JMRT, Volume 6 No 2 Tahun 2023, Halaman: 116-122

JMRT


JOURNAL OF MARINE RESEARCH AND TECHNOLOGY

journal homepage: https://ojs.unud.ac.id/index.php/JMRT

ISSN: 2621 - 0096 (electronic); 2621 - 0088 (print)

Pemetaan Zona Potensial Penangkapan Ikan (ZPPI) Di Perairan Selat Bali Menggunakan Citra Satelit Aqua MODIS

Ni Kadek Ayu Dwi Lestaria, Dewa Nyoman Nurweda Putraa*, Ni Luh Putu Ria Puspithaa

aProgram Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

*Corresponding author, email: [email protected]

ARTICLE INFO


ABSTRACT


Article history:

Received : 26 Agustus 2022

Received in revised form : 12 November 2022

Accepted : 26 Januari 2023

Available online : 28 Agustus 2023


Keywords:

SIED Algorithm

ZPPI

Chlorophyll-a

Sea Surface Temperature


The abundance and distribution of fish are influenced by environmental productivity, such as chlorophyll-a distribution and variations in sea surface temperature (SST). The lack of technology fishermen use in the waters of the Bali Strait has resulted in the high potential of fish resources not being optimally utilized. This study aimed to determine potential fishing zones by utilizing Aqua MODIS satellite data which can detect SST and chlorophyll-a. The image data observed was from October to December 2018 to 2020. The method used is the Single Image Edge Detection Algorithm, where this algorithm is used to determine potential fishing areas designed to detect fronts in SST images. The results showed that in December 2018, 7 potential fishing points were produced, marked with a chlorophyll-a value of 0.25 mg/m3 and an SST of 29.25°C. In December 2020, 82 potential fishing points were produced, with a chlorophyll-a value of 0.31 mg/m3 and an SPL of 29.79°C. Validation was carried out by analyzing the result of image processing with fish catch data obtained from Pengambengan PPN, Muncar PPP, and Kedonganan TPI. SST, with a value of 27°C, is the ideal temperature for fish where when the temperature increases, the number of potential fish catch points decreases and vice versa. The distribution of chlorophyll-a content with a value of > 0.2 mg/m3 affects the number of potential fishing points, where the higher the chlorophyll-a content, the more fishing ground points and vice versa.

A B S T R A K

Kata Kunci:

Algoritma SIED

ZPPI

Klorofil-a

Suhu Permukaan Laut


Kelimpahan dan persebaran ikan dipengaruhi oleh produktivitas lingkungan seperti sebaran konsentrasi klorofil-a dan variasi suhu permukaan laut. Kurangnya teknologi yang digunakan oleh nelayan di perairan Selat Bali mengakibatkan potensi sumberdaya ikan yang tinggi belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu nelayan perlu mengetahui area potensi tangkapan ikan dengan memanfaatkan teknologi sehingga meningkatkan hasil tangkapan ikan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menentukan zona potensial penangkapan ikan dengan memanfaatkan data satelit Aqua MODIS yang dapat mendeteksi SPL dan klorofil-a. Data citra yang diamati yaitu pada bulan Oktober-Desember tahun 2018-2020. Metode yang digunakan yaitu Algoritma Single Image Edge Detection dimana algoritma ini digunakan dalam menentukan area potensial penangkapan ikan yang dirancang untuk mendeteksi front pada citra SPL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bulan Desember 2018 dihasilkan 7 titik ZPPI yang ditandai dengan nilai klorofil-a 0,25 mg/m3 dan SPL 29,25oC. Bulan Desember 2020 dihasilkan 82 titik ZPPI yang ditandai dengan nilai klorofil-a 0,31 mg/m3 dan SPL 29,79oC. Validasi dilakukan dengan menganalisis hasil pengolahan citra dengan data hasil tangkapan ikan yang diperoleh dari PPN Pengambengan, PPP Muncar dan TPI Kedonganan. SPL dengan nilai 27oC merupakan suhu yang ideal bagi ikan dimana disaat suhu mengalami kenaikan, jumlah titik ZPPI mengalami penurunan begitu juga sebaliknya. Sebaran kandungan klorofil-a dengan nilai >0,2 mg/m3 mempengaruhi jumlah titik ZPPI yang diamana semakin tinggi kandungan klorofil-a maka semakin banyak juga titik fishing ground begitu juga sebaliknya.

2023 jmrt. all rights reserved.

sifat perairan Samudra Hindia dibandingkan oleh perairan Laut Jawa sehingga perubahan yang dialami Samudra Hindia akan dialami juga oleh perairan Selat Bali, terutama di bagian selatan perairan Selat Bali (Burhanuddin & Praseno 1982).

Kurangnya teknologi yang digunakan nelayan di perairan Selat Bali membuat potensi sumber daya ikan yang besar tidak dimanfaatkan secara maksimal (Barwana et al., 2014).

