IMPLEMENTASI KONSEP “SUSTAINABLE EVENT MANAGEMENT” DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN MICE DI KAWASAN WISATA NUSA DUA, BALI
on
IMPLEMENTASI KONSEP “SUSTAINABLE EVENT MANAGEMENT”
DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN MICE DI KAWASAN WISATA NUSA DUA, BALI
Komang Trisna Pratiwi Arcana
Double Degree Indonesia Prancis (DDIP) Program Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana dan Université Angers, France
Email: [email protected]
Abstract
The growth of MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) Tourism and a requirement to incorporate the principle of sustainability in the management of tourism sector, bring such a concept of sustainable development for business which called as Sustainable Event Management. This study determines the characteristic of MICE Tourism and discovers the reason why Nusa Dua Resort, Bali, becomes a well known MICE tourism destination. Besides, it tries to obtain a clear picture as well as details on how the implementation of the concept of Sustainable Event Management and how it could improves the image of MICE tourism destinations in Nusa Dua Resort, Bali. This destination becomes an attractive tourist area and well known by its capability in handling national and international scale events. Therefore the management of MICE activities at Nusa Dua Resort Bali through implementation of the concept is expected to be even better and could be an example for the rest tourism destination in Bali especially for the sustainable management.
This research uses qualitative method with data source collecting was purposive sampling and data collecting method by a combination of observation, interview, questionnaire, and documentation. The research findings describes that Nusa Dua Resort, Bali has MICE destination attributes to accommodate both of national and international scale event in term of: (i) accessibility; (ii) attraction; (iii) amenities and affordability; (iv) ancillary service; (v) special intermediaries; (vi) stakeholder support. Meanwhile implementation
of Sustainable Event Management concept based on the checklist guidelines from UNEP (United Nations Environment Program) for Sustainable Event Guide, founds that the Professional Conference Organization (PCO), Destination Management Company (DMC) and MICE Management Team at Nusa Dua Resort beliefs it would bring such economic benefit for the company and gave a chance to involves local community to participate in many forms (employees, suppliers, entertainer), and also inspired their client and other stakeholder to behave in sustainable way. This study concludes that the implementation of the concept subsequently derived some impacts for local community and creates an image of the destination to the business traveler whose use the product itself.
Keywords: Sustainable Event Management, MICE, Tourism Impact, Destination Image. Nusa Dua Resort Bali
Bali adalah sebuah pulau yang unik dengan mayoritas masyarakat Hindu dan memiliki pemandangan alam yang menarik seperti seperti pantai indah, pegunungan, air laut yang jernih dan budaya yang menarik. Bali memiliki pengalaman dan sumber daya manusia yang kompeten dalam menangani event nasional maupun yang berskala internasional sehingga predikat sebagai salah satu destinasi MICE terbaik di Indonesia memang layak diberikan pada Bali. Berdasarkan data kegiatan konvensi di Bali periode tahun 2008-2012 dalam Tabel 1 ditunjukkan bahwa Bali masih menjadi salah satu destinasi MICE yang diminati wisatawan mancanegara dan domestik. Jumlah penyelenggaraan konvensi internasional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penyelenggaraan konvensi nasional dengan rata-rata penyelenggaraan konvensi nasional sebanyak 37 kali per tahun sedangkan konvensi internasional mencapai 140 kali periode tahun 2008–2012.
Tabel 1
Data Kegiatan Konvensi di Bali Tahun 2008 – 2012
Tahun |
Konvensi Nasional |
Konvensi Internasional |
Total |
2008 |
42 |
124 |
166 |
2009 |
48 |
176 |
224 |
2010 |
52 |
150 |
202 |
2011 |
21 |
147 |
168 |
2012 |
23 |
104 |
127 |
Rata - Rata |
37 |
140 |
177 |
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2013)
Salah satu destinasi MICE di Bali adalah Nusa Dua Resort, di bawah manajemen BTDC (Bali Tourism Development Corporation) Nusa Dua Bali. Kawasan ini lahir karena kebutuhan akan tersedianya akomodasi yang berkualitas dan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan ke Bali di era 1980-an. Kawasan tersebut awal mulanya adalah tidak produktif seluas 350 hektar namun memiliki pantai berpasir putih yang indah, populasi yang rendah, dan berlokasi dekat dengan Ngurah Rai International Airport. Saat ini, Nusa Dua Resort telah menjadi kawasan wisata yang terdiri dari hotelhotel berbintang lima, shopping centre, museum, dan restoran yang menjanjikan pelayanan dan pengalaman yang berbeda baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Wisata konvensi atau MICE tidak hanya dikenal sebagai industri yang berkaitan dengan pelayanan saja, namun sebagai salah satu sektor yang tumbuh sangat cepat pada industri pariwisata (Dwyer & Forsyth 1997; dalam Seebaluck et.al. 2013: 2). Pada umumnya wisata konvensi atau MICE selalu berkaitan dengan sektor usaha lainnya seperti perdagangan, transportasi, travel, hiburan, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman, venues, informasi teknologi dan keuangan (Seebaluck et.al., 2013:2). Sehingga bentuk kegiatan dalam wisata ini selalu melibatnya banyak sumber daya baik manusia, bahan baku, uang, metode,
dan gagasan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi (Wisnawa, 2013:1). Tipe wisatawan tersebut dalam industri pelayanan jasa terkenal sebagai “big spenders” jika dibandingkan dengan wisatawan yang berkunjung untuk berlibur saja (Gurkina, 2013: 1).
