Perbandingan Penggunaan Metode Optimasi …

Rukmi Sari Hartati, Sukerayasa

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE OPTIMASI EXTENDED QUADRATIC INTERIOR POINT DENGAN NEURAL NETWORK UNTUK ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT THERMAL DI BALI

Rukmi Sari Hartati, I Wayan Sukerayasa

Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro – Universitas Udayana

INTISARI

Makalah ini membahas alokasi pembebanan perbandingan penggunaan metode optimasi extended quadratic interior point dengan neural network untuk economic dispatch pembangkit termal di bali. Metode exstended quadratic interior point (EQIP) adalah metode deterministik yang merupakan pengembangan metode Karmakar oleh James A. Momoh dkk. dengan berdasarkan pada perbaikan kondisi awal sehingga bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pemrograman kuadratik (non linier). Metode jaringan Syaraf Tiruan model Hofield (HNN) adalah suatu metode kecerdasan buatan yang berdasarkan pada prinsip kerja jaringan saraf manusia, yang telah banyak digunakan sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan optimasi yang sulit dimana cara konvensional gagal untuk mencapai kecepatan, keakuratan atau efficiency. Dari hasil ujicoba pada sistem pembangkit termal dibali diperoleh hasil yang mendekati sama.

Kata kunci : Optimasi, extended quadratic interior point (EQIP), Jaringan saraf tiruan .

  • 1.    Pendahuluan

Pemakaian Listrik secara komersiil sudah lebih dari seratus tahun yang lalu ( bulan januari di London dan bulan september 1882 di New York ). Sejak itu pemakaiannya terus meningkat. Tidak dapat dibantah bahwa listrik adalah bentuk energi yang saat ini merupakan penyokong kehidupan masyarakat yang sangat berarti; baik dari segi menunjang produktifitasnya, maupun unsur-unsur lain yang menyangkut kualitas hidupnya. Begitu besarnya peranan yang dimain kan oleh energi listrik ini maka konsekuensinya dituntut ketersediaan, kesinam bungan, dampak lingkungan yang bersih, kuantitas, dan kualitas yang tinggi, serta harga yang wajar

Dalam perencanaan, pengoperasian, dan pengontrolan sistem tenaga listrik muncul berbagai persoalan teknis maupun ekonomis, salah satunya diakibatkan oleh beban sistem yang dinamis. Di sisi lain energi listrik tidak dapat disimpan dalam jumlah banyak sehingga harus disediakan pada saat dibutuhkan oleh konsumen, akibatnya timbul persoalan dalam menghadapi kebutuhan daya listrik yang berubah dari waktu ke waktu. Apabila daya yang dikirim dari bus bus pembangkit lebih besar dari kebutuhan daya pada bus bus beban, maka akan timbul pemborosan daya. Sedangkan apabila daya yang dibangkitkan lebih rendah dari kebutuhan atau tidak memenuhi kebutuhan beban maka akan timbul pemadaman lokal pada bus bus beban, yang akan mengakibatkan kerugian pada konsumen.

Pada sistem pengoperasian tenaga listrik, komponen biaya operasi terbesar adalah biaya bahan bakar. Penghematan biaya bahan bakar dalam prosentase yang kecil akan memberi dampak yang besar dalam jumlah rupiah, mengingat besarnya jumlah biaya bahan bakar tersebut diatas. Oleh

karenanya efisien pemakaian bahan bakar sangat besar pengaruhnya terhadap penghematan biaya operasi.

Bali sangat terkenal sabagai salah satu tujuan wisata dunia, sampai saat ini sebagian pasokan tenaga listriknya masih tergantung dari Jawa melalui sistem interkoneksi Jawa-Bali lewat kabel laut yang hanya bisa dipakai dengan kapasitar sebesar 2 x 110 MW. Pembangkit yang beroperasi di Bali saat ini ada 9 unit PLTD dengan daya terpasang sebesar 65,7 MW, dan 4 unit PLTG dengan daya terpasang sebesar 125,5 MW, yang berlokasi di Pesanggaran. Satu unit PLTG berlokasi di Gilimanuk dengan daya terpasang sebesar 145 MW, yang merupakan pembangkit terbesar di Bali. Sehingga daya terpasang total setelah ditambah pasokan dari Jawa sebesar 556,2 MW, namun daya mampu sebesar 450 MW, hal ini disebabkan oleh derating kemampuan unit pembangkit. Beban puncak tertinggi mencapai 352 MW, pada tanggal 2 Oktober 2002. Apabila terjadi pemeliharaan unit pembangkit terbesar di Bali (145 MW), atau terganggunya kabel laut maka sistem kelistrikan di Bali akan mengalami kekurangan pasokan daya, sehingga akan terjadi giliran pemadaman listrik.

