JMRT, Volume 7 No 1 Tahun 2024, Halaman: 1-4

JMRT


JOURNAL OF MARINE RESEARCH AND TECHNOLOGY

journal homepage: https://ojs.unud.ac.id/index.php/JMRT

ISSN: 2621 - 0096 (electronic); 2621 - 0088 (print)

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rumput Laut Kappaphycus alvarezii terhadap Bakteri Vibrio parahaemolyticus, Vibrio campbellii, dan Aeromonas hydrophila

Errina Bening Ambartyasninga, Pande Gde Sasmita Julyantorob, Widiastutia*

  • aProgram Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

  • bProgram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

*Corresponding author, email: widiastutikarim@unud.ac.id

ARTICLE INFO


ABSTRACT


Article history:

Received: 13 August 2023

Received in revised form: 23 August 2023

Accepted: 5 October 2023

Available online: 6 Februari 2024


The bacteria Vibrio parahaemolyticus and V. campbellii are the pathogens of Vibriosis in various marine cultured organisms. Moreover, Aeromonas hydrophila is the pathogen of the Motile Aeromonad Septicemia (MAS) disease. Therefore, it is needed to inhibit these bacteria's activity. Studies showed that the extract of seaweed Kappaphycus alvarezii could hinder the growth of gram-negative and gram-positive bacteria; however, the antibacterial activities against V. parahaemolyticus, V. campbellii, and Aeromonas hydrophila remain unknown. Thus, this study aimed to analyze the antibacterial activity, and the minimum inhibitory concentration of K. alvarezii extract against V. parahaemolyticus, V. campbellii, and A. hydrophila. K. alvarezii was collected from the cultured in the Geger Beach area, Badung Regency. The methanol K. alvarezii extracts with different concentrations (10, 5, 1, 0.05%) were dropped to the paper disk and placed on the bacterial tested cultures. Inhibition zone measurements were carried out every 6 hours during the 24-hour incubation period. Chloramphenicol and methanol were also tested as the positive and negative control, respectively. Results showed that the antibacterial activity was only demonstrated in 10% extract against V. campbellii with an inhibition zone of 12.5 mm.

A B S T R A K

Keywords:

Antibacterial activity, minimum inhibition extract's concentration, Kappaphycus alvarezii, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio campbellii, Aeromonas hydrophila

Kata Kunci:

Antibacterial, konsentrasi hambat minimum ekstrak, Kappaphycus alvarezii, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio campbellii, Aeromonas hydrophila


Bakteri Vibrio parahaemolyticus dan V. campbellii merupakan penyebab infeksi vibriosis pada berbagai organisme budidaya laut, salahsatunya adalah Udang. Selain itu, bakteri Aeromonas hydrophila merupakan patogen penyakit Motile Aeromonad Septicaemia (MAS). Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menghambat aktivitas bakteri. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak rumput laut Kappaphycus alvarezii dapat menghambat pertumbuhan bakteri, baik itu bakteri gram negatif maupun gram positif, tetapi aktivitas antibakteri terhadap bakteri Vibrio parahaemolyticus, V. campbellii dan Aeromonas hydrophila belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antibakteri dan nilai konsentrasi daya hambat minimum dari ekstrak K. alvarezii terhadap bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii dan A. hydrophila. Rumput laut K. alvarezii diperoleh dari hasil budidaya di kawasan Pantai Geger, Kabupaten Badung. Metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri yaitu difusi agar. Ekstrak K. alvarezii dalam metanol dengan konsentrasi berbeda (10, 5, 1, 0,05%) diteteskan pada kertas cakram dan diletakkan pada masing - masing kultur bakteri uji. Pengukuran zona hambat dilakukan setiap 6 jam sekali selama 24 jam masa inkubasi. Aktivitas antibakteri ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar kertas cakram. Selain itu, digunakan Chloramphenicol sebagai kontrol positif dan metanol sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antibakteri hanya terdapat pada bakteri V. campbellii yaitu sebesar 12,5 mm dengan konsentrasi hambat minimum ekstrak yaitu sebesar 10%.

2024 JMRT. All rights reserved.

  • 1.    Pendahuluan

Bakteri merupakan kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel, termasuk dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik) serta memiliki peran yang besar dalam kehidupan di bumi (Muslimah, 2019). Ada bakteri menguntungkan dan ada bakteri yang menghasilkan toksin

tergantung pada tingkat patogenitas dari bakteri tersebut. Pada tahun 2009 dikenal istilah penyakit baru pada Udang Vanamei yaitu EMS (Early Mortality Syndrome). Tiongkok (China) merupakan negara pertama yang terkena dampak dari penyakit ini (Muslimah, 2019). Penyebab utama dari penyakit ini adalah bakteri Vibrio parahaemolyticus.

Bakteri V. parahaemolyticus dan V. campbellii merupakan salahsatu patogen pada penyakit vibriosis (Chatterjee, 2012). Vibriosis dapat terjadi di semua stadium dari larva hingga post larva (Surreshvarr, 2011). Selain bakteri penyebab penyakit pada udang, terdapat pula bakteri patogen yang menyerang populasi ikan yaitu A. hydrophila. Bakteri A. hydrophila dapat dijumpai pada air payau, air tawar, atau lautan (Afrianto, 2015). Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit Motile Aeromonad Septicaemia (MAS). Ikan yang terkena infeksi akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh (Sukenda, 2008). Dari beberapa kasus tersebut, diperlukan suatu upaya untuk mengurangi aktivitas bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii dan A. hydrophila yaitu antibakteri.

Antibakteri adalah zat yang berfungsi untuk membunuh atau menekan pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Berdasarkan aktivitas zat antibakteri dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) atau menghambat germinasi spora bakteri (Sartika, 2013). Ekstrak rumput laut efektif dalam menghambat pertumbuhan beberapa mikroba (O’Keeffe, 2019). Ekstrak Kappaphycus efektif terhadap semua mikroorganisme pathogen (Prasad, 2013). Senyawa flavonoid pada K. alvarezii diduga akan mendenaturasi protein sel bakteri, merusak membran sel tanpa diperbaiki lagi dan bersifat lipofilik yang akan merusak membran mikroba (Saifudin, 2015).

Aktivitas antibakteri yang bervariasi juga sesuai dengan ekstrak pelarut dan organisme yang diuji (Prasad, 2013). Pelarut yang berbeda menghasilkan jumlah daya hambat berbeda (O’Keeffe, 2019). Ekstrak methanol menunjukkan jumlah maksimum fitokimia aktif dibandingkan ekstrak etanol dan aseton. Ekstrak methanol dapat melawan organisme gram positif, gram negatif dan aktivitas antibakteri terhadap beberapa spesies jamur (Prabha, 2013). Rawannya penyakit yang dialami udang dan ikan dimana disebabkan oleh bakteri dan perlunya dilakukan penanganan dengan antibakteri, maka perlu dilakukan penelitian ini mengenai uji aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut K. alvarezii terhadap bakteri V. parahaemolyticus, V. campbelii dan A. hydrophila.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Waktu dan Tempat

Lokasi pengambilan sampel rumput laut dilakukan pada budidaya rumput laut di kawasan Pantai Geger, Kabupaten Badung. Pengolahan sampel hingga analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu Kelautan dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, dan Laboratorium Analitik, Universitas Udayana.

  • 2.2    Pembuatan Ekstrak K. alvarezii

Rumput laut segar sebanyak 1 kg dicuci dan dibersihkan dari kotoran menggunakan air bersih, kemudian, rumput laut dikeringanginkan. Sampel rumput laut dipotong dengan ukuran ± 1 cm (Yunus, 2009). Selanjutnya, sampel dikeringkan dengan oven pada suhu 50°C sampai berat kering konstan. Setelah kering, sampel rumput laut dihaluskan dengan blender hingga diperoleh bubuk kering. Sampel ditimbang sebanyak 50 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian dimaserasi dengan menggunakan pelarut methanol 97% sebanyak 100 ml selama 2 hari (Purnama, 2010). Setelah itu, larutan disaring menggunakan kertas saring dan ekstrak dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 45°C sampai tidak terjadi lagi pengembunan pelarut pada kondensor (menunjukkan semua pelarut telah menguap) (Yunus, 2009). Ekstrak yang dihasilkan berbentuk kental seperti pasta. Sampel ekstrak dibuat dengan berbagai konsentrasi mulai dari yang besar hingga yang kecil yaitu 10, 5, 1, dan 0,05 %. Akuades digunakan untuk membuat

beberapa konsentrasi (Purnama et al., 2010). Penentuan konsentrasi uji pada penelitian ini didasarkan terbentuknya zona hambat sebesar 5,75 mm terhadap bakteri V. parahaemolyticus yang diberikan 0,05% ekstrak Eucheuma cotonii (Purnama, 2010).

  • 2.3    Pembuatan Media

Media pembiakan bakteri Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose (TCBS) dibuat dengan cara melarutkan media TCBS sebanyak 8,9 gram dilarutkan dengan menambahkan 100 ml air laut steril. Air laut steril kemudian dimasukkan media TCBS dan dipanaskan hingga larut. Lalu dituangkan ke cawan petri, diamkan hingga mengeras dan siap untuk digunakan. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan media Nutrient Agar (NA) dibuat dengan cara menimbang media NA 2,8 gram dilarutkan dengan 100 ml air laut steril. Kemudian dipanaskan di atas hotplate hingga homogen dan disterilkan pada autoklaf dengan suhu 1210C dengan tekanan 1 atm selama 15 menit.

  • 2.4    Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak K. alvarezii

Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap bakteri V. parahaemolyticus. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar. Cara kerja metode difusi agar adalah bakteri uji yang telah diremajakan diinokulasi sebanyak 200 µl lalu diratakan. Selanjutnya diinokulasi selama 24 jam pada suhu 37°C (Purnama et al., 2010). Setelah 24 jam letakkan kertas cakram diameter 6 mm dan ditetesi larutan ekstrak rumput laut K. alvarezii dengan konsentrasi yang berbeda, lalu inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam, kemudian ukur diameter hambat yang terbentuk (Purnama et al., 2010). Diameter hambat diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan setiap 6 jam sekali selama 24 jam masa inkubasi (Michael et al., 2009). Proses uji aktivitas antibakteri ini dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Variabel kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan metanol 97% sebagai kontrol negatif dan antibiotik chloramphenicol sebagai kontrol positif.

Gambar 1. Pengujian aktivitas antibakteri dengan konsentrasi ekstrak 10, 5, 1, dan 0,05%, kontrol negatif (KN), dan kontrol positif (KP).

  • 2.5    Penetapan Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Kemampuan ekstrak sebagai antibakteri ditunjukkan dengan daya hambat (zona bening) di sekitar kertas cakram. Nilai dari zona bening diperoleh dari pengukuran dengan jangka sorong (Oktavianus, 2013). Konsentrasi terkecil dari sampel yang mampu menghambat bakteri yang diinokulasikan dengan terbentuknya zona bening merupakan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari sampel tersebut (Mulyadi, 2013).

  • 2.6    Analisis Data

Perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut K. alvarezii terhadap bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii dan A. hydrophila dan perbedaan nilai konsentrasi hambat minimum dari ekstrak K. alvarezii terhadap bakteri V. parahaemolyticus, V.

campbellii dan A. hydrophila dianalisa secara deskriptif berdasarkan data yang disajikan pada tabel dan gambar.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut K. alvarezii terhadap bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii dan A. hydrophila

Zona hambat yang terbentuk sebagai aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut K. alvarezii setiap 6 jam selama 24 jam pengamatan terhadap bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii dan A. hydrophila ditampilkan pada Tabel 3. Zona hambat terbentuk pada 6 dan 12 jam pertama yaitu hanya pada bakteri V. campbellii. Diameter zona hambat pada 6 jam pertama lebih lebar (13,5 mm) dibandingkan 6 jam kedua (12,5 mm). Adanya zona hambat pada bakteri V. campbellii mengindikasikan bahwa dalam ekstrak tersebut terdapat senyawa bioaktif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Kemampuan dari antibakteri dapat berupa menghambat maupun membunuh bakteri. Pada bakteri V. campbellii antibakteri hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri namun tidak dapat membunuh bakteri.

Tabel 1. Rerata diameter zona hambat dari ekstrak rumput laut K. alvarezii dengan konsentrasi berbeda pada 6 – 24 jam terhadap pertumbuhan bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii, dan A. hydrophilla

Waktu

Konsentrasi

Zona Hambat (mm) (rerata ± std)

VP

VC

AH

6 jam

10%

0 ± 0

13,6 ± 0

0 ± 0

5%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

1%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

0,5%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

KP

0 ± 0

29,1 ± 0

0 ± 0

12 jam

KN

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

10%

0 ± 0

12,5 ± 0

0 ± 0

5%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

1%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

0,5%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

18 jam

KP

39,9 ± 0

29,1 ± 0

42,2 ± 0

KN

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

10%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

24 jam

5%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

1%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

0,5%

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

KP

39,4 ± 0

29,1 ± 0

39,7 ± 0

KN

0 ± 0

0 ± 0

0 ± 0

Keterangan: VP: V. parahaemolyticus, VC: V. campbellii, AH: A. hydrophila, KP: Kontrol Positif; KN: Kontrol Negatif

Hasil penelitian Purnama (2011) menggunakan konsentrasi ekstrak Eucheuma Cotonii sebesar 0,05% terhadap bakteri V. parahaemolyticus menghasilkan zona hambat sebesar 5,75 mm. Hal tersebut menunjukan bahwa konsentrasi ekstrak terkecil pada penelitian tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Dari penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2015) didapatkan dari 3 kali percobaan yang dilakukan dengan antibakteri ekstrak K. alvarezii konsentrasi 5%, 25%, dan 50% terhadap bakteri Streptococcus mutans hanya 1 kali percobaan tiap konsentrasi yang menghasilkan zona hambat selama 1x24 jam. Pada penelitian yang telah dilakukan memiliki konsentrasi ekstrak yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitianSaifudin (2015). Tidak munculnya zona hambat pada bakteri V. parahaemolyticus dan A. hydrophila dapat terjadi karena bakteri tersebut membutuhkan konsentrasi ekstrak

antibakteri yang lebih tinggi untuk menghambat atau membunuh bakteri tersebut. Pada penelitian Erviana (2017) didapatkan terdapat peningkatan zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan antibakteri dari bahan tekstil yang dilapisi nanopartikel perak selama 6 - 12 jam inkubasi. Peningkatan diameter tersebut merupakan aktivitas antibakteri

, 2006).


eksponensial bakteri (Kane

Gambar 2. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut K. alvarezii terhadap bakteri V. parahaemolyticus terdapat zona hambat pada kontrol positif. Keterangan: lingkaran merah adalah zona hambat pada kontrol positif.

Gambar 3. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut K. alvarezii terhadap bakteri V. campbellii terdapat zona hambat pada konsentrasi 10% dan kontrol positif. Keterangan: lingkaran merah adalah zona hambat pada ekstrak konsentrasi 10% dan kontrol positif.

Gambar 4. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut K. alvarezii terhadap bakteri A. hydrophila terdapat zona hambat pada kontrol positif. Keterangan: lingkaran merah adalah zona hambat pada kontrol positif.

Selain itu, hasil pengukuran konsentrasi bakteri uji menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm, didapatkan nilai absorbansi pada bakteri V. campbellii = 1,019, V. parahaemolyticus = 1,035 dan A. hydrophila = 1,047. Perbedaan nilai absorbansi ini mengindikasikan konsentrasi bakteri uji yang berbeda, sehingga diduga mempengaruhi perbedaan aktivitas antibakteri antar bakteri uji dan konsentrasi ekstrak. Hal ini sesuai dengan penelitian Talaro et al. (2009) dimana aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak, kandungan senyawa antibakteri, daya difusi ekstrak, kandungan senyawa antibakteri, daya difusi ekstrak dan jenis bakteri yang dihambat.

  • 3.2    Perbedaan nilai konsentrasi hambat minimum dari ekstrak K. alvarezii terhadap bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii dan A. hydrophila

Konsentrasi hambat minimum dari ekstrak rumput laut K. alvarezii dengan konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii, dan A. hydrophila

ditunjukkan pada Tabel 2. Konsentrasi ekstrak rumput laut K. alvarezii yang menunjukkan aktivitas antibakteri hanya pada konsentrasi tertinggi yaitu 10% dan aktivitas antibakteri ini hanya terhadap pertumbuhan bakteri V. campbellii.

Tabel 2. Hasil uji Konsentrasi Hambat Minimum dari ekstrak rumput laut K. alvarezii dengan konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri V. parahaemolyticus, V. campbellii, dan A. hydrophilla

Bakteri

Konsentrasi Ekstrak

Keterangan

V. parahaemolyticus

10%

Belum mampu

5%

menghambat

1%

pertumbuhan bakteri

0,5%

karena masih terdapat koloni bakteri yang tumbuh pada sekitar kertas cakram

V. campbellii

10%

Terdapat zona hambat pada sekitar kertas cakram

5%

Belum mampu

1%

menghambat

0,5%

pertumbuhan bakteri karena masih terdapat koloni bakteri yang tumbuh pada sekitar kertas cakram

A. hydrophilla

10%

Belum mampu

5%

menghambat

1%

pertumbuhan bakteri

0,5%

karena masih terdapat koloni bakteri yang tumbuh pada sekitar kertas cakram

Nilai zona hambat yang berbeda pada konsentrasi berbeda disebabkan salah satu faktor yaitu suspensi bakteri, dimana volume yang tidak sesuai antara bakteri dan ekstrak yang telah ditentukan. Menurut Harmita (2008), konsentrasi hambat minimum adalah konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Nilai KHM dari hasil yang didapatkan sebesar 10% terhadap V. campbellii. Ini membuktikan kepadatan bakteri yang begitu melimpah dengan ekstrak yang memiliki konsentrasi kecil tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Menurut penelitian Rakhmanda (2008), kemampuan senyawa aktif pada ekstrak akan semakin kecil jika konsentrasi ekstrak semakin rendah sehingga kemampuan ekstrak tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri akan berkurang. Selain itu, kualitas rumput laut yang digunakan juga dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri ekstrak. Sampel rumput laut yang digunakan pada penelitian ini sebelumnya berasal dari populasi budidaya yang sempat terkena penyakit.

Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah:

  • 1.    Aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut K. alvarezii hanya terdapat pada bakteri V. campbellii.

  • 2.    Konsentrasi hambat minimum ekstrak rumput laut K. alvarezii yaitu 10%.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium Kelautan dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana  yang

telah memfasilitasi penelitian ini.

Daftar Pustaka

Afrianto E, Liviawaty E, Jamaris Z, Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta

Chatterjee T, Abdul H, Karan S. 2012. A Comparative Study Of In-Vitro Antioxidant Activity Of Different Extracts Of Areca Collected From Areca Catechu Plant Grown In Assam. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences ISSN- 0975-1491

Erviana A, Rakhmawati A, Rohaeti A, Yulianti E. 2017. Perbedaan Aktivitas Antibakteri Bahan Tekstil Dilapisi Nanopartikel Perak Yang Dipreparasi Oleh Corynebacterium glutamicum FHCC-0062. Yogyakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal Biologi Prodi

Febrianasari F. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kirinyu (Chromolaena odorata) Terhadap Staphylococcus aureus [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Harmita, Radji M. 2008. Analisis Hayati Buku Ajar Program Studi Farmasi Universitas Indonesia. Jakarta : ECG.

Kane M, Kandel. 2006. Basic Food Micrbiology. New York: Van Nostrdan Reinhold Company

Michael T, Martinko J, Paul D, Clark. 2009. Biology of Microorganisms. Twelfth Edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings

Muslimah N. 2019. Mewaspadai Serangan Bakteri Pada Udang. Balai KIPM Banjarmasin

O’Keeffe E, Hughes H, McLoughlin P, Tan Sp, McCarthy N. 2019. Antibacterial Activity of Seaweed Extracts against Plant Pathogenic Bacteria. Journal of Bacteriology and Mycology

Oktavianus S. 2013. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove Jenis Avicennia Marina Terhadap Bakteri Vibrio Parahaemolyticus [Skripsi]. Makassar : Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. 62 hal.

Prabha V, Prakash DJ, Sudha PN. 2012. Analysis of Bioactive Compounds and Antimicrobial Activity of Marine Algae Kappaphycus alvarezii Using Three Solvent. Prabha IJPSR : 306-310

Prasad MP, Shekhar S, Babhulkar AP. 2013. Antibacterial activity of seaweed (Kappaphycus) extracts against infectious pathogens. Academic Journal : 2968-2971

Purnama R, Melki, Putri WAE, Rozirwan. 2010. Potensi Ekstrak Rumput Laut Halimeda renchii dan Eucheuma cottotelah memfasilitasinii sebagai Antibakteri Vibrio parahaemolitycus, Vibrio alginolyticus, dan Vibrio charcariae. Indralaya. Jurnal Maspari 5 (2): 82-88.

Rakhmanda AP. 2008. Perbandingan Efek Antibakteri Jus Nanas (ananas comosus L. merr) Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Streptococcus mutans. Arikel karya tulis ilmiah- UNDIP. 2008. h.11.

Saifudin A, Raharjo S, Eso A. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) pada Berbagai Tingkat Konsentrasi terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans. Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015

Sartika R, Melki, Purwiyanto A. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rumput Laut Eucheuma cottoni terhadap Bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Vibrio cholera dan Salmonella typhosa. Maspari Journal, 5 (2), 98-103

Sukenda, Jamal L, Wahjuningrum D, Hasan A. 2008. Penggunaan Kitosan Untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(2), 159–169.

Sukesi SWD. 2012. Antioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 1, No. 1, (2012) 1–4.

Sureshvarr K, Jayakumar M, Prakash M. 2011. Pretentious investigation of bacterial flora associated with fresh water prawn (Macrobrachium rosenbergii). Int. J. of Environ. Sci. and Ecotechnology 1(1): 45-53

Talaro K, Marjorie K, Barry C. 2009. Foundations in Microbiology. 7 th edition. Publishe by Mc. Graw-Hill. Inc.,1221. Avenue of Americas, New York. ISBN: 978-0-07-128445-5.

Yunus, Arisandi A, Abida IW. 2009. Daya Hambat Ekstrak Metanol Rumput Laut (Eucheuma spinosum) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Kelautan Vol. 2 No. 2.

4