PERANCANGAN DAYA TARIK WISATA UNTUK

PENGEMBANGAN DESA WISATA DAN INOVASI NILAM
DI DESA RANTO SABON KABUPATEN ACEH JAYA

Friesca Erwan

Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Atsiri Research Centre PUI-PT Nilam Aceh, Universitas Syiah Kuala Email: friesca_erwan@unsyiah.ac.id

Raihan Dara Lufika

Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Email: raihandlufika@unsyiah.ac.id

Cut Dewi

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Email: cutdewi@unsyiah.ac.id

Syaifullah Muhammad

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Atsiri Research Centre PUI-PT Nilam Aceh, Universitas Syiah Kuala

Email: syaiful.muhammad@unsyiah.ac.id

Muslim

Jurusan Informatika, Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala Email: muslim.amiren@unsyiah.ac.id

Suhrawardi Ilyas

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala Email: suhra.ilyas@unsyiah.ac.id

ABSTRACT

Desa Ranto Sabon is a marginal area in Aceh Jaya District, Aceh Province. The village owns natural resources which can be developed into tourist attractions to encourage the development of Innovation and Tourism Village. Designing the tourism attractions are carried out using three methods, to cover Penta Helix collaboration, designing a roadmap, and conducting a technical workshop. The Penta Helix collaboration involves stakeholders from the government, universities, industry and business, the community, and the media. The roles of each parties are identified in

detail to obtain significant involvement in designing the tourist attractions. Furthermore, this activity prepares a roadmap as a guide for the stakeholders in carrying out activities and achieving the goals. Lastly, this activity conducted a technical workshop to perform tourism mindset transformation and improve the knowledge and skills of the community. Designing a tourism attraction in Desa Ranto Sabon produces three tourism concepts which are ecotourism, agrotourism and patchouli-based education tourism (edu-tourism).

Keywords: designing tourist attractions; ecotourism; agrotourism; patchouli edu-tourism.

Pendahuluan

Pariwisata adalah kegiatan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain (Yoeti, 1996). Kegiatan perpindahan ini didasari oleh keadaan psikologis manusia yang membutuhkan istirahat setelah bekerja keras sehar-hari. Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang terus diminati dan berkembangan. Perkembangan pariwisata di Indonesia sudah dimulai sejak Indonesia masih dijajah oleh Belanda, kemudian dijajah oleh Jepang hingga Indonesia merdeka dan memasuki era modern (Suwena dan Widyatmaja, 2017).

Seiring dengan perkembangan waktu dan gaya hidup manusia, pola pariwisata ikut berubah dan menyesuaikan dengan kebutuhan manusia. Terutama pada keadaan pandemi Covid-19, dimana semua orang ingin berpergian dan berwisata namun tetap mementingkan kebersihan dan kesehatan selama perjalanan. Wisata di era new normal dapat diartikan sebagai adaptasi kebiasaan pariwisata yang aman ditengah pandemi salah satunya yakni wisata di dalam wilayah Indonesia saja (Maharani dan Mahalika, 2020). Hal ini juga menjadi motivasi munculnya tempat-tempat wisata baru di Indonesia dalam bentuk desa wisata. Selain membangun fasilitas fisik penunjang protokol Covid-19, Desa Wisata juga perlu mendorong kegiatan non-fisik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penerapan standar protokol kesehatan di destinasi wisata (Swariwyanyani dkk, 2022).

Menurut Priasukmana dan Mulyadin (2001), “Desa Wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan dari suasana yang mencerminkan keaslian dari pedesaaan itu sendiri mulai dari sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas dan dari kehidupan sosial ekonomi atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya.” Pengembangan pariwisata pedesaan didorong oleh tiga faktor, diantaranya adalah potensi alam dan budaya yang otentik, lingkungan yang masih asri dan belum tercemar oleh polusi, dan pemanfaatan potensi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal secara optimal (Damanik, 2013).

Beberapa contoh desa wisata yang berkembang di Indonesia adalah desa Kliwonan sebagai desa wisata Batik (Tyas dan Damayanti, 2018), desa wisata pendidikan di Cibodas, Bandung Barat (Saepudin, dkk, 2019), dan desa Jatimalang sebagai desa industri kreatif (Zulfanita dan Setiawan, 2015). Masing-masing desa memiliki daya tarik yang berbeda-beda dan keunikan tersendiri. Maka dari itu, penting bagi sebuah desa wisata untuk memiliki identitas agar dapat menarik pelanggan untuk datang dan berkunjung.

Pada tahun 2019, Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya melakukan kerjasama dengan salah satu pusat riset di lingkungan Universitas Syiah Kuala (USK), yaitu Atsiri Research Center (ARC), dan Bank Indonesia (Kantor Perwakilan Banda Aceh) untuk menjalankan program pengembangan budidaya Nilam Aceh di Desa Ranto Sabon untuk penguatan kegiatan ekonomi masyarakat. Pada program ini, ARC USK mendampingi masyarakat dalam melaksanakan inovasi budidaya nilam, sedangkan Bank Indonesia mendukung sisi pendanaan kegiatan budidaya. Untuk melengkapi

sisi pemasaran, inovasi desa wisata pun diterapkan dengan menghadirkan Desa Inovasi dan Wisata Nilam.

Tujuan dari program pengembangan desa wisata di Desa Ranto Sabon Aceh Jaya adalah sebagai berikut:

  • 1.    Pemberdayaan masyarakat marginal di Kabupaten Aceh Jaya.

  • 2.    Menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa sehingga menurunkan tingkat kemiskinan daerah.

  • 3.    Mewujudkan terbentuknya desa wisata yang menjadi destinasi ekowisata, eduwisata (pusat pembelajaran tentang Nilam Aceh dan komiditi unggulan daerah lainnya) dan wisata halal.

Kehadiran Desa Wisata Nilam Ranto Sabon diharapkan mampu meningkatkan kehidupan masyarakat Desa Ranto Sabon, terutama kaum pemuda/i desa untuk pengembangan kegiatan ekonomi desa. Selain itu, Desa Inovasi dan Wisata Nilam Ranto Sabon dapat menjadi media informasi yang mendunia tentang Nilam Aceh. Melalui pendekatan wisata, bukan sekadar produk turunan dari minyak nilam yang dapat dijual, melainkan di dalamnya ada cerita, nilai, keyakinan dan norma adat, serta pengetahuan dan adaptasi teknologi.

Metode

Kolaborasi Penta helix

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang telah menerapkan konsep Penta helix dan dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, dimana disebutkan bahwa “…untuk menciptakan orkestrasi dan memastikan kualitas aktivitas, fasilitas, pelayanan, dan untuk menciptakan pengalaman dan nilai manfaat kepariwisataan agar memberikan keuntungan, manfaat pada masyarakat dan

lingkungan, maka diperlukan pendorong sistem kepariwisataan melalui optimasi peran academic, bussiness, community, government and media (ABCGM).”

  • Gambar 1. Kerangka Kolaborasi Penta helix (Sumber: Laporan Kegiatan Pendampingan, 2020)

Pengembangan Desa Inovasi dan Wisata Ranto Sabon dilaksanakan dengan pendekatan Penta helix (Gambar 1), melibatkan pemerintah, dunia usaha, media, masyarakat, dan perguruan tinggi. Kolaborasi ini diharapkan akan mendorong terbentuknya inovasi, ide-ide kreatif, kolaborasi penelitian, komersialisasi produk dan jasa pariwisata, serta pembentukan pasar yang lebih luas baik di tingkat lokal, nasional, internasional. Hal ini juga diutarakan oleh Paristha, dkk (2022) bahwa dengan adanya keterlibatan stakeholder dari berbagai unsur menjadikan Desa Wisata semakin berkembang dengan baik dilihat dari adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan serta terealisasinya pembangunan-pembangunan yang bersifat fisik maupun non fisik di Desa Wisata.