Pengetahuan nelayan tentang lokasi tangkapan ikan masih kurang, sehingga penangkapan ikan belum optimal. Kebanyakan nelayan pesisir masih menggunakan cara-cara tradisional dalam menentukan daerah penangkapan. Hal ini menyebabkan tidak efisiennya operasi penangkapan, karena banyak waktu, tenaga dan biaya terbuang percuma untuk mencari sekelompok ikan. Oleh karena itu diperlukan teknologi dalam Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) (Barwana et al., 2014).

Teknologi Penginderaan Jauh merupakan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk menentukan daerah penangkapan yang lebih optimal. Hal ini disebabkan data penginderaan jauh memberikan informasi tentang objek dan fenomena yang terjadi melalui analisis data satelit mencakup wilayah yang luas, kontinu dan akurat tanpa diperlukan kontak langsung dengan objek atau fenomena tersebut. Dengan PemakaianNsatelitToseanografi, akan didapatkanNparameter yangGdapat membantu memprediksi daerah tangkapannikan yaitu parameterroseanografi seperti suhuupermukaan laut dannklorofil-a. Parameterrini diperolehhdengan dataaPenginderaannjauh yang lebihhefektif, efisienndan dapat mencakup suatu wilayah cakupan yangglebihhluas. Penentuannlokasi tangkapanndapatddiprediksi dari duaaparameter, yaitu SPL dan Klorofil-a, dimana SPL sangat penting untukkdiketahui karena peta distribusi SPL dapat memberikan informasi mengenai front, upwelling, arus, cuaca/iklim dan perikanan (Arief, 2004), sedangkan sebaran Klorofil-a di perairan digunakan untuk memprediksi kesuburan perairan tersebut, karena Nutrien yang terkandung dalam perairan dapat mengidentifikasi keberadaan Fitoplankton yang bergantung pada nutrien untuk proses fotosintesis (Romimohtarto & Juana 2001). Kandungan klorofil-a dengan nilai >0,22mg/m3 dapat menunjukkan adanya potensi tangkapan ikan (Effendi, 2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Single Image Edge Detection yang digunakan untuk meningkatkan kualitas data prakiraan daerah tangkapan ikan. SIED merupakan metode perbandingan garis tepi jendela baik secara zonal ataupun meridional pada gambar citra satelit. SIED dapat menunjukkan daerah front dengan melihat perbedaan yang signifkan antara SPL rata-rata dari massa air yang berdekatan (Cayula, 1992).

Penelitian mengenai ZPPI sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Fitriani (2020) di Perairan Semarang Tambak Lorok. Menurut penelitian tersebut Hasil Peta Potensi Penangkapan ikan di Perairan Tambak Lorok dari tahun 20177hingga Oktober-Desember 2019 meghasilkan titik lokasi tangkapan ikan paling banyak pada bulan Desember 20177dengan total distribusi 8 titik. Titik lokasi penangkapan ikan paling sedikit ditemukan pada November dan Desember 20199yang hanya menghasilkan 2 titik. Oleh karena itu, penelitan mengenai Pemetaan Zona Potensial Penangkapan Ikan (ZPPI) di wilayah Perairan Selat Bali penting dilakukan untuk bisa memberikan informasi kepada masyarakat khususnya nelayan, membantuumeningkatkan hasil perikananndan membantundalam memprediksi daerah potensi penangkapan ikan, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan bagi pemerintah guna mendukung jumlah tangkapan ikan yang optimal.

dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS, Fakultas kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.


Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


  • 2.2 Metode Penelitian

    2.2.1 Diagram Alir Penelitian

    Adapun diagram alir penelitian yang dilakukan pada penelitian ini seperti pada Gambar 2.


    Gambar 2. Diagram Alir Penelitian


  • 2.2.2 Penjelasan Diagram Alir Penelitian

  • A.    Tahap Persiapan Data

Dilakukan proses pemilihan citra aqua MODIS Level-2 yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pada bulan Oktober hingga Desember tahun 2018-2020, dan pengumpulan data jumlah hasil tangkapan ikan pada bulan Oktober hingga Desember tahun 20182020 pada Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan, Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dan Tempat Pelelangan Ikan Kedonganan.

  • B.    Tahap Pra Pengolahan

Pada Citra Aqua MODIS Level-2 dilakukan proses subset pada software SeaDASSsehingga citra yang digunakan terfokus pada area penelitian. Proses reproection dilakukan pada sofware SeaDAS sehingga citra digunakan sesuai dengan kondisi di lapangan. Koreksi Tutupan awan juga dilakukan agar nilai awan yang terbaca pada data citra menjadi NaN, agar nilai awan tidak terbaca dalam menentukan SPL.

  • C.    Tahap Pengolahan

Pada Tahap Pengolahan dilakukan proses identifikasi SPL dan identifikasi Klorofil-a. Pengolahan SPL dilakukan menggunakan software SeaDASSdan ArcGIS dengan menggunakan algoritma SIED yang dimana pada window Cayula-Cornillon Fronts pada bagian front detection threshold diisi dengan 50 (yang mewakili threshold 0,5oC) yang sesuai dengan Modul Pengolahan Data Citra Satelit Untuk Penentuan Titik ZPPI – SPL oleh Tim ZPPI-Pusfatja LAPAN. Proses identifikasi klorofil-a dilakukan untuk menentukan unsur hara sebagai pakan ikan. Pengolahan dilakukan dengan mengelompokkan pixel pada citra klorofil-a yang memiliki nilai 0,22– 1 mg/m3 pada raster calculator di software ArcGIS dengan rumus berikut :

("data klorofil" >= 0,2) & ("data klorofil" <=1).           (1)

Tahapan selanjutnya adalah pembuatan peta perkiraan daerah tangkapan ikan dengan melakukan overlayyantara data citra SPL dan klorofil-a yang telah diolah, hasil dari kalkulasi klorofil-a dengan hasil dariiCayula-Cornillon Fronts in ArcGIS Raster. Lakukan Indikasi Garis Front (warna merah) yang sejajar/bertampalan dengan calculation klorofil-a (warna hijau) maka daerah tersebut dalam kategoriiZPPI.

  • D.    Tahap Analisi

Analisis yang dilakukan terhadap hasil pengolahan perkiraan daerah tangkapan ikan yaitu pengaruh SPL dan klorofil-a terhadap sebaran titik fishing ground yang dihasilkan. Validasi dilakukan yaitu dengan cara membandingkan antara hasil data citra satelit yang telah diolah dengan data hasilltangkapan ikan (data lapangan) di PPN Pengambengan, PPP Muncar dan TPI Kedonganan.

koordinat (bujur dan lintang), yang kemudian dianalisis dengan mengelompokkan zona tangkapan berdasarkan kepadatan data.

Gambar 3. Hasil Pengolahan Suhu Permukaan Laut (a. Oktober 2018; b. November 2018; c. Desember 2018; d. Oktober 2019; e. November 2019; f. Desember 2019; g. Oktober 2020; h. November 2020; i. Desember 2020).

  • 3.2.    Hasil Pengolahan Klorofil-a

Berdasarkan Hasil Pengolahan Klorofil-a (Gambar 4) pada bulan Oktober sampai Desember Tahun 2018 hingga 2020 diolah dengan melakukan pengelompokan piksel citra klorofil-a yang memiliki nilai 0,22– 1 mg/m3 pada raster calculator di software ArcGIS, dimana parameter ini digunakan untuk menentukan unsur hara. Kesuburan perairan dapat dilihat dari nutrien yang terkandung di perairan tersebut, oleh sebab itu fitoplankton bergantung pada keberadaan nutrien sehingga keberadaan nutrien berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Keberadaan klorofil-a tersebut digunakan sebagai indikator kesuburan di suatu perairan, yang kemudian konsentrasi klorofil-a dengan nilai >0,22mg/m3 dapat digunakan untuk memprediksi daerah penangkapan ikan.

Gambar 4. Hasil Pengolahan Klorofil-a (a. Oktober 2018; b.

November 2018; c. Desember 2018; d. Oktober 2019; e.

November 2019; f. Desember 2019; g. Oktober 2020; h.

November 2020; i. Desember 2020)

  • 3.3.    Hasil Peta Prediksi Zona Potensial Penangkapan Ikan Perairan Selat Bali

    • 3.3.1    Titik Potensial Pengkapan Ikan Oktober – Desember 2018

Berdasarkan hasil peta overlayydata SPL dan Klorofil-a, dihasilkan pada Oktoberr2018 didapatkan 21 titikkPotensial Penangkapan Ikan pada Perairan Selat Bali. Persebaran fishing ground dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 26,69oC dengan sebaran Klorofil-a 0,54 mg/m3. Sebaran Titik Potensial Pengkapan Ikan dapat dilihat pada Gambar 5a.

Berdasarkan hasil peta overlay November 2018 didapatkan 58 Titik Potensial Pengkapan Ikan pada Perairan Selat Bali. Persebaran fishing ground ini dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 28,61oC dengan sebaran Klorofil-a 0,43 mg/m3. Sebaran Titik Potensial Pengkapan Ikan dapat dilihat pada Gambar 5b.

Berdasarkan hasil peta overlay yang dihasilkan pada Desember 2018 yaitu 7 Titik Potensial Pengkapan Ikan pada Perairan Selat Bali. Persebaran fishing ground ini dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 29,25oC dengan sebaran Klorofil-appada bulan desember 2018 rendahhyaitu00,25mmg/m3 sehinggaaPerairan Selat Bali pada bulan desember 2018 dapat dikatakan kuranggsubur. SebarannTitik Potensial Pengkapan Ikan dapat dilihat pada Gambar 5c.

