PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WISATA PANDEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH KECAMATAN DONGKO

M. Zuhriyan Chilmi

Geohistori, Tadris IPS, Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Indonesia Email: [email protected]

Henda Armanda

Geohistori, Tadris IPS, Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Indonesia Email: [email protected]

ABSTRACT

Aspect of accessibility and geographical contours. From the aspect of accessibility, Pandean Village is easy to access because it is passed by the route between Trenggalek-Pacitan Regencies. Meanwhile, from a geographical aspect, the Pandean Village area which has mountainous contours adds to the beauty and special features of Pandean Village. This research aims to exploit the development potential of Pandean Village as a tourist village based on a study of aspects of readiness and demand so as to be able to provide recommendations for the sustainable development of Pandean Village. The approach used in this study is a mixed method including qualitative methods to examine supply aspects, community characteristics, policies, and quantitative methods to examine tourism demand aspects. The results of the study show that Pandean Village has the potential to be developed as a sustainable tourism village. However, there are various problems in Pandean village such as convenience, information, support from the village government and institutions that are still new and a lack of knowledge in tourism development.

Keywords: tourist village; community economy; sustainable.

Pendahuluan

Pariwisata merupakan sebuah fenomena yang muncul karena adanya interaksi antara wisatawan, penyediaan jasa ataupun industry wisata, dan pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan layanan yang mendukung kegiatan wisata.1 Berbagai interaksi tersebut membentuk suatu sistem yang saling terhubung satu dengan lainnya. Menurut Gunn dan var2, sistem pariwisata pada dasarnya terbentuk melalui pendekatan sediaan (supply) dan permintaan (demand) yang sifatnya linear. Komponen sediaan merupakan komponen yang terdiri dari daya tarik, akomodasi, transportasi, pelayanan, informasi dan promosi. Sedangkan komponen permintaan adalah segala hal yang berhbungan dengan permintaan pariwisata yang berasal dari wisatawan3. Dalam hal tersebut komponen permintaan bertindak sebagaia pasar (market), yang aakan menentukan apa yang diinginkan oleh wisatawan, kebutuhan dan kemampuan wisatawan dalam membayar. Meski sistem pariwisata dijelaskan dalam sistem yang tertutup (closed system). Namun dalam pemodelan ini dapat dimanfaatkan dalam menganalisis komponen penting dalam suatu destinasi wisata.4 Dikemukaan oleh Gun dan Var terdapat setidaknya Sembilan faktor eksternal dalam sistem Pariwisata, yang diantaranya adalah : (1) sumberdaya alam, (2) kebudayaan, (3) kewirausahaan, (4) keuangan dan pembiayaan, (5) tenaga kerja, (6) kompetisi, (7) masyarakat, kebijakan pemerintah meliputi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, baik di tingkat pusat, daerah, maupun lokal dapat mempengaruhi tingkat pengembangan pariwisata, dan yang terakhir (8) organisasi atau kelembagaan.

Dalam pengembangannya, pariwisata memiliki beberapa bentuk, salah satunya pariwisata berbasis masyarakat. Pariwisata Berbasis Masyarakat atauyang serng disebut Community Based Tourism (CBT) merupakan bentuk pariwisata yang

dikelola oleh masyarakat lokal dengan menitikberatkan pada prinsip keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya untuk membantu wisatawan agar dapat memahami dan mempelajari tata cara hidup masyarakat lokal. CBT ini bertujuan dalam membangun serta memperkuat kemampuan organisasi dalam masyarakat lokal. Hal inilah yang membedakannya dengan wisata konvensional yang memaksimalkan profit untuk investor (mass tourism). CBT lebih mengutamakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat lokal.5

Konsep CBT memiliki keunggulan, diantaranya adalah (1) adanya sumber daya lokal yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat lokal lokal. Sumber daya lokal tersebut tidak hanya sebatas dari masyarakat setempat saja, namun juga meliputi lingkungan alam, infrastruktur, serta kebudayaan setempat; (2) adanya tanggung jawab lokal, artinya pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga masyarakat dapat lebih bertanggung jawab; (3) adanya pelibatan masyarakat dalam CBT yang dapat melindungi dan menjaga lingkungan alam dan juga kebudayaan setempat; (4) memungkinkan adanya sistem pengelolaan wisata yang berbeda antar daerah. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga masyarakat dapat menjaga dan mengelola asset yang dimilikinya sesuai dengan kearifan lokal.

Pendirian desa wisata merupakan salah satu bentuk penerapan CBT. Melalui pengembangan desa wisata diharapkan terjadi pemerataan kesejahteraan, dimana hal tersebut sesuai dengan konsep pembangunan pariwisata yang berkesinambungan. Di samping itu, keberadaan desa wisata mampu menjaga kelestarian budaya masyarakat pedesaan melalui keterlibatan masyarakat sebagai pelaku kegiatan pariwisata di desanya.6 Pengembangan desa wisata pada dasarnya dilakukan dengan berbasis pada potensi yang dimiiki masyarakt pedesaan itu sendiri. Dengan demikian, melalui pengembangan desa wisata diharapkan akan mampu mendorong pertumbuhan

perekonomian berbasis masyarakat seperti industri kerajinan, industry jasa-perdagangan, dan lainnya. Hal semacam ini diharapkan menjadi faktor daya tarik bagi wisatawan untuk bekunjung ke desa wisata.

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah yang kaya akan potensi kepariwisataan, kerajinan, kesenian, dan berbagai potensi UMKM. Namun potensi tersebut kurang populer di kalangan masyarakat luar daerah yang lebih melirik kota lain untuk tujuan wisata dibanding pergi ke Kabupaten Trenggalek. Hal tersebt disebabkan kurangnya promosi oleh pelaku keiatan pertumbuhan perekonomian tersebut pada masyarakat secara luas. Potensi-potensi ini kemudian oleh Pemerintah Trenggalek kemudian membuat program Seratus Desa Wisata di Kabupaten Trebggalek untuk lebih mengekplorasi berbagai potensi pertumbuhan desa temasuk wisata dan berbagai bidang pertumbuhan perekonomian lain guna meningkatkan kesejahteraan di Kabupaten Trenggalek. Sesuai dengan branding-nya, Desa Pandean memiliki potensi yang berupa kerajinan batik, aksesoris bambu, makanan khas pedesaan, rivertubing, outbound, penginapan, dan lain-lain. Unguk dapat berkembang sebagai desa wisata, diperlukan kajian yang menyeluruh terkait sistem kepariwisataan yang terdiri dari aspek kesediaan dan permintaan. Berdasakan hal tersebut peneliti ini bertujuan dalam mengeksplorasi potensi pengembangan Desa Pandean sebagai desa wisata berkelanjutan berdasarkan dalam aspek sedian dan permintaan, sehingga dapat memberi rekomendasi bagi pengembangan Desa Pandean ke depan.

Kajian Teori

Desa Pandean Kecamatan Dongko adalah salah satu dari 152 desa yang berada di wilayah Kabupaten Trenggalek. Desa pandean terletak di daerah pegunungan dengan ketinggian 567 meter diatas permukaan laut membuat suasana pedesaan ini menjadi dingin dan sejuk. Desa Pandean berjarak kurang lebih sekitar 29 kilometer arah barat daya pusat kota Trenggalek, Jawa Timur. Ditengah desa Pandean terdapat

sungai besar yang bersih dan sungai tersebut memiliki batuan besar yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana pariwisata khas desa pandean selain suasana pegunungan. Sungai ini dapat dimanfaatkan untuk olahraga arum jeram, memancing ikan juga sebagai tempat berswa foto bagi yang menyukai hobi fotografi. Selain potensi keindahan alamnya, desa ini juga sangat menonjolkan segi sosial, ekonomi, dan budaya khas masyarakat pandean. Yang membuat desa ini banyak sekali potensi yang dapat digunakan sebagai objek pariwisata. Dalam segi sosialnya desa ini menerapkan sikap gotong royong dan ramah tamah yang mebuat para wisatawan maupun penduduk pendatang sangat betah dengan desa ini. Dalam segi ekonomi desa ini memliki berbagai bidang ekonomi yang ditekuni masyarakat, yaitu sebagai petani yang mana kawasan ini sangat cocok untuk berbagai macam tanaman yang dapat dibudidayakan di kawasan dingin seperti kopi, cengkeh, aren, teh, pinus, dan lain-lain, juga tanaman padi dikarenakan daerah ini memiliki persediaan sumber air yang melimpah. Selain itu kerajinan UMKM seperti batik, kerajinan bamboo, pembuatan gula aren, dan masih banyak lagi digunakan untuk menunjang perekonomian masyrakat setempat.

Kemudian pada sektor budayanya masyarakat setempat memliki tradisisi atau sebuah kesenian yaitu kothekan lesung yang ditampilkan untuk menyambut wisatawan yang datang, dan juga Terbang Ulo atau kesenian khas solawatan rebana yang menjadi ciri khas khusus yang memiliki keunikan tersendiri ketika mengunjungi desa wisata Pandean. Dari berbagai sektor keunggulan-keunggulan desa tersebut sebagian masyarakat memanfaatkannya dengan membuat penginapan atau homestay untuk tempat istirahat bagi wisatawan yang ingin istirahat dan masih ingin berlibur di desa ini.

Desa Pandean memiliki 5 dusun yaitu, Dusun Jogadi, Krajan, Bonsari, Sambi dan Talun. Menurut sumber cerita sejarah dari sesepuh desa, diketahui bahwa terbentuknya desa Pandean berasal dari kata “pande”, yang ceritanya pada zaman dulu ada seorang ulama yang bernama Abdul Ngalim yang menyebarkan agama

Islam dambil bekerja sebagai pande besi. Semenjak saat itu tersebutlah nama desa ini menjadi desa pandean. Desa Pandean sangat menjaga keaslian alamnya dengan itu pengelola desa wisata ini menerapkan konsep pariwisata yang berkelanjutan adalah pengembangan pariwisata ynag dapat memberikan dampak jangka panjang, baik itu terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi masyarakat lokal maupun wisatawan. Pengembangan pariwisata berkelanjutan dimaksudkan agar tidak ada lagi pembangunan destinasi wisata yang semata-mata hanya terfokuskan untuk menarik pengunjung sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan dampak yang diakibatkan.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pandean Pada Tanggal 17 April 2023. Desa Pandean merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dongko Kebupaten Trenggalek Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan berfokus pada uraian dan eksplanasi mengenai Analisa Pemberdayaan Masyarakat Desa Pandean Sebagai Wujud Ekologi Manusia untuk Pembangunan Berkelanjutan di Wilayah Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini memanfaatkan data kualitatif yang diperoleh melalui kunjungan ke Desa Wisata Pandean. Dengan kunjungan tersebut penulis memanfaatkan metode pengumpulan data melalui obervasi dan wawancara mendalam kepada pengelola desa wisata pandean, pemilik homestay, pokdarwis, pengunjung, dan warga desa wisata Pandean.

Kegiatan Observasi bertujuan untuk mempelajari kondisi lingkungan di desa Pandean, karakter masyarakat Desa Pandean, dan melakukan koordinasi dengan para elemen desa dan kelompok sadar wisata (POKDARWIS). Kemudian teknik wawancara adalah cara yang sistematis untuk memperoleh informasi-informasi dalam bentuk pernyataan-pernyataan lisan mengenai suatu obyek atau peristiwa pada masa lalu, kini dan akan datang. Wawancara merupakan teknik tanya jawab yang dilakukan oleh narasumber dan pewancara dengan tujuan memperoleh

informasi atau keterangan yang akan diolah dalam penelitian. Pengelola desa wisata pandean, pemilik homestay, pokdarwis, pengunjung, dan warga, menjadi target wawancara dalam penelitian ini.

Ketika melakukan observasi dan wawancara, penulis melakukan pencatatan data penelitian dan serta melakukan perekaman wawancara untuk memastikan bahwa informasi yang diperoleh dapat disimpan sebagai data penelitian. Penulis meminta izin kepada para informan yang terlibat dalam penelitian ini dan menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan ke Desa Wisata Pandean. Pengumpulan data melalui observasi lapangan atau observasi partisipatif juga memberikan data penting mengenai aktivitas kepariwisataan di desa tersebut. Data-data ini merupakan data-data penting dalam mendukung argumentasi penulis yang diperoleh dari data wawancara. Dengan demikian, penelitian ini memanfaatkan data kualitatif yang selanjutnya dianalisis dengan memperhatikan prinsip analisisi data kualitatif.

Hasil dan Pembahasan

Gambar 1. Masyarakat Desa Pandean

Kabupaten Trenggalek meluncurkan Seratus Desa Wisata atau yang disingkat Sadewa pada Desember 2021, yang idenya memanfaatkan keunggulan atau potensi dari masing-masing desa seperti seni, budaya, makanan khas desa, kearifan local,

wisata alam, dan cerita local. Kemudian guna mnndukung program Sadewa, maka dibentuklah Pokdarwis (kelompok sadar wisata). Fokus desa wisata Padean adalah konsep asri atau alami nya, mulai dari sungai. Dari awal dibentuk diperkirakan sudah lebih dari 1000 orang datang ke desa wisata Pandean ini wisatawan ada yang berasal dari sekitaran Trenggalek dan banyak juga yang berasal dari luar kota. pada saat adanya kunjungan oleh wisatawan Pengembangan tempat wisata harus mampu menghasilkan gaya produk unggulan seperti:

  • 1)    Objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun dipelajari.

  • 2)    Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek yang lainnya

  • 3)    Tersediasanya fasilitas wisata.

  • 4)    Dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan sarana pendukung lainnya.

Pokdarwis yang menjadi pelopor munculnya Desa Wisata Pandean menjadi salah satu bentuk pengembangan Desa, juga adanya kesadaran masyarakat sekitar menjadi faktor pendukung bisa terwujudnya desa wisata yang saat ini masih terus akan berkembang. Untuk menunjang pengembangan desa Wisata, Pokdarwis dan anggotanya yang bekerjasama dengan masyarakat, menyediakan banyak sekali fasilitas di Desa Pandean, sebagai upaya untuk menarik wisatawan datang. Disediakan paket wisata bagi pengunjung, paket yang disediakan bisa disesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari akomodasi, pemandu wisata, kesenian pertunjukan, konsumsi, penginapan, dan rivertubing. Selain itu, di Desa Wisata Pandean juga menyajikan pertunjukan budaya lokal, seperti Khotekan Lesung dan Terbang Ulo.

Desa Pandean memiliki potensi yang lebih besar lagi untuk nantinya dapat di kembangkan dan menonjolkannya sebagai Desa wisata yang berfokus pada alam dan budaya. Hasil kajian yang dilakukan, menunjukkan Pengembangan Desa Pandean, baik itu yang telah dikembangkan atau yang akan dikembangkan dikemudian hari, sebagai berikut:

  • 1)    Aspek Destinasi

Memiliki hamparan sawah yang masih asri dan hijau dengan suasana pedesaan yang sejuk serta masih adanya aktivitas Bertani disawah. Memiliki Sungai Konang yang dimanfaatkan oleh Pokdarwis sebagai objek wisata arum jeram atau rivertubing untuk wisatawan yang memang sudah memesan terlebih dahulu. Sepanjang aliran sungai yang dijadikan jalur untuk rivertubing terdapat batu-batu besar yang dikelilingi pohon yang rindang.

Gambar 2. Sungai Konang

Desa Pandean, tepatnya di Taman Watu Kandang (TWK), dimana taman yang

masih berusia 1 tahun ini mengikuti Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dan

pada kesempatan tersebut berhasil masuk sebagai 50 besar peserta ADWI 2022 dari

3.500 peserta seluruh Indonesia, serta berhasil menorehkan prestasi dengan meraih

Juara Harapan I Kategori Desa Wisata Berkembang.

Gambar 3. Taman Watu Kandang

Selain itu, Desa Pandean memiliki kesenian yang ditampilkan jika ada tamu yang datang seperti karawitan, Kothekan Lesung yang memang sudah ada sejak jaman penjajahan, dan Terbang Ulo, sebuah kesenian yang sudah jarang ada, dengan memakai alat yang mirip rebana. Desa Pandean juga sudah muncul beberapa Homestay atau penginapan yang lokasi dekat dengan Taman Watu Kandang sebagai sarana pendukung. Disalah satu homestay yang kami lihat, menyediakan kegiatan panen timun atau pembibitan dari timun. Selain itu Desa pandean juga memliki situs cagar budaya historiografi watu lumping yang memiliki legenda menarik dalam

sejarah pembangunan Desa Pandean.

