Perancangan Model Network …

I Made Sukarsa

PERANCANGAN MODEL NETWORK PADA MESIN DATABASE NON SPATIAL UNTUK MANUVER JARINGAN LISTRIK SEKTOR DISTRIBUSI DENGAN PL SQ

I Made Sukarsa

Staf Pengajar Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran Bali, 80361

Email : e_arsa@yahoo.com

Intisari

Saat ini aplikasi di bidang SIG telah banyak yang dikembangkan berbasis mesin DBMS (Database Management System) non spatial sehingga mampu mendukung model penyajian data secara client server dan menangani data dalam jumlah yang besar. Salah satunya telah dikembangkan untuk menangani data jaringan listrik. Kenyataannya, mesin-mesin DBMS belum dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan analisis network seperti manuver jaringan dan merupakan dasar untuk pengembangan berbagai aplikasi lainnya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model network untuk manuver jaringan listrik dengan berbagai kekhasannya.

Melalui beberapa tahapan penelitian yang dilakukan, telah dapat dikembangkan suatu model network yang dapat digunakan untuk menangani manuver jaringan. Model ini dibangun dengan memperhatikan kepentingan pengintegrasian dengan sistem eksisting dengan meminimalkan adanya perubahan pada aplikasi eksisting.

Pemilihan implementasi berbasis PL SQL (Pragrammable Language Structure Query Language) akan memberikan berbagai keuntungan termasuk unjuk kerja sistem. Model ini telah diujikan untuk simulasi pemadaman, menghitung perubahan struktur pembebanan jaringan dan dapat dikembangkan untuk analisis sistem tenaga listrik seperti rugi-rugi, load flow dan sebagainya sehingga pada akhirnya aplikasi SIG akan mampu mensubstitusi dan mengatasi kelemahan aplikasi analisis sistem tenaga yang banyak dipakai saat ini seperti EDSA (Electrical Design System Anaysis) .

Kata kunci : SIG, network analyst, sistem terintegrasi

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Dewasa ini implementasi SIG (Sistem Informasi Geografis) selalu mengalami perkembangan. Terakhir, SIG telah dapat diimplementasikan pada sistem berbasis jaringan seperti client server dan web. Untuk membangunnya, dibutuhkan beberapa perangkat seperti database spatial, software pengolah data spatial, DBMS Non Spatial dan middleware tambahan seperti ArcSDE dari ESRI (Environmental Systems Research Institute) dan SpatialWare dari MapInfo sebagai middleware komersil untuk mendukung implementasi aplikasi client server. Munculnya middleware tersebut telah memacu penelitian untuk pengintegrasian database spatial dan DBMS non spatial. (ESRI,2002 ; MapInfo,2004 ).

Dalam bidang ketenagalistrikan ,manuver jaringan telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam operasi sistem distribusi, karena setiap saat dapat terjadi perubahan status operasi peralatan pengaman ABSW (Air Break Switch). Perubahan status operasi peralatan ini, dapat menyebabkan perubahan pembebanan jaringan yang merupakan salah satu kekangan operasi yang harus diperhatikan secara serius.

Manuver jaringan listrik merupakan contoh kasus yang khas dalam analisis network. Arah jalur yang ditentukan oleh arah arus bersifat dinamis. Kekhasan lainnya, karena basis kasusnya adalah

dalam lingkup client server dan menangani data dalam jumlah yang sangat besar. Produk-produk untuk analisis network yang tersedia saat ini, didesain berjalan baik pada mesin database spatial dan membutuhkan banyak perubahan untuk dapat diimplementasikan pada sistem kelistrikan dengan beberapa kekhasan di atas. Hal-hal tersebut mendorong pentingnya pengembangan model network pada mesin DBMS non spatial. Model network ini akan dapat dipergunakan untuk pemecahan kasus manuver jaringan yang akan berpengaruh terhadap struktur pembebanan jaringan.

  • 1.2.    Perumusan Masalah

Pada penelitian ini, masalah yang akan diteliti adalah bagaimana mengembangkan suatu model network pada mesin DBMS non spatial yang dapat digunakan secara khusus untuk pemecahan persoalan manuver jaringan listrik pada sistem distribusi.

