MODEL SUKSES FAKTOR WIRAUSAHA WANITA
on
188 Matrik : Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol. 11, No. 2, Agustus 2017
MODEL SUKSES FAKTOR WIRAUSAHA WANITA
Nur Achmad(1)
Edy Purwo Saputro(2)
(1)(2)Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta email: [email protected]
ABSTRAK
Wirausaha wanita merupakan salah satu faktor penting yang mendukung ekonomi dan hasil riset menegaskan ada banyak faktor yang menjadi penyebab fenomena ini sehingga sukses faktor wirausaha wanita menarik dicermati. Tujuan penelitian ini melakukan eksplorasi dari tiga sukses faktor kewirausahaan yaitu: kredit perbankan, pelatihan motivator dan inspirasi sukses yang dilakukan dengan survei. Hasil analisis menunjukan ketiga kunci sukses faktor tersebut berpengaruh terhadap jumlah aset, tingkat produksi, produktivitas, dan juga jumlah profit sedangkan pengaruhnya terhadap peningkatan jumlah pekerja tidak terjadi. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam bentuk homogenitas responden sehingga generalisasinya menjadi acuan untuk riset lanjutan dan sekaligus menjadi celah adanya research gap.
Kata kunci: sukses faktor, wirausaha, wanita, generasi muda
ABSTRACT
Women entrepreneurs, an important factor supporting the economy and the research, present a variety of success factors that interesting to observe. This study aims to explore these three success factors of entrepreneurship including; bank credit, training, motivational, and inspirational success through the survey stage. This analysis shows that the three success factors effect on the amount of assets, production levels, productivity, and total profit, despite the success factor has no effect on increasing the number of workers. Limitation of this study is the homogeneity of the respondents, then this probably to become a reference for the further research as well as a research gap.
Keywords: success factors, entrepreneurship, female, young generation
PENDAHULUAN
Isu tentang kewirausahaan merupakan salah satu hal penting dalam ketenagakerjaan, terutama dikaitkan dengan kasus masuknya pekerja asing di era global. Di satu sisi, persoalan kewirausahaan sangat kompleks dan di sisi lain kewirausahaan yang melibatkan kaum wanita juga cenderung semakin berkembang. Persoalan penumbuhkembangan kewirausahaan wanita tidak bisa lepas dari problem tentang demografi, terutama karakteristik dan juga budaya yang berkembang. Terkait ini, kasus di negara miskin berkembang tentu berbeda jika dibandingkan dengan di negara industri maju, terutama ketika aspek gender dan juga tuntutan kemandirian semakin berkembang. Oleh karena itu, tujuan pengembangan kewirausahaan wanita bukan hanya mengacu kepada aspek perbaikan taraf hidup, tapi juga relevansinya dengan fenomena pengangguran dan juga penyerapan tenaga kerja, serta perannya mereduksi kemiskinan yang cenderung semakin berkembang (Sullivan dan Meek, 2012; Siringi, 2011). Realitas ini secara tidak langsung menegaskan bahwa etos kewirausahaan, termasuk yang dilakukan oleh wanita memberikan kontribusi makro sehingga perlu didukung, termasuk fasilitas kemudahan akses perbankan dan pemasaran.
Urgensi terhadap pengembangan kewirausahaan maka beralasan jika berbagai kajian menegaskan tentang identifikasi faktor yang mendukung keberhasilannya. Oleh karena itu, isu dan sukses faktor kewirausahaan cenderung semakin kompleks terutama terkait dengan faktor makro yang melingkupinya dan juga kajian teoritis yang menjadi dasar (Short, et al., 2009). Fakta lain yang juga menarik dicermati bahwa kajian tentang kewirausahaan semakin banyak yang melakukan pemetaan, baik untuk kasus di negara industri maju atau di negara miskin berkembang sebagai upaya melihat nilai penting sukses faktor yang mendasarinya (Sánchez dan Gutiérrez, 2011; Veciana dan Urbano, 2008; Ireland, et al., 2005).
