang dalam bentuk devisa terhadap penerimaan negara. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang tertuang dalam Laporan Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2020) bahwa tingkat kunjungan pariwisata dari wisatawan mancanegara terus mengalami peningkatan dalam periode 5 tahun terakhir yang terhitung sejak tahun 2015 silam. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia tahun 2015 mencapai lebih dari 10 juta pengunjung mancanegara dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terakhir tercatat pada tahun 2019 pengunjung wisatawan mancanegara sudah mencapai lebih dari 16,2 juta wisatawan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kontribusi melalui pendapatan devisa sangat menjanjikan dan sebagai penyumbang besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto Indonesia.

Berdasarkan data devisa tercatat bahwa sepanjang tahun 2019, sektor pariwisata menerima pendapatan devisa sebesar Rp280 triliun yang mana mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp270 triliun. Secara PDB,

kontribusi pariwisata mencapai 4,8% dan berkontribusi menyerap tenaga kerja hingga 13 juta orang. Namun karena situasi yang harus dihadapi di tengah Pandemi Covid-19 sehingga terjadi hambatan terhadap melambatnya tingkat kontribusi sektor pariwisata pada PDB nasional sejak awal Tahun 2020.

Dari segi tenaga kerja, sektor pariwisata juga berdasarkan data BPS terhitung catatan tahun 2010 menyumbang dalam penyerapan tenaga kerja sebanyak 7.44 juta atau sekitar 6,88% dari total jumlah tenaga kerja nasional. Hingga mencapai di tahun 2019 bahwa selama kurun waktu 9 tahun berjalan sudah mencapai tingkat penyerapan sebesar lebih dari 13 juta tenaga kerja atau secara kontribusi sebesar 10,28% dari total jumlah tenaga kerja nasional. Selain itu, berbagai pembangunan pariwisata mendorong pertumbuhan ekonomi dan berdampak meningkatnya kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Menurut World Travel dan Tourism Council dalam Global Economic Impact dan Trends Tahun 2020 tercatat bahwa PDB Indonesia dan beberapa negara tetangga di Asia Tenggara mengalami pencapaian sebesar 4,6%.

Secara mengkhusus daerah Bali per tahun 2019, total kunjungan mencapai kurang lebih 6,3 juta wisatawan mancanegara baik dari bandara maupun pelabuhan di Bali dimana terlihat meningkat dibandingkan sejak tahun 2013 mencapai kurang lebih 3,2 juta pengunjung (Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2020). Peningkatan kunjungan tersebut khususnya Bali, dapat tetap menjadi penopang perekonomian nasional karena sektor pariwisata menjadi mediator dalam mempertemukan antara permintaan dan penawaran (Mrsic et al, 2020).

Naik-turunnya signifikansi pengunjung wisatawan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik alam, sosial, maupun lingkungan. Selain hal tersebut bahwa daya tarik destinasi wisata dipengaruhi oleh 4 faktor (4A) menurut Copper (2005) dalam Putra dan Sunarta (2018) menyatakan 4A terdiri dari (1) Attraction adalah daya tarik yang ditawarkan oleh sebuah destinasi sehingga berminat untuk berkunjung yang

mencakup keindahan alam, keunikan budaya, dan aktivitas buatan. (2) Accessibilities merupakan sebuah moda atau akses yang dibutuhkan untuk mencapai destinasi wisata yang ditawarkan dalam hal ini adalah akses transportasi baik akses udara (penerbangan), akses darat (kereta, motor, mobil, bis, dll), dan askes laut meliputi kapal laut. (3) Amenities merupakan akomodasi atau fasilitas yang tersedia untuk jangka waktu periode tertentu mencakup penginapan, hotel, hostel, villa sebagai tempat peristirahatan selama berkunjung ke sebuah destinasi wisata, aksesibilitas makanan, penjualan souvenir, hiburan, fasilitas kesehatan, sarana pengolahan sampah, air bersih, dan sebagainya. (4) Ancillary merupakan daya tarik dari segi pelayanan tambahan mencakup organisasi kepariwisataan, untuk mengakomodasi harapan dan keinginan wisatawan terkait rencana perjalanannya, informasi destinasi wisata, asosiasi perhotelan, asosiasi pemandu wisata, dan sebagainya.

Sektor pariwisata tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk peningkatan pendapatan dan tingkat pengunjung dengan daya tarik yang dimiliki, melainkan yang terpenting adalah keberlangsungan kehidupan harmonis dan seimbang antara keberadaan pariwisata dengan lingkungan sekitarnya yang mencakup sosial, ekonomi, dan lingkungan. Selain itu, sektor pariwisata wajib menjaga kelestarian dan keseimbangan antara sosial, lingkungan, dan ekonomi untuk jangka waktu panjang. Maka dari itu, sangat diperlukan sektor pariwisata didasari dengan konsep pariwisata yang berkelanjutan (Sustainability Tourism). Fokus utama dari (Sustainability Tourism) adalah tentunya untuk meminimalisir terjadinya ketidakseimbangan, ketidakserasian, dan ketidakselarasan yang terjadi pada aspek kehidupan sekitarnya.

Prinsip sustainable tourism pertama kali tercetus dari sebuah konsep pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sustainable development tertuang dalam sustainable development goals. Prinsip tersebut dikemukakan oleh World Commission on Environment and Development (WCED) pada tahun 1987. Kemudian prinsip tersebut dikembangkan oleh World Tourism Organization (UNWTO)

kemudian diadopsi sebagai suatu pondasi yang mendasari pariwisata untuk mengedepankan kelestarian alam atau lingkungan, nilai sosial budaya, dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Senada dengan yang dikemukakan oleh Elkington (1994) menyatakan bahwa keberlanjutan pembangunan dalam sektor pariwisata terdapat 3 pilar keseimbangan yaitu mencakup perlindungan lingkungan, perlindungan sosial, dan pertumbuhan ekonomi yang sering disebut 3P yaitu planet, people, dan prosperity (Bocker dan Meelen, 2017; Camison, 2020; Postma et al, 2017; dalam Tamrin et al (2021).

Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) melalui program Sustainable Development Goals Agenda 2030 (UNESCO, 2019) menegaskan bahwa “The 2030 Agenda is structured around 17 SDGs and 169 targets connected to these goals which provide a framework for policy design and implementation at the local, national, and international level. The 17 SDGs are grouped into “5 Ps” of People, Planet, Prosperity, Peace, and Partnership, reflecting the economic, social, and environmental dimensions of sustainability (people, planet, and prosperity), as well as its two critical conditions (peace and partnership). Dari agenda pernyataan tersebut bahwa jelas UNESCO sangat mendukung di tahun 2030 bahwa untuk menjaga pembangunan yang berkelanjutan wajib didasari oleh 5 prinsip keberlanjutan “5 Ps” tersebut mencakup (People = manusia, Planet = alam atau lingkungan, Prosperity = kemakmuran, Peace = perdamaian, dan Partnership = kemitraan). Dalam sektor pariwisata, ini wajib menjadi agenda prioritas untuk menjaga eksistensi pariwisata untuk jangka panjang.

Perspektif lebih luas mengenai pariwisata berkelanjutan (sustainability tourism) merupakan sebuah misi untuk membangun pariwisata dengan memenuhi kebutuhan secara selaras, serasi, dan seimbang pada wisatawan, masyarakat lokal, dan melindungi peluang di masa depan dalam pengembangan pariwisata (WTO, 2004 dalam Andesta, 2022). Berdasarkan konsep dan prinsip tersebut, kembali lagi bahwa

semua masyarakat wajib memiliki tanggung jawab terhadap wilayah dan lingkungannya terutama menjadi salah satu bagian sektor pariwisata untuk tetap senantiasa menjaga keseimbangan sehingga dapat dinikmati wisatawan dalam kurun waktu jangka panjang.

Dalam mewujudkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian tersebut dalam pariwisata untuk mewujudkan sustainable tourism tidak mudah. Semua proses mencapai tujuan yang diharapkan tentunya terdapat tantangan yang dialami dalam upaya menuju konsep berkelanjutan pariwisata yang diinginkan. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa memang harus dijaga betul komitmen pada sektor pariwisata terkait aspek sosial budaya, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakatnya sehingga tentu akan bisa terwujud harapan menuju sustainable tourism.

Prinsip keberlanjutan pada aspek lingkungan (Planet) dapat dilakukan oleh berbagai stakeholder baik pemerintah daerah, masyarakat, pelaku pada sektor pariwisata tentunya dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan dengan bijaksana dan adanya batasan dengan optimal dalam melakukan pemanfaatan. Hal yang sangat dilarang adalah melakukan tingkat pemanfaatan yang melebihi standar yang mengarah pada eksploitasi sumber daya, ini akan menyebabkan kelestarian dan keseimbangan akan terganggu terhadap eksistensi warisan alam, keanekaragaman hayati, budaya, tradisi, dan sebagainya. Semua yang menjadi sebuah warisan potensi pariwisata di lingkungan tersebut akan musnah tentunya berdampak negatif bagi keberadaan eksistensi pariwisata dan juga bisa berpengaruh terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Sementara dari segi aspek keberlanjutan bidang ekonomi bahwa pariwisata sudah disadari sebagai kontributor utama bagi mata pencaharian masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai salah satunya Bali yang mayoritas pendapatan daerah secara persentase terbesar dari sektor pariwisata. Begitupun masyarakatnya juga cenderung masuk ke sektor pariwisata cukup tinggi. Maka dari

itu, peran dan keberadaan aspek ekonomi dalam pariwisata sangat penting dalam hal pengentasan kemiskinan, menciptakan kesempatan kerja, sehingga harapannya dapat menuju pertumbuhan ekonomi di lingkungan tersebut.

Sedangkan dari sisi aspek sosial budaya juga menjadi aspek penting dijaga dalam sektor pariwisata karena tanpa adanya SDM yang unggul, sosial yang menciptakan keharmonisan, kebudayaan yang menciptakan keunikan tentunya pariwisata tidak akan eksis. Maka dari itu, aspek sosial budaya mengarah pada kesepakatan berupa peraturan yang dipegang dan dijalankan oleh stakeholder terkait secara bersama-sama untuk menjaga naturalisasi dan keseimbangan kehidupan sosial budaya di lingkungan pariwisata. Seperti Bali yang menjadi sorotan utama bahwa pelestarian adat-istiadat hingga warisan budaya, nilai toleransi antar beragam budaya menjadi tolak ukur dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang dan merasa adanya kepastian dalam hal kenyamanan dan keamanan yang dirasakan. Jika lingkungan sosial dan budaya tidak menjadi prioritas utama, tentunya akan berdampak negatif bagi keberadaan pariwisata yang tidak harmonis, banyak intoleransi, tidak adanya pelestarian warisan budaya tentu ini menyebabkan minat dan keinginan wisatawan untuk datang kecil.

Maka dari itu, untuk mewujudkan sustainable tourism tidak hanya aturan saja, tidak hanya potensi wisata saja, ataupun sumber daya yang ada, melainkan pengembangan pariwisata berkelanjutan harus adanya sinergitas, terintegrasi dan terbangun kolaborasi semua elemen terutama melibatkan masyarakat lokal, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat lokal, potensi pariwisata yang dijaga dengan baik, harmonisasi antar stakeholder dan lingkungan, terjaga nilai-nilai warisan budaya lokal, dan sebagainya. Maka perlu adanya strategi yang mendasari untuk menjadi sebuah pegangan dalam mewujudkan prinsip sustainable tourism tersebut.

Strategi yang menjadi dasar mewujudkan sustainable tourism dimana hampir sebagian tren saat ini dipakai adalah berbasis pemberdayaan masyarakat atau sering

disebut community based tourism. Prinsip strategi community based tourism sering menjadi sensitivitas di lingkungan masyarakat bahwa lemahnya perhatian dan perlakuan terhadap masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Sesungguhnya yang perlu disadari bahwa yang dapat mewujudkan dan tercapainya harmonisasi adalah manusia atau masyarakat lokal itu sendiri, tentu bukan orang lain selain masyarakat lokal disitu yang akan menjaga kelestarian tersebut dengan baik.

Tren baru-baru ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meluncurkan program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022 yang merupakan program apresiasi kepada masyarakat penggerak sektor pariwisata dalam upaya mempercepat pembangunan desa, mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa. Selain itu, melalui program ADWI Tahun 2022 ini sebagai bentuk dukungan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang berkomitmen dalam mengembangkan desa wisata guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, sumber daya, serta memajukan kebudayaan. Program ADWI Tahun 2022 menjadi sebuah momentum dan semangat baru bagi masyarakat untuk terus berorientasi pada prestasi, mempromosikan potensi wisata, serta menumbuhkan harmonisasi antar stakeholder yaitu Pemerintah Daerah, Desa, Masyarakat Desa, dan penggiat pariwisata (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2022). Berdasarkan program tersebut sangat jelas bahwa pemerintah dalam hal ini mendukung strategi pengembangan pariwisata berbasis community based tourism melalui optimalisasi desa wisata dengan pengembangan komunitas pelaku atau pegiat pariwisata di desa.

Sebagai salah satu studi kasus yang menjadi analisis dalam kajian ini adalah Desa Julah yang merupakan salah satu nominasi 300 terbaik desa wisata tingkat nasional, 11 terbaik di Bali, dan 3 terbaik tingkat Kabupaten Buleleng berdasarkan Nominasi ADWI Tahun 2022.

Desa Julah secara geografis merupakan sebuah desa kecil berukuran 4,71 km yang terletak di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa tersebut memiliki ketinggian 300 m dari permukaan laut, secara demografi sensus penduduk tahun 2010 kurang lebih 3.237 yang terdiri dari 1.631 laki-laki dan 1.606 perempuan dengan pembagian 3 banjar dinas atau dusun yaitu Banjar Dinas Kanginan, Banjar Dinas Kawanan, dan Banjar Dinas Batu Gambir.

Menurut catatan warisan sejarah, budaya, tradisi, Desa Julah dikenal sebagai desa tua yang masih mampu memelihara warisan budaya, adat, tradisi leluhur sejak ribuan tahun silam. Berdasarkan prasasti yang tertera bahwa keberadaan Desa Julah dibuktikan dengan ditemukannya prasasti yang berangka tahun caka 844 atau sekitar 24 Januari 923 Masehi pada jaman pemerintahan Sang Ratu Sri Ugrasena di Bali.

Bukti warisan budaya yang masih terjaga dengan lestari sampai saat ini adalah sistem pemerintahan desa yang menganut pemerintahan pada jaman kuno yaitu sistem Hulu Apad. Sistem ini merupakan sistem pemerintahan yang dikendalikan oleh dua orang Jero Kubayan dan empat (4) orang Jero Bau yang mana mereka mengatur jalannya tatanan keagamaan dan masyarakat (krama) serta adat dari (krama negak dan buwit) yang artinya memiliki peran di adat.

Selain itu, Desa Julah juga menyimpan banyak potensi wisata yang ditawarkan tidak hanya wisata sejarah, melainkan wisata alam, wisata kreatif, dan wisata tradisi dan budaya, dan sebagainya. Seiring perjalanan waktu, sejak berdirinya Desa Julah hingga sekarang, eksistensi secara internal masih terjaga dengan kuat, namun sebagian besar belum secara optimal dari segi jangkauan wisatawan yang mengetahui keunikan Desa Julah yang sering disebut-sebut sebagai Desa Bali Mula ini. Sejak Program ADWI diluncurkan 2021, Desa Julah yang dikelola oleh Karang Taruna pada saat itu mencoba memberanikan diri untuk mempromosikan dan meningkatkan optimalisasi potensi pariwisata dan mengembangkannya hingga tahun 2022 adalah

kali kedua mengikuti program tersebut, ternyata respon masyarakat luar mulai bermunculan dan peka dengan keunikan dari Desa Julah.

Berdasarkan kasus yang ditemukan bahwa Desa Julah masih belum terkomersialisasi di ruang publik karena terbentur dengan kepercayaan masyarakat lokal yang masih memegang teguh kepercayaan dari warisan nenek moyang dan leluhur terdahulu. Berdasarkan hasil observasi, pengamatan langsung, dan terjun dalam kehidupan masyarakat lokal, banyak sekali potensi pariwisata yang seharusnya dapat dikembangkan dengan metode strategis namun, semua tidak dapat dilakukan karena berbagai faktor masyarakat lokal yang terlalu menginternalisasi potensi yang ada. Sehingga ini menyebabkan cara berpikir masyarakat lokal yang sempit, sehingga sampai saat ini tidak berkembang sama sekali potensi pariwisata yang dimiliki. Jika hal keliru tersebut terus dipertahankan tanpa mempertimbangkan hal positif dari aspek peluang eksternal, maka lambat laun ketika dihempas oleh waktu dan situasi yang tidak bersahabat ini akan menyebabkan pariwisata tidak akan berkelanjutan secara keberadaanya.

Maka dari itu, dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan kajian dan analisis mendalam terkait permasalahan yang masih dihadapi terkait lemahnya optimalisasi potensi wisata di Desa Julah ini yang mana secara potensi memiliki peluang untuk dapat dikembangkan. Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya pengembangan dengan optimalisasi potensi wisata yang dimiliki kemudian, bentuk pengembangan seperti apa yang dapat dilakukan di Desa Julah sebagai salah satu Desa Tua agar tetap berkembang sesuai dengan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan. Penulis berharap penelitian ini dapat membantu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di Desa Julah sehingga berguna dalam memberikan solusi yang dapat direkomendasikan bagi pihak pengelola dan pemerintah setempat sebagai stakeholder pemegang regulasi. Selain itu dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta manfaat secara akademis terkait dengan

pengembangan desa wisata lainnya dalam lingkup pariwisata berkelanjutan dan berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pada destinasi pariwisata.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini mengkaji mengenai studi kasus Desa Julah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan jenis data penelitian, penulis mengumpulkan data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh secara lengkap langsung melalui wawancara, observasi, dan pengamatan langsung ke lapangan terkait pengelolaan pariwisata di Desa Julah, sarana dan prasarana penunjang yang ada selama ini yang berhubungan dengan pengembangan potensi pariwisata, serta berbagai kendala-kendala yang masih belum terselesaikan yang dapat menghambat dalam proses pengembangan pariwisata di Desa Julah. Dalam penggalian informasi dan data primer tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara stakeholder terkait meliputi komunitas pengelola Karang Taruna, Pokdarwis, Teruna-Teruni, Kepala Desa, Kelian Adat, Tokoh masyarakat, dan masyarakat lokal. Sedangkan terkait data sekunder diperoleh melalui beberapa data atau instansi maupun studi dokumen, literatur, jurnal penelitian, laporan, artikel, peraturan, dan studi kepustakaan lainnya yang memiliki kaitan dengan topik studi kasus yang di analisis.

Secara spesifik, dalam menentukan data sampel, peneliti menggunakan snowball sampling. Snowball sampling merupakan teknik dalam menentukan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Peneliti memilih metode snowball sampling karena sebagai tahapan awal, peneliti hanya berfokus untuk menentukan satu atau dua orang saja sebagai sampel, jika dirasa data yang diperoleh kurang lengkap maka akan dapat menambah kapasitas sampel untuk melengkapi

data tersebut (Sugiyono, 2014). Dalam teknik snowball sampling ini untuk menemukan informan-informan sebagai kunci yang memiliki banyak informasi terkait studi kasus yang dianalisis. Dengan menggunakan pendekatan ini, ketika sudah menemukan beberapa narasumber yang berpotensial, ketika membutuhkan kelengkapan data maka dapat melakukan konfirmasi kepada narasumber potensial tersebut terkait narasumber lainnya dengan potensial. Maka dari itu, kontak awal narasumber akan sangat bermanfaat untuk narasumber yang berpotensial selanjutnya jika dibutuhkan lagi untuk melengkapi data yang masih kurang.

Dalam proses pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara dengan kelian adat atau dikenal dengan Jero Penyarikan menjabat saat ini dan sebelumnya yang mengenal betul sejarah, seluk-beluk, dan pengelolaan serta pengembangan Desa Julah serta perwakilan tokoh masyarakat yang mengenal betul perjalanan pariwisata di Desa Julah. Dari segi aspek pendukung pengelolaan melibatkan Teruna-Teruni / Pokdarwis di Desa Julah untuk mengetahui bentuk pengelolaan dan programprogram pengembangan yang dijalankan. Dari segi pengumpulan data sekunder, peneliti mengkaji literatur dokumen berupa buku literatur sejarah Desa Julah, Awig-awig atau aturan adat Desa Julah serta dokumen lainnya yang terkait dengan Desa Julah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data primer dan sekunder tersebut, peneliti melakukan kajian terkait strategi optimalisasi dan pengembangan Desa Tua yaitu Desa Julah sebagai salah satu Desa Wisata agar terwujudnya pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan prinsip 4 strategi pengembangan destinasi pariwisata yaitu attraction, accessibilities, amenities, dan ancillary service yang diperkuat dengan dasar Sustainable Tourism Principles menurut UNWTO dengan 3 pilar utama yaitu Ecological or Environmental Sustainability, Social and Cultural Sustainability, and Economic Sustainability (UNWTO, 2013). Maka dari itu, dengan dasar strategi dan pondasi yang mendasari pengembangan Desa Wisata Julah diharapkan dapat membangun desa wisata yang berbasis pariwisata berkelanjutan.

Hasil dan Pembahasan

Potensi Wisata di Desa Wisata Julah

Sebagai salah satu Dea Tua di Kabupaten Buleleng, Bali, Desa Julah menyimpan keunikan potensi wisata yang menjadi kearifan lokal dipegang teguh sampai sekarang. Sebagian besar masyarakat Desa Julah menerapkan dan menjalankan nilai-nilai kearifan lokal tersebut dengan baik baik dari tradisi, budaya, adat-istiadat serta berbagai upacara yang sangat berbeda dibandingkan wilayah lain di Bali pada umumnya. Selain itu, Desa Wisata Julah juga menawarkan keindahan pariwisata alam berupa pantai Desa Julah yang asri dan bersih serta memiliki keindahan dalam laut yang cukup menarik bagi para diving.

Secara sarana dan prasarana pariwisata di Desa Julah jika dilihat dari potensi yang dimiliki sudah memadai sebagai salah satu kategori potensi sebagai tujuan wisata. Desa Wisata Desa Julah masuk ke dalam kategori kunjungan desa wisata berbasis edukasi karena dari hasil pengamatan dan wawancara bahwa Desa Wisata Julah tidak bisa terlalu terbuka mengikuti waktu, situasi, dan kondisi wisatawan saat melakukan kunjungan. Hal demikian karena sebagian besar wisatawan yang datang cenderung selain melakukan eksplorasi dengan keunikan Desa Wisata Julah, tujuan utamanya lebih prioritas kepada penelitian, penggalian informasi, dan eksplorasi wawasan dan pengetahuan mengenai Desa Tua di Bali. berikut terdapat beberapa temuan yang menarik untuk dibahas berdasarkan hasil pengamatan, observasi, studi dokumentasi serta wawancara yang dilakukan terhadap beberapa kandidat di Desa Julah sebagai berikut:

Tabel 1. Keunikan Destinasi Wisata Desa Julah

(Pernyataan Hasil Pengamatan Lapangan, 2022)

Daya Tarik Alam

Daya Tarik Budaya, Tradisi, & Peninggalan Sejarah

Daya Tarik Buatan

1. Pantai Desa Julah dengan keindahan bawah laut

  • 1.    Budaya Mekelin

  • 2.    Budaya  tidak  mengenal

soroh

  • 3.    Tradisi Pemerintahan Sistem Hulu Apad

  • 4.    Peninggalan Tapak Kebo Iwe

  • 1.    Arsitektur Bangunan Bersejarah Bali Mula

  • 2.    Trek Jogging

  • 3.    Wisata Edukasi Hasil Kerajinan   Tangan

dan Kain Tenun Desa Julah

Sumber : Potensi Wisata Desa Julah, 2022

Attraction

Analisis berdasarkan strategi pengembangan attraction, Desa Wisata Julah memiliki beragam keunikan dan daya tarik yang mungkin sebagian wisatawan belum mengetahui potensi pariwisata yang dimiliki oleh Desa Tua yaitu Desa Wisata Julah yang masih dilestarikan sampai saat ini yaitu :

  • 1.    Wisata Alam

Gambar 1. Keindahan Bawah Laut Desa Wisata Julah

(Sumber : Desa Julah, 2022)

Salah satu daya tarik yang ditawarkan sebagai atraksi wisata dari Desa Wisata Julah adalah wisata diving. Desa Wisata Julah memiliki keindahan bawah laut yang cukup menarik untuk dikunjungi bagi pecinta diving. Selain keindahan laut, Desa Wisata Julah juga menawarkan keindahan pinggir pantai yang bersih dan sangat menarik untuk sekadar menikmati suasana pantai untuk melepas penat. Selain itu, adapun momen menarik yang dapat dilakukan oleh wisatawan yaitu menikmati indahnya sunrise dipagi hari sekaligus berolahraga ringan dengan melakukan aktivitas jogging. Desa Wisata Julah juga dilengkapi dengan jalur jogging dimana wisatawan yang datang juga bisa menikmati suasana pantai sekaligus jogging.

DESA JULAH

' Tejakula, Buleleng

Gambar 2. Keindahan Pantai Desa Wisata Julah

(Sumber : Desa Julah, 2022)

Selain keindahan alam yang menarik bagi para wisatawan, Pantai dan Laut Desa Julah juga memberikan penghasilan bagi warga setempat dengan mata pencaharian sebagai nelayan. Selain itu, ada beberapa pengunjung juga datang untuk melakukan aktivitas memancing sembari menikmati keindahan alam juga bisa sambil memancing. Pantai Desa Wisata Julah juga menawarkan view yang menarik sehingga tidak sedikit orang untuk memanfaatkan momen melakukan selfie atau berfoto.

  • 2.    Wisata Budaya, Tradisi, dan Peninggalan Sejarah

Salah satu keunikan yang menarik dimiliki oleh Desa Wisata Julah adalah keunikan budaya, tradisi, dan sejarah. Adapun beberapa budaya yang sering dikenal adalah budaya mekelin. Mungkin beberapa wilayah dikenal dengan istilah ngaben, namun Desa Julah sendiri sering menyebutnya budaya mekelin. Mekelin berasal dari kata bekel, ketika ada seseorang yang meninggal dan sudah melaksanakan rangkaian upacara dari Memarek, Mepaum, Nyampi, maka ketika meninggal dan memiliki cukup dana biasanya melangsungkan upacara mekelin. Meskipun memiliki dana yang cukup namun tidak pernah melakukan serangkaian upacara tersebut maka tidak boleh melakukan upacara mekelin.

Upacara mekelin ini tidak ada sistem pembakaran mayat melainkan cukup dikubur di setra (tempat pemakaman) yang mana telanjang bulat dan ditutupi dengan dedaunan. Di setra sendiri, mayat tidak dibakar melainkan dikubur karena kepercayaan Desa Julah penganut paham wisnu maka tidak adanya berapi-api. Hal yang unik juga kuburan di Desa Julah juga tidak sembarangan orang bisa memasukinya selama tidak ada berkepentingan penguburan mayat. Berdasarkan awig-awig, bagi seseorang yang berani dan nekat memasuki kuburan maka dikenai sanksi berupa banten atau upacara. Maka dari itu, area kuburan di Desa Julah sangat di sakralkan dengan tujuan agar tidak ada orang lain yang melakukan tindakan menyimpang dari keberadaan kuburan tersebut.

Hal unik yang masih lestari dari Desa Wisata Julah adalah Desa Julah tidak mengenal soroh. Soroh ini merupakan sebuah sistem atau pembagian golongan masyarakat yang sudah melekat di kehidupan bermasyarakat tersebut. Namun sebagai salah satu Desa Tua, Julah salah satu desa yang tidak menerapkan sistem soroh atau golongan masyarakat yang mengacu pada prasasti yang ditemukan pada abad ke-10. Dalam kesehariannya, soroh ini artinya menjunjung tinggi kesamarataan dan tidak mengenal kelas sosial secara status. Tipe rumah juga terlihat bahwa hampir

sama semua, susunannya, dan bentuk rumahnya sebagai wujud bahwa Desa Julah tidak menganut golongan atau kelas sosial.

Hal lain yang unik di Desa Julah adalah masih lestarinya dan terjaga sistem pemerintahan desa secara adat yang disebut Hulu Apad. Dresta yang diterapkan dan masih dijaga dengan lestari sampai saat ini dari turun-temurun bahwa mempercayai sistem pemerintahan tertinggi dikendalikan oleh dua (2) orang Jero Kubayan dan dibantu oleh empat (4) Jero Bau. Sistem pemerintahan ini sudah ada sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan besar di Bali yang tercatat dalam Prasasti Julah yang ditemukan di Pura Bale Agung Desa Adat Julah. Untuk mencapai titik puncak sebagai Jero Kubayan membutuhkan waktu yang panjang dan tidak mudah, semua meyakini bahwa ini adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Maka di Desa Julah dikenal tidak menggunakan Pedanda untuk memuput sebuah upacara melainkan dua Jero Kubayan dan empat Jero Bau.

Di Desa julah jika kita lihat sekitar pantai akan ditemukan tiga peninggalan sejarah yaitu sumur. Disini terdapat 4 sumur yaitu satu sumur suci dimana airnya digunakan sebagai tirta dan dipercaya memiliki religius magis, 2 sumur pemandian yang terdiri dari satu sumur pria dan satu sumur perempuan, dan satu sumur untuk hewan peliharaan (sapi). Selain itu, tepatnya di sumur pemandian pria terdapat peninggalan tapak kaki Kebo Iwa yang membuktikan bahwa pada zaman kerajaan Kebo Iwa pernah singgah di Desa Julah. Semua peninggalan ini masih tetap dilestarikan sampai saat ini sebagai keunikan pariwisata di Desa Julah.

  • 3.    Wisata Buatan

Desa Julah juga memiliki daya tarik wisata buatan dimana terlihat dari susunan arsitektur rumah di Desa Julah sangatlah unik. Keunikan susunan rumah di Desa Julah yaitu berbanjaran dimana sekelompok masyarakat kecil yang ditinggali oleh beberapa kepala keluarga. Dalam banjaran tersebut secara susunan rumah terbagi menjadi 3 susunan yaitu sebelah selatan merupakan tempat suci (kemulan),

kemudian di tengah atau disebut bale beten merupakan tempat tidur, kemudian di sebelah utaranya dapur dan paling utara adalah kamar mandi. Masing-masing bangunan secara awig-awig tidak boleh mnyentuh satu sama lain, tetap ada jarak antar bangunan. Bentuk rumah antar warga satu dengan lainnya sama, ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan kasta atau golongan sosial melainkan semua berdiri sejajar, seragam, dan serasi.

Selain bentuk dan arsitektur rumah masyarakat yang unik sebagai salah satu media edukasi kepada generasi sekarang terkait menjunjung tinggi kesetaraan dan tidak mengenal golongan atau kelas sosial, Desa Julah juga dilengkapi dengan arsitektur pembatas antara bibir pantai dengan daratan. Arsitektur bangunan ini sebagai penahan abrasi yang terus terjadi hingga mengikis daratan, maka dibangun arsitektur sekaligus sebagai trek jogging bagi wisatawan atau penduduk lokal.

Gambar 3. Daya Tarik Kerajinan Desa Julah

(Sumber : Desa Julah, 2022)

Wisata buatan yang termasuk juga sebagai unggulan di Desa Julah yaitu kerajinan tangan, hasil kain tenun Bali, kain tenun endek khas Bali. Kerajinan tangan banyak memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yaitu bambu, lidi lontar, dan sebagainya. Khususnya kain tenun Bali masih ada yang menekuni namun secara usia sudah seharusnya untuk digantikan oleh generasi muda begitupun pengrajin kain

tenun Endek Khas Bali pun sudah berpulang sehingga sampai saat ini masih belum berjalan dan tidak ada yang meneruskan. Berbicara mengenai sustainability tourism semua aspek yang dapat mendatangkan wisatawan wajib untuk dilestarikan dan dipastikan keberlanjutannya, jika seperti kasus seperti ini, maka perlu untuk dilakukan pengembagan lebih luas.

Accessibilities

Berkaitan dengan akses menuju kawasan Desa Wisata Julah sudah terakses dengan baik. Desa Wisata Julah merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali. Untuk menuju titik kawasan dapat melalui berbagai jalur baik dari jalur barat, selatan, dan timur. Jika melalui dari jalur barat dapat melalui akses Bedugul - Singaraja Kota - lurus ke timur (Desa Wisata Julah) kurang lebih 45 menit - 1 jam perjalanan dari Singaraja Kota. Sedangkan, jika melalui daerah Kubutambahan maka bisa melalui akses jalur Kubutambahan - lurus ke timur (Desa Wisata Julah) kurang lebih 30 menit dari pertigaan Kubutambahan. Sedangkan jika dari timur melalui jalur Karangasem maka mengacu pada titik Desa Tembok - lurus ke barat (Desa Wisata Julah) kurang lebih dari Desa Tembok membutuhkan waktu 30 - 40 menit. Jika datang dari akses Kintamani, maka bisa turun lewat jalur Madenan -Pertigaan Madenan/Tejakula - belok kiri kemudian lurus (Desa Wisata Julah) kurang lebih dari pertigaan Madenan 10 menit menuju kawasan.

Dilihat dari akses infrastruktur sudah sangat mudah untuk menuju lokasi kawasan Desa Wisata Julah. Namun hal yang menjadi perhatian dan fokus adalah jarak menuju kawasan Singaraja memang membutuhkan perjuangan, namun ini perlu mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Buleleng dan Pemerintah Provinsi Bali untuk membangun infrastruktur yang lebih mempermudah dan aksesibilitas lebih cepat sehingga dapat mewujudkan optimalisasi pariwisata

berkelanjutan di masa mendatang. Jika semua potensi yang dimiliki tidak mendapat akses tentu akan menyulitkan wisatawan dan enggan untuk datang berkunjung.

Amenities

Desa Wisata Julah sejauh ini belum mengarah pada pengembangan homestay untuk tempat wisatawan. Hal ini karena cukup berbenturan dengan tingkat kepercayaan warga yang masih terlalu kaku dengan tradisi yang diturunkan sehingga tidak ingin melakukan komunikasi dan negosiasi yang tepat. Sehingga semua masih berpikiran sempit sehingga salah satunya belum ada yang berani membangun sebuah homestay. Mengantisipasi hal tersebut, ketika ada wisatawan yang datang, kecenderungan warga membuka pintu rumahnya untuk dapat ditempati oleh wisatawan. Namun secara standar mungkin tidak semua akan sepemikiran terkait dengan pelayanan yang diberikan, ini tentunya masih menjadi kendala bagi warga dan pemerintah desa, maka dari itu untuk ke depan ini perlu dikaji untuk bisa meningkatkan dan optimalisasi potensi pariwisata yang dimiliki.

Selain dari penginapan/homestay, berbagai fasilitas umum dapat dinikmati seperti toko atau warung, kios, rumah makan. Selain itu, fasilitas umum lainnya seperti puskesmas, pasar tradisional, ATM (berada di Desa Tejakula tidak jauh dari Desa Julah), Toilet umum, Parkiran Umum, dll. Tidak hanya itu, fasilitas umum juga tersedia di Desa Julah meliputi akses listrik 24 jam, jaringan telekomunikasi, koneksi internet umum, koneksi jaringan warnet, akses air bersih dan Mandi-Cuci-Kakus (MCK), untuk minum warga masih mayoritas menggunakan air bersih yang tersedia, cuma beberapa yang menggunakan air isi ulang, terkait pengelolaan sampah sudah bekerjasama dengan pihak TPA sehingga sampah warga sudah ada yang mengelola.

Ancillary Service

Agar dapat menjalankan kegiatan kepariwisataan, Desa Wisata Julah dibantu oleh organisasi kepemudaan sebagai pemberi pelayanan optimal melalui Pokdarwis dan Karang Taruna. Adapun beberapa organisasi kepemudaan yang dimaksud tersebut yaitu sebagai berikut:

  • 1.    Pokdarwis Dharma Kerti Kemuning Sari

Pokdarwis Dharma Kerti Kemuning Sari merupakan organisasi kepemudaan yang terdiri dari para pemuda yang concern terhadap kepariwisataan terkait pengembangan Desa Wisata dan memiliki kepedulian untuk pariwisata berkelanjutan di Desa Julah.

  • 2.    Karang Taruna Karya Dharma Waringin

Karang Taruna Karya Dharma Waringin merupakan organisasi kepemudaan yang fokus mengemban tugas dalam segala aspek pengembangan Desa Julah mencakup UMKM, Pendidikan generasi muda, lingkungan, pariwisata, dan sebagainya. Peran dari Karang Taruna dengan kolaborasi bersama Pokdarwis akhirnya dapat menuai posisi salah satu nominasi 300 terbaik desa wisata tingkat nasional, 11 terbaik di Bali, dan 3 terbaik tingkat Kabupaten Buleleng berdasarkan Nominasi ADWI Tahun 2022.

Strategi Optimalisasi Desa Julah menjadi Pariwisata Berkelanjutan

Untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan harus mengedepankan kesimbangan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sosial, kearifan lokal dan budaya, serta perekonomian. Menjadi salah satu destinasi wisata yang populer dan berkelanjutan tidak boleh lepas dari keberadaan sosial budaya, tanpa menanggalkan kondisi lingkungan dan memberikan manfaat secara ekonomi terutama bagi

masyarakat lokal untuk jangka panjang. Berdasarkan UNWTO (2013) dalam Tamrin et al (2021) menekankan pada 3 aspek dalam pembangunan berkelanjutan meliputi :

  • 1.    Ecological Sustainability

Dalam ecological sustainability sangat menekankan keseimbangan lingkungan. Dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan tidak akan terjadi jika lingkungan sekitar Desa Wisata Julah tidak mendapat perhatian. Pariwisata akan seimbang, serasi, dan selaras dengan harapan warga masyarakat dan pengunjung semua berasal dari keasrian dan kesimbangan lingkungannya. Desa Wisata Julah terkadang masih mendapat sorotan karena selama ini banyak sekali warga menyumbang sampah rumah tangga. Hal tersebut ditimbun begitu saja di sebuah lokasi di Desa Julah. Sehingga, ini menyebabkan sampah menumpuk dan kurang diperhatikan serta tidak dikelola dengan baik. Jika ini terus-menerus tidak mendapat perhatian tentunya akan menyebabkan lingkungan menjadi kumuh. Hal nyata terjadi ketika hujan lebat terjadi, semua sampah yang berserakan dimana-mana mengalami tumpukan sampah di jalan utama Desa Julah. Ini akan menyebabkan kesan pihak eksternal menjadi berpikir negatif terhadap ketidakseriusan dalam pengelolaan sampah.

Seperti dalam konsep Bali menekankan bahwa ecological Sustainability sangat berkaitan dengan Tri Hita Karana khususnya Palemahan. Dalam palemahan ini mendorong masyarakat Desa Julah dan Bali umumnya untuk menjaga dan memberi perhatian terhadap lingkungan yang terdiri dari makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan yang juga menopang kehidupan manusia dalam bentuk oksigen maupun menahan dari segala bentuk bencana alam. Maka dari itu, Desa Wisata Julah ketika melakukan optimalisasi pariwisata yang berkelanjutan, maka harus menempatkan prioritas keseimbangan lingkungan sebagai hal vital.

Seiring perjalanan waktu, Desa Wisata Julah sudah mulai sedikit sadar akan pentingnya lingkungan, dan peran dari organisasi kepemudaan mulai peka terhadap akibat sampah. Sejauh ini, kelompok pokdarwis dan karang taruna serta seluruh

perangkat Desa Julah sudah bahu-membahu untuk berbenah diri terkait pengelolaan sampah. Dengan membangun relasi, akhirnya sampah disalurkan kepada pengelola sampah dan kini masih proses pembenahan sistem pengelolaan sampah untuk menuju pariwisata Desa Wisata Julah yang berkelanjutan.

  • 2.    Social and Culture Sustainability

Untuk menuju pariwisata Desa Wisata Julah yang berkelanjutan juga harus memprioritaskan keseimbangan sosial dan budaya yang ada di Desa Julah. Aspek sosial dan budaya yang mana sebagai daya tarik budaya dan kehidupan sosial nya, tentu ini menjadi perhatian agar tetap selaras. Jika kehidupan sosial dan kebudayaan yang tidak tertata dengan baik, tentunya tidak ada sebuah keunggulan yang ditawarkan dan menjadi identitas keunikan di Desa Julah.

Dalam konsep Tri Hita Karana, juga sangat ditekankan hubungan harmonis antara sesama manusia atau makhluk sosial yang disebut Pawongan. Begitupun dengan budaya yang mencakup di dalamnya adalah tradisi sangat berkaitan erat dengan sosial. Maka dari itu, keberadaan sosial dan budaya menjadi penentu keberlangsungan pariwisata di masa mendatang. Desa Wisata Julah juga telah menunjukkan di tengah modernisasi, tradisi, budaya, kehidupan sosial masih berjalan harmonis sebagaimana sejak kemunculan Desa Julah ini. Pokdarwis dan Karang Taruna sebagai pelaksana dan pengelola terus berusaha menjalankan kelestarian budaya, tradisi, dan adat-istiadat lokal untuk menuju Pariwisata Desa Julah yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

  • 3.    Economic Sustainability

Optimalisasi pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Julah juga wajib mempertimbangkan keberlanjutan dan keseimbangan dari aspek ekonomi. Aspek ekonomi fokus pada kontribusi pengelolaan pariwisata terhadap pendapatan langsung bagi masyarakat lokal. Salah satu yang sudah diterapkan adalah maksimalisasi UMKM yang bergerak di bidang kerajinan tangan yang mendapat

dukungan penuh oleh pemerintah desa. Dengan maksimalisasi dan dukungan ini menunjukkan bahwa pariwisata di Desa Julah terjaga dengan baik. Meskipun belum optimal penerapannya, namun pariwisata Desa Julah melalui organisasi kepemudaan Pokdarwis dan Karan Taruna terus melakukan kontribusi dalam pengelolaan potensi pariwisata agar tetap terjaga dengan baik serta memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat lokal.

Prinsip economic sustainability ini sangat berkaitan juga dengan konsep Tri Hita Karana khususnya Pawongan dimana untuk mewujudkan harmonisasi juga harus mengedepankan keharmonisan sosial. Untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Desa Julah sudah didasari oleh Prinsip Tri Hita Karana ini, kemudian didukung oleh prinsip economic sustainability bahwa dengan prinsip ini dijalankan dengan konsisten maka akan bisa melakukan optimalisasi pariwisata berkelanjutan.

Maka dari itu, peran seluruh perangkat desa, Pokdarwis, dan Karang Taruna sudah melakukan pengelolaan pariwisata dengan maksimal. Saat ini, seluruh elemen sudah berusaha terus untuk pengembangan dan menjaga potensi yang dimiliki, dengan harapan dapat mengoptimalkan pariwisata di Desa Julah berkelanjutan untuk jangka panjang.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan dari observasi, pengamatan, dan kondisi pariwisata di Desa Wisata Julah sudah melakukan pengelolaan dengan maksimal. Sebagai salah satu target yang diharapkan adalah dapat mengoptimalisasi Desa Tua yaitu Desa Julah terjaga menjadi pariwisata berkelanjutan sudah sangat layak diprioritaskan. Namun meskipun belum secara 100% optimal dalam pengelolaan pariwisata, pengelola tetap melakukan pembenahan dan peningkatan pariwisata yang dimiliki. Secara potensi

pariwisata di Desa Julah sudah sangat potensial untuk dikenal oleh wisatawan. Potensi pariwisata sejauh ini masuk dalam kategori edukasi dimana tidak secara serta merta dapat melakukan eksplorasi tetapi tetap mengikuti awig-awig yang ada.

Dilihat dari analisis memang secara attraction, accessibilities, amenities, dan ancillary service bahwa Desa Julah belum dapat memenuhi semua standar seperti penginapan homestay bagi wisatawan yang berkunjung, destinasi wisata yang berkaitan dengan budaya juga tidak bisa dilakukan sewaktu-waktu melainkan pada periode waktu tertentu saja. Maka dari itu, sangat diperlukan pengembangan lebih lanjut mungkin berupa miniatur target percontohan destinasi wisata Desa Julah yang merangkum semua potensi pariwisata. Sehingga dengan saran ini dapat menjadi daya tarik utama wisatawan untuk berkunjung ke Desa Julah. Selain itu, untuk menjaga setiap warisan budaya, tradisi, dan segala potensi pariwisata terangkum semua di miniatur percontohan pariwisata yang dimiliki oleh Desa Julah. Dengan miniatur percontohan ini dapat mengoptimalisasi Desa Wisata Julah sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan dan bisa dinikmati untuk jangka panjang oleh penduduk lokal maupun wisatawan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dilakukan, adapun beberapa rekomendasi yang dapat disarankan dalam optimalisasi pengembangan Desa Tua yaitu Desa Wisata Julah sebagai pariwisata berkelanjutan sebagai berikut :

  • 1.    Pengelolaan destinasi wisata perlu ditekankan kembali empat prinsip pengembangan pariwisata oleh perangkat desa, organisasi kepemudaan di Desa Julah yaitu Pokdarwis dan Karang Taruna. Selain itu, tetap berpegang teguh dengan prinsip Tri Hita Karana dan tiga aspek pembangunan berkelanjutan.

  • 2.    Perlu mengembangkan miniatur percontohan untuk merangkum semua warisan dan potensi pariwisata yang dimiliki seiring mengantisipasi tergerusnya warisan

dan potensi pariwisata yang dimiliki karena perkembangan modernisasi dan globalisasi.

  • 3.    Perlu mengintegrasikan dan mengkomunikasikan kepada pemerintah agar tetap mendapat dukungan terkait pengembangan pariwisata untuk menuju pariwisata berkelanjutan.

Ucapan Terimakasih

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Desa Julah yang mendukung berupa data terutama kepada Kepala Desa Julah, Kelian Adat, Masyarakat lokal, Organisasi kepemudaan Pokdarwis dan Karang Taruna, dan pihak lainnya yang turut mendukung sehingga selesainya riset ini.

Daftar Pustaka

Andesta, I. (2022). Analisis SIklus Hidup Pariwisata dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Wisata Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. JUMPA, 8(2).

Böcker, L., & Meelen, T. (2017). Sharing for people, planet or profit? Analysing motivations for intended sharing economy participation. Environmental Innovation      and      Societal      Transitions,      23,      28–39.

https://doi.org/10.1016/j.eist.2016.09.004

Camisón, C. (2020). Competitiveness and Sustainability in Tourist Firms and Destinations. Sustainability, 12(6), 2388. https://doi.org/10.3390/su12062388

Cooper, C. et al. (2005). Tourism - Principles and Practice (Third Edit). Pearson Education.

Elkington, J. (1994). Towards the Sustainable Corporation: Win-Win-Win Business Strategies for Sustainable Development. California Management Review, 36(2), 90–100. https://doi.org/10.2307/41165746

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2020). Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2022, Februari 18). Anugerah Desa Wisata (ADWI 2022). JADESTA: ADWI 2022. Retrieved May 27, 2022, from https://jadesta.kemenparekraf.go.id/

Mrsic, L., Surla, G., & Balkovic, M. (2020). Smart Tourist Destination Management Using Demand Forecasting Techniques: Using Big Data for Destination Demand Forecasting as Part of a Destination Management System. In the Handbook of Research on Smart Technology Models for Business and Industry (pp. 273– 293). IGI Global.

Postma, A., Cavagnaro, E., & Spruyt, E. (2017). Sustainable tourism 2040. Journal of Tourism Futures, 3(1), 13–22. https://doi.org/10.1108/JTF-10-2015-0046

Putra, P. K., Sunarta, I. N., (2018) Identifikasi Komponen Daya Tarik Wisata Dan Pengelolaan Pantai Labuan Sait, Desa Adat Pecatu, Kabupaten Badung. JURNAL DESTINASI PARIWISATA, [S.l.], v. 6, n. 2, p. 292 - 298, jan. 2019. ISSN               2548-8937.               Available               at:

https://ojs.unud.ac.id/index.php/destinasipar/article/view/46230.       Date

accessed:             01             June             2022.             doi:

https://doi.org/10.24843/JDEPAR.2018.v06.i02.p13.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV. Alpabeta, Bandung

Tamrin, I., Tahir, R., Suryadana, M, L., Sahabudin, A. (2021). Dari Sejarah menuju Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan : Studi Kasus Kampung Wisata Pancer. JUMPA, 8(1).

WTO. (2004). Indicators of Sustainable Development for Tourism Destinations A Guidebook. World Tourism Organization.

UNESCO. (2019). Culture | 2030 indicators. UNESCO Publishing.

UNWTO. (2013). Sustainable Tourism for Development Guidebook - Enhancing capacities for Sustainable Tourism for development in developing countries. In Sustainable Tourism for Development Guidebook - Enhancing capacities for Sustainable Tourism for development in developing countries. World Tourism Organization (UNWTO). https://doi.org/10.18111/9789284415496

Profil Penulis

I Wayan Rona, S.E. Alumni S1 Business Management Universitas Prasetiya Mulya dan Mahasiswa S2 Ilmu Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha. Saat ini aktif bekerja di lembaga Bali Creative Industry Center (BCIC) sebagai Assistant Office Manager.

Dr. Ni Made Ary Widiastini, SST.Par., M.Par. Alumni S1 Manajemen Kepariwisataan STP Nusa Dua Bali, S2 Kajian Pariwisata Universitas Udayana, dan S3 Kajian Budaya Universitas Udayana. Saat ini aktif sebagai tenaga pengajar di Prodi S2 Ilmu Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha, dengan Jabatan Lektor Kepala, Golongan IVa.

Dr. I Nengah Suarmanayasa, S.E., M.Si. Alumni S1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, S2 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, dan S3 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Saat ini aktif sebagai tenaga pengajar di Prodi S2 Ilmu Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha, dengan Jabatan Lektor, Golongan IIId.

Dr. Dra. Ni Made Suci, M.Si. Alumni S1 Universitas Udayana, S2 Universitas Airlangga, dan S3 Universitas Airlangga. Saat ini aktif sebagai tenaga pengajar di Prodi S2 Ilmu Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha, dengan Jabatan Lektor Kepala, Golongan IVa.

450     JUMPA Volume 9, Nomor 1, Juli 2022