  • 1.3.    Tinjauan Pustaka

Kebanyakan penelitian di bidang Network Analyst (NA) berorienteasi kepada pengembangan aplikasi dengan memanfaatkan tools NA yang sudah ada pada mesin-mesin database spatial, dan pemanfaatannya terbatas pada kasus-kasus network yang cenderung statis.

Penelitian yang dilakukan oleh Widartono (2001), memanfaatkan NA dari ESRI untuk

pemodelan sistem informasi transportasi angkutan perkotaan untuk panduan rencana perjalanan penumpang. Penelitian ini menggunakan parameter arah aliran pada jalur yang relatif tetap dan dilakukan pada aras mesin spatial.

Penelitian lainnya, dilakukan oleh Rosyadi (2004) untuk penentuan jalur wisata di Yogyakarta dengan menyertakan beberapa impendan tambahan seperti pemandangan samping kiri dan kanan jalan. Penelitian ini menggunakan produk NA dari ESRI.

Butler dan Sarma (2002) melakukan penelitian tentang pemakaian model network untuk visualisasi jaringan tenaga listrik pada sebuah geladak kapal. Model ini dapat dipakai untuk mengetahui efek dan cakupan dari suatu gangguan yang terjadi karena gangguan generator, kabel, Circuit Breaker(CB) dan peralatan proteksi lainnya. Hampir mirip dengan penelitian yang penulis kerjakan, model ini juga mampu mensimulasikan perubahan struktur beban dan aliran daya jika terjadi perubahan status operasi (membuka atau menutup) dari suatu CB . Perbedaannya, model ini sepenuhnya memakai software dan model network yang tersedia di MicroStation 95 dengan map berbentuk CADD (Computer-Aided Design and Drafting) 3 dimensi dan database bawaan dari MicroStation.

Yehia dkk (2002), melakukan penelitian untuk menentukan konfigurasi feeder jaringan distribusi yang paling optimal dengan menggunakan fasilitas NA dari ESRI. Untuk antar muka, dikembangkan dengan bahasa Avenue. Diakui bahwa hasil implementasi ini masih perlu diperbaiki terutama dari sisi bahasa pemrograman untuk hasil komputasi yang lebih cepat.

Penelitian di dunia industri, dipelopori oleh kelompok ESRI dan Map Info. ESRI telah mengeluarkan produk NA terlebih dahulu. Pada tahun 2004, Map Info mengeluarkan produk sejenis yaitu Map Info Routing J Server (MapInfo,2004))

Mengacu kepada model NA dari ESRI yang didesain untuk berjalan pada mesin database stand alone (dbf), digunakan untuk penentuan rute perjalanan yang paling efisien (ESRI, 1998). Pada mesin lokal akan dibuatkan tabel yang memuat daftar objek beserta arah dan nilai impedansinya. Untuk memperbaiki kinerja, dibutuhkan pembuatan file index dari data-data tersebut. Jadi apabila terjadi perubahan data, index tersebut harus dibangun ulang. Untuk aplikasi berbasis jaringan, index network ditempatkan di server dengan pengaksesan indek di server mengacu kepada konsep file sharing (Puntodewo dkk, 2003).

Untuk meningkatkan kemampuan NA dari ESRI, Pallavicine dkk (2002) menambahkan modul tambahan dalam bahasa Fortran 4.0 yang akan bekerja bersama-sama dengan modul NA dari ArcView 3.2. Modul NA bertugas menentukan jalur

terpendek antara 2 rute dan modul Fortran bertugas mengolah data hasil NA sehingga diperoleh penyelesaian pemilihan rute dalam suatu group cluster tertentu untuk kemudian dilanjutkan pada cluster berikutnya

  • 2.    LANDASAN TEORI

    • 2.1    Manuver Jaringan Listrik

Manuver jaringan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dengan mengubah status operasi peralatan proteksi (ABSW) dari NO (Normally Open) menjadi NC (Normally Close) atau sebaliknya yang dapat menyebabkan beberapa perubahan pada sistem secara keseluruhan diantaranya :

Perubahan pembebanan trafo GI dan perubahan sumber daya sementara atau permanen. Sumber supply ini akan menjadi bahan penting untuk berbagai informasi seperti penentuan prioritas dalam skenario pemadaman.

Perubahan beban jaringan. Perubahan beban akan terjadi baik untuk beban terpasang maupun untuk beban terukur. Informasi ini sangat penting untuk mengetahui profil beban pada setiap level jaringan mulai dari penyulang utama sampai ke setiap percabangan dan mencegah terjadinya kegagalan operasi karena beban puncak berlebih di luar prediksi.

Perubahan rugi-rugi. Perubahan ini harus selalu dikontrol untuk mencegah rugi-rugi yang semakin meningkat. Salah satu cara sederhana adalah dengan mempertahankan keseimbangan pembebanan antar penyulang.

  • 2.2    Network

Secara sederhana network dapat didefinisikan sebagai garis-garis yang saling berhubungan untuk membentuk kelompok jaringan seperti jalan, jaringan sungai, jaringan listrik dan jaringan pipa. (Puntodewo dkk, 2003).

DeMers (1997) membagi network dalam tiga bentuk utama yaitu garis lurus, seperti jalan raya utama, garis bercabang, seperti pada jaringan sungai yang umum dan sirkuit seperti pada jalan yang memiliki arah putar.

Oleh karena network mempunyai kemampuan untuk pemodelan aliran pada keadaan direct atau undirect dan bahwa beberapa hubungan (link) aliran dalam suatu network dapat dihubungkan ke link tertentu, tetapi tidak terhadap yang lain (misalnya jalan layang yang berada di atas jalan yang lain), maka semua karakteristik atribut ini harus secara eksplisit dikodekan pada saat pemasukan data atau sesudahnya.

  • 2.3    Aturan Network pada ESRI

Beberapa aturan umum yang dipakai dalam Network Analyst ESRI,

akan dijelaskan sebagai berikut (Rosyadi, (2004) ; Puntodewo dkk,(2003)) :

  • a.    Penentuan travel cost

Analisis network memerlukan nilai yang menunjukkan beban pada setiap kenampakan garis. Nilai-nilai ini digunakan untuk mendapatkan beban terkecil, atau jalur terbaik dalam network.

  • b.    Penentuan belokan

Beban pada belokan dipakai dalam analisis network karena dalam melakukan belokan pada persimpangan jalan yang dilengkapi dengan lampu lalu lintas akan memerlukan waktu tunggu. Untuk merepresentasikan waktu belokan digunakan tabel tersendiri yang disebut turntable.

  • c.    Penentuan one-way streets

Untuk merepresentasikan jalan satu arah perlu ditambahkan kolom bertipe string pada table network, dengan nama oneway atau one_way.

  • d.    Penentuan overpasses dan underpasses

Kenampakan garis yang berpotongan pada suatu lokasi di peta dapat menunjukkan kondisi yang berbeda di lapangan. Kondisi itu dapat berupa overpass atau underpass maupun kondisi berbelok ke kiri dan ke kanan.

  • 2.4    PL SQL Oracle

PL SQL merupakan salah satu bahasa prosedural yang bekerja di sisi mesin DBMS Oracle. Termasuk dalam kelompok ini adalah prosedur, fungsi dan trigger. Prosedur dan fungsi bekerja berdasarkan eksekusi langsung dari user/program, sedangkan trigger akan bekerja secara otomatis apabila terjadi aktivitas insert, update atau delete data.

Pemilihan bahasa PL SQL sebagai sarana implementasi model, didasarkan kepada beberapa keunggulan bahasa ini (Robinson, 2004) dalam hal jumlah kode yang minimal, tidak perlu midleware tambahan seperti ODBC (Open Database Connectivity), kehandalan dan kecepatan operasi.

  • 2.5    Sistem Informasi Geografis

SIG didefinisikan sebagai suatu sistem yang men-capture,     mengecek,     mengintegrasikan,

memanipulasi, menganalisis dan menampilkan data yang secara spatial (keruangan) dan mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database, seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi yang unik (Prasetyo, 2003).

  • 3.    JALANNYA PENELITIAN

Ada beberapa langkah yang akan dilaksanakan dalam melakukan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut akan diuraikan secara terperinci, seperti berikut ini :

  • 1.    Studi pustaka

Studi ini dilakukan untuk memahami modelmodel NA yang telah ada dan berkembang di dunia industri saat ini.

  • 2.    Studi lapangan termasuk studi software eksisting Dilakukan untuk mengetahui model aplikasi SIG yang telah ada saat ini dengan berbagai pendekatan, diantaranya pengumpulan manual operasi jaringan, pengamatan terhadap softwate SIG yang telah ada dan wawancara.

  • 3.    Pembuatan rancangan model network

Perancangan model netwok yang dapat menangani manajemen jeringan listrik dan operasi manuver.

  • 4.    Implementasi model

Implementasi model dilakukan untuk menguji implementasi algoritma tersebut pada struktur bahasa PL SQL.

  • 5.    Pengujian dan analisis

Pengujian dilakukan untuk memastikan apakah model yang telah diimplementasikan dapat memberikan hasil yang benar sesuai dengan yang berlaku di lapangan.

  • 4.    HASIL PENELITIAN

    • 4.1    Hasil Perancangan Aturan Netwok

Beberapa aturan network yang dipakai pada penyusunan model ini adalah seperti diuraikan berikut ini :

  • 1.    Penulisan peralatan JTM dilakukan dengan 2 kode aset, masing-masing untuk menangani terjadinya arah arus increment decrement.

  • 2.    Pendefinisian jenis arah dari setiap kode aset ditentukan pada saat inisialisasi jaringan,yaitu :

  •    increment untuk kode aset dengan arah arus sama dengan GI

  •    decrement untuk kode aset dengan arah arus berlawanan

  • 3.    Parameter jenis arah memiliki nilai yang tetap sebelum dan sesudah proses manuver dilakukan

  • 4.    Status arah pada setiap kode aset(di posisi awal manuver) ditentukan oleh perubahan status operasi pada masing-masing pasangan kode aset tersebut,yaitu :

  • Pada saat terjadi operasi NC menjadi NO, maka:

  • -    Status operasi pasangan asetnya harus berubah.

  • -    Status arah pada kode aset aktif tetap bernilai 1.

  • -    Status arah pada kode aset pasangannya akan bernilai nol

  •    Pada saat terjadi operasi NO menjadi NC, maka :

  • -    Status operasi pasangan asetnya harus berubah

  • -    Status arah pada kode aset aktif tetap bernilai 1

  • -    Status arah pada kode aset pasangannya akan bernilai nol

  • 5. Status arah pada setiap kode aset (tidak di posisi awal manuver) ditentukan oleh perubahan status operasi pada kode aset di posisi awal manuver,yaitu:

  • •   Status operasi kode aset pada posisi awal

manuver NO , maka:

  • -    Jika status operasi kode asset di posisi tertentu adalah NC,maka

  •    Status arah kode aset di posisi tersebut diubah menjadi nol

  •    Status arah kode aset pasangannya diubah menjadi nol

  • -    Jika status operasi kode asset di posisi tertentu adalah NO ,maka

  •    Status arah kode aset di posisi tersebut diubah menjadi nol

  •    Status arah kode aset pasangannya tidak boleh berubah

  •    Status operasi kode aset pada posisi awal manuver NC, maka

  • -    Jika status operasi kode asset di posisi tertentu adalah NC,maka

  •    Status arah kode aset di posisi tersebut diubah menjadi satu

  •    Status arah kode aset pasangannya diubah menjadi nol

  • -    Jika status operasi kode asset di posisi tertentu adalah NO, maka

  •    Status arah kode aset di posisi tersebut diubah menjadi nol

  •    Status arah kode aset pasangannya tidak boleh berubah

  • 6.    Pada peralatan yang menghubungkan 2 penyulang/cabang yang berbeda, nilai jenis arah selalu decrement

  • 7.    Perubahan status operasi dari suatu peralatan proteksi dapat dilakukan pada salah satu kode aset peralatan dengan memperhatikan jenis arah dan status arah dari kode aset tersebut yang akan menjadi kode aset aktif

  • 8.    Arah arus pada jaringan baik dari JTM, JTR, maupun SR diisi dengan 3 nilai yaitu :

  • -    Nol : menyatakan keadaan tidak berarus : terjadi pada saat suatu JTM mengalami operasi pemadaman   dengan adanya

pembukaan saklar

  • -    i (increment) menyatakan keadan berarus pada saat suatu JTM mengalami operasi penutupan saklar (NC) dengan arah increment

  • -    d (decrement) menyatakan keadan berarus pada saat suatu JTM mengalami operasi penutupan saklar (NC) dengan arah decrement

  • 9.    Pada saat terjadi perubahan arah arus, manuver juga harus menentukan sumber cabang dari arus manuver sehingga dapat diketahui perubahan pembebanan jaringan yang terjadi

  • 4.2 Hasil Implementasi Algoritma dan Pengujian

Program

  • 4.2.1    Hasil Pengujian pada Aras Mesin Database

Berikut ini adalah gambar dan tabel yang akan digunakan sebagai basis pengujian.

Tabel 1 Jenis-jenis pengujian yang dilakukan

No

Jenis Pengujian

Keterangan Proses

1

aset 1 dibuka

Manuver dengan perubahan status operasi 1 ABSW (NCNONC)

2

aset 1 ditutup

3

aset 3 dibuka

Manuver dengan perubahan status operasi > 1 ABSW (koordinasi antar 2 ABSW pada penyulang yang sama dan GI yang sama)

4

aset 1 dbuka

5

aset 1 ditutup

6

aset 3 NC, aset 7 NO

Manuver dengan perubahan status operasi > 1 ABSW (koordinasi antar ABSW pada penyulang yang berbeda dan 2 GI yang berbeda)

7

aset 5 ditutup

8

aset 5 dibuka

9

aset 7 ditutup

10

aset 1 dibuka

11

aset 5 ditutup

12

aset 13 dibuka

Manuver dengan perubahan status operasi > 1 ABSW (koordinasi antar ABSW pada penyulang yang berbeda dan 4 GI yang berbeda)

13

aset 11 ditutup

14

aset 15 dibuka

15

aset 9 ditutup

C3

1     2     3     4     5     6

2W__t__t__t__•__i

1■


KTN060000



1


3


4


WBN060000

6     5     4


1



7


4


3


2


5

2


o


O


GJN060000


1


2

O

3


u  u

2      1


∞ 5

O 4

O 3

40 2


Keterangan :


: Trafo Distribusi

: Tiang TM

: Jaringan TM

: Peralatan ABSW

: Gardu Induk


O


’r

0   1


Gambar 1 Basis Pengujian Jaringan

  • 4.2.2    Hasil Pengujian pada Aras Aplikasi

Kondisi awal peralatan JTM semuanya dalam kondisi NC, kecuali aset 5 yang merupakan aset untuk interkoneksi, seperti Gambar 2. Manuver dilakukan dengan mengubah status operasi Aset 3 menjadi NO.

Hasil Manuver memperlihatkan bahwa KTN010002-KTN010009 mengalami pemadaman seperti Gambar 3 berikut ini.