  • 3.3.2    Titik Potensial Pengkapan Ikan Oktober – Desember 2019

Berdasarkan hasil peta overlayydata SPL dan Klorofil-a dihasilkan pada Oktoberr2019 didapatkan 52 TitikkPotensial Pengkapan Ikan pada perairan Selat Bali. Persebaran fishing ground dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 26,33oC dengan sebaran Klorofil-a tinggii0,52mmg/m3. SebarannTitik Potensial Pengkapan Ikan dapat dilihatppada Gambar 5d.

Berdasarkan hasil peta overlay November 2019 didapatkan 43 Titik Potensial Pengkapan Ikan pada Perairan Selat Bali. Persebaran fishing ground dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 27,42oC denganssebaran Klorofil-a tinggii0,54 mg/m3. SebarannTitik Potensial Pengkapan Ikan dapat dilihattpada Gambar 5e dimana titik lokasi tersebarrmerata di perairan Selat Bali.

Berdasarkan hasil peta overlay, dihasilkan pada Desember 2019 yaitu 18 Titik Potensial Pengkapan Ikan pada Perairan Selat Bali. Persebaran fishing ground dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 29,83oC dengan sebaran Klorofil-a 0,45 mg/m3. Sebaran Titik Potensial Pengkapan Ikan dapat dilihat pada Gambar 5f.

  • 3.3.3    Titik Potensial Pengkapan Ikan Oktober – Desember 2020

Berdasarkan hasil peta overlayydata SPL dan Klorofil-a, dihasilkan pada Oktoberr2020 didapatkan 76 Titik Potensial Pengkapan Ikan pada perairan Selat Bali. Persebaran fishing ground dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 27,71oC dengan sebarannKlorofil-a tinggi 0,56mmg/m3. SebarannTitik Potensial Pengkapan Ikan dapat dilihat pada Gambarr5g dimana titikkpotensial penangkapan ikan tersebar merata di perairan Selat Bali.

Berdasarkan hasil peta overlay November 2020 didapatkan 34 Titik Potensial Penangkapan Ikan pada Perairan Selat Bali. Persebaran fishing ground dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 29,28oC denganssebaran Klorofil-a tinggi 0,30mmg/m3. SebaransTitik Potensial Pengkapan Ikan dapat dilihat pada Gambarr5h.

Berdasarkan hasil peta overlay, dihasilkan pada Desember 2020 yaitu 82 Titik Potensial Pengkapan Ikan pada Perairan Selat

Bali. Persebaran fishing ground dilihat dari rata-rata SPL Perairan Selat Bali yaitu 29,79oC denganssebaran Klorofil-a tinggi 0,31 mg/m3. SebarannTitik Potensial Pengkapan Ikanndapat dilihat padaaGambar 5(i) dimanaatitik lokasi tersebar merata di perairan Selat Bali.

2018         2019         2020

Gambar 5. Titik Potensial Pengkapan Ikan (a. Oktober 2018; b.

November 2018; c. Desember 2018; d. Oktober 2019; e.

November 2019; f. Desember 2019; g. Oktober 2020; h.

November 2020; i. Desember 2020).

Tabel 1. Titik Potensial Pengkapan Ikan di Perairan Selat Bali

TAHUN

BULAN

Titik Potensial Penangkapan Ikan

Oktoberr

21

2018

Novemberr

58

Desemberr

7

Oktoberr

52

2019

Novemberr

43

Desemberr

18

Oktoberr

76

2020

Novemberr

34

Desemberr

82

3.4 Hasil Sebaran Suhu Permukaan Laut

Berdasarkan hasil sebaran SPL (Gambar 6) di perairan Selat Bali darieekstraksi citra Aqua Modissperekaman pada Bulan Oktoberrhingga Bulan Desemberrtahun 2018 hingga 2020 meghasilkan sebaran suhu yang bervariasi. Sebaran SPL tertinggi terdapattpada Desember 20199yaitu 29,83°Ccdan SPLtterendah terdapat pada Oktoberr2019 yaitu 26,33°C.

G' 32 ----------------------------------------------

2018 ≡2019 «2020

a


30


c S I S


28


26


24


hi Iil III



OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

Gambar 6. Hasil SebarannSuhu Permukaan Laut

  • 3.5    HasillSebarannKlorofil-a

Berdasarkan hasillsebaran klorofil-a (Tabel 2) diiperairan Selat Bali         dari ekstraksiicitra Aqua Modis

perekamannOktoberrhingga Bulan Desember tahunn2018 hingga 2020 menghasilkan nilai terendah pada November 2020 dengan nilai klorofil-a 0,30 mg/m³, dan tertinggi pada Oktober 2020 dengan nilai klorofil-a 0,56 mg/m³.