Banyak dampak positif dari wisata konvensi atau MICE bagi perekonomian seperti pendapatan, penyerapan tenaga kerja, pendapatan dari bisnis pariwisata, hingga pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal (Swarbrooke and Horner, 2001: 75). Tentunya dampak berganda atau multiplier effect dari event pariwisata bagi sektor-sektor yang lain, pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi Bali secara keseluruhan. Namun, fenomena pertumbuhan industri pariwisata yang tidak terkendali dan begitu cepat sering kali menimbulkan kekhawatiran akan dampak besar yang akan ditimbulkan. Selain dampak positif yang ditimbulkan, industri MICE disebutkan berpotensi memberi dampak negatif seperti mengancam kualitas sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan MICE itu sendiri (Presbury, 2005: 30). Tentunya hal ini dapat menimbulkan resiko keberlanjutan jangka panjang dari pembangunan industri pariwisata suatu negara.
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan MICE salah satunya adalah lingkungan dengan produksi sampah berlebih yang mengarah pada implikasi penggunaan energi dalam jumlah besar (Zamzuri et.al., 2011: 1). Hal ini disebabkan penyelenggaraan kegiatan MICE akan selalu memanfaatkan sumber daya yang cenderung berlebih. Selain dampak lingkungan, kegiatan MICE dapat menciptakan dampak negatif sosial dan budaya, kemacetan lalu-lintas, dan komodifikasi budaya yang mengakibatkan ketidakpuasan wisatawan dan masyarakat sendiri (Presbury, 2005:31). Untuk itu dirasa perlu menggabungkan prinsip sustainability dalam penyelenggaraan event sebagai bagian dari industri pariwisata.
Konsep sustainable event management merupakan adaptasi dari tiga prinsip dasar sustainable development yaitu environment
responsibilities, economic responsibilities, dan social responsibilities (diadopsi dari The Triple Bottom Line Approach, Green Meeting Industry Council dalam United Nations Office at Nairobi and United Nations Environment Programme, 2012: 2). Implementasi konsep sustainable event management merupakan upaya yang bisa dilakukan oleh para events planner untuk mengurangi dampak negatif dari perencanaan dan pelaksanaan kegiatan MICE, menguntungkan komunitas lokal dan semua pihak yang terlibat. Lahirnya international standard ISO 20121 tentang sustainable event management systems merupakan dukungan nyata dari dunia untuk mempermudah para event planner dalam mengimplementasikan konsep ini.
Mengingat Bali telah menjadi salah satu destinasi wisata konvensi atau MICE di dunia, penting untuk mengetahui bagaimana implementasi dari konsep sustainable event management ini dalam pengelolaan event yang dilaksanakan di destinasi ini, khususnya pada kawasan di mana penyelenggaraan kegiatan MICE paling banyak dilaksanakan. Hingga saat ini Nusa Dua Resort masih menjadi tempat paling favorit bagi pelaksanan kegiatan MICE salah satunya karena tersedianya tempat konvensi berskala besar yang dapat menampung ribuan orang Melalui implementasi konsep sustainable event management, pengelolaan kegiatan MICE di Nusa Dua Resort diharapkan dapat lebih baik lagi, sehingga mampu meningkatkan citra Bali sebagai destinasi wisata konvensi di dunia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
-
• Apa karakteristik pariwisata MICE di Nusa Dua Resort?
-
• Apa implementasi konsep sustainable event management dalam pengelolaan kegiatan MICE di Nusa Dua Resort? Khususnya dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan, apakah mereka banyak terlibat?
-
• Apa dampak dari implementasi konsep sustainability pada MICE dan apakah peranannya dalam meningkatkan citra destinasi bagi wisatawan dan masyarakat lokal? Dapatkah
Nusa Dua Resort menjadi teladan bagi destinasi wisata lain di Bali dalam hal sustainable management?