Hasil kajian literatur menegaskan ada banyak faktor yang mendasari kewirausahaan sehingga identifikasi dari setiap kasus menjadi menarik dicermati sebab tidak hanya terkait dengan problem yang mendasari, tapi juga esensi dari tujuan utama kewirausahaan itu sendiri dan temuan ini berlaku jamak di negara miskin berkembang dan industri maju (Forson, 2013; Kumar, 2013; Kwong, et al., 2012; Dawson dan Henley, 2012; Pines, et al., 2010).
Temuan lain yang juga menarik dicermati terkait perkembangan riset kewirausahaan adalah pengembangan dasar teori yang digunakan untuk menjawab persoalan sukses faktor kewirausahaan. Konsekuensi dari perkembangan teoritis yang dipakai dalam berbagai riset tentang sukses faktor kewirausahaan secara tidak langsung mengindikasikan bahwa persoalan tentang sukses kewirausahaan dan berbagai faktor yang mendasari pelaku kewirausahaan cenderung semakin berkembang sehingga teori yang menjadi landasan kajian juga semakin berkembang (Simpeh, 2011).
Faktor lain yang juga menarik dikaji terkait sukses faktor kewirausahaan yaitu adanya faktor pendorong (push) dan penarik (pull) sehingga urgensi riset perbandingan merupakan salah satu yang relevan untuk dilakukan, tidak saja di negara industri maju tapi juga di negara miskin berkembang, tidak hanya wirausaha yang dilakukan pria, tetapi juga yang dilakukan wanita. Hal ini mengindikasikan riset perbandingan di berbagai aspek yang mendasari sukses faktor wirausaha pada dasarnya terkait kepentingan jangka panjang (Canizares dan Garcýa, 2010). Relevan dengan pentingnya riset perbandingan maka identifikasi terhadap faktor push vs pull yang mempengaruhi terhadap sukses faktor kewirausahaan menarik untuk dicermati (Rao, et al., 2013; Vadnjal dan Vadnjal, 2013; Chong, 2012; Kargwell, 2012; Alam, et al., 2011; Pines, et al., 2010; Robichaud, et al., 2010; Zhu dan Chu, 2010; Jamali, 2009).
Argumen yang mendukung tentang kewirausahaan wanita karena isu tentang gender merupakan salah satu isu yang menarik karena identifikasi faktor gender tidak hanya terkait kinerja tapi juga implikasi kepada generalisasi hasil, terutama kasus tentang kewirausahaan (Aramand, 2013; Kyrgidou dan Petridou, 2013; Marlow dan McAdam, 2013; Pathak, et al., 2013; Javadian dan Singh, 2012; Patterson, et al., 2012; Gonzalez-Alvarez dan Solis-Rodriguez, 2011; Canizares dan Garcýa, 2010).
Keberagaman hasil riset empiris terkait dikotomi gender dalam kewirausahaan tidak bisa terlepas dari berbagai aspek yang mendasari misal tentang motivasi, harapan sukses dari kewirausahaan yang dilakukan, model keperilakuan yang dilakukan dan nilai ambisi masing-masing pelakunya (Al-Dajani dan Marlow, 2013; Hattab, 2012; Abu-Asbah dan Heilbrunn, 2011; Itani, et al., 2011; Blackburn dan Kovalainen, 2009). Oleh karena itu, kajian tentang kewirausahaan memberikan implikasi jangka panjang dan cenderung berkelanjutan karena melibatkan mata rantai dari sukses kewirausahaan yang
dibangun, yaitu baik dari aspek ketenagakerjaan dan juga pemasok yang terlibat.
Pemahaman tentang sukses faktor kewirausahaan, termasuk yang dilakukan wanita tidak hanya memberikan implikasi jangka pendek, tapi juga jangka panjang dan nilai potensi keberhasilannya akan secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga. Identifikasi dari sukses faktor kewirausahaan wanita juga dapat menjadi acuan bagi pengembangan konsep teoritis dalam riset keperilakuan, termasuk juga implikasinya untuk pembentukan regulasi dan juga kebijakan (Hoyos-Ruperto, et al., 2013; Lee dan Yang, 2013; Zulkifli dan Rosli, 2013; Alam, et al., 2012).