Gambar 4. Situs Cagar Budaya Watu Lumpang

  • 2)    Aspek Pemasaran

Bentuk Promosi potensi Desa Pandean melalui website yakni https://pandean-dongko.trenggalekkab.go.id/first. selain itu Desa Pandean juga menawarkan paket wisatanya melalui media cetak seperti brosur serta mempromosikan desa wisata Pandean melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, Youtube, bahkan desa Pandean juga sudah diliput oleh beberapa media dan program televisi. Untuk mempermudah dalam memesan penginapan atau homestay, pokdarwis telah mendaftar beberapa homestay yang ada di aplikasi seperti di OYO.

  • 3)    Aspek kelembagaan

Gambar 5. Posko Pokdarwis Sekar Arum

Pihak desa sudah berusaha untuk mengakomodasi perkembangan desa wisata, Dinas terkait juga mendukung perkembangan desa Wisata Pandean dengan memberikan dana dengan mengajukan proposal ke dinas terkait. Serta Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, dalam sebuah wawancara menyampaikan pihaknya akan terus mengembangkan Desa Wisata Pandean agar bisa membangkitkan perekonomian daerah. Selain itu dari Kominfo memberikan bantuan pengembangan berupa akses internet gratis 24 jam yang dipasang di Gazebo Taman Watu Kandang.

  • 4)    Aspek Ekonomi

Gambar 6. Kerajinan aksesoris bambu

Potensi di masa depan mengenai desa wisata Pandean nantinya akan mampu menopang atatau menjadi penggerak dalam perekonomian warga masyarakat disekitarnya. Selain itu semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung, memberikan kesadaran kemasyarakat bahwa pengaruh desa wisata sangat besar, sehingga masyarakat semaksimal mungkin memberikan memberikan pelayanan yang terbaik.

Makin banyaknya wisatawan yang nanti berkunjung, untuk menarik minat supaya mengetahui keragaman budaya masyarakat Desa Pandean. Meski di Desa Pandean yang mengelola untuk wisatanya bukan dari remaja melainkan lebih banyak orang dewasa, tetapi kedepannya akan banyak remaja yang ikut untuk mengembangkan wisata di Desa Pandean.

Saat ini, pemerintah sangat gencar untuk memberikan berbagai program seperti pengembangan wisata ke berbagai instansi dan juga desa untuk meningkatkan perekonomian semakin berkembang, pada saat ini lah peran semua masyarakat dan pihak desa untuk mendukung objek wisata yang baru dirintis untuk lebih baik kedepannya. Pada pengembangannya desa ini terdapat program yang tengah disiapkan untuk desa pandean yakni diantaranya pembangunan embung (bangunan penyimpanan air), peningkatan jalan usaha tani untuk kemudahan visitasi desa ke wisata hutan hingga bantuan keuangan khusus uang rencananya akan dianggarkan pada perubahan anggaran keuangan.

Pengembangan lain yang bisa dilakukan didesa Pandean seperti memberikan tempat parkir bagi kendaraan yang lebih baik. Pada saat di dekat Taman Watu Rumpuk untuk akses parkir masih berada dipinggiran jalan. Untuk kedepannya akan disediakan lahan parkir, karena memang masih belum adanya dana yang ada sehingga parkir kendaraan masih seadanya. Memberikan tempat khusus seperti ruko jualan di area sekitar Taman Watu Kandang yang menjadi tempat pusat kegiatan, untuk lebih banyak menarik wisatawan luar kota ataupun disekitaran desa pandean, karena jika kegiatan yang ramai biasanya hanya pada weekend, untuk itu supaya

terus menerus banyak orang yang datang bisa menarik pengunjung dengan banyaknya orang yang berjualan.

Pengembangan di desa pandean cukup vital adalah pada akses jalan, memang jalan dari pusat kota ke desa pandean cukup lancar dan jalannya halus, tetapi ada beberapa titik menuju akses lokasi desa pandean yang mengalami longsor ataupun perbaikan, serta akses jalan yang beraspal dan halus hanya sampai dengan Taman Watu Kandang atau yang menjadi pusat kegiatannya.

Untuk keamanan dari desa Pandean kemungkinan masih terbilang aman, karena memang kebanyakan adalah warga asli, tetapi untuk keamanan kedepannya mungkin bisa untuk disediakannya poskamling disudut desa. Pada akses masuk di Taman Watu Kandang hanya satu, yakni jembatan bambu yang menghubungkan bebatuan ke taman Watu kandang, ini bisa saja menyebabkan desakan jika ada kegiatan yang cukup banyak orang. Sehingga kedepannya bisa ditambah untuk akses jalan ke Taman Watu Kandang nya, karena bisa saja jembatan Bambu tersebut tidak kuat untuk menahan beban yang cukup berat.

Dalam usaha mengembangkan suatu desa wisata yang berkelanjutan maka sangat diperlukan beberapa kebijakan dalam tata kelola desa wisata tersebut, terlebih apabila desa wisata tersebut belum lama terbentuk seperti halnya dengan tempat Desa Wisata Pandean ini yang dimana tempat wisata ini terbentuk belum lama ditambah lagi pengelolaanya hanya berpusat pada pokdarwis di desa tersebut yang pada awalnya di inisiasi oleh ibu-ibu yang berada di desa tersebut. Tata kelola desa wisata sendiri dapat diartikan sebagai salah satu pengelolaan wisata yang memiliki tujuan agar dapat diperkenalkanya potensi-potensi yang ada bagi suatu desa.

Dalam hal ini pengelolaan desa wisata sangat diharapkan mengetahui secara detail seluk beluk desa wisata tersebut baik yang berkaitan dengan karakteristiknya, kelebihan maupun juga kelemahan dari desa wisata tersebut, hal ini sangat perlu diperhatikan agar pengelolaan desa wisata dapat memiliki daya tarik yang akan membuat orang yang mengetahui desa wisata ini tertatik untuk datang sehingga

diharapkan akan dapat menarik pengunjung dalam jumlah yang banyak. Tentu dalam usaha mewujudkan tata kelola desa wisata perlu di didudukung pula oleh beberapa pihak dan tidak hanya oleh satu pihak saja, karena dalam kenyataanya masing-masing pihak tersebut akan memiliki keterkaitan antara satu dan lainya sehingga dapat terwujud tujuan dari adanya kebijakan tata kelola desa wisata tersebut.

Dalam pengembangan desa wisata berkelanjutan pada dasarnya sangat memerlukan pengelolaan dalam desa wisata tersebut untuk mencapai tujuan dari desa wisata tersebut agar memiliki tujuan yang bisa berkelanjutan untuk waktu kedepanya, terutama dalam beberapa sektor utama yang mendukung desa wisata seperti sektor ekonomi, sosial buraya, serta lingkungan tempat desa wisata tersebut. Oleh karena demi mewujudkan beberapa sektor tersebut perlu adanya manajemen sumber daya efektif oleh pengelola desa wisata.

Desa wisata pandean ini merupakan daerah yang sebenarnya masih sangat baru dalam pembangungan serta pertumbuhan wisatanya karena seperti yang sudah disinggung diatas bahwasanya desa wisata pandean ini baru berdiri kurang lebih satu tahun dimana dalam jangka waktu tersebut tentu dalam pengelolaan pembangungan serta pertumbuhan wisatanya belum terlalu maksimal ditambah lagi dengan beberapa hambatan serta batasan yang ada dalam desa wisata ini.

Masih kuranganya pembangunan serta perkembangan Desa Wisata Pandean ini dibuktikan pada beberapa fasilitas yang belum terlalu lengkap dan memiliki beberapa keruangan seperti halnya lahan parkir ditempat desa wisata ini yang belum tersedia secara proper untuk pengunjung dan dari observasi yang kami lakukan hal ini terjadi karena adanya keterbatasan dalam sektor pembiayaanya.

Desa Pandean ini dalam upayanya sendiri cukup memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan ikon wisata taman watu kandang ini sebagai ikon wisata diwilayah desa pandean sebagai tujuan wisata bagi pengunjung. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan desa wisata pandean ini yang masuk kedalam lomba Anugerah

Desa Wisata pada tahun 2021 Dalam kategori desa wisata berkembang sebagai salah satu desa yang memiliki potensi tinggi sebagai desa wisata. Desa wisata pandean ini didukung dengan keindahan alam dan lingkungan yang memiliki pemandangan alam yang indah. Di desa pandean ini mengalir sungai konang yang mengalir sepanjang desa pandean yang para akhirnya juga menjadi pusat wisata yang ada di desa pandean ini.

Tata kelola di desa wisata pandean ini dikelola oleh pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata yang memiliki peran yang sangat vital dan juga sebagai pemberi edukasi dan atau sosialisasi kepada masyarakat didesa pandean ini demi mewujudkan desa wisata yang maju dan memiliki masa depan yang jelas kedepanya. Kawasan desa wisata pandean ini dikelola oleh Pokdarwis yang didalamnya dibantu oleh ibu-ibu PKK dan beberapa pemuda setempat. Desa Wisata pandean ini dikelola oleh organisasi tata kelola yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat sebagai pengelola sekaligus sebagai pihak yang mendapatkan keuntungan. Anggota dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata pandean adalah didominasi oleh ibu-ibu PKK yang memiliki dasar sebagai pengajtar di beberapa sekolah di desa pandean tersebut, ditambah lagi dengan beberapa anggota dari kalangan pemuda yang tidak memiliki aktifitas yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai pemuda yang berperan aktif untuk mendukung dan mengisis beberapa peran di desa wisata pandengan guna mendukung pengelolaan Pokdarwis. Dengan kata lain, pengelolaan desa wisata ini lebih banyak dikelola oleh ibu-ibu sebagai kekuatan utama karena ibu-ibu tersebut yang mengawali adanya pengembangan desa wisata Pandean ini.

Kesimpulan

Penelitian ini memanfaatkan data kualitatif yang diperoleh melalui kunjungan ke Desa Wisata Pandean dengan metode observasi dan wawancara. Desa Pandean awalnya merupakan desa biasa, tetapi dengan munculnya Pokdarwis di masa pandemic, kemudian melalui Pokdarwis desa Pandean menjadi Desa Wisata

Kawasan desa wisata pandean ini dikelola oleh Pokdarwis yang didalamnya dibantu oleh ibu-ibu PKK dan beberapa pemuda setempat. Desa Wisata pandean ini dikelola oleh organisasi tata kelola yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat sebagai pengelola sekaligus sebagai pihak yang mendapatkan keuntungan. Pihak pokdarwis desa pandean juga berperan dalam mengumpulkan, mengolah serta memberikan layanan informasi kepada wisatawan yang datang dan juga kepada masyarakat setempat. Hal ini oleh pokdarwis desa pandean dilakukan dengan cara melakukan pertemuan-pertemuan asosiasi dan juga pemanfaatan media sosial dan bahkan memanfaatkan jaringan internet lainnya. Dalam mengelola dan mengembangkan desa Pandean yang berkelanjutan tentu adanya dukungan dari pihak desa dan dinas terkait serta warga masyarakat sekitar.

Saran

Dengan adanya konsep pembangunan perekonomian masyarakat berkelanjutan di Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek desa wisata seperti Desa Pandean ini diharapkan untuk dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat sekitar serta bisa menjadi contoh untuk desa-desa lain yang juga ingin mengembangkan desanya. Tentunya kami para penulis memiliki banyak salah baik penulisan atau penyampaiannya. Kami menerima masukan, yang akan memotivasi kami agar menciptakan tulisan yang lebih berkualitas kedepannya.

Daftar Pustaka

Fajirasanti, R. (2010). Pariwisata Sebagai Sistem: Model Sistem Pariwisata di kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Tesis Institut Teknologi Bandung.

Gunn, C.A. & Var, T. (2002) Tourism Planning: Basic, Concepts, Cases, London: Routledge.

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: Kompas Gramedia

Suansri, P. (2003). Community Based Tourism Handbook. Thailand: Rest Project

Susyanti, D.W. (2013). Potensi Desa Melalui Pariwisata Pedesaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 12 (1), 33-36

JUMPA Volume 10, Nomor 1, Juli 2023

293