Penyusunan Roadmap

Keterlibatan para pihak dalam perancangan daya tarik wisata untuk pengembangan desa wisata di Desa Ranto Sabon memungkinkan adanya overlapping kegiatan. Untuk meminimasi hal tersebut, maka dibentuklah roadmap kegiatan

(Gambar 2). Tujuan dibentuknya roadmap adalah sebagai pedoman bagi para pihak dalam pelaksanaan kegiatan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Roadmap disusun bersama-sama antara para pihak sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh Desa Ranto Sabon Aceh Jaya.

Gambar 2. Roadmap Kegiatan Pengembangan Desa Wisata (Sumber: Laporan Akhir Kegiatan Pendampingan, 2020)

Bimbingan Teknis

Untuk mendorong terbentuknya mindset pariwisata dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan masyarakat Desa Ranto Sabon, maka pada kegiatan ini dilaksanakan bimbingan teknis (bimtek). Beberapa hal yang dibahas dalam bimtek diantaranya adalah transformasi mindset sadar wisata, konsep pengembangan wisata dengan metode exploring, packaging and presentation, dan pelaksanaan CHSE (Clean, Health, Safe, and Environment Sustainability) untuk terciptanya pariwisata dengan kebiasaan baru di masa pandemi. Bimtek ini diikuti oleh seluruh komponen Penta helix dengan tujuan untuk mendorong terciptanya visi dan misi yang sama terhadap perancangan daya tarik wisata untuk pengembangan desa wisata di Desa Ranto Sabon Kabupaten Aceh Jaya.

Hasil dan Pembahasan

Identifikasi Peran Kolaborasi Penta helix

Kolaborasi Penta helix pada kegiatan perancangan daya tarik wisata untuk pengembangan Desa Inovasi dan Wisata Ranto Sabon ini kemudian di identifikasi lebih detil sehingga masing-masing pihak memiliki peran signifikan dalam pelaksanaan kegiatan yang disusun. Peran para pihak dalam kolaborasi Penta helix diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi Peran Para Pihak dalam Kolaborasi Penta helix

No. PELAKU                               PERAN

1    ACADEMIC                                     Fasilitator

Universitas Syiah Kuala

  • -    Atsiri Research Centre (ARC) Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi

  • -  Pusat Industri Kreatif Unsyiah (Centre for

Creative Industries of Syiah Kuala University)

  • -    Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsyiah

  • -    Tenaga Pengajar dan Mahasiswa lintas program studi/jurusan/fakultas

  • 2   BUSINESS

  • -  Perbankan (Bank Indonesia, Bank Aceh)

  • -  CSR

  • -    Koperasi

  • -    BUMDES

  • 3  COMMUNITY

  • -    Kepala Desa dan perangkat Desa Ranto Sabon

  • -    Masyarakat Desa Ranto Sabon

  • -  PKK Kabupaten Aceh Jaya, PKK Kecamatan

Sampoiniet, dan PKK Desa Ranto Sabon

88     JUMPA Volume 9, Nomor 1, Juli 2022

Edukator

Supervisor

Motivator

Komunikator

Evaluator

Sponsor

Beneficiaries

Pelaksana program

Evaluator

No. PELAKU                               PERAN

  • -    Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI)

Provinsi Aceh

  • -    Flower Aceh

  • -    Task force team desa wisata nilam

  • -    Aceh Australian Alumni

    4

    GOVERNMENT

    Pendukung

    Pemerintah Provinsi Aceh dan Kabupaten Aceh Jaya:

    • -    Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

    • -  Dinas Pariwisata

    • -  Dinas Perkebunan

    • -  Dinas Pemuda dan Olahraga

    • -  Dinas Perindustrian

    • -  Camat (Kecamatan Sampoiniet)

    kebijakan

    Supervisor

    Evaluator

    5

    MEDIA

    • -    Jurnalis

    • -    Influencer dan public figure

    Branding program dan produk di desa wisata

    Komunikator

Perancangan Daya Tarik Wisata

Desa Wisata Nilam Ranto Sabon merupakan desa wisata rintisan yang akan berkembang di masa yang akan datang. Kolaborasi Penta helix telah dilakukan sejak Tim Taskforce Desa Wisata dibentuk pada 2019 dan akan terus bersinergi dengan tim pendamping USK melalui program pendampingan. Melalui bimbingan teknis yang dilaksanakan, masyarakat diajak untuk mendiskusikan potensi desa yang dapat digunakan sebagai produk wisata dan bagaimana cara mengemas produk tersebut menjadi daya tarik wisata di desa mereka.

Beberapa informasi tentang potensi desa yang diperoleh saat bimtek berlangsung adalah potensi ekowisata dan eduwisata. Melihat potensi wisata di Desa

Ranto Sabon dan pengembangan wisata di desa-desa tetangga, masyarakat desa dan tim pendamping Unsyiah menyusun beberapa rencana paket wisata berbasis ekowisata, eduwisata dan wisata halal yang dikombinasikan dengan pendekatan See, Do, Buy, Learn.

Perancangan ekowisata (Gambar 3) di Desa Inovasi dan Wisata Nilam Ranto mengangkat tema wisata dengan alam, dimana kegiatan pariwisata dikemas dengan konsep berwawasan lingkungan dan mengutamakan keindahan alam. Perancangan ekowisata di Desa Inovasi dan Wisata Nilam Ranto Sabon ditampilkan pada Gambar 3 (searah jarum jam) terdiri dari wisata pantai, bird watching, wisata konservasi gajah (Conservation Response Unit), dan wisata air terjun.

Gambar 3. Konsep Ekowisata Desa Ranto Sabon

Menurut penelitian Pradnyana, dkk (2022) tentang Pengembangan Pariwisata Konservasi Savana Propok di Lombok, Nusa Tenggara Barat, beberapa alternatif strategi pengembangan wisata konservasi atau ekowisata yang menjadi perhatian masuk ke dalam strategi “mempertahankan dan memelihara” dalam matriks analisis

SWOT. Strategi-strategi tersebut adalah (1) Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata, (2) Strategi Perencanaan Pariwisata Konservasi, (3) Strategi Penetrasi Pasar (4) Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Konservasi, (5) Strategi Promosi Daya Tarik Wisata (6) Strategi Peningkatan Kualitas Lingkungan, dan (7) Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Hasil penelitian tersebut dapat mendukung pengembangan ekowisata di Desa Inovasi dan Wisata Nilam Ranto Sabon.

Selanjutnya, Desa Ranto Sabon memiliki hasil alam berupa nilam, jeruk dan durian. Hasil alam tersebut dapat dikemas menjadi daya tarik wisata agro (agrowisata) yang ditampilkan pada Gambar 4 (searah jarum jam), yang terdiri dari wisata kebun nilam, wisata kebun jeruk, dan wisata durian.

Wisata kebun nilam merupakan salah satu daya tarik yang unik yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata edukasi atau eduwisata. Kegiatan eduwisata nilam diperlihatkan pada Gambar 5 (searah jarum jam) terdiri dari kegiatan menanam bibit nilam, melihat proses penyulingan minyak Nilam, dan pembuatan produk dari turunan minyak nilam yang memiliki unsur teknologi dan inovasi.

Gambar 4. Perancangan Agrowisata Desa Ranto Sabon

Gambar 5. Perancangan Eduwisata Nilam Desa Ranto Sabon

Perancangan daya tarik wisata dengan konsep ekowisata, agrowisata dan eduwisata akan bersinergi dengan konsep wisata halal, dimana kegiatan pariwisata di desa akan mengangkat tema produk-produk pariwisata yang bersih, sehat, menjunjung kearifan lokal dan kebudayaan secara luas.