Kajian tentang sukses faktor pada dasarnya menunjukan bahwa sukses kewirausahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal atau eksternal. Selain itu, ada juga faktor diskriminasi yang juga memberikan pengaruh sukses kewirausahaan, terutama bagi pelaku wirausaha wanita yaitu diskriminasi dalam bentuk gender sebagai konsekuensi dari model patriaki dan diskriminasi perlakuan sebagai kelompok marginal (Abu-Asbah dan Heilbrunn, 2011). Pemahaman untuk diskriminasi gender tidak bisa terlepas dari fakta bahwa fenomena patriaki masih kuat di sejumlah daerah - negara sehingga persepsian tentang pelaku usaha - wirausaha yaitu adalah pria, sementara kaum wanita mengurus rumah tangga.
Budaya patriaki di satu sisi memang menjadi kendala kemajuan kaum wanita, tetapi di sisi lain aspek budaya adalah bagian keberagaman yang menunjukan potensi keunikan. Oleh karena itu persoalan tentang budaya patriaki secara tidak langsung bisa menghambat potensi kewirausahaan bagi wanita, meski persoalan budaya tidak bisa terlepas dari aspek geografis dan demografis. Artinya, budaya patriaki dapat menjadi faktor yang memacu sukses faktor kewirausahaan wanita, terutama di negara miskin berkembang.
Persoalan tentang diskriminasi juga merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu sukses faktor kewirausahaan wanita. Alasan yang mendasari karena ada realitas diskriminasi biasanya terjadi pada kasus migrasi dan atau pendatang di suatu daerah. Hal ini terutama dipicu oleh tuntutan untuk survive sehingga daerah perkotaan dan atau daerah yang memiliki potensi ekonomi cukup besar menjadi tujuan migran, termasuk juga kaum wanita sehingga tuntutan untuk survive semakin besar karena kompetisi riil antara pendatang vs penduduk asli. Di satu sisi, kompetisi ini berpengaruh positif bagi kemampuan daya saing dan survival, meski di sisi
lain tidak bisa menghindari dari fakta persaingan pasar dan sumber daya (Al-Dajani dan Marlow, 2013).
Fakta yang mendukung sukses faktor kewirausahaan wanita dan juga relevansi dengan faktor pemacunya maka semua bentuk potensi, konsekuensi dan keterbatasan untuk survive dari semua pelaku kewirausahaan pada dasarnya terkait dengan motivasi. (Aramand, 2013; Forson, 2013; Dawson dan Henley, 2012; Canizares dan Garcýa, 2010). Hal ini secara tidak langsung menegaskan bahwa kajian kewirausahaan wanita terkait dengan riset keperilakuan sehingga pertimbangan tentang motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, memacu motivasi secara umum dan juga kewirausahaan di kalangan wanita khususnya akan memberikan manfaat makro yaitu tidak saja aspek keberlanjutan wirausaha, tapi juga mata rantai yang terbentuk dari kewirausahaan itu sendiri. Fakta juga membuktikan semakin banyak juga kewirausahaan wanita yang sukses sehingga realita ini mereduksi mitos tentang sukses faktor kewirausahaan dikalangan wanita (Marlow dan McAdam, 2013).
Motivasi kewirausahaan wanita yang mereduksi mitos memberikan gambaran nyata bahwa motivasi itu sendiri tidak bisa terlepas dari dua faktor yaitu pendorong dan penarik sehingga keberlanjutan tentang kewirausahaan tetap berlangsung (Dawson dan Henley, 2012). Artinya, motivasi bisa muncul dari semua kondisi sehingga semua yang menciptakan peluang adalah potensi dari kewirausahaan. Oleh karena itu, yang mampu melihat peluang dan memanfaatkannya menjadi potensi bisnis adalah mereka yang bisa meraih keuntungan dengan kewirausahaan karena adanya peluang yang prospektif bagi pasar yang semakin terbuka (Gonzalez dan Solis, 2011).