Penelitian ini menggunakan metode penelititan kualitatif berdasarkan fenomena sosial yang terjadi di Nusa Dua Resort terkait perkembangan pariwisata MICE di kawasan tersebut. Menurut Sugiyono (2009: 15), metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian secara alami dimana instrument kuncinya adalahnya peneliti itu sendiri, dan hasil dari penelitian adalah untuk menekankan pada makna dibandingkan generalisasi.metode pengambilan sumber data dilakukan dengan purposive sampling, dengan metode pengambilan data merupakan kombinasi dari observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Data primer dikumpulkan melalui open-ended questionnaires kepada wisatawan business yang memiliki pengalaman mengadakan kegiatan MICE di Bali, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat mereka tentang citra destinasi MICE yang mengimplementasikan konsep Sustainable Event Management dan untuk mengetahui alasan mengapa kawasan tersebut menjadi salah satu destinasi pariwisata MICE di dunia. Data primer yang lain dikumpulkan melalui checklist dan open-ended questionnaire kepada stakeholders seperti DMC (Destination Management Companies), PCO (Professional Conference Organizers), dan Tim Manajemen MICE dari hotelhotel yang berlokasi di Nusa Dua Resort dan telah menangani event berskala nasional maupun internasional. Data tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kesadaran mereka tentang isu-isu pembangunan berkelanjutan dan bagaimana mereka mengimplementasikan konsep Sustainable Event Management dalam mengelola kegiatan MICE di Nusa Dua Resort.
Open –ended questionnaire juga diberikan kepada masyarakat lokal dari Desa Bualu di Nusa Dua. Tujuan dari penyebaran kuesioner tersebut adalah untuk mengetahui persepsi dan pendapat mereka tentang pentingnya mengelola kegiatan MICE secara berkelanjutan untuk meningkatkan citra destinasi sebagai destinasi pariwisata MICE. Selain itu, untuk mengetahui manfaat yang emreka dapatkan dari perkembangan industri MICE di kawasan tempat tinggal mereka. Data sekunder termasuk data kualitatif dan kuantitatif. Data ini didapatkan dari penelitian sebelumnya, kerangka teori, artikel penelitian sejenis, dan data statistik yang terkait dengan tujuan penelitian ini.
Pariwisata menjadi sektor industri yang tumbuh cepat di banyak negara, demikian pula bagi negara berkembang seperti Indonesia. Untuk mendapatkan pasar yang lebih luas, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menempatkan pariwisata sebagai visi terdepan, guna menjadikan Indoensia sebagai destinasi wisata bertaraf internasional, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan. Untuk meningkatkan capaian dan kinerja pariwisata, pemerintah mengelola “Visit Indonesia Year” dan salah satunya melalui pengelolaan pariwisata MICE. Salah satu destinasi MICE terbaik di Indonesia adalah Bali. Bali memiliki beberapa daerah yang dikenal memiliki fasilitas MICE dan kemampuan untuk menangani event berskala nasional maupun internasional, seperti Nusa Dua, Jimbaran, Kuta, Tanjung Benoa, Legian, Seminyak, dan Ubud. Nusa Dua pada saat ini merupakan pilihan utama untuk pariwisata MICE di Bali.
Foto 1
Master Plan Nusa Dua Resort Bali
Sumber: Bali Tourism Development Corporation (BTDC)’s 2012 Annual Report (2012: 11).
Nusa Dua Resort adalah kawasan pinggir pantai yang berlokasi 20 km dari Denpasar, dekat dengan Desa Bualu, di sebelah timur dari Bukit Peninsula, atau sebelah selatan Pulau Bali. Sebagai destinasi wisata, kawasan ini memiliki beberapa elemen atau produk wisata sebagai kriteria untuk menjadi destinasi wisata yang dapat dinikmati para wisatawan. Nusa Dua Resort terdiri dari hotel-hotel bintang lima dengan standar internasional, selain fasilitas lainnya seperti restoran, kolam renang, spa, pusat olah raga, dan juga fasilitas pertemuan yang memberi penawaran lengkap bagi para tamu yang ingin menikmati liburan mereka.
Karena memiliki kapasitas pertemuan yang besar untuk penyelenggaraan kegiatan MICE, kawasan ini juga dikenal sebagai destinasi MICE dengan dua venue besar untuk penyelenggaraan event yaitu Bali International Convention Centre (BICC) sebagai bagian dari The Westin Resort Nusa Dua Bali dan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Dengan maksimum
kapasitas mencapai hingga 5,000 orang. Dengan fasilitas tersebut menjadikan kawasan ini terpilih sebagai tuan rumah banyak acara berskala internasional yang membutuhkan kapasitas besar. Berdasarkan hasil penelitian, Nusa Dua Resort memiliki atribut destinasi pariwisata MICE, sebagai berikut:
-
(i) Accessibility: Nusa Dua Resort terletak kurang lebih 40 km di sebelah selatan kota Denpasar dari Provinsi Bal. Kawasan ini berlokasi 25 sampai 35 menit dari internasional Airport. Saat ini hotl – hotel yang berada di kawasan tersebut menyedian jasa penjemputan dengan berbagai pilihan jenis mobil. Saat ini I Gusti Ngurah Rai Internasional Airport telah direnovasi sebagai bagian dari rencana revitalisasi bandara di Indonesia yang bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan akan air travel, dan meningkatnya jumlah pengunjung. Kemudahan mengakses Nusa Dua Resort, juga semakin terbantu dengan adanya jalan tol Bali Mandara yang membantu mengurangi kemacetan lalu lintas.
-
(ii) Attraction or entertainment: Sejak Bali menjadi destinasi wisata, pulau ini menyentuh hati para wisatawan dengan keindahan tarian dan ritual tradisional dan juga kentalnya nuansa keagaamn atau spiritual menjadikannya satu kesatuan yang kuat dan tumbuh berdampingan dengan atraksi natural lainnya. Kawasan ini memiliki daya tarik alam yang indah (Pantai Nusa Dua, Pantai Geger, Water Blow), atraksi budaya (Nusa Dua Fiesta, Bali Nusa Dua Teater), dan atraksi buatan ( Bali Collection and Entertainment, Bali Golf dan Country Club, BTDC Lagoon, Asia Pasifika Art Museum, Bali Internasional Lawn Bowls Club) untuk menghibur wusatawan.
-
(iii) Amenities and affordability: Nusa Dua Resort mewakili destinasi pariwisata pertama di dunia dengan lebih dari 4,000 akomodasi, berbagai jenis venue untuk mengakomodir event berskala nasional dan internasional, business centre, internet access, fasilitas audio visual, dan area parkir dengan kapasitas 600 lots. Kawasan ini memiliki kemampuan dan sumber daya manusia yang professional untuk mengelola industri ini.
Dengan standar pelayanan berkualitas internasional, harga yang ditawarkan pun sangat sesuai dengan pengalaman yang didapatkan oleh wisatawan bisnis sehingga menjadikan kawasan ini selalu menjadi pilihan untuk penyelenggaraan event kelas dunia.
-
(iv) Ancillary Service: Beberapa fasilitas lain untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan kegiatan MICE antara lain seperti catering, audio visual, video conferencing specialist, entertainment equipment, florist, interpreter service, furniture hire, firework supplier, and medical service.Seringkali pelayanan ini akan ditawarkan oleh tempat penyelenggaraan dengan biaya tambahan. Tentunya para organixer akan merasa sangat terbantu dengn tersedianya berbagai kebutuhan penyelenggaraan kegiatan MICE tersebut jika dibandingakan mereka harus mencari sendiri di destinasi yang kurang mereka kenal.
Foto 2
Meeting Venue Bali International Convention Centre
Sumber: www.micebali.com, accessed on 18 August 2014
Foto 3
Situasi Kegiatan Pertemuan di Bali International Convention Centre (BNDCC)
Sumber:http://www.baliconventioncenter.com, accessed on 18 August 2013
-
(v) Special intermediaries: Untuk membantu para wisatawan bisnis dalam mengelola kegiatan MIC, terdapat beberapa organier yang bekerja khusus untuk menyediakan pelayanan dalam bidang ini seperti special business travel agent, exhibition companies, event management companies, Professional Conference Organizer (PCO) Destination Management Companies (DMC). Mereka bertanggung jawab penuh untuk mengelola event , dari perencanaan, pengaturan acara, operasional, dan membuat evaluasi setelah acara.
-
(vi) Stakeholder Support: Sejak industri ini tumbuh secara signifikan di Bali, para stakeholders, seperti SIPCO, INCCA, PATA, BHA, dan PHRI dan komunitas lokal juga turut terlibat mengembangkan tipe pariwisata ini.
Kendala dalam penelitian ini adalah terbatasnya penelitian tentang implementasi konsep Sustainable Event Management pada sektor pariwisata MICE menginat belum banyak literature yang berkaitan dengan konsep tersebut. Implementasi konsep dari panduan checklist yang didisain oleh UNEP pun ditemukan baru digunakan oleh poenulis karena indikator yang ditawarkan dalam implementasi konsep Sustainable Event Management sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Selain itu, terbatasnya waktu dan jarak selama pengumpulan data, sehingga diputuskan untuk membatasi jumlah informan ketika data yang dibutuhkan sudah cukup mewakili.
Penilaian checklist Sustainable Event Management menggunakan metodologi rating system untuk mengukur masing-masing indikator informan. Nilai yang diberikan berdasarkan Sustainable Rating System dengan memberikan nilai “1” untuk indikator yang diimplementasikan dan nilai “0” jika indikator tersebut tidak diimplementasikan (Katzel, 2007: 49). Nilai tertinggi dari checklist Sustainable Event Management kepada para PCO dan DMC dari 83 jumlah total dari indikator adalah 83 sementara untuk checklist yang disebarkan kepada Tim Manajemen MICE hotel-hotel yang berada di dalam Nusa Dua Resort adalah 41 dari jumlah total indikator. Nilai total digunakan hanya untuk memahami dan menginterpretasikan, indikator apa saja yang dilakukan dalam upaya mengimplementasikan konsep Sustainable Event Management dalam mengelola kagiatan MICE.
Indikator checklist dari variabel konsep Sustainable Event Management untuk para PCO dan DMC terdiri dari: (i) venue; (ii) accommodation; (iii) catering; (iv) communication and event material; (v) local transport; (vi) exhibition; dan (vii) stakeholder engagement and communication. Sementara indikator checklist untuk Tim Manajemen MICE hotel-hotel yang berada di dalam Nusa Dua Resort terdiri dari: (i) venue dan (ii) accommodation, karena pada bagian ini peneliti menempatkan mereka sebagai penyedia jasa
dari fasilitas MICE di Nusa Dua Resort. Masing- masing indikator terdiri dari sub indikator dari triple bottom line yaitu ekonomi, lingkungan, dan aspek sosial. Selanjutnya, tujuan open – ended questions setelah checklist untuk lebih memahami hambatan dan persepsi mereka tentang pentingnya mengimplementasikan konsep ini. Data-data tersebut secara komprehensif dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif.
Terdapat beberapa panduan mengenai sustainable best practice yang terbagi dalam beberapa tahapan seperti perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Berbeda dari penelitian-penelitian sejenis, penelitian ini akan menekankan kepada implementasi konsep yang terdiri dari indikator yaitu, venue selection, accommodation selection, catering selection, communication and event material, local transport, exhibition, stakeholder engagement and communication. Implementasi konsep Sustainable Event Management dalam pengelolaan kegiatan MICE di Nusa Dua Resort menggunakan panduan checklist yang dikeluarkan oleh United Nations Environment Program (UNEP) khusus untuk Sustainable Event Guide (2012: 64-89). Panduan checklist ini didisain untuk menekankan pada kesadaran tentang aspek – aspek sustainability dari event dan memastikan para stakeholders yang terlibat menyadari target, rencana aksi, dan insiatif (UNEP, 2012: 64).
Nilai tertinggi untuk checklist yang disebarkan kepada para PCO dan DMC diraih oleh Pacific World, Karang Bali Asri (K.B.A) Tur; PACTO; dan Panorama Convex.
Tabel 2
Checklist Implementasi Konsep Sustainable Event Management Perspektif PCO dan DMC
No |
Indicator |
Sub Indicator |
Criteria |
Informant Number | |||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 | ||||
1 |
'u ≡ |
Management |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
2 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
3 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Accessibility and Social Inclusion |
4 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
0 | ||
5 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 | |||
6 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Service |
7 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
8 |
1 |
0 |
0 |
1 |
0 |
0 |
1 |
1 |
1 |
0 | |||
9 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Efficiency (Energy, Water, and Waste) |
10 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
11 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 | |||
12 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
13 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
14 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
15 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
16 |
1 111111 1 1 1 | ||||||||||||
2 |
•S O |
Management |
17 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
18 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Accessibility and Social Inclusion |
19 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
20 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Service |
21 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
22 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
23 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Efficiency |
24 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
(Energy, Water, and Waste) |
25 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
26 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
27 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
28 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
3 |
I |
Management and Set - Up |
29 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
30 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
31 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
32 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Food and Beverage |
33 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
34 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
35 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
36 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Material and Packaging |
37 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
38 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
39 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
40 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
41 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Waste Disposal |
42 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
43 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
44 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
45 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
4 |
'u C K O Q S S S O U |
•2 § ,υ ≡ .o 1 ⅛ S S ⅛ & O Q. ⅛ |
46 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
47 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
48 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
49 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
50 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
51 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
CJ CJ ζS ^ ι≡ ≈ ⅛ ≈ ⅛ 2 1 u⅛ |
52 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
53 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
54 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
55 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
56 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
'U ^ -s g S S ¾ ⅛ K §• S 2 c^a ≡ Q ⅛ ⅛ ⅛ >1 C ⅛ |
57 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
58 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 | |||
59 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
60 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 | |||
61 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
62 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
’m S3 O U .S S crt α |
63 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
64 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
65 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
66 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
67 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
5 |
t o S’ H 'a O |
Participants and Staff |
68 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
69 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
70 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Goods and Services |
71 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
72 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
73 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 | |||
6 |
S3 W |
74 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |
75 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
76 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
77 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 | |||
78 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
7 |
S .2 2 t: α 5 .2 o S 3 1^1 ∞ W U |
79 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |
80 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
81 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
82 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 | |||
83 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Score Total |
83 |
80 |
77 |
83 |
80 |
64 |
83 |
83 |
80 |
77 |
Sementara indikator venue dan accommodation sebagai tanggung jawab destinasi tuan rumah kepada Tim Manajemen MICE dari hotel-hotel yang berlokasi di dalam Nusa Dua Resort, nilai tertinggi diraih oleh The Westin Resort Nusa Dua Bali dengan Bali International Convention Centre dan Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC). Secara umum mereka meyakini bahwa mengimplementasikan konsep ini dapat memberi manfaat ekonomi bagi
perusahaan dan memberi kesempatan untuk melibatkan masyarakat lokal berpartisipasi dalam berbagai bentuk (karyawan, suppliers, entertainer), dan menginspirasi tamu serta stakeholder lainnya untuk berperilaku sesuai prinsip-prinsip sustainable.
Meskipun demikian, Tim Manajemen MICE dari hotelhotel yang berlokasi di dalam Nusa Dua Resort menghadapi beberapa tantangan dalam mengelola MICE secara berkelanjutan seperti karakteristik dari para pelaku MICE itu sendiri dan inisiatif dari perusahaan. Selain itu, mereka juga masih berupaya untuk meningkatkan capaian mereka dalam hal ini. Menurut mereka wisatawan yang paling sulit menerima new experience dalam pengelolaan MICE berasal dari Indonesia. Wisawatan dari Indonesia belum terbiasa dengan sustainable manner jika dibandingkan wisatawan mancanegara dimana perilaku serupa sudah banyak dilakukan di beberapa sektor selain pariwisata.
Tabel 3
Checklist Implementasi Konsep Sustainable Event Management Perspektif dari Tim Manajemen MICE di Hotel yang Bernaung di dalam Nusa Dua Resort
No |
Indicator |
Sub Indicator |
Criteria |
Respondent Number | |||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 | ||||
1 |
'u |
Management |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
2 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
3 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
4 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
5 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Accessibility and Social Inclusion |
6 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
7 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
8 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
9 |
0 |
0 |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
1 |
'u |
Service |
10 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
11 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
12 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
13 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
14 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
15 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Efficiency (Energy, Water, and Waste) |
16 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
17 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
18 |
0 |
0 |
1 |
0 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
19 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
20 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
21 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
22 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
2 |
■2 O S S |
Management |
23 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
24 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
25 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
26 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
27 |
0 |
1 |
1 |
0 |
1 |
0 |
1 |
1 | |||
Accessibility and Social Inclusion |
28 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
29 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Service |
30 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
31 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Efficiency (Energy, Water, and Waste) |
32 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
33 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
34 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Efficiency (Energy, Water, and Waste) |
35 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | ||
36 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
37 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
38 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
39 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
40 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
41 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 | |||
Score Total |
37 |
38 |
41 |
37 |
40 |
39 |
40 |
41 |
Melalui implementasi konsep Sustainable Event Management dalam MICE, memberi dampak bagi masyarakat lokal yang
tinggal dekat dari Nusa Dua Resort. Mayoritas dampak ekonomi memberi dampak positif sepert lapangan pekerjaan, dan memberi ide baru dalam berbisnis, walaupun hotel-hotel yang berada di dalam Nusa Dua Resort lebih banyak memerkerjakan sumber daya manusia dari luar daerah dengan alasan kebutuhan akan keterampilan tinggi dan kebutuhan akan kapabilitas dalam pekerjaan. Selain itu, sebagian besar fasilitas wisata di kawasan tersebut tidak dimiliki oleh mereka.
Menurut dampak lingkungan, mereka menyebutkan bahwa ada banyak infrastruktur yang dibangun karena permintaan bisnis ini, seperti, hotel, villa, rumah sakit, supermarket, renovasi bandara, dan jalan tol. Kawasan ini juga telah mengelola sampahnya secara baik melalui BTDC Lagoon. Namun dampak negatif seperti polusi dan kemacetan kerap kali terjadi selama kegiatan MICE berlangsung. Selain kebisingan atau polusi suara yang terjadi ketika kegiatan MICE sedang berlangsung. Dan akhirnya, dampak sosial yang mereka rasakan bahwa bisnis ini membawa banyak pendatang baru ke wilayah mereka dan beberapa dari mereka merasa tidak nyaman dengan hal tersebut.
Namun demikian, pariwisata MICE ini memberikan kesempatan kepada mereka untuk mempromosikan budaya lokal melalui pagelaran budaya dan membuka wisata budaya untuk tamu yang menginginkan untuk melihat kehidupan asli masyarakat setempat di Desa Bualu. Hotel di dalam Nusa Dua Resort juga menyediakan dukungan dalam bentuk CSR. Dana tersebut akan digunakan untuk tujuan agama, dan membantu program masyarakat seperti pembangunan rumah dan beasiswa. Secara keseluruhan, masyarakat setempat tidak benar-benar terlibat dalam pengelolaan kegiatan MICE, di samping bagi mereka yang bekerja di kawasan tersebut, namun mereka mengakui dampak positif ekonomi sebagai gantinya. Masyarakat Desa Bualu mendukung keberlanjutan sektor wisata ini asalkan tetap berpedoman pada kearifan lokal Tri Hita Karana.