Upaya penanggulangan kekurangan daya sistem kelistrikan Bali, yang sudah dilakukan adalah penghematan daya di sisi pemakai (demand side management) yaitu dengan memasyarakatkan lampu hemat energi, sedangkan dari sisi suply yaitu menambah kapasitas pembangkitan. Disamping hal di atas penghematan biaya operasi terutama penghematan biaya bahan bakar sistem di Bali juga tidak kalah pentingnya untuk dilakukan. Salah satu bagian pengoperasian sistem tenaga listrik yang mengarah ke hal ini adalah penjadwalan pembangkitan daya secara ekonomis. Hal ini

merupakan suatu sistem untuk meminimumkan biaya operasi pada sistem tenaga listrik dengan cara mengoptimalkan pengalokasian pembang kitan daya antara generator-generator yang beroperasi pada sistem Bali serta menghasilkan suatu rencana operasi yang memenuhi persyaratan pengoperasian sistem tenaga listrik. Persyaratan tersebut terutama adalah daya yang dibangkitkan cukup untuk memasok beban dan rugi-rugi daya, tidak melanggar kendala sistem. Banyak teknik optimasi untuk pengalokasian pembangkitan daya antara generator-generator yang beroperasi agar optimal.

  • 2.    Alokasi Pembebanan Ekonomis (Economic Dispatch)

Dalam sistem tenaga listrik, ada beberapa macam pembangkit tenaga (power plant), yaitu pembangkit tenaga thermal, pembangkit tenaga hidro, pembangkit tenaga nuklir dsb. Pembangkit thermal sendiri juga mempunyai beberapa perbedaan, sebagai contoh, perbedaan bahan bakar, harga maksimum dan minimum keluaran pembangkit, dsb. Salah satu karakteristik terpenting adalah biaya operasi. Biaya operasi masing-masing pembangkit berbeda, tidak hanya antar pembangkit, melainkan juga tergantung pada besarnya daya yang dibangkitkan. Dilain pihak, sistem tenaga listrik mempunyai beberapa pembangkit dengan karakteristik berbeda-beda. Dan pembangkit-pembangkit tersebut lokasinya jauh dari titik pusat beban, sehingga menyebabkan rugi-rugi transmisi yang besar, yang merupakan pengeluaran ekstra dari pembangkitan. Jadi, yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah bagaimana menentukan jumlah daya yang harus dibangkitkan oleh masing-masing pembangkit dalam suatu sistem tenaga listrik sehingga dapat memenuhi jumlah kebutuhan beban dengan biaya minimum, dinamakan alokasi pembebanan ekonomis (Economic Load Dispatch).

Masalah alokasi pembebanan ekonomis dirumuskan untuk memperoleh kodisi optimal pembangkit dengan meminimalkan total biaya bahan bakar, yang dinyatakan sebagai [17,7,3]:

Biaya _ operasi = i∑(ai + bipGi + ciP2 )

Rp/jam                      (1)

Kendala termasuk keseimbangan daya antara pembangkit dengan permintaan dan rugi-rugi daya [8]:

N

PD + PL = ∑ PG1                 (2)

i=1

Penjadwalan daya aktif disyaratkan untuk memenuhi batas atas dan batas bawah pembangkit.

PGimin PgiPGimx              (3)

dengan

PD    adalah total permintaan (MW)

PL     adalah total rugi-rugi daya (MW)

PGi   adalah daya yang dibangkitkan oleh

pembangkit ke-i (MW)

ai ,bi ,ci : Konstanta-konstanta pembangkit

PGimin : pembangkitan minimal unit i (MW)

PGi max : pembangkitan maksimal unit i (MW)

N : Jumlah unit pembangkit berputar

Beberapa metode yang telah berhasil digunakan untuk memecahkan permasalahan ini, baik metode konvensional dan kecerdasan buatan (artificial intelligent). Metode konvensional yang sudah dikenal antara lain metode Lagrange (Lagrangian Relaxation method), metode proyeksi gradien (gradient projection method), metode interior point, metode Generalize Reduce Gradient (GRG method), dsb. Metode optimasi dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan termasuk dalam metode kecerdasan buatan, dalam decade terakhir ini menjadi sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam sistem tenaga listrik, antara lain penjadualan unit-unit pembangkit (unit commitment), alokasi pembebanan ekonomis (economic load dispatch), peramalan beban (load forecasting), dsb.

  • 3.    Metoda Optimasi Quadratic Interior Point

Metode Interior Point pertama diperkenalkan oleh Karmarkar adalah merupakan metode untuk menyelesaikan masalah pemrograman linier. Metode ini banyak digunakan dalam operasi penelitian (operation research) karena efisien, reliabel dan akurat. Metode ini kemudian dikembangkan oleh James A. Momoh dkk dengan berdasarkan pada perbaikan kondisi awal sehingga bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan pemrograman linier maupun kuadratik (non linier) yang dikenal dengan metode EQIP (Extended Quadratic Interior Point method). Yang paling penting dalam algoritma ini adalah titik start awal dapat ditentukan dahulu. Kemudian mencari solusi optimal dalam interior polytope yang didefinisikan oleh kendala-kendala sampai dicapai titik optimal. Dalam paper ini metode EQIP digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi alokasi pembebanan pada sistem kelistrikan Bali. Model quadratic interior point didefinisikan sebagai benkut [6, 10].

dengan


_ IrT' „

P = 21 XTQX + aT X                 (4)


min        max

bAXb


(5)


dimana :

X = variabel yang tidak diketahui (unknown) n-vektor

a = konstanta n-vektor

bmin,bmax = konstanta m-vektor

Q = matrik bujursangkar simetris

A = matriks koefisien mxn dengan mn Programa linier dapat diperoleh dengan kasus khusus Q = 0.

Pada umumnya, dua m-vektor baru dibentuk yaitu S1 dan S2, dinamakan variabel slack, diperkenalkan untuk merubah kendala ketidaksamaan (5) menjadi bentuk persamaan :


permasalahan tidak mempunyai solusi atau solusinya menjadi tidak terbatas (unbounded).

Iterasi dimulai dengan suatu nilai awal yang

~0

memungkinkan X , algoritma proses optimasi menghasilkan nilai-nilai interior fisibel yang

~~  ~~

berurutan X , X ,........ X , X , ....sedemikian

sehingga

P = 1 (X~k+1)TQ~X~ k+1+a~TX~k+1P =

k +12                                   k


1

(X~k)TQX k+a~TXk                      (14)

2


AX - S1 = b min                    (6)

AX + S2 = b max   SbS2 0        (7)


Proses iterasi berhenti bila kriteria berhenti (stopping criterion) terpenuhi. Isi dari algoritma EQIP diberikan sebagai berikut:

~k                ~~ ~

Tentukan X sedemikian sehingga AX = b dengan ~k

X ≥ 0 untuk j = n+1,....,n+2m. Ketika kriteria j

berhenti tidak terpenuhi lakukan


sehingga bisa didefinisikan variabel baru :


f X y


X


SS 1

IS 2 )


,


Ql Qn×n

V02m×n


0

n×2 m

On n

2 m×2 m


a


a(nx1)




dan


v a(2mx 1) ;


,


min

b(mx1)

= Lmax

V b( mx 1) )


b


(8)

(9)


Dk :=diag[~x1k,..., ~xkn+2m](15)

B := AD Gk : = QX k+ a(16)

KK

d : =DtGt w = B Bt )1 B,d(17)

kk k kk kk


A


A

(mxn)