Identifikasi tentang peran motivasi dalam memacu sukses faktor kewirausahaan maka pada dasarnya menunjukan bahwa etos kewirausahaan bisa distimulus dan ini juga didukung temuan tentang peran faktor internal – eksternal dan atau faktor pull dan faktor push. Oleh karena itu, membangun sukses faktor kewirausahaan pada dasarnya merupakan proses jangka panjang karena tidak hanya terkait dengan human capital tapi juga social capital. Realitas ini mengindikasikan bahwa sukses faktor wirausaha wanita dipengaruhi oleh faktor demografi (Hattab, 2012), motivasi (Hattab, 2012; Itani, et al., 2011), faktor dorongan dan faktor penarik (Itani, et al., 2011), efikasi diri, persepsi terhadap risiko, tradisi yang berkembang, budaya
sosial dan negative stereotypes (Javadian dan Singh, 2012), dikotomi antara patriaki vs masculine society (Kumar, 2013), akses terhadap aspek keuangan (Kwong, et al., 2012), pengetahuan, keahlian dan juga sikap terhadap mentoring (Kyrgidou dan Petridou, 2013) dan aspek dikotomi kepemimpinan (Patterson, et al., 2012).
Keberagaman faktor yang mendukung sukses faktor wirausaha wanita memberi aspek gambaran tentang potensi besar yang bisa dilakukan oleh kaum wanita untuk mandiri di era persaingan yang semakin ketat (Sullivan dan Meek, 2012). Selain itu, pengetahuan tentang kewirausahaan baik yang ditempuh melalui jenjang pendidikan formal dan atau informal ternyata juga berpengaruh positif terhadap sukses wirausaha. Temuan tersebut secara tidak langsung memberikan gambaran yang jelas bahwa keberagaman faktor dari sukses wirausaha adalah proses jangka panjang dan edukasi bisa menjadi langkah yang baik untuk mendukung sukses faktor wirausaha.
Dari kajian diatas maka peran wanita dalam wirausaha adalah sangat penting karena pertimbangan jumlahnya di berbagai negara cenderung lebih banyak dibanding pria sehingga pemberdayaan tentang kewirausahaan wanita menjadi salah satu isu menarik dan cenderung memberikan pengaruh jangka panjang, terutama dari aspek ketenagakerjaan (van Gelderen, et al., 2008). Terkait hal ini, rumusan masalah penelitian adalah bagaimana perubahan kinerja wirausaha sukses wanita mengacu pengaruh sukses faktor dari 3 hal yaitu: kredit perbankan, pelatihan dari motivatior dan inspirasi dari wirausaha sukses lainnya. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi perubahan kinerja wirausaha sukses wanita yang dilakukan dengan analisis diskriptif terkait pengaruh sukses faktor dari 3 hal yaitu: kredit perbankan, pelatihan dari motivatior dan inspirasi dari wirausaha sukses lainnya. Urgensi ketiga aspek ini diperkuat argumen Nawaz (2009).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dilakukan dengan analisis diskriptif mengacu identifikasi 3 sukses faktor yaitu kredit perbankan, pelatihan dari motivator dan inspirasi dari wirausaha sukses lainnya. Identifikasi ketiga sukses faktor ini diperoleh dari focus group discussion atau FGD melibatkan 5 partisipan wirausaha wanita sukses. Hasil dari FGD tentang 3 sukses faktor kewirausahaan juga mengacu argumen dari Nawaz (2009). Obyek yang menjadi kajian dalam penelitian ini mengacu kriteria
wirausaha wanita sukses dengan indikator yaitu kontinuitas usahanya lebih 3 tahun sejak didirikan. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengukur kesesuaian dan akurasi kuesioner penelitian yang dilakukan dengan SPSS 18.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Profil
Pengujian validitas dan reliabilitas menunjukan bahwa semua pertanyaan adalah valid dan reliabel sehingga dapat mengungkapkan sesuatu yang diukur dan konsisten menjelaskan hal yang dimaksud (Hair, et al., 1998). Hal ini terlihat dari nilai ketiga variabel yaitu kredit perbankan, pelatihan dari motivator dan inspirasi dari wirausaha sukses yang masing-masing menjelaskan koefisien korelasi (rhitung) > 0,195 dengan korelasi Product Moment, sedangkan uji reliabilitas dengan Cronbach Alpha Reliability menunjukkan nilai alpha ketiga variabel yaitu kredit perbankan (0,782), pelatihan dari motivator (0,693) dan inspirasi dari wirausaha sukses (0,701).