M^kM

+ -

√ X ⅜ EditinffTABLEMADEPERALATANJTM

#

KODE_ASSET

NAMA_ALAT

Kodejiang

KODEJIANG_PASANGAN

STATUS_OPERASI

1

1

ABSW

GJNOl 0000-0002

GJN010000-0003

NC

2

3

ABSW

KTN010000-0002

KTN010000-0003

NC

3

5

ABSW

KTN010000-0009

GJN010000-0008

NO

4

7

ABSW

NTN010000-0007

KTN010000-0008

NC

*

Gambar 2 Tampilan kondisi awal jaringan

#

KODE_JTM

ξtatusjmyala

Jtmjvianuver

ARAH_ARUS

1

GJN01 □□□□-□□01 -0000-0002

1

GJNO10000

i

2

GJNO1 □□□□-□□02-□□□□-□□□3

1

GJNO1OOOO

i

3

GJNO10000-0003-0000-0004

1

GJNO10000

i

4

GJ N010000-0004-0000-0005

1

GJNO10000

i

5

GJ N010000-0005-0000-0006

1

GJNO10000

i

6

GJN01 □□□0-□□03-□001-OO01

1

GJN□1□0□□

i

7

GJN010O01-OO01-0001 -0002

1

GJN□1□0□□

i

8

GJN010O01 -0002-0001-0003

1

GJNO10000

i

9

GJN010O01 -0003-0001 -0004

1

GJNO10000

i

10

GJN010001 -0004-0001 -0005

1

GJNO10000

i

11

GJN010001 -0005-0001 -0006

1

GJNO10000

i

12

GJN010000-0006-0000-0007

1

GJNO10000

i

13

GJN010000-0007-0000-0008

1

GJNO10000

i

14

KTN010000-0001-0000-0002

1

KTN010000

i

15

KTN010000-0002-0000-0003

O

KTN010000

O

16

KTN01 □□□0-□□03-□0□□-0004

KTN□1□0□□

17

KTN01 □□□0-□□04-00□□-0005

KTN□1□0□□

18

KTN010000-0005-0000-0006

O

KTN010000

O

19

KTN010000-0006-0000-0007

O

KTN010000

O

20

KTN010000-0007-0000-0008

O

KTN010000

O

21

KTN01 □□□0-□□08-□0□□-0009

KTN□1□0□□

Gambar 3 Tampilan data hasil manuver

Hasil penggambaran di map memperlihatkan hasil yang sama (daerah padam ditandai dengan warna yang berbeda), seperti Gambar 4 berikut

Daerah mati

Gambar 4 Penggambaran hasil manuver

  • 5.    PENUTUP

    • 5.1    Kesimpulan

  • 1.    Pengembangan model network    pada mesin

DBMS non spatial dilakukan dengan membuat aturan penelusuran arus secara increment, decrement .

  • 2.    Model network yang telah dibuat telah berhasil diimplementasikan untuk simulasi pemadaman yang dilengkapi dengan perhitungan perubahan pembebanan GI, trafo dan penyulang pada jaringan distribusi dan memberikan hasil yang benar.

  • 5.2    Saran

  • 1.    Integrasi dengan SIG eksisting perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kompatibitas model network ini dengan aplikasi industri yang telah ada.

  • 2.    Model ini perlu dikembangkan untuk melakukan perhitungan-perhitungan analisis sistem tenaga listrik seperti load flow, short circuit dan lain-lain.

  • 6.    DAFTAR PUSTAKA

  • [1] . Butler,K., dan Sarma, N.D.R 2003, “Visualization for Shipboard Power Systems”, Proceedings of the 36th Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS’03) pp 49-56

  • [2] . Demers M.N., 1997, “Fundamentals of Geographic Information Systems”, New York: Jhon Wiley & Sons

  • [3] . ESRI, 1998, “Arcview Network Analyst”, http://www.esri.com/library/whitepapers/ pdfs/ana0498.pdf

  • [4] . MapInfo,   2004,   “Enterprise Mapping

Deployments: Managing Spatial Data in a Relational Database Management System”, www.mapinfo.com/common/library/enterprise_ whitepaper.pdf

  • [5] . Pallavicine, G.M.C., Fonseca, A.P., dan Silva,E.P., 2005, ”Improving The Network Analyst’s Performance Using A Saving Heuristic”, University of Sao Paulo Bazil

  • [6] . Prasetyo,D.H., 2003, “Sistem Informasi Geografis untuk Tata Guna Lahan”, http://www.ilmukomputer.com/populer/daniel-sig.php

  • [7] . Rosyadi,I.,2004, “Pemodelan Jalur Pariwisata di Daerah Inner Ringroad Perkotaan Yogyakarta”, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

  • [8] . Robinson, G., 2004 “Efficient PL/SQL”, Apress http://www.developer.com/db/article.php/10920 _3308841

  • [9] . Widartono, B.S., 2001, ”Pemodelan Sistem Informasi Transportasi Angkutan Perkotaan Untuk Panduan Rencana Perjalanan Penumpang

di Kodya Yogyakarta”, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada

  • [10] . Yehia,M.A., Matar,E.E., Hobeila,N.Y., dan Avedekian,A.D.,2002, A Heuristic Algorithm for Electric Distribution Networks Optimal Feeder   Configuration   Using   Geographic

Information System”,   IEEE Transactions on

Power Systems, Vol. 17, no. 4, November 2002.

Teknologi Elektro

7

Vol. 6 No. 1 Januari – Juni 2007

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com