V A (mxn)


I0

(mxm)   (mxm)

0/ I h χ

(mxm)    (mxm) )


(10)


dp := BTw - d(18)

kk k

γ: =min ∖dpk ................,dpk ]

L n + 1                 n + 2 m J

T:=(Dkdpk)T Q~ (Dkdpk)(20)


dengan I adalah matrik identitas mxm . Sehingga permasalahan optimasi quadratic (4) dan (5) mempunyai bentuk minimisasi sebagai :


min    P=21XTQX +a~TX(11)

harus memenuhi kendala AX = b(12)

~

Xj ≥ 0, j = n+1, ... , n+2m(13)


β1 : =

β2 : =


1

, γ < 0,

γ

kt k

(dp ) dp

T


β2 : = 106, T ≤ 0


β1: = 106, γ ≥ 0

, T > 0, ...................

(22)


(21)


β := min [β1, β2],    d := Ddpk            (23)

xk


Masalah optimasasi quadratik yang diperlihatkan pada (11) - (13) di atas dengan mengasumsikan memiliki batas titik awal (bounded ~o

interior point) X . Jika tidak demikian maka


X k + 1 := X k + β                      (24)

x


set k : = k+1, dimana k adalah jumlah iterasi.


Kriteria berhenti adalah perubahan relatif fungsi objektif pada setiap iterasi, yaitu

|Pk+1–Pk|/max{1,|Pk|} < є

atau perubahan relatif pada nilai interior yang memungkinkan pada setiap iterasinya

|X~k+1-X~k| < є

Untuk menjaga solusi dari masalah pada setiap iterasi agar selalu berada dalam daerah interior yang memungkinkan, algoritma EQIP memerlukan perhitungan dari nilai start awal titik interior yang ~     ~~   ~

fisibel X yaitu AX = b dengan ~ ≥ 0 untuk j = j

n+1,....,n+2m.

Nilai awal yang memungkinkan dapat dihasilkan dengan memperkenalkan variabel buatan xs. EQIP akan menghasilkan nilai yang memungkinkan dengan meminimalkan x [11]: s

Minimize[xs](25)

Harus memenuhi kendala

~~~

AX +(b - Ae)xs=b(26)

Hopfield (Hopfield Neural Network / HNN ) banyak digunakan dalam penelitian tentang alokasi pembebanan ekonomis. Metode ini akan diaplikasikan untuk menyelesaikan alokasi pembebanan untuk sistem kelistrikan Bali.

Dengan mengaplikasikan Hopfield Neural Network berdasarkan pada persamaan syaraf tiruan dinamis berikut:

dU

i

dt ^jVj +i

(28)


Ui adalah total input dari syaraf (neuron) i , dapat dinyatakan sebagai:

Ur = lj TjVj + Ii

(29)


dengan

Tij = bobot hubungan antara syaraf j dan syaraf i

Ii = ambang batas (threshold) neuron i

Vi adalah output dari syaraf i , dapat dinyatakan sebagai fungsi Ui sebagai Vi = g Ui) dengan g Ui) adalah fungsi tak linier pada syaraf yang merupakan fungsi sigmoid yang dinyatakan sebagai [2]:

~ ≥ Ountuk j = n+1,....,n+2m. xs≥0          (27)

j

g (Ui) = (1 + tanh(λ Ui )/2               (30)

dengan e=(1,1,....,1)T.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa aplikasi dari EQIP meliputi :

~~     ~

  • 1.    Formulasi matrik A, Q, a dan b dalam fungsi

objektif kuadratik dengan kendala linear.

  • 2.    Menghitung nilai awal interior yang memungkinkan dari persamaan (25 – 27).

  • 3.    Eksekusi algoritma EQIP hingga kriteria berhenti terpenuhi.

  • 4.    Metode Optimasi Jaringan Syaraf Tiruan Model Hopfield (HNN)

Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial neural networks) telah dipromosikan sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sistem tenaga yang sulit dimana cara konvensional gagal untuk mencapai kecepatan, keakuratan atau efficiency [9]. Metode optimisasi dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan model

dengan λ adalah suatu konstanta

Fungsi sigmoid tersebut sebagai fungsi masukan keluaran dengan harga 0 atau 1 sebagai keluaran. Fungsi sigmoid ini merupakan fungsi monoton naik dalam batasan V .

Energi E dari didefinisikan sebagai [8]:

E(V)=--5∑∑TijViVj -∑IiVi             (31)

ij         i

Energi menunjukkan suatu status seberapa baik jaringan (network) tersebut memenuhi kendala pada permasalahan dimana jaringan didesain. Hal terpenting dalam menyelesaikan masalah optimasi adalah memformulasikan perhitungan yang sesuai untuk fungsi energi E(V) sehingga menghasilkan energi terendah yang akan menghasilkan nilai V yang optimal. Aplikasi metode ini untuk menyelesaikan masalah optimasi dapat dijelasakan sebagai berikut.

Secara umum disini dijelaskan tentang permasalahan non-linear programming [5]:

Meminimumkan f (x) = 12 xtPx + qtx

(32)


Kendala


t

gix = si

t

wixdi

i = 1........n


or

wixdi        i = 1.....m

Pertama, abaikan dulu kendala ketidaksamaan, kemudian dilakukan mapping ke Hopfield Neural Network Hubungkan variable x ke neuron output v dan fungsi energi berikut konvergen ke harga minimum [9]:

E = αF (v) + ∑ βii (v )]2                 (33)

Disini fungsi F(v) dan G(v) menyatakan fungsi tujuan dan kendala kesamaan dan harus memenuhi beberapa kondisi yang disyaratkan oleh fungsi energi. Kendala kesamaan dihitung dengan menambahkan [ G(v) ]2 ke E agar supaya minimisasi mismatch ke nol, kalau tidak solusi yang dihasilkan bisa terjadi kekurangan daya pembangkitan. Koefisien positif α dan β digunakan untuk menghitung derajad kepentingan relatif (bobot) dari fungsi kendala dan tujuan. Fungsi energi terdiri dari m kendala kesamaan yang ditambahkan ke fungsi tujuan, dan solusi konvergen bisa tidak merupakan global optimum.

Pemodelan alokasi pembebanan ekonomis dinyatakan dalam bentuk fungsi energi dalam Jaringan Syaraf Tiruan (Neural Network) sebagai:

(              } 2

E = (A / 2) I PD + PL -Pi I

k i J

+ (B / 2) (ai + b Pi + Ci P2 )

i

(34)


Dengan A, dan B adalah faktor bobot (weight). Daya keluaran Pi dapat dinyatakan sebagai

Pi= gi (Ui )