Kajian tentang kewirausahaan wanita merupakan salah satu isu yang menarik, terutama
dikaitkan perkembangan kependudukan yang lebih dominan wanita dibanding pria. Fakta ini tidak hanya terjadi di negara industri maju, tapi juga semakin banyak terjadi di negara miskin berkembang. Terkait hal ini, jumlah kuesioner yang kembali dan dapat diolah yaitu 231 dari jumlah yang disebar 250 buah sehingga response rate mencapai 92,4 persen.
Karakteristik usia responden mayoritas dibawah 30 tahun yaitu 130 orang (56 persen), lalu usia lebih dari 40 tahun mencapai 51 orang (22 persen) dan usia 30-40 tahun berjumlah 50 orang atau 22 persen (lihat tabel 1). Realitas ini menegaskan bahwa mayoritas responden sebagai pelaku wirausaha berusia produktif dan ini menjadi argumen pentingnya membangun mental dan minat wirausaha sedari dini untuk dapat mendukung perekonomian. Alasan yang mendasari karena geliat wirausaha tidak hanya berpengaruh terhadap ekonomi rumah tangga pelaku, tapi juga mata rantai secara nyata di lingkup regional dan nasional. Oleh karena itu, semakin dini pelaku wirausaha maka akan semakin baik bagi kinerja perekonomian.
Tabel 1. Profil usia
Identifikasi |
Keterangan |
Jumlah |
Usia |
< 30 Tahun |
130 |
30 - 40 Tahun |
50 | |
> 40 tahun |
51 | |
Jumlah |
231 |
Lokasi tempat tinggal responden dari penelitian mayoritas dari luar kota mencapai 157 orang (68 persen), sedangkan yang berasal dari Solo berjumlah 74 orang atau 32 persen (lihat tabel 2). Meskipun hasil penelitian ini tidak berusaha membedakan keperilakuan wirausaha perkotaan dan perdesaan, tapi responden yang mayoritas berasal dari luar Solo secara tidak langsung menunjukan fakta sebaran
pelaku wirausaha berkembang pesat sehingga dikotomi antara perkotaan dan perdesaan tidak berpengaruh terhadap pelaku wirausaha. Fakta ini tentu menarik dikaji, terutama dikaitkan fenomena sektor formal yang semakin kecil, sementara di sisi lain peluang di sektor non-formal cenderung semakin berkembang.
Tabel 2. Identifikasi daerah asal
Identifikasi |
Keterangan |
Jumlah |
Tempat Tinggal |
Solo |
74 |
Luar Solo |
157 | |
Jumlah |
231 |
Identifikasi tentang status perkawinan responden menunjukan bahwa data cenderung berimbang antara yang sudah menikah dan belum menikah. Jumlah yang menikah mencapai 111 orang (48 persen), sedangkan yang belum menikah mencapai 120 orang atau 52 persen (lihat tabel 3). Selain itu, jumlah tanggungan keluarga responden
yaitu mayoritas belum memiliki anak yaitu berjumlah 127 orang (55 persen), jumlah kurang dari 2 anak mencapai 53 orang atau 23 persen, sedangkan yang lebih dari 2 anak mencapai 51 orang atau 22 persen. Data ini menunjukan adanya hubungan dengan usia dari responden yang mayoritas dibawah 30 tahun (lihat Tabel 4).
Tabel 3. Status Perkawinan
Identifikasi |
Keterangan |
Jumlah |
Status |
Menikah |
111 |
Belum Menikah |
120 | |
Jumlah |
231 | |
Tabel 4. Jumlah Tanggungan | ||
Identifikasi |
Keterangan |
Jumlah |
Jumlah Tanggungan |
0 |
127 |
=2 |
53 | |
>2 |
51 | |
Jumlah |
231 |
Lama usaha menunjukan intensitas keperilakuan dalam berwirausaha dan fakta yang ada menunjukan keterkaitan dengan usia responden. Oleh karena itu, mayoritas lama usaha yaitu dibawah 5 tahun
mencapai 146 orang (63 persen), rentang waktu lama usaha 5-10 tahun mencapai 46 orang (20 persen), sedangkan yang berusaha lebih dari 10 tahun berjumlah 39 orang atau 17 persen (lihat Tabel 5).
Tabