Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, Vol. 17, No. 1,Januari -April 2018

DOI: https://doi.org/10.24843/MITE.2018.v17i01.P01

1

Identifikasi Jenis Gangguan pada Jaringan Transmisi Menggunakan Metode Jaring Syaraf Tiruan

I Made Widiarsana1, I Made Mataram2, Yanu Prapto Sudarmojo3

Abstract-On transmission network often occur assorted disruption, as 1-phase short circuit to ground, phase-to-phase short circuit, phase-to-earth short circuit, and symmetrical. The detection of the disruption can be done by using neural network method. Neural network consists of nonlinear element counter that each connected in parallel through load. Training process on this neural network consists of training process towards disruptions: 1-phase short circuit to ground, phase-to-phase short circuit, phase-to-earth short circuit, and symmetrical. Training process on this network transmission using 6 data input configuration, 10 hidden layer, 6 data target, and 6 output (6-10-6-6). The result show that the value of current and voltage for all kind of disruption on network transmission successfully resurrected, where the current and voltage output from training process will be saved and used as reference to determine the type of short circuit disruption that occur on network transmission.

IntisariPada jaringan transmisi sering terjadi berbagai macam jenis gangguan, antara lain gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah, gangguan hubung singkat phasa ke phasa, gangguan antar phasa ke tanah dan gangguan simetris. Pendeteksian terhadap gangguan tersebut dapat dilakukan dengan metode jaring syaraf tiruan. Jaring syaraf tiruan terdiri dari sejumlah elemen penghitung tak linier yang masing-masing dihubungkan secara paralel melalui suatu pembobot. Proses training pada jaring syaraf tiruan ini terdiri dari proses pelatihan terhadap gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah, gangguan hubung singkat phasa dengan phasa, gangguan hubung singkat antar phasa dengan tanah, dan gangguan simetris. Proses pelatihan pada jaringan transmisi ini menggunakan konfigurasi 6 data intput, 10 hidden layer, 6 data target, dan 6 output (6-10-6-6). Hasil pelatihan menunjukkan bahwa nilai arus dan tegangan gangguan untuk semua jenis gangguan pada jaringan transmisi berhasil di bangkitkan, dimana output berupa nilai tegangan dan arus dari proses pelatihan akan disimpan dan dijadikan sebagai refrensi untuk menentukan jenis gangguan hubung singkat yang terjadi pada jaringan transmisi. Data hasil simulasi jaringan transmisi dapat dikatakan normal saat mendekati nilai output atau sebaliknya ketika jaringan transmisi mengalami gangguan hubung singkat.

Kata Kunci— Jaringan transmisi, identifikasi, gangguan hubung singkat, jaring syaraf tiruan.

  • I.    pendahuluan

Sistem transmisi merupakan bagian penyaluran tenaga listrik dari generator station sampai pada distribution station yang menggunakan arus bolak balik (AC) sistem tiga phasa. Sistem tersebut memiliki beberapa kelebihan antar lain pembangkitan yang dilakukan lebih mudah, dapat menghasilkan medan magnet putar, pengubahan tegangannya lebih mudah dan daya yang disalurkan lebih besar dengan nilai sesaat yang konstan.

Pada jaringan transmisi sering terjadi berbagai macam jenis gangguan, antara lain gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah, gangguan hubung singkat phasa ke phasa, gangguan antar phasa ke tanah dan gangguan simetris. Pendeteksian terhadap gangguan tersebut dapat dilakukan dengan metode jaring syaraf tiruan. Penggunaan metode jaring syaraf tiruan ini dipilih karena dapat mendeteksi jenis gangguan yang terjadi secara akurat dan cepat pada sistem saluran transmisi [1]. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh jaring syaraf tiruan yaitu, memiliki kemampuan belajar terhadap kesalahan yang terjadi, bersifat fleksibel terhadap perubahan yang terjadi pada suatu lingkungan, memiliki kemampuan perhitungan secara pararel, dan dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang lebih kompleks yang tidak dapat diselesaikan dengan metode konvensional [2].

Mekanisme jaring syaraf tiruan (JST) menyerupai sistem syaraf makhluk hidup. Jaring syaraf tiruan memiliki satu atau lebih neuron yang berfungsi sebagai elemen pengolah dari beberapa masukan pada dendrirt. Sebuah neuron berperan untuk mengolah masukan beserta bobotnya. Selain itu juga berfungsi untuk transfer yang bertanggung jawab pada pengaliran luarnya ke neuron pengolah lain [3].

  • II.    saluran transmisi dan jaring syaraf tiruan

  • A.    Saluran Transmisi

Saluran transmisi memiliki peranan yang sangat penting dalam mendistribusikan tenaga listrik dari generator station sampai distribution station [4]. Tenaga listrik dialirkan melalui suatu bahan konduktor dalam saluran transmisi listrik. Berdasarkan besaran kapasitas tegangan yang disalurkan, saluran transmisi dibedakan menjadi [5]:

  • 1.    Saluran transmisi tegangan rendah (380V, 220V)

  • 2.    Saluran transmisi tegangan menengah (20kV)

  • 3.    Saluran transmisi tegangan tinggi (70kV, 150kV, 225kV) 4. Saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (275kV, 500kV) 5. Saluran transmisi tegangan ultra tinggi (750kV)

p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372

91i

  • B.    Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat adalah suatu keadaan ketidaknormalan yang terjadi pada sistem jaringan transmisi listrik, dimana ketidaknormalan yang terjadi dalam sistem jaringan transmisi listrik mengakibatkan mengalirnya arus yang tidak seimbang dalam sistem jaringan transmisi tiga phasa. Gangguan hubung singkat berdasarkan kesimetrisannya dibedakan menjadi gangguan asimetris dan gangguan simetris. Gangguan asimetris terdiri dari gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah, gangguan antar phasa, gangguan antar phasa ke tanah, sedangkan gangguan simetris terdiri dari gangguan simetris. Gangguan simetris adalah gangguan hubung singkat yang terjadi pada semua phasanya sehingga menyebabkan arus maupun tegangan pada setiap phasanya tetap bernilai seimbang setelah terjadi gangguan [6].

  • C.    Backpropagation Neural Network

Metode jaring syaraf tiruan backpropagation adalah metode algoritma pembelajaran terawasi, dimana metode backpropagation digunakan untuk mengubah nilai bobot yang terhubung dengan sebuah neuron pada lapisan hidden layer menggunakan perceptron dengan banyak lapisan. Neural network backpropagation terdiri dari terdiri dari satu atau lebih unit layer pemroses. Layer input yang berfungsi menerima input dari luar adalah unit layer paling awal. Hidden layer adalah layer yang terdapat setelah lapisan input. Output layer adalah layer yang paling akhir [7]. Struktur jaring syaraf tiruan backpropagation dapat dilihat dalam gambar 1.

Gambar 1: Arsitektur jaring syaraf tiruan backpropagation [8]


Algoritma pelatihan jaring syaraf tiruan backpropagation terdiri dari dua langkah yaitu langkah perambatan maju dan langkah perambatn mundur. Langkah perambatan maju dimulai dengan memberikan sebuah masukan ke dalam lapisan layer input. Pola masukan yang diberikan berupa nilai

aktivasi terhadap unit-unit masukan. Langkah perambatan mundur merupakan proses perhitungan nilai galat dan mengubah nilai bobot pada semua interkoneksinya. Perhitungan pada langkah perambatan mundur dimulai dari lapisan output layer dan mundur sampai pada lapisan input layer. Hasil output dari perambatan maju akan dibangdingkan dengan hasil keluaran atau taget yang diinginkan [9].

  • III.    metode analisa data dan pemodelan sistem

Penelitian ini bertempat di Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana kampus sudirman dengan tujuan mensimulasikan deteksi jenis gangguan yang terjadi pada jaringan transmisi dan waktu pelaksanaannya dimulai pada Januari 2016.

Referensi [10] merupakan sumber data dari penelitian ini, dimana pada jurnal tersebut data yang digunakan dengan sistem 400 kV, yang terdiri dari dua generator 11 kV yang masing-masing terletak di kedua ujung jaringan transmisi bersama dengan simulator tiga phasa yang digunakan untuk mensimulasikan lokasi gangguan pada jaringan transmisi.

Alur identifikasi jenis gangguan pada jaringan transmisi dengan menggunakan metode jaring syaraf tiruan dapat dilihat pada gambar 2.

Input berupa Dua


Pengolahan data inputan pada three-phase VI untuk mengukur tegangan dan arus sampel dari inputan pada sumber.

Data angka dari tegangan dan arus tiga phasa selanjutnya diproses pada distributed parameter line untuk mendapatkan nilai gelombang tegangan dan arus pada masing-masing phasa dengan rugi-rugi yang disejajarkan

Proses pengolahan nilai tegangan dan arus yang d dapatkan dari distributed parameter line dengan menggunakan NNtool


pakah pelatiha

berjalan dengan

baik


y

Hasil berupa grafik proses pelatihan serta nilai

tegangan dan arus ∕ untuk jenis

gangguan yang dilatih


selesai



Gambar 2: Flowchart diagram alur identifikasi gangguan jaringan transmisi

Simulasi yang dilakukan pada Simulink MATLAB dengan desain pemodelan yang dirancang merupakan sistem jaringan tiga phasa. Model simulasi yang dirancang pada simulink MATLAB dapat dilihat dalam gambar 3.

Gambar 3: Rangkaian Simulasi Gangguan


  • IV.    hasil dan pembahasan

  • A.    Analisa dan Pembahasan

Proses pelatihan terhadap identifikasi jenis gangguang pada jaringan transmisi dengam menggunakan metode jaring syaraf tiruan dimulai dengan pembuatan rangkaian simulasi gangguan yang akan digunakan. Data yang digunakan sebagai input awal pada pada simulasi adalah dua buah generator 11 kV yang terletak pada kedua ujung simulasi dengan frekuensi 50Hz dan panjang saluran 100 km. Kemudian akan dilakukan pengujian terhadap simulasi, setelah dilakukan pengujian terhadap simulasi akan didapatkan data tegangan dan arus pada masing-masing phasa. Data tersebut kemudian akan digunakan sebagai input dalam proses pelatihan identifikasi jenis gangguan menggunakan metode jaring syaraf tiruan dengan menggunakan nntool pada matlab.

konfigurasi yang digunakan pada proses pelatihan adalah 6 data input, 10 hidden layer, 6 data target, dan 6 data output. Konfigurasi yang digunakan pada proses pelatihan dapat dilihat dalam gambar 4.

Hidden Layer              Output Layer

10                          6

Gambar 4: Konfigurasi yang digunakan dalam proses pelatihan

  • B.    Proses Pembangkitan Gelombang Tegangan dan Arus

Proses pembangkitan gelombang tegangan dan arus gangguan pada jaringan transmisi bertujuan untuk mendapatkan nilai tegangan dan arus pada masing-masing

I Made Widiarsana: Identifikasi Jenis Gangguan pada Jaringan

phasa. Nilai tegangan dan arus pada masing-masing phasa ini akan digunakan sebagai nilai input dan target dalam proses pelatihan.

  • 1)    Pada Keadaan Normal: Proses pembangkitan pada keadaan normal bertujuan untuk menghasilkan data yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan ada tidaknya ganguan hubung singkat pada jaringan transmisi.

0    0.01 002 0.03 0.04 005 0.05 OOZ OOO 0 03   01

Timeolher: O                    Time(S)

(a) Gelombang Tegangan Phasa A

(b) Gelombang Tegangan Phasa B

p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372

O OOI OB 003 OU 005 0 06 0 07 OOS 009   01


T*w∙*∙t O                Time(S)

(c) Gelombang Tegangan Phasa C

Gambar 5: Gelombang tegangan masing-masing phasa saat keadaan normal

Time

(a) Gelombang Arus Phasa A



Time (S)

Gambar 7: Gelombang tegangan phasa A saat gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah

Gambar 8: Gelombang arus phasa B saat gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah



4O OOI 0.02 0.03 0 04 0.05 0 06 007 008 0.09 01

Time offset. 0                  Time(S)


(b) Gelombang Arus Phasa B

(c) Gelombang Arus Phasa C

Gambar 6: Gelombang arus masing-masing phasa saat keadaan normal

  • 2)    Gangguan Satu Phasa ke Tanah: Proses pembangkitan gelombang tegangan dan arus pada gangguan satu phasa ke tanah, dimana gangguan yang terjadi diatur pada phasa A dan memperoleh hasil

sebagai berikut.

Gambar 9: Gelombang arus phasa C saat gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah

  • 3)    Gangguan antar Phasa ke   Tanah:   Proses

pembangkitan gelombang tegangan dan arus pada gangguan antar phasa ke tanah, gangguan antar phasa ke tanah yang terjadi diatur pada phasa A dan phasa B, dimana hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

(a) Gelombang Tegangan Phasa A

(b) Gelombang Tegangan Phasa B


Gambar 13: Gelombang arus phasa C saat gangguan antar phasa


Gambar 10: Gelombang tegangan phasa A dan B saat gangguan antar phasa ke tanah

Gambar 11: Gelombang arus phasa C saat gangguan antar phasa ke tanah

  • 4)    Gangguan Antar Phasa: Proses pembangkitan gelombang tegangan dan arus pada gangguan t antar phasa, gangguan yang terjadi diatur pada phasa A dan phasa B tanpa dihubungkan ke tanah, dimana hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut

O 0 01 0 02 0 03 0 04 OOS OOO 0 07 OOO OM 0,t

Time OffMt o                   Time (S)

(a) Gelombang Tegangan Phasa A

(b) Gelombang Tegangan Phasa B

Gambar 12: Gelombang tegangan phasa A dan phasa B saat gangguan antar phasa

  • 5)    Gangguan simetris: Proses pembangkitan gelombang tegangan dan arus pada gangguan simetris, gangguan yang terjadi diatur pada phasa A, phasa B dan phasa C, dimana hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

0 OOl 0.02   0 03   0 04   0 05   0.06   0.07   0.08   0 09    0.1

Tereoifsef 0                     Time (S)

(a) Gelombang Tegangan Phasa A

(b) Gelombang Tegangan Phasa B

(c) Gelombang Tegangan Phasa C

Gambar 14: Gelombang tegangan phasa A, phasa B dan phasa C saat

gangguan simetris

I Made Widiarsana: Identifikasi Jenis Gangguan pada Jaringan


p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372



(a) Gelombang Arus Phasa A

(b) Gelombang Arus Phasa B

Gambar 15: Gelombang arus phasa A dan phasa B saat gangguan simetris

O 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1

r u n                  Time (S)

Timeoffset: O

Gambar 16: Gelombang arus phasa C saat gangguan simetris

  • C.    Proses Identifikasi Jenis Gangguan Pada Jaringan Transmisi Menggunakan Jaring syaraf tiruan

Identifikasi jenis gangguan pada jaringan tansmisi menggunakan metode jaring syaraf tiruan dilakukan dengan proses training atau pelatihan. Proses training ini terdiri dari proses pelatihan terhadap gangguan satu phasa ke tanah, gangguan antar phasa, gangguan antar phasa dengan tanah, dan gangguan simetris. Proses pelatihan pada jaringan transmisi ini menggunakan masukan dua buah generator three-phase source, dimana tegangan input pada setiap generator adalah sebesar 11 kV dengan frekuensi 50 Hz.

  • D.    Proses Pelatihan Dengan Metode Jaring syaraf tiruan

Pada Keadaan Normal

Proses pelatihan pada keadaan normal bertujuan untuk menghasilkan data yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan ada tidaknya gangguan hubung singkat pada jaringan transmisi.

Grafik performance pada proses pelatihan diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai mean squared error (MSE) dengan epoch. Epoch merupakan jumlah iterasi yang dilakukan atau dihasilkan dari proses pelatihan. Hasil dari pelatihan ditunjukkan dengan warna biru, hasil validasi ditunjukkan dengan warna hijau, hasil test ditunjukkan dengan warna merah, dan nilai best atau nilai terbaik dari hasil performance ditunjukkan dengan garis titik-titik. Hasil performance terbaik pada saat keadaan normal diperoleh pada saat epoch ke 238 dari 244 epoch dengan nilai best validation performance 8.7591. Grafik performance pada proses pelatihan saat keadaan normal dapat dilihat dalam gambar 17.

Gambar 17: Hasil performance pada saat keadaan normal

  • E.    Proses Pelatihan Dengan Metode Jaring syaraf tiruan Pada Gangguan Satu Phasa ke Tanah

Proses pelatihan gangguan satu phasa ke tanah pada jaringan transmisi menggunakan metode jaring syaraf tiruan, dimana gangguan yang terjadi diatur pada phasa A dan hasilnya kemudian di analisa sebagai berikut.

Grafik performance pada proses pelatihan gangguan satu phasa ke tanah diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai mean squared error (MSE) dengan epoch. Epoch merupakan jumlah iterasi yang dilakukan atau dihasilkan dari proses pelatihan. Hasil dari pelatihan ditunjukkan dengan warna biru, hasil validasi ditunjukkan dengan warna hijau, hasil test ditunjukkan dengan warna merah, dan nilai best atau nilai terbaik dari hasil performance ditunjukkan dengan garis titik-titik. Hasil performance terbaik pada proses pelatihan gangguan satu phasa ke tanah diperoleh pada saat epoch ke 7 dari 13 epoch dengan nilai best validation performance 1017476.8012. Grafik performance pada proses pelatihan gangguan satu phasa ke tanah dapat dilihat dalam gambar 18.

Gambar 18: Hasil performance pada saat gangguan satu phasa ke tanah

  • F.    Proses Pelatihan Dengan Metode Jaring syaraf tiruan Pada Saat Gangguan Antar phasa ke Tanah

Proses pelatihan gangguan antar phasa ke tanah pada jaringan transmisi menggunakan metode jaring syaraf tiruan, gangguan yang terjadi diatur pada phasa A dan phasa B, hasilnya kemudian dianalisa sebagai berikut.

Grafik performance pada proses pelatihan gangguan antar phasa ke tanah diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai mean squared error (MSE) dengan epoch. Epoch merupakan jumlah iterasi yang dilakukan atau dihasilkan dari proses pelatihan. Hasil dari pelatihan ditunjukkan dengan warna biru, hasil validasi ditunjukkan dengan warna hijau, hasil test ditunjukkan dengan warna merah, dan nilai best atau nilai terbaik dari hasil performance ditunjukkan dengan garis titik-titik. Hasil performance terbaik pada proses pelatihan gangguan antar phasa ke tanah diperoleh pada saat epoch ke 67 dari 73 epoch dengan nilai best validation performance 0.46621. Grafik performance pada proses pelatihan gangguan antar phasa ke tanah dapat dilihat dalam gambar 19.

  • G.    Proses Pelatihan Dengan Metode Jaring syaraf tiruan Pada Saat Gangguan antar phasa

Proses pelatihan gangguan antar phasa pada jaringan transmisi menggunakan metode jaring syaraf tiruan, gangguan yang terjadi diatur pada phasa A dan phasa B tanpa di hubungkan ke tanah, dimana hasilnya kemudian dianalisa sebagai berikut.

Grafik performance pada proses pelatihan gangguan antar phasa diperoleh dari hasil perbandingan antara mean squared error (MSE) dengan epoch. Epoch merupakan jumlah iterasi yang dilakukan atau dihasilkan dari proses pelatihan. Hasil dari pelatihan ditunjukkan dengan warna biru, hasil validasi ditunjukkan dengan warna hijau, hasil test ditunjukkan dengan warna merah, dan nilai best dari hasil performance ditunjukkan dengan garis titik-titik. Hasil performance terbaik pada proses pelatihan gangguan antar phasa diperoleh pada saat epoch ke 1 dari 7 epoch dengan nilai best validation performance 57382.6513. Grafik performance pada proses pelatihan gangguan antar phasa dapat dilihat dalam gambar 20.

Best Validation Performance is 57382.6513 at epoch 1

Gambar 19: Hasil performance pada saat gangguan antar ke tanah


H. Proses Pelatihan Dengan Metode Jaring syaraf tiruan

Pada Saat Gangguan simetris

Proses pelatihan gangguan simetris pada jaringan transmisi menggunakan metode jaring syaraf tiruan, dimana gangguan yang terjadi diatur pada phasa A, phasa B dan phasa C, yang selanjutnya hasilnya dianalisa sebagai berikut.

Grafik performance pada proses pelatihan gangguan simetris diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai mean squared error (MSE) dengan epoch. Epoch merupakan jumlah iterasi yang dilakukan atau dihasilkan dari proses pelatihan. Hasil dari pelatihan ditunjukkan dengan warna biru, hasil validasi ditunjukkan dengan warna hijau, hasil test ditunjukkan dengan warna merah, dan nilai best dari hasil performance ditunjukkan dengan garis titik-titik. Hasil performance terbaik pada proses pelatihan gangguan simetris diperoleh pada saat epoch ke 27 dari 33 epoch dengan nilai best validation performance 5.0038. Grafik performance pada proses pelatihan gangguan simetris dapat dilihat dalam gambar 21.


I Made Widiarsana: Identifikasi Jenis Gangguan pada Jaringan …


p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372



7 Epochs

Gambar 20: Hasil performance pada saat gangguan antar phasa

Gambar 21: Hasil performance pada saat gangguan simetris

V. Hasil Pelatihan identifikasi jenis gangguan pada

JARINGAN TRANSMISI MENGGUNAKAN METODE JARING

SYARAF TIRUAN

  • A.    Hasil Pelatihan pada saat keadaan normal

Hasil pelatihan pada saat keadaan normal akan disimpan dan dijadikan sebagai refrensi untuk menentukan keadaan yang terjadi pada jaringan transmisi. Apabila data hasil simulasi mendekati dengan output maka jaringan transmisi berada dalam keadaan normal. Hasil pelatihan yang diperoleh berupa nilai arus dan tegangan pada keadaan normal yang dapat dilihat pada gambar 22.

Gambar 22: Hasil pelatihan pada saat keadaan normal

  • B.    Hasil Pelatihan pada saat gangguan satu phasa ke tanah

Hasil dari proses pelatihan gangguan satu phasa ke tanah yang terjadi pada phasa A menunjukkan nilai tegangan output pada phasa A bernilai nol. Dimana hal ini disebabkan karena pada gangguan satu phasa ke tanah gangguan yang terjadi pada phasa A terhubung langsung dengan tanah. Hasil pelatihan yang diperoleh berupa nilai arus dan tegangan pada saat terjadinya gangguan satu phasa ke tanah yang dapat dilihat pada gambar 23.

Gambar 23: Hasil pelatihan pada saat gangguan satu phasa ke tanah

  • C.    Hasil Pelatihan pada saat gangguan antar phasa ke tanah

Hasil proses pelatihan gangguan antar phasa ke tanah yang terjadi pada phasa A dan phasa B menunjukkan nilai tegangan output pada phasa A dan phasa B bernilai nol. Dimana hal ini disebabkan karena pada gangguan antar phasa ke tanah, phasa yang mengalami gangguan yaitu phasa A dan phasa B terhubung langsung ke tanah. Hasil pelatihan yang diperoleh berupa nilai arus dan tegangan pada saat terjadinya gangguan antar phasa ke tanah yang dapat dilihat pada gambar 24.

Gambar 24: Hasil pelatihan pada saat gangguan dua phasa ke tanah

  • D.    Hasil Pelatihan pada saat gangguan antar phasa

Hasil proses pelatihan gangguan antar phasa yang terjadi pada phasa A dan phasa B menunjukkan nilai tegangan output pada phasa A dan phasa B bernilai hampir sama. Hal ini dikarena gangguan yang terjadi pada phasa A dan phasa B ketika terjadi gangguan antar phasa, phasa A dan phasa B tidak terhubung langsung ke tanah. Hasil pelatihan yang diperoleh berupa nilai arus dan tegangan pada saat terjadi gangguan antar phasa yang dapat dilihat pada gambar 25.

Gambar 25: Hasil pelatihan pada saat gangguan antar phasa

  • E.    Hasil Pelatihan pada saat gangguan simetris

Hasil proses pelatihan gangguan simetris yang terjadi pada phasa A, phasa B dan phasa C menunjukkan nilai tegangan output pada phasa A, phasa B dan phasa C bernilai sama. Hal ini disebabkan karena gangguan simetris merupakan gangguan hubung singkat yang terjadi pada semua phasanya sehingga menyebabkan arus maupun tegangan pada setiap phasanya tetap bernilai seimbang setelah terjadi gangguan. Hasil pelatihan yang diperoleh berupa nilai arus dan tegangan pada saat terjadinya gangguan simetris yang dapat dilihat pada gambar 26.

Gambar 26: Hasil pelatihan pada saat gangguan simetris

  • VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai identifikasi jenis gangguan pada jaringan transmisi menggunakan jaring syaraf tiruan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • 1.    Proses pembangkitan nilai arus dan tegangan gangguan pada saat terjadi gangguan satu phasa ke tanah, antar phasa ke tanah dan gangguan simetris menghasilkan bentuk gelombang tegangan pada phasa yang mengalami gangguan hubung singkat akan bernilai nol, sedangkan untuk gangguan antar phasa menghasilkan bentuk gelombang yang sama pada phasa yang mengalami gangguan. Nilai gelombang arus pada saat terjadi gangguan hubung singkat menunjukkan terjadinya penurunan nilai gelombang secara perlahan.

  • 2.    Hasil output dari proses pelatihan identifikasi akan disimpan dan dijadikan sebagai refrensi untuk menentukan keadaan yang terjadi pada jaringan transmisi.

  • 3.    Kelebihan dari jaring   syaraf   tiruan   dalam

mengidentifikasi jenis gangguan yang terjadi yaitu

memiliki kemampuan belajar terhadap kesalahan yang terjadi, bersifat fleksibel terhadap perubahan yang terjadi pada suatu lingkungan, memiliki kemampuan perhitungan secara pararel, dan dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang lebih kompleks yang tidak dapat diselesaikan dengan metode konvensional.

Referensi

  • [1]    Singh, S., Mamatha, K.R., Thejaswini, S. 2014. Intelligent Fault Identification Sistem for Transmission Lines Using Artificial Neural Network. IOSR Journal of Computer Engineering. 16: 24-30.

  • [2]    Sonali, Ms., Maind, B., Wankar, P. 2014. Research Paper on Basic of Artificial Neural Network. International Journal on Recent and Inovation Trends in Computing and Communication. 2: 96

  • [3]    Kencana, I. P. E. N. 2012. Evaluasi Kinerja Jaringan Syaraf Tiruan pada Peramalan Konsumsi Listrik Kelompok Tarif Rumah Tangga. Laboratorium Komputasi Jurusan FMIPA UNUD, Vol 2 (Juni) : 10.

  • [4]    Nordiansyah, M., Arjana, I. G. D., Setiawan, W. 2014. Setting Rele Jarak pada Sistem SUTT 150 KV GI Kapal - GI Padang Sambian Menggunakan Metode Adaptive Neuro – Fuzzy Inference Sistem (ANFIS) . Teknik Elektro, Vol 1 (Desember) : 85.

  • [5]    Sau, M. 2015. Transmisi Daya Listrik Dilengkapi Dengan Contoh Soal Matlab, edisi satu. Yogyakarta: ANDI.

  • [6]    Mardensyah, A. 2008. Studi Perencanaan Koordinasi Sistem Proteksi. Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Jakarta.

  • [7]    Hadianto, A. B., Arjana, I. G. D., Setiawan, W. 2016. Study Perhitungan Relay Jarak pada Saluran Double Circuit dengan Single Conductor antara GI Kapal – GI Pemecutan Kelod Menggunakan Artificial Neural Network (ANN). Teknik Elektro, Vol 15 ( Juli – Desember ) : 60-61

  • [8]    Sudarsono, A. 2016. Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Laju Pertumbuhan Penduduk Menggunakan Metode Backpropagation (Studi Kasus di Kota Bengkulu). Jurnal Media Infotama. 12: 61.

  • [9]    Hermawan, A. 2006. Jaringan Syaraf Tiruan Teori dan Aplikasi, edisi satu. Jogyakarta: ANDI.

  • [10]    Kesharwani, S., Singh, D., K. 2014. Simulation Of Fault Detection For Protection Of Transmission Line Using Neural Network. International Journal of Science, Engineering and Technology (IJSETR), Vol 3 (May)                              :                              3

    I Made Widiarsana: Identifikasi Jenis Gangguan pada Jaringan …


p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372