Ada 50 salinan kuesioner yang dibagikan kepada wisatawan bisnis yang memiliki pengalaman menggelar acara MICE di Bali. Karena keterbatasan waktu, mereka dipilih dari jaringan sosial pribadi peneliti. Kuesioner adalah campuran open – ended questions dan close –ended questions. Sebanyak 5 perusahaan yang dipilih di mana 4 perusahaan dan masing-masing diwakili oleh 10 informan, sementara perusahaan lain masing-masing diwakili oleh 5 informan. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah: PricewaterhouseCoopers (Jakarta); Prudential Life Assurance (Jakarta); Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI); InterCall Asia Pasifik (Australia); dan Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (Jakarta). Tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan persepsi mereka tentang pengelolaan kegiatan MICE dengan cara yang berkelanjutan dan persepsi mereka tentang citra Nusa Dua Resort dan mengapa kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata MICE di dunia.
Menurut data yang dikumpulkan, seluruh informan memiliki pendidikan tinggi antara diploma dan universitas. Karena mereka berasal dari latar belakang berpendidikan, mereka memiliki kesadaran tentang isu-isu keberlanjutan dan kadang-kadang berpengaruh dalam faktor pengambilan keputusan mereka, tapi bukan menjadi pertimbangan utama bagi mereka. Berdasarkan persepsi mereka terlibat dalam inisiatif ini juga berasal nilai lebih untuk perusahaan mereka dan masyarakat lokal di sekitar Nusa Dua Resort. Oleh karena itu, Bali dengan produk lokal yang menarik selalu menjadi pilihan mereka. Di sisi lain, hal itu akan mengingatkan mereka tentang tempat dan pengalaman selama kegiatan berlangsung dan biasanya mereka akan mendapatkan harga yang terjangkaudengan menggunakan produk lokal yang digunakan. Selain itu, mereka juga mencoba untuk menerapkannya dalam penurunan jumlah limbah seperti seperti penggunaan kertas, energi (listrik dan air), dan
menggunakan item daur ulang meskipun beberapa dari mereka tidak benar-benar percaya bahwa hotel mendukung konsep ini dan mempromosikan kepada tamu meraka. Namun demikian, mayoritas menyatakan bahwa hotel di Nusa Dua Resort memiliki infrastrukturdan fasilitasyang ramah lingkungan. Upaya dalam mengelola MICE secara berkelanjutan kemudian diakui oleh para wisatawan bisnis memberikan seperti citra positif bagi destinasi wisata.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan konsep Sustainable Manajemen Event dalam mengelola kegiatan MICE di Nusa Dua Resort. Selain itu, penerapan konsep yang ditunjukkan oleh PCO, DMC, dan Tim Manajemen MICE dari hotel-hotel yang berada di dalam Nusa Dua Resort memberikan dampak positif seperti umumnya dalam hal ekonomi, lingkungan, dan sosial bagi masyarakat setempat. Selain itu, bisa memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk terlibat dalam pengelolaan ini.
Menerapkan Sustainable Manajemen Event, akan membawa manfaat ekonomi terutama dalam mengurangi biaya. Pada akhirnya upaya ini akan memberikan citra yang baik dari perusahaan terutama bagi wisatawan bisnis yang memiliki kesadaran yang sama tentang sustainable issues, dan menginspirasi perusahaan lain bahkan pemangku kepentingan lainnya. Upaya ini juga salah satu alat promosi untuk membentuk citra Nusa Dua Resort sebagai destinasi pariwisata MICE dan menjadi teladan yang baik bagi destiasi wisata lain di Bali.
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa rekomendasi dapat dibuat pada penelitian ini. Sejak Nusa Dua Resort memiliki atribut destinasi MICE, perkembangan ini perlu disesuaikan dengan dampak lingkungan yang dapat terjadi. Terutama meminimalkan penggunaan transportasi dan mencoba untuk mengusulkan berbagi transportasi. Pedoman checklist dari UNEP
dapat digunakan untuk menilai kinerja masa depan perusahaan dalam hal pengelolaan secara berkelanjutan. Meskipun saat ini agak sulit untuk menerapkan secara nyata perilaku berkelanjutan dalam pertimbangan manajemen namun dapat dimulai secara konsisten. Karena masalah ini telah diakui oleh semua orang di dunia, upaya ini dapat memberi citra positif dan bisnis jangka panjang bagi mereka yang menunjukkan hal itu secara berkelanjutan.
Sektor yang berkembang pesat dari pariwisata MICE di Bali, peneliti merekomendasikan untuk membangun sebuah Convention and Visitors Bureau (CVB) guna memberikan informasi lebih lanjut dan pedoman bagi wisatawan bisnis yang ingin mengatur kegiatan MICE di Bali secara terintegrasi. Seperti banyak negara lain, CVB bertindak sebagai wakil dari berbagai sektor industri MICE (hotel, restoran, agen perjalanan, operator transportasi, atraksi lokal). CVB juga diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan dari para meeting planner dan business traveller lebih dari harapan mereka. Namun sebelumnya, organisasi-organisasi yang bergerak di bidang MICE di Bali (SIPCO dan INCCA) diharapkan mampu meningkatkan kinerja mereka dalam hal pelatihan, pelaksanaan, dan pengembangan Bali sebagai destinasi wisata MICE di dunia.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Madame Sylvine Chevalier Pickel sebagai penanggung jawab akademik program Double Degree Indonesia Prancis mahasiswa Universitas Udayana Bali di Université d’Angers, France. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS., mantan Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana, dan Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra sebagai Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana saat ini. Apresiasi dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Nyoman Sunarta, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi
Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana terdahulu dan Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP sebagai Sekretaris Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana saat ini. Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A dan Prof. Made Sudiana Mahendra, Mapp.Sc.Phd. sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan, dan koreksi untuk menyempurnakan tulisan ini.
Ucapan terima kasih juga didedikasikan kepada Pemerintah Indonesia dan Prancis yang telah merancang Program Double Degree dan segala bentuk dukungan selama proses pendidikan, khususnya bagi mahasiswa yang berminat melanjutkan studi tentang pariwisata di dua Negara.
PROFIL PENULIS
Komang Trisna PratiwiArcana, S.ST.Par adalah seorang mahasiswa Magister Kajian Pariwisata, Double Degree Indonesia Prancis, dengan menempuh 1 tahun pendidikan Master di Universitas Udayana Denpasar kemudian melanjutkan 1 tahun berikutnya di Prancis tepatnya Université d’Angers, France jurusan Mention Management et Développement du Tourisme, de I’Hôtellerie, de la Restauration et des Loisirs. Ia menyelesaikan program studi Diploma IV, Administrasi Perhotelan di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Pengalaman yang dimiliki adalah pernah bekerja di Banyantree Ungasan Bali dan W Retreat at Spa Bali Seminyak sebagai Wedding and Event Specialist. MICE dan Wedding adalah bidang yang digeluti selama bekerja di dunia hospitaliti.
DAFTAR PUSTAKA
Bali Tourism Development Corporation (BTDC). 2012. “2012 Annual Report, Laporan Akhir Tahun”. (http://btdc.co.id/annualreport, accessed on 18 August 2013).
Gurkina, Anastasija. 2013. “Travel Experience In Hotels For MICE Industry”.
Skripsi. Haaga: Helia University of Applied Sciences.
Katzel, Charmaine Tzila. 2007. “Event Greening: Is This Concept Providing A Serious Patform For Sustainability Best Practice?”. Thesis. Stellenbosch: University of Stellenbosch.
Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif. 2012. “Rencana Strategis Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata 2012-2014”. (http://www.budpar.go.id, accessed on 18 August 2013).
Presbury, Rayka, and Deborah Edwards. 2005. “Incorporating Sustainability In Meetings And Event Management Education”. International Journal of Event Management Research. Volume 1, Number 1: 30 – 45. (www.ijemr.org, diakses pada tanggal 18 Agustus 2013).
Seebaluck, Vanessa; Perunjodi Naidoo, and Prabha Ramseook – Munhurrun. 2013. “Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions as a Tourism Development Strategy in Mauritius”. Jurnal. (http:// www.theibfr.com, diakses pada tanggal 19 Agustus 2013).
Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Cetakan Ke-7. Bandung: Alfabeta.
Swarbrooke, John., and Susan Horner. 2001. “Business Travel and Tourism”. Oxford: Butterworth – Heinemann.
The Bali MICE Initiatives. 2014. “Bali International Convention Centre,
MeetingFacilities”.(www.micebali.com, accessed on 18 August
2013).
United Nations Office at Nairobi and United Nations Environment Programme. 2012. ”Sustainable Events Guide, Give Your Large Event A Small Footprint”. Nairobi: UNEP.
Wisnawa, I Made Bayu. 2013. “MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition)”. Journal (http://id.scribd.com/doc/139440454/Mice-Meeting-Incentice-Conference Exhibition, diakses pada tanggal 20 Agustus 2013).
Zamsuri, Norol Hamiza; Khairil Wahidin Awang, and Zaiton Samdin. 2011. “Environmental Issues In Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) Tourism Sector”. Journal. (www.ipedr.com, diakses pada tanggal 19 Agustus 2013).
Website:
http://www.baliconventioncenter.com, accessed on 18 August 2013
118
JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014
Discussion and feedback