Tabel 2. Hasil Sebaran Klorofil-a Perairan Selat Bali

TAHUN

BULAN

Nilai

Oktoberr

0,54img/m³

2018

Novemberr

0,43img/m³

Desember

0,25img/m³

Oktoberr

0,52img/m³

2019

Novemberr

0,54img/m³

Desemberr

0,45img/m³

Oktoberr

0,56img/m³

2020

Novemberr

0,30img/m³

Desemberr

0,31img/m³

  • 3.6    Data Tangkapan Ikan Perairan Selat Bali

Berdasarkan hasil data tangkapan ikan (Tabel 3) di Perairan Selat Bali dari data hasil tangkapan ikan dari PPN Pengambengan, PPP Muncar dandTPI Kedonganan menghasilkan nilai terendah pada bulan Desember 2018 dengan jumlah 734,76 Ton dan tertinggi pada bulan Desember 2019 dengan jumlah tangkapan 3.525,98 Ton.

Tabel 3. Data Tangkapan Ikan Perairan Selat Bali

TAHUN

BULAN

Ton

Oktoberr

2.684,24

2018

Novemberr

1.899,66

Desemberr

734,76

Oktoberr

3.506,94

2019

Novemberr

3.191,21

Desemberr

3.525,98

Oktoberr

1.674,56

2020

Novemberr

1.884,09

Desemberr

2.507,93

  • 3.7    Pengaruh SuhuuPermukaan Laut dannKlorofil-a Terhadap Zona PotensiiPenangkapannIkan

Peta zona potensial penangkapannikan yang telah didapat dari pengolahan Citra AquaAMODIS SPLLdannklorofil-a yang telah di overlayYdidapatkan bahwa adanya hubunganSsecara deskriptif,ddimana SPL, klorofil-a (variabellbebas)Sdan zona potensial penangkapannikann(variabeltterikat). Semakinnbesar sebarannklorofil-a pada konsentrasi 0,2–1 mg/m³ dannrata-rata SPLLdi Perairan Selat Bali 26–31°C maka semakin banyak dihasilkan titik fishing ground, umumnyannilaiIkisaranntersebut memiliki ekosistemMyang baikKbagiNikan. SecaraAteoritis pengaruh SPLlpada ZPPI dapat dikenali dari pengaruh fisiknya,

dimana upwelling dapat menyebabkannya perubahan SPLyyang dapatTmembawasmakanan atauUnutrisi ke permukaanNdan meningkatkan kesuburanNperairan sehinggaAmenjadi feeding zoneEatau tempat makan bagiNikan. SPLLjugaAsecara biologis mempengaruhiMmetabolisme ikan, mempengaruhi persebaran ikan, terutama pada ikan pelagis.

Pengaruh klorofil-a terhadap ZPPI dapat dilihatDdariFfungsi klorofil-a yang merupakanNindikator keberadaan fitoplanktonNdi perairan, dimana fitoplanktonNyang berada di lapisanNcahaya mengandungGklorofil-a yang bergunaAuntuk fotosintesis. Persebaran spesies ikan seperti ikan lemuru danNikan tongkol lebih menyukaiddaerah dengan kandungannklorofil-a yang tinggi, yang dimana sangatTbergantung dengan adanyaAmakanan (fitoplankton)ddibandingkan dengan suhuooptimum. Halltersebut jugaAdidukungGdengan prosesSupwelling yang meyebabkan terjadinya peningkatan kandungannklorofil-a dan penurunan SPL. Menurut Effendi (2012), nilai klorofil-a diatas 0,2 mg/m³ dapat menunjukkannkesuburan perairan dengan keberadaannplankton yanggcukup sebagai indikator keberlangsungan hiduppikan-ikan di perairan tersebut.

Berdasarkan hasil yang didapat pengaruh kondisi oseanografi terhadap ZPPI yaitu dilihat dari nilaikkandungan klorofil-a dan nilai SPL, dimanaasaat nilai klorofil-a naikkmaka jumlah titik fishing ground dan hasil tangkapan ikan meningkat. Sedangkan hasil berbandinggterbalik dengan keadaan SPLldimana pada saat kondisi suhu rendah jumlah titik fishing ground dan hasil tangkapan ikan meningkat. HalLini menunjukkan bahwaAnilai klorofil-aatinggi sebagai indikatorrkesuburan perairan yang secara umum terjadi pada saattnilai SPLlrendah, karena beberapa spesies ikan lebihmmenyukai daerahhdengan nilai klorofil-a yang tinggi, dikarenakan bergantung terhadap adanya makanan (fitoplankton) dibandingkan dengan suhuuoptimum.

Penelitian NurdinN(2017) menunjukkan sebaran SPLLdi Perairan Selatan Palabuhan ratu memiliki sebaran lebih tinggi pada musim barat (Desember – Februari) hingga musim peralihan I (Maret–Mei), dan memiliki sebaran SPL lebih rendah pada musim timur (Juni–Agustus) hingga musim peralihan II (September–November). Kondisi SPL rendah dapat digunakan sebagai penanda terjadinya fenomena upwelling dan front dengan tanda memiliki suhu rendah yanggdikelilingiHoleh perairan bersuhu lebih hangat dan pertemuan perairan pada kondisi suhu yang berbeda. Pada musim timur (Juni–Agustus)hhingga musim peralihan II (September–November) terlihattsebaran klorofil-a lebih tinggi. Sebaran klorofil-a dengannkondisi rendahhtelihat pada musim barat (Desember– Februari) hingga musim peralihan I (Maret–Mei). Klorofil yang meningkat padaamusim timuredan peralihan II dapat dijadikan sebagai indikator penduga meningkatnya produktivitas primer, dimana perairan dalam kondisi subur.

Nurdin et al., (2018) menjelaskan bahwa hasil pengamatan mengindikasikan bahwa trenNpeningkatan produktivitasShasil tangkapan terjadi pada saat kondisi klorofil-a tinggi,Ddimana klorofil-a sebagai indikator kesuburanNperairanNyangGsecara umumMterjadi saat SPL rendah. Rata-rata sebaran klorofil-a terlihat cenderung lebih tinggi pada musim timurr(Juni–Agustus) dengan puncaknya pada musim peralihan II (September– November). Saattmusim baratt(Desember–Februari) dan musim peralihan I (Maret–Mei) rata-ratassebaranNklorofil-a terlihat menurun. Pengaruh kondisi perairan akan sangat berpengaruh terhadap lokasi keberadaan ikan.

  • 3.8    Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Terhadap Zona Potensial Penangkapan Ikan

Jumlah data tangkapan ikan yang diperoleh dari data tangkapan ikan PPN Pengambengan PPP Muncar dan TPI Kedonganan pada Oktober-Desember pada 2018-2020, pada data tersebuttmenunjukkan beberapa hubungan antara data tangkapan ikan dengan jumlahhtitik fishing ground yanggdihasilkan.

Pada Desember 2018 merupakannbulan dengannhasil titik lokasi fishing grounddpaling sedikit yaitu 7 titik dengan kondisi PerairannSelat Bali yang suburrdengan nilai klorofil-aa0,25mmg/m3 dan nilai SPL 29,25oC.HHasil ini berbandingglurus dengan hasilltangkapan ikan yang rendahhpada Desember 20188yaitu total tangkapan sebesar 734,76 Ton. Pada Oktober 2018 dari hasilppengolahan citra satelit dengan hasilttangkapan ikan berbanding terbalikkdimananjumlah titik fishing grounddpada Oktober 2018 sebanyak 21ttitik sedangkan hasilttangkapan ikan pada bulan ini merupakannhasil tertinggi yaituu2.684,24 Ton dengan kondisi perairan selat bali sangat subur dengan nilai klorofil-a 0,54 mg/m3 dan nilai SPL 26,69oC dibandingkan pada bulan November 2018 menghasilkan titik fishing ground sebanyak 58 titik dengan total hasil tangkapan ikan sebanyak 1.899,66 Ton dengan kondisi perairan selat bali yang sangat subur dengan nilai klorofil-a 0,43 mg/m3 dan nilai SPL sebesar 28,61oC.

Pada Desemberr2019 merupakan bulan dengannhasil titik lokasiifishing ground paling sedikit yaituu18 titikkdengankkondisi PerairannSelat Bali yang suburedengan nilai klorofil-aa0,45 mg/m3 dan nilai SPL 29,83oC. HasilLini berbanding terbalik dengan hasil tangkapannikan pada PPN Pengambengan, PPP Muncar dan TPI Kedonganan yang dimana merupakan hasil tangkapan paling tinggi yaitu dengan total tangkapan sebesar 3.525,98 Ton. Pada November 2019 dari hasilppengolahan citra satelit dengannhasil tangkapannikan berbanding terbalikkdimana jumlah titik fishing groundppada November 2019 sebanyak 43 titikssedangkan hasil tangkapannikan pada bulan ini merupakan hasiltterendah yaitu 3.191,21 Ton dengan kondisi perairan yang sangat subur nilai klorofil-a yang cukup tinggi 0,54 mg/m3 dengan nilai SPL 27,42oC. Pada Oktober 2019 menghasilkan titik fishing ground sebanyak 52 titik dengan total hasil tangkapan ikan sebanyak 3,506,94 Ton dengan kondisi perairan Selat Bali yang sangat subur dengan nilai klorofil-a 0,52 mg/m3 dan nilai SPL 26,33oC.

Pada November22020 merupakan bulan dengannhasil titik lokasi fishing ground paling sedikit yaitu 34 titik dengan nilai klorofil-a 0,30 mg/m3 dengan nilai SPL 29,28oC yang dimana pada bulan ini kondisi perairan Selat Bali dalam keadaan subur. Hasil ini berbandinggterbalik dengan hasilddata tangkapan ikan yaitu dengan total tangkapan sebesar 3.525,98 Ton, dibandingkan dengan Oktober 2020 yang menghasilkan 76 titik fishing ground yang dimana pada bulan ini hasil data tangkapan ikan memiliki total tangkapan sebesar 1.674,56 Ton yang dimana memiliki hasil data tangkapan ikan lebih kecil dibandingkan dengan November 2020, yang dimana pada bulan ini Perairan Selat Bali dalam kondisi sangat subur dengan nilai klorofil-a 0,56 mg/m3 dan nilai SPL 27,71oC. Dari hasil pengolahan citra satelit dengan hasil tangkapan ikan pada bulan Desember 2020 menunjukan bahwa bulan ini memiliki titikkfishing ground terbanyak yaitu 82 titikkyang dimana berbandingglurus dengan data tangkapannyaitu 2.507,93 Ton dengan kondisi perairan Selat Bali yang subur dengan nilai klorofil-a sebesar 0,31 mg/m3 dengan nilai SPL sebesar 29,79oC. Hal tersebut didukung oleh Musyidin (2021) yang menyatakan bahwa nilai klorofil-a >0,25 mg/m3 dengan nilai SPL 26oC-29oC dikategorikan sangat subur, nilai klorofil-a >0,25 mg/m3 dengan nilai SPL <26oC atau >29oC dan tidak subur dengan nilai klorofil-a <0,25 mg/m3 dan nilai SPL <26oC atau >29oC. Dimana dari hasil yang didapat dari perbandingan antara

hasil pengolahan citra satelit dengan hasil data tangkapan ikan dapat dikatakan bahwa hubungan SPL dan klorofil-a di Perairan Selat Bali memiliki korelasi tak searah atau berbanding terbalik.

  • 4. Kesimpulan

Hasil peta zona potensial penangkapan ikan di perairan Selat Bali pada Oktober-Desember 2018-2020 menghasilkan titik potensi penangkapan ikan terbanyak pada Desember 2020 dengan jumlah titik yaitu 82 titik. Sebaran kandungan klorofil-a dengan nilai >0,2 mg/m3 mempengaruhi jumlahhtitik potensial penangkapan ikan yang dimana semakin tingginnilai klorofil-a  maka semakinnbanyak juga titik potensi

penangkapan ikan yanggterdeteksi.

Ucapan TerimaaKasihh

Penulissmengucapkan terima kasih LaboratoriummRemote Sensing dan GIS, Fakultas Kelautan dannPerikanan, UniversitassUdayana, yang telah memfasilitasi penelitian ini.

Daftar Pustaka

Arief, M. 2004. Aplikasi Data Satelit Resolusi Rendah dan SIG Untuk Analisa Distribusi Spatial Zona Potensial Penangkapan Ikan (ZPPI) Di Selat Makassar. Peneliti Bidang Aplikasi Pengindraan Jauh LAPAN.

Barwana, I Gede Pasek Z., Sari, T. Ersti Y., dan Usman. 2014. Effect of Enviromental Parameters to Purse Seine, Catches in Bali Strait. Riau: Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Burhanuddin dan Praseno D. 1982. Lingkungan Perairan Selat Bali. Buku II.

Puslitbangkan, Badan Litbangtan. Deptan. Jakarta. 27-36 hlm.

Cayula, J. d. (1992). Edge Detection Algorithm for SST Images. journal of Atmospheric and Oceanic Technology, 67-68.

Chassot, E. 2011. Satellite Remote Sensing for An Ecosystem Approach to Fisheries Management. ICES Journal of Marine Science, 68(4): 651-666.

Effendi, R. 2012. Analisis Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Sekitar Kota Makasar Menggunakan data Satelit TOPEX/POSEIDON. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, Jilid 8, Nomor 3, 279-285.

Fitriani, N. (2020). Analisiis Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan (Fishing Ground) Dengan Menggunakan Citra Satelit Terra Modis Dan Parameter Oseanografi. Jurnal Geodesi Undip, 10(1), 50-58.

Hamzah, R., Prayogo, T., & Harsanugraha, W. K. (2014). Identifikasi thermal front dari data satelit Terra/Aqua MODIS menggunakan metode Single Image Edge Detection (SIED) (Studi kasus: Perairan utara dan selatan Pulau Jawa). In Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh (pp. 552559).

Hanintyo, R., Hadianti, S., Mahardhika, R.M.P., Aldino & Islamy, F. (2015). Sebaran Musiman Kejadian Thermal front Berdasarkan Citra AquaMODIS di WPP-RI 714, 715, WPP-RI 716. Seminar Nasional

Penginderaan Jauh Nasional 2015.

Hendiarti, N., Siegel, H., & Ohde, T. (2004). Investigation of different coastal processes in Indonesian waters using SeaWiFS data. Deep Sea Research Part II: Topical Studies in Oceanography, 51(1-3), 85-97.

Hutabarat S & Evans SM. 2005. Pengantar Oseanografi (cetakan ke-2). UI Press. Jakarta. 159 halaman.

Jufri, A., M.A. Amran dan M. Zainuddin. 2014. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Barat Di Perairan Teluk Bone. Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1): 1 – 10.

Kunarso SH, Ningsih NS, Baskoro M. 2011. Variabilitas suhu dan klorofil-a di daerah upwelling pada variasi kejadian ENSO dan IOD di perairan Selatan Jawa sampai Timor. Jurnal Ilmu Kelautan. 16(3): 171-180.

Laevastu, T dan M. L. Hayes. 1987. Fisheries Oceannography and Ecology.

England: Fishing News Books Ltd. Farnham-Surrey.199 hal.

Marpaung, S., Prayogo, T., Setiawan, K. T., & Roswintiarti, O. (2018). Study On Potential Fishing Zones (Pfz) Information Based On S-Npp VIIRS

And Himawari-8 Satellites Data. International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences (IJReSES), 15(1), 51-62.

Munthe, M. G., Jaya, Y. V., & Putra, R. D. (2018). Pemetaan Zona Potensial Penangkapan Ikan Berdasarkan Citra Satelit Aqua/Terra Modis di Perairan Selatan Pulau Jawa. Dinamika Maritim, 7(1), 39-42.

Mursyidin, M., & Musfikar, R. (2021). Pemetaan Zona Potensi Penangkapan Ikan Perairan Pidie Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis. CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 5(1), 43-50.

Nammalwar, P., Satheesh, S & Ramesh, R. (2013). Application of Remote Sensing in the Validations of Potential Fishing Zones (PFZ) along the Coast of North Tamil Nadu, India. Indian Journal of Geo-marine Sciences, 17(3), 283 – 292.

Nilamsuri, Rachma. 2010. Identifikasi Zona Potensi Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan Metode Kombinasi Citra Satelit Dan Pemodelan Numerik. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Jakarta.

Nurdin, E. (2017). Rumpon sebagai alat pengelola perikanan tuna berkelanjutan; madidihang (Thunnus albacares). [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor. p.155.

Nurdin, E., Panggabean, A. S., & Restiangsih, Y. H. (2018). Pengaruh parameter oseanografi terhadap hasil tangkapan armada tonda di sekitar rumpon di Palabuhanratu. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 24(2), 117-128.

Ritterbush, S. W. 1975. An assessment of the population biology of the Bali strait lemuru fishery [Indonesia][Indonesia]. Laporan Penelitian Perikanan Laut.

Roberts, J.J., Best, B.D.,Dunn, D.C.,Treml, E.A. and Halpin, P.N., 2010. Marine Geospatial Ecology Tools: An Integrated Framework for Ecological Geoprocessing with ArcGIS, Python, R, MATLAB, and C++, Environmental Modelling & Software. 25, 1197-1207

Robinson, I.S.,. (2004). Satellite Measurements for Operational Ocean

Models. UK : UK University Of Southampton.

Romimohtarto, K dan S. Juana. (2001). Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut). Jakarta: Djambatan.

Sari, T. E. Y., Usman dan F. Sukandi. 2014. Pemetaan Sebaran Klorofil-A Citra Satelit Aqua Modis Untuk Pendugaan Daerah Penangkapan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Berdasarkan Hasil Tangkapan Purse Seine Di Perairan Sumatera Barat. Dalam Prosiding Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Tuna Berkelanjutan, Bali, 10-11 Desember 2014. Universitas Riau, Kepulauan Riau. hal. III 231-238.

Soerjodinoto. 1960. Synopsis of Biological data on Lemuru, Clupea (Harengula) longiceps (C.V.). FAO Fish. Biol. Synop. (15): 313-328.

Sujarno. (2008). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Produktifitas Nelayan.

Susanto RD, Moore II TS, Marra J. 2006. Ocean color variability in the Indonesian Seas during the SeaWiFS erra. Geochemistry, Geophysics, Geosystems. 7(5): 1-16.

Suudi, F. A. (2016). Analisis Zona Potensi Penangkapan Ikan Pada Masa Peralihan I Dan Ii Menggunakan Data Altimetri (Studi Kasus: Selat Bali) (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Wudianto 2001. Analisis sebaran dan kelimpahan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di perairan Selat Bali: kaitannya dengan optimalisasi penangkapan. Disertasi (tidak dipublikasi). Program Pascasarjana. IPB. Bogor. xxi+221 halaman.

Zainuddin, M., Safruddin., Ismail, “Pendugaan Potensi Sumberdaya Laut dan Migrasi Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Perairan Jeneponto”, Laboratorium Sistem Informasi Perikanan Tangkap. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar, (2007).

122