Sehingga diperoleh hasil pemetaan dari alokasi pembebanan ekonomis ke jaringan syaraf tiruan dengan membandingkan koefisien-koefisien dari persamaan (1) dan (2) dengan persamaan (31), dan dengan menyatakan Vi sebagai Pi , diperoleh

Tii =- ABCi

Tij = — A                                    (35)

Ii = A(PD + Pl ) - .5Bbi

Untuk menyelesaikan kendala ketidaksamaan, ada beberapa cara, diantaranya dengan menggunakan variable tambahan (slack variable). Disini kendala ketidaksamaan diselesaikan dengan memodifikasi fungsi sigmoid sebagai berikut :

gi (Ui) = (Pi max - Pi min )

(36)

(1 + tanh( λUi))∕2 + Pimin

Sehingga proses perhitungan menjadi :

U i = {∑Tj + Ii }∆ t

= {-A(jPj - pD - pl ) - b(aiPi + bi 2Mδt (37)

Pi= gi (Ui)                                 (38)

= (Pimax — Pimin )(1 + t^Ui))/ 2 + Pimin

  • 5.    Simulasi

Untuk penelitian ini diambil sampel pembebanan pembangkit berdasarkan pemakaian beban yang tercatat pada data PT. INDONESIA POWER UBP BALI pada tanggal 31 Desember 2003 pada pukul 18.00-22.00.

Saat sampel pembebanan diambil PLTG Gilimanuk dalam kondisi pemeliharaan rutin. Penjadwalan dilakukan hanya untuk pembangkit di Bali saja dengan asumsi bahwa beban yang ditanggung dalam penjadwalan ini adalah beban yang sebenarnya dikurangai pasokan dari Jawa. Beban dimaksud adalah beban pada bus pembangkit, sehingga dalam perhitungan tidak mengikutkan rugi rugi transmisi.

Berdasarkan data performance test sesudah inspection sentral PLTD dan PLTG Pesanggaran, kemudian dicari karakteristik input-output hanya pada unit-unit PLTD dan PLTG yang beroperasi dengan menggunakan metode regresi least square. Karakteristik Input-Output PLTD dan PLTG seperti dalam tabel 1.

Pembebanan pembangkit hasil simulasi dengan kedua metode telihat pada tabel 2.

Tabel 1: Karakteristik input-output pembangkit

No

Unit

Pimin (MW)

Pimaks (MW)

Konstanta pembangkit

ai (Rp/MW2h)

bi (Rp/MWh)

ci (Rp/h)

1

PLTD-2

1,27

4,6

24874

332018

151525

2

PLTD-4

1,27

4,5

40150

263435

168869

3

PLTD-5

1,05

3,5

15056

365241

150111

4

PLTD-6

1,70

5,3

2248,4

430632

50789

5

PLTD-7

1,70

5,6

2344,9

444215

69563

6

PLTD-8

1,60

4,5

665,64

486647

85280

7

PLTD-9

1,60

4,5

3396

465586

125127

8

PLTD-10

3,00

10,5

835,46

281901

998167

9

PLTD-11

3,80

10,5

21889

10387

1761574

10

PLTG-1

5,00

19,4

6332

41009

9916321

11

PLTG-2

5,00

19,8

12672

324837

3318182

12

PLTG-3

10,00

39,5

1046

326584

7520323

13

PLTG-4

10,50

35

5779

177322

8907942

14

PLTG-Gilimanuk

40

129

1869

21993

34862722

Fi(Pi) =

aiPi 2 + biPi + ci

Tabel 2 Perbandingan hasil pembebanan metode EQIP dengan HNN

Total biaya


HNN, 433,815,909

EQIP, 431,176,790

434,000,000

433,000,000

432,000,000

431,000,000

430,000,000

429,000,000

I■ EQIP

HNN


UNIT

Pukul

18.00

19.00

20.00

21.00

22.00

EQIP

HNN

EQIP

HNN

EQIP

HNN

EQIP

HNN

EQIP

HNN

PLTD-2 (MW)

4,438

3,662

4,600

4,600

4,600

4,600

4,600

4,600

4,600

4,600

PLTD-4 (MW)

4,459

3,123

4,500

3,722

4,500

3,713

4,500

3,650

4,500

3,596

PLTD-5 (MW)

3,500

3,500

3,500

3,500

3,500

3,500

3,500

3,500

3,500

3,500

PLTD-6 (MW)

5,225

5,300

5,300

5,300

5,300

5,300

5,300

5,300

5,300

5,300

PLTD-7 (MW)

1,700

5,600

5,600

5,600

5,600

5,600

5,600

5,600

5,600

5,600

PLTD-8 (MW)

1,600

4,500

1,600

4,500

1,600

4,500

1,600

4,500

1,600

4,500

PLTD-9 (MW)

1,600

4,500

2,518

4,500

2,440

4,500

1,887

4,500

1,600

4,500

PLTD-10 (MW)

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

PLTD-11 (MW)

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

10,500

PLTG-1 (MW)

19,400

19,400

19,400

19,400

19,400

19,400

19,400

19,400

19,400

19,400

PLTG-2 (MW)

19,279

7,471

11,782

9,370

11,761

9,341

11,613

9,142

11,300

8,971

PLTG-3 (MW)

39,500

39,500

39,500

39,500

39,500

39,500

39,500

39,500

39,500

39,500

PLTG-4 (MW)

35,000

29,144

35,000

33,308

35,000

33,246

35,000

32,808

35,000

32,433

TOTAL (MW)

146,700

146,700

154,300

154,300

154,200

154,200

153,500

153,500

152,900

152,900

Beban (MW)

146,700

146,700

154,300

154,300

154,200

154,200

153,500

153,500

152,900

152,900

Gambar 1. Perbandingan total biaya

  • 6.    Kesimpulan

Hasil pembebanan pembangkit selama lima jam menunjukkan bahwa kedua metode mem perlihatkan konsistensinya untuk tidak melanggar kendala dan memenuhi beban yang dibutuhkan.

Total biaya pembebanan selama lima jam, untuk metode EQIP lebih murah 0,6 % dari metode HNN.

  • 7.    Daftar Pustaka

  • [1]    Abe, Shigeo dkk., Solving Inequality Constrained Combinatorial Optimization Problems by the Hopfield Neural Networks, Neural Networks, Vol.5, pp. 663-670, 1992.

  • [2]    Burchett, R.C., dkk., Developments in Optimal Power Flow, IEEE Transactions on Power Systems 1982, PAS-101, pp. 406-414.

  • [3]    Duncan J. Glover and Mulukutla Sarma, Power System Analysis and Design: With Personal Computer Application, PWS-KENT Publishing Co., Boston, 1989.

  • [4]    ommel, H.W. , and Tinney, W.F. , Optimal Power Flow Solutions, IEEE Transactions on Power Systems 1968, PAS-87, pp. 1866-1876.

  • [5]    El-Hawary, M.E., Applications of artificial neural networks in electric power systems operational planning, Engineering Intelligent Systems, Vol. 7, no. 1, March 1999.

  • [6]    Eiselt, H.A., G. Pederzoli, C.L.Sandblom, Continuous Optimization Models, Walter de Gruyter, Berlin, New York, 1987.

  • [7]    Hadi Saadat, Power System Analysis, WCB McGraw-Hill Companies, New York, 1999.

  • [8]    Park, J.H., dkk., Economic Load Dispatch for Piecewise Quadratic Cost Function Using Hopfield neural Networks, IEEE Transactions on Power Systems, Vol. 8, No. 3, August 1993.

  • [9]    Lee, K.Y., Y.M Park, J.L.Ortiz, Fuel-cost minimization for both real-and reactive-power dispatches, IEE Proceedings, Vol. 131, Pt. C, No.3, May 1984.

  • [10]    Momoh, J.A dkk., The Quadratic Interior Point Method Solving Power System Optimization Problems, IEEE Transactions on Power Systems, Vol. 9, No. 3, August 1994.

  • [11]    Momoh, J.A dkk, Extension of The Interior Point Method, EPRI Proceeding1991, Advanced Maths for Power Systems, San Diego CA.

  • [12]    Rosen, J.B., The Gradient Projection method for non-linear programming-Part I ‘Linear constraints, J. Soc. Indust. Appl. Math., 1960,3,pp. 181-217.

  • [13]    Rukmi Sari Hartati & El-Hawary, M.E., Summary of Application of Hopfield Neural Network to Economic Load  Dispatch,

Proceeding of Canadian Conference of Electrical and Computer Engineering, Halifax, May 2000.

  • [14]    Rukmi Sari Hartati, El-Hawary, M.E., New Approach for solving Optimization Problems in Economic Load Dispatch using Hopfield Neural Networks, Proceedings of CCECE 2000, May 710, 2000.

  • [15]    Salgado, R. A. Bramaller, P. Aitchison, Optimal Power Flow solutions using the gradient projection method, part 1 and 2, IEE Proceedings, Vol. 137, Pt. C. No. 6, November 1990.

  • [16]    Simon Haykin, Neural Networks, a comprehensive foundation, Second edition, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey, 1999.

  • [17]    Sukerayasa, Rukmi Sari Hartati, Aplikasi Metode Optimasi Exstended Quadratic Interior dan Gradient Projection untuk Economik Dispatch Pembangkit Termal di Bali, Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2003, ISSN: 1693-2951.

  • [18]    Wood, A.J. and Wollenberg, B.F, Power generation, operation, and control, Second edition, John Wiley & Sons New York, 1996.

Teknologi Elektro

32

Vol.3 No.2 Juli – Desember 2004