PERKEMBANGAN DIGITALISASI TERHADAP

SIKAP MASYARAKAT KAMPUNG ADAT BANCEUY SEBAGAI
DESA WISATA MENURUT DOXEY IRRITATION INDEX

Gusti Ketut Oka Saputra

Manajemen Pemasaran Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia Email: [email protected]

Richard Khen Ramex Simbolon

Manajemen Pemasaran Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia Email: [email protected]

Ilham Faruqi

Manajemen Pemasaran Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia Email: [email protected]

Rini Andari

Manajemen Pemasaran Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia Email: [email protected]

ABSTRACT

Perkembangan zaman yang sangat pesat disertai dengan perkembangan teknologi membuat setiap orang menerapkan konsep digitalisasi pada beberapa kegiatan demi mendapatkan kinerja yang optimal, efisien, dan efektif. Perkembangan digitalisasi di desa wisata menjadi sangat penting dikarenakan semua sektor sekarang menggunakan teknologi menjadi inovasi mereka. Hal tersebut membuat wisatawan semakin tertarik akan desa wisata yang berkembang mengikuti zaman. Kehadiran wisatawan dalam suatu tempat wisata hingga pengembangan tempat wisata pasti memiliki dampak pada penduduk sekitar, Model Doxey Irritation Index dapat digunakan sebagai model untuk mengungkapkan sudut pandang pariwisata masyarakat lokal dan diperkirakan akan berkontribusi pada pemeriksaan mendalam untuk menentukan apakah demografi masyarakat lokal membuat perbedaan dalam perspektif mereka terhadap kegiatan pariwisata. Metode Doxey Irritation Index yang digunakan dalam pembahasan artikel mengenai perkembangan digitalisasi terhadap sikap masyarakat Kampung Adat Banceuy mampu menghasilkan sebuah pernyataan bahwa pada awalnya sikap masyarakat terhadap adanya digitalisasi ini sangatlah terbuka dan memiliki minat yang tinggi untuk mempelajarinya lebih lanjut ditambah

lagi dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa masyarakat Kampung Adat Banceuy memiliki semangat dan antusiasme tinggi terhadap adanya digitalisasi.

Keywords: digitalisasi; doxxey irritation index; desa wisata.

Pendahuluan

Desa wisata merupakan salah satu bentuk penerapan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat dan berkelanjutan, melalui pengembangan desa wisata diharapkan terjadi pemerataan yang sesuai dengan konsep pembangunan pariwisata yang berkesinambungan (Dewi, 2013). Pengembangan desa wisata membutuhkan partisipasi masyarakat lokal dalam keseluruhan tahap pengembangan mulai tahap perencanaan, implementasi, dan pengawasan (Dewi, 2013). Salah satu perkembangan yang harus dilakukan oleh desa wisata adalah perkembangan teknologi atau internet. Internet telah menjadi begitu umum di lingkungan bisnis dan juga hampir semua sektor tidak bisa lepas dari internet dan karena perkembangan internet yang semakin meningkat konektivitas antar bidang atau individu di sosial media lebih mudah dan lebih kuat dari sebelumnya (Dash et al., 2021).

Digitalisasi merupakan salah satu perkembangan teknologi yang cenderung pada sistem pengoperasian otomatis dengan format yang dapat dibaca oleh komputer (Aji, 2016). Perkembangan digitalisasi di desa wisata menjadi sangat penting dikarenakan semua sektor sekarang menggunakan teknologi menjadi inovasi mereka. Digitalisasi meningkatkan efisiensi kerja dengan meningkatkan operasi bisnis dengan bantuan data dan informasi digital (Kumar & Shekhar, 2020). Maka Kampung Adat Banceuy, Desa, Sanca, Kec. Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat menjadi salah satu desa wisata yang perlu melakukan digitalisas dengan keberagaman daya tarik wisata dan budaya yang ada.

Menurut (Sandi et al., 2022) dalam penelitiannya yang dilakukan di Desa Wisata Panglipuran menjelaskan bahwa saat ini kecenderungan wisatawan mengakses informasi secara digital sangat masif, sehingga desa wisata juga

harus bergerak dibidang itu, agar antara wisatawan dan informasi mengenai desa wisata dapat diakses secara mudah dan saling menguntungkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Pratiwi et al., 2021) yang dilakukan di Desa Wisata Purwosari menjelaskan bahwa digitalisasi serta pengelolaan administrasi secara online ini sangat penting bagi para pemilik homestay untuk meningkatkan okupensi homestay di dusun Tegalsari dan menjadi sarana informasi tambahan bagi para wisatawan yang ingin berkunjung. Menurut (Saputra, 2021) dalam penelitiannya yang dilakukan di Desa Sayan Ubud Bali mengatakan bahwa bentuk digitalisasi desa wisata masih terbatas pada penggunaan social media, kedepannya diperlukan upaya digitalisasi yang lebih mendalam terkait penggunaan teknologi informasi seperti market place sehingga kinerja desa wisata dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien. Dengan beberapa hasil penelitian diatas dapat dinyatakan bahwa digitaliasi masih belum merata dan menjadi hal yang perlu dikembangkan di seluruh desa wisata karena dapat memberikan dampak yang sangat positif untuk pengembangan desa wisata.

Doxey (1975) mengusulkan indeks iritasi penduduk (irridex) untuk menggambarkan evolusi sikap masyarakat lokal untuk pengunjung. Gagasan inti dalam Inidex Doxey adalah bahwa masyarkat lokal di kawasan wisata akan mengubah sikap mereka terhadap pengunjung dari waktu ke waktu. Dengan Doxey Irritation Index penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan digitalisasi dan sikap masyarakat di Kampung Adat Banceuy terhadap digitalisasi yang ada.

Kami memilih objek penelitian di Kampung Adat Banceuy karena Desa adat banceuy memiliki potensi yang besar jika dikembangkan dengan memanfaatkan kemajuan digital, adapun beberapa potensinya seperti budaya (ruwatan), alamnya yang masih alami seperti sungai leui lawang, serta berbagai alat kesenian adat seperti toleat.

Kajian Pustaka

Digitalisasi

Perkembangan zaman yang sangat cepat disertai dengan perkembangan teknologi membuat setiap orang menerapkan konsep digitalisasi pada beberapa kegiatan demi mendapatkan kinerja yang optimal, efisien, dan efektif. Menurut (Siregar,2019) Digitalisasi merupakan suatu proses perubahan sifat dari yang semula dalam bentuk fisik dan analog berubah menjadi bentuk virtual dan digital. Secara lebih luasnya lagi digitalisasi merupakan suatu tahapan atau proses mengikuti perkembangan zaman dimana kegiatan-kegiatan tertentu yang pada mulanya berbentuk fisik beralih menjadi digital seperti kegiatan pemasaran, kegiatan pembelajaran, kegiatan administrasi, hingga kegiatan layanan.

Digitalisasi merupakan suatu wujud nyata dari perkembangan yang sangat pesat pada masa kini seperti media digital, tidak hanya berpengaruh pada beberapa sektor saja akan tetapi berpengaruh besar pada segala sektor. Era digitalisasi ini memberikan banyak manfaat diantaralain memudahkan komunikasi antar personal, penyebaran informasi melalui media digital menyebabkan informasi tersebar luas dan cepat, media digital juga lebih menghemat waktu dan juga biaya, era digitalisasi ini juga mempermudah banyak aktivitas seperti kegiatan transaksi.

Era digitalisasi ini sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir semua orang dapat rasakan. Untuk kelebihan dari era digitalisasi ini yaitu sistem komunikasi yang semakin berkembang membuat setiap personal lebih dimudahkan dan juga fleksibel dalam berkomunikasi, penyebaran informasi pun menyebar secara luas dan juga cepat. Disamping banyaknya kelebihan digitalisasi, terdapat kekurangan yang menjadi tantangan di era digitalisasi ini yaitu, terdapat resiko terkena virus atau malware, kecanggihan pada era digital pula dapat membuat orang menjadi ketergantungan atas teknologi, meskipun pada era digital ini terbilang canggih dan efektif namun tetap akan memiliki resiko kesalahan sistem. Oleh karena

itu harus bijak dalam mengikuti perkembangan pada era digital ini dan harus paham segala sesuatu yang dilakukan agar sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Doxey Irritation Index

Kehadiran wisatawan dalam suatu tempat wisata hingga pengembangan tempat wisata pasti memiliki dampak pada penduduk sekitar, untuk membahas dampak yang terjadi terhadap penduduk sekitar terutama perubahan sikap tertentu diperlukan adanya teori dasar agar analisis dan pembahasan teratur. Doxey Irritation Index juga dapat diartikan sebagai model untuk mengungkapkan sudut pandang pariwisata masyarakat lokal dan diperkirakan akan berkontribusi pada pemeriksaan mendalam untuk menentukan apakah demografi masyarakat lokal membuat perbedaan dalam perspektif mereka terhadap kegiatan pariwisata.

Doxey Irritation Index memiliki empat tahapan dalam menilai sikap masyarakat yaitu Euphoria, Apathy, Annoyance, Antagonism. Untuk sikap masyarakat dalam tahap Euphoria merupakan sikap masyarakat yang menyambut kedatangan wisatawan dengan baik, biasanya tahap ini terjadi pada saat awal perkembangan tempat wisata pada suatu daerah. Selanjutnya tahapan Apathy yang merupakan sikap masyarakat setempat menerima kedatangan wisatawan sebagai hal yang lumrah dan biasanya hubungan antara masyarakat setempat dengan wisatawan hanya sebatas komersial. Selanjutnya tahap Annoyance dimana sikap masyarakat setempat berada di titik kejenuhan yang membuat masyarakat setempat merasa terganggu akan kehadiran wisatawan itu sendiri. Yang terakhir merupakan tahap sikap masyarakat Antagonism dimana pada tahap ini masyarakat setempat menunjukan secara jelas sikap ketidaksenangan nya akan kehadiran dari wisatawan dan melihat wisatawan sebagai suatu sumber masalah.

Dengan adanya model Doxey Irritation Index untuk mengukur sikap masyarakat setempat maka akan mempermudah pihak pengelola tempat wisata untuk mempersiapkan strategi dalam pembangunan pariwisata dan juga

memperbaik hubungan dengan masyarakat setempat. Pihak pengelola wisata pun dapat mengukur sikap masyarakat setempat agar struktur pengelolaan lebih tertata dengan rapih, teratur, aman, dan nyaman bagi wisatawan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yang berupa observasi dan studi kasus dengan hasil dalam bentuk naratif, deskriptif, dan pengaturan atau praktik. Penggunaan penelitian kualitatif ini dikarenakan sifat induktif penelitian ini, yaitu pengembangan konsep didasarkan pada data yang telah didapatkan. Laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri alamiahnya (Amelia et al., 2015).

Penelitian ini dilakukan di Kampung Adat Banceuy. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23 Juli dengan melaksanakan pengumpulan dan analisis data terkait fenomena penerapan digitalisasi di Kampung Adat Banceuy. Dengan berbagai potensi alam dan budaya yang dimiliki, apabila diikuti dengan kemajuan digitalisasi akan mampu memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan Kampung Adat Banceuy itu sendiri.

Dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu wawancara dan observasi secara semi terstruktur untuk mengumpulkan data mengenai perkembangan digitalisasi di Kampung Adat Banceuy. Adapun informan berasal dari beberapa kalangan masyarakat seperti penggerak Kompepar, anggota Kompepar, anggota karang taruna, hingga kepada salah satu pemilik homestay. Pemilihan informan dari berbagai lapisan masyarakat karena bertujuan untuk menemukan berbagai sudut pandang sehingga peneliti akan memiliki hasil wawancara yang kaya akan data.

Menggunakan thematic data analysis dari Braun dan Clarke (2006), maka data yang sudah berhasil dikumpulkan akan dianalisis dengan cara mencatat hasil

wawancara. Data hasil wawancara yang sudah dicatat tersebut selanjutnya dilakukan eksplorasi tema untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Hasil dari analisis tersebut nantinya dibahas lebih lanjut pada bagian temuan dan diskusi di bawah ini.

Hasil dan Pembahasan

Perkembangan Digitalisasi

Saat ini digitalisasi memiliki berbagai macam peranan dalam menunjang aktivitas pariwisata. Mulai dari digunakan oleh konsumen dalam mencari referensi objek wisata, melakukan pemesanan transportasi dan penginapan secara online, hingga dimanfaatkan oleh pengelola suatu objek wisata dalam bidang marketing. Pentingnya digitalisasi dalam industri pariwisata akhirnya mulai diaplikasikan ke suatu destinasi wisata. Salah satu contoh dimulainya penerapan digitalisasi adalah di Kampung Adat Banceuy.

Salah satu bukti bahwa digitalisasi sudah hadir di Kampung Adat Banceuy yaitu mulai digunakannya media sosial dalam proses pemasaran untuk memperkenalkan Kampung Adat Banceuy sebagai salah satu desa wisata yang menarik untuk dikunjungi. Melalui akun media sosial instagram Kampung Adat Banceuy, menampilkan berbagai aktivitas serta objek wisata untuk menarik minat calon konsumen agar mengunjungi Kampung Adat Banceuy. Adapun konten dari akun media sosial instagram Kampung Adat Banceuy sudah dibuat dengan menggunakan aplikasi desain yang cukup mumpuni untuk dikatakan sebagai penerapan digitalisasi. Contoh tersebut menjadi salah satu bentuk nyata adanya penerapan digitalisasi dalam menunjang pemasaran Kampung Adat Banceuy. Hal itu didukung oleh salah satu narasumber kami yang bernama Ibu Sri yang mengatakan bahwa “…digitalisasi yaitu hal yang bersifat digital untuk memajukan potensi desa wisata banceuy terutama sosial media seperti instagram dan website.”

Namun, sangat disayangkan penerapan digitalisasi di Kampung Adat Banceuy belum diimbangi dengan fasilitas internet yang memadai. Hal ini tentunya

menghambat perkembangan digitalisasi di Kampung Adat Banceuy. Upaya sudah dilakukan oleh pihak pengelola, seperti yang dilakukan oleh Sri selaku salah satu pemilik homestay yang mengatakan bahwa “…tetapi kemarin Pak Kades sudah mengajukan kepada pemerintah daerah pada saat mereka kunjungan pariwisata kesini untuk sosialisasi wisata. Pak kades mengajukan atap panggung untuk Gedung serbaguna, terus ibu mengajukan tempat sampah dan umkm, terus juga mengajukan tower sinyal dan akan diusahakan untuk dibangun nanti kata pak dewa tuh”. Berdasarkan tiga ajuan yang disampaikan kepada pemerintah daerah tersebut, hanya gedung serbaguna yang baru direalisasikan. Hal tersebut akhirnya berdampak pada sikap masyarakat Kampung Adat Banceuy terhadap digitalisasi.

Sikap Masyarakat

Pada awalnya, sikap masyarakat terhadap adanya digitalisasi ini sangatlah terbuka dan memiliki minat yang tinggi untuk mempelajarinya lebih lanjut. Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil wawancara peneliti terhadap salah satu narasumber yang bernama Sukaeti yang mengatakan bahwa “…mudah-mudahan dengan adanya sosialisasi digitalisasi ini diharapkan para pemuda-pemudi dapat menggunakan smartphone nya dengan lebih baik juga dapat diarahkan bisa mencari kerja tetapi tidak sombong dan bisa mempromosikan pariwisata disini”. Selain itu, Pak Odang juga mengatakan hal yang mendukung pernyataan tersebut yaitu “…dan diharapkan dalam penerapan digitalisasi ini tidak sulit dan dapat diaplikasikan dengan mudah”.

Berdasarkan hasil wawancara dan ditambah oleh observasi langsung ke Kampung Adat Banceuy, semangat dan antusiasme masyarakatnya tinggi terhadap adanya digitalisasi. Jika dimasukan kedalam tingkatan Doxey Irritation Index maka termasuk pada tahapan Euphoria yang berarti bahwa masyarakat menyambut dengan sangat baik adanya penerapan digitalisasi. Namun, dengan adnaya hambatan dalam

penerapannya membuat masyarakat mengeluhkan kurangnya fasilitas yang mendukung digitalisasi seperti akses internet yang masih kurang memadai.

Kesimpulan

Metode Doxxey Irritation Index yang digunakan dalam pembahasan perkembangan digitalisasi terhadap sikap masyarakat Kampung Adat Banceuy menghasilkan sebuah pernyataan bahwa pada awalnya sikap masyarakat terhadap adanya digitalisasi ini sangatlah terbuka dan memiliki minat yang tinggi untuk mempelajarinya lebih lanjut ditambah lagi dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa masyarakat Kampung Adat Banceuy memiliki semangat dan antusiasme tinggi terhadap adanya digitalisasi.

Daftar Pustaka

Aji, R. (2016). Digitalisasi, Era Tantangan Media (Analisis Kritis Kesiapan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Menyongsong Era Digital). Islamic Communication Journal, 1(1), 43–54. https://doi.org/10.21580/icj.2016.1.1.1245

Dash, G., Kiefer, K., & Paul, J. (2021). Marketing-to-Millennials: Marketing 4.0, customer satisfaction and purchase intention. Journal of Business Research, 122(October 2020), 608–620. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2020.10.016

Dewi, M. H. U. (2013). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal Kawistara, 3(2), 129–139. https://doi.org/10.22146/kawistara.3976

Kumar, S., & Shekhar. (2020). Digitalization: A Strategic Approach for Development of Tourism Industry in India.    Paradigm,    24(1),    93–108.

https://doi.org/10.1177/0971890720914111

Pratiwi, A. N., Zulfa, B. K., Permatasari, D. A., Maharani, L. J., & Helyanan, P. S. (2021). Strategi Pengelolaan Homestay Melalui Penerapan CHSE dan Pemanfaatan Digitalisasi Media Sosial di Desa Wisata Purwosari. Jurnal Abdimas ADPI Sosial Dan Humaniora, 2(4), 171–177.

Sandi, I. N., Putra, A., Gede, I. M., Susila, D., Bagus, I., & Putra, G. (2022). Promosi Desa Wisata Penglipuran melalui Pendekatan Digitalisasi Pada Masa Pandemi : Sebuah Studi Literatur. 18(1), 38–51. https://doi.org/10.53691/jpi.v18i1.275

Saputra, I. G. G. (2021). Bentuk Digitalisasi Desa Wisata di Masa Normal Baru. Jurnal Kepariwisataan, 20(1), 18–24. https://doi.org/10.52352/jpar.v20i1.448

Doxey, G. V. (1975, September). A causation theory of visitor-resident irritants: Methodology and research inferences. In Travel and tourism research associations sixth annual conference proceedings (Vol. 3, pp. 195-198).

Amelia, R., Sukma, E., & Asma, N. (2015). Pembelajaraan Menulis Laporan Percobaan Dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Jurusan PGSD FIP UNP Tahun 2015, 1(1), 8.

Siregar, Y.B. (2019). Digitalisasi Arsip Untuk Efisiensi Penyimpanan Dan Aksesibilitas. Jurnal Administrasi dan Kesekretarisan Volume 4 – Nomor 1 -Maret 2019, ISSN 2598-2451. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Sekretari Tarakanita Jakarta.

Braun, V., & Clarke, V. (2006). Using thematic analysis in psychology. Qualitative research in psychology, 3(2), 77-101.

JUMPA Volume 9, Nomor 2, Januari 2023

551