Kesimpulan

Pengembangan desa wisata merupakan salah satu upaya menciptakan kegiatan ekonomi di desa melalui pemberdayaan masyarakat. Pengembangan desa wisata pada Desa Ranto Sabon Kabupaten Aceh Jaya dilakukan dengan melakukan perancangan daya tarik wisata, yang melibatkan para pihak dalam kolaborasi Penta helix. Para pihak saling bekerjasama dan bersinergi untuk meng-explore dan mengembangkan potensi pariwisata yang ada didesa mereka. Sehingga masyarakat mengenal dan memahami konsep desa wisata dan karakteristik desa wisata yang dapat mereka bangun di desa.

Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:

  • 1.    Pemberdayaan masyarakat marginal di Aceh Jaya melalui agribisinis nilam sangat mungkin untuk dilakukan karena masyarakat telah mengenal budidaya Nilam Aceh sejak lama (1998). Kehadiran program pengembangan ekonomi masyarakat desa atas kerjasama Atsiri Research Centre (ARC) Unsyiah, Bank Indonesia, Pemkab Aceh Jaya, dan Koperasi Nilam Aceh (KINA) membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bertani Nilam. Unsyiah berkomitmen untuk menjaga keberlangsungan program pengembangan ekonomi masyarakat desa dengan sinergitas program pengembangan desa wisata Nilam.

  • 2.    Masyarakat Desa Ranto Sabon telah memahami konsep exploring, packaging and presentation dalam mengembangkan potensi wisata di desa mereka. Hal ini mendorong terciptanya lapangan kerja untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa sehingga menurunkan tingkat kemiskinan di desa.

  • 3.    Masyarakat Desa Ranto Sabon telah memahami CHSE dalam mengembangkan produk-produk wisata di desa mereka. Hal ini mendorong terwujudnya agribisnis nilam yang ramah lingkungan dan pengelolaan lingkungan desa wisata yang berkelanjutan.

  • 4.    Pemahaman terhadap konsep exploring, packaging and presentation dalam mengembangkan potensi wisata di Desa Ranto Sabo (pada poin 2) juga mendorong terbentuknya Desa Wisata Nilam yang berbasis ekowisata, pusat pembelajaran tentang Nilam Aceh (eduwisata) dan wisata halal.

  • 5.    Konsep pengembangan desa wisata Nilam melalui program pendampingan oleh USK menjunjung tinggi norma-norma kearifan lokal untuk mendorong terwujudnya pemuliaan tanaman Nilam Aceh.

Ucapan Terima kasih

Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia untuk pelaksanaan kegiatan program Pengembangan Desa Wisata melalui Pendampingan oleh Perguruan Tinggi tahun 2020. Tim Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan aparat pemerintahan Desa Ranto Sabon, Camat Sampoiniet, dan Kabid Pariwisata Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Aceh Jaya yang telah bekerjasama secara positif untuk pelaksanaan kegiatan Pengembangan Desa Wisata dan Inovasi Nilam di Desa Ranto Sabon.

Daftar Pustaka

Damanik J. (2013). Pariwisata Indonesia Antara Peluang dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim Desa Wisata dan Inovasi Atsiri Research Centre Universitas Syiah Kuala. (2020). Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan Desa Wisata Melalui Pendampingan oleh Perguruan Tinggi tahun 2020. Universitas Syiah Kuala

Maharani, A., & Mahalika, F. (2020). New Normal Tourism Sebagai Pendukung Ketahanan Ekonomi Nasional Pada Masa Pandemi. Jurnal Lemhannas RI, 8(2). Retrieved from http://jurnal.lemhannas.go.id/index.php/jkl/article/view/87

Paristha, N. P. T., Arida, I. N. S., & Bhaskara, G. I. (2022). Peran Stakeholder dalam Pengembangan Desa Wisata Kerta Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Jurnal      Master      Pariwisata      (JUMPA),      8(2).      DOI:

https://doi.org/10.24843/JUMPA.2022.v08.i02.p13

Priasukmana, S., & Mulyadin, R. M. (2001). Pembangunan Desa Wisata: Pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi, 2(1), 37-44.

Pradnyana, I., Wiranatha, A., & Suryawardani, I. (2022). Pengembangan Pariwisata Konservasi Savana Propok, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 8(2). doi:10.24843/JUMPA.2022.v08.i02.p05

Peraturan Menteri (Permen) Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.

Saepudin, E., Budiono, A., & Halimah, M. (2019). Pengembangan Desa Wisata Pendidikan Di Desa Cibodas, Kabupaten Bandung Barat. Sosiohumaniora -Jurnal      Ilmu      Sosial      dan      Humaniora,      21(1).      DOI:

https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v21i1.19016

Swariwyanyani, A., Paturusi, S., & Widiastuti, W. (2022). Strategi Pengembangan Desa Wisata Catur, Kintamani-Bangli Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 8(2). DOI:10.24843/JUMPA.2022.v08.i02.p11

Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. G. K. (2017). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Pustaka Lasaran: Bali.

Tyas, N. W., & Damayanti, M. (2018). Potensi Pengembangan Desa Kliwonan sebagai Desa Wisata Batik di Kabupaten Sragen. Journal of Regional dan Rural Development          Planning,          2(1),          74-89.          DOI:

https://doi.org/10.29244/jp2wd.2018.2.1.74-89

Yoeti. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT. Perca

Zulfanita, & Setiawan, B. (2015). Pengembangan Desa Wisata Jatimalang Berbasis Industri         Kreatif.          ABDIMAS,          19(1).          DOI:

https://doi.org/10.15294/abdimas.v19i1.4695

Profil Penulis

Friesca Erwan, S.T., M.T., MProjMgt. Alumni S1 Universitas Islam Bandung, S2 Universitas Syiah Kuala dan Master (S2) Queensland University of Technology. Saat ini aktif sebagai pengajar di Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. NIP. 198405172019011101, dengan Jabatan Asisten Ahli. Merupakan tim desa wisata dan inovasi pada struktur pengurus Atsiri Research Centre PUI-PT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala.

Raihan Dara Lufika, S.T., M.Sc. Alumni S1 Universitas Syiah Kuala dan S2 Curtin University. Saat ini aktif sebagai tenaga pengajar di Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. NIP. 199412282020122004. Merupakan tim pengembangan start-up dan inovasi pada struktur pengurus Atsiri Research Centre PUI-PT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala.

Dr. Cut Dewi, S.T., M.T., M.Sc. Alumni S1 Universitas Syiah Kuala, S2 Institut Teknologi Bandung dan S2 Groningen University, S3 Australian National University. Saat ini aktif sebagai pengajar di Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. NIP. 197807152002122002, dengan Jabatan Lektor Kepala. Merupakan tim desa wisata dan inovasi pada struktur pengurus Atsiri Research Centre PUI-PT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala.

Dr. Syaifullah Muhammad, S.T., M.Eng. Alumni S1 Universitas Syiah Kuala, S2 dan S3 Curtin University. Saat ini aktif sebagai pengajar di Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. NIP. 197105151999031001, dengan Jabatan Lektor. Merupakan Ketua Atsiri Research Centre PUI-PT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala.

Muslim, S.Si., M.InfoTech. Alumni S1 Universitas Syiah Kuala dan S2 University of South Australia. Saat ini aktif sebagai pengajar di Jurusan Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala. NIP. 197311181999031001, dengan Jabatan Lektor. Merupakan tim desa wisata dan inovasi pada struktur pengurus Atsiri Research Centre PUI-PT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala.

Dr. Suhrawardi Ilyas, S.Si., M.Sc. Alumni S1 Institut Teknologi Sepuluh November, S2 dan S3 University of New South Wales. Saat ini aktif sebagai pengajar di Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala. NIP. 197107061994121001, dengan Jabatan Lektor. Merupakan tim desa wisata dan inovasi pada struktur pengurus Atsiri Research Centre PUI-PT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala.

96     JUMPA Volume 9, Nomor 1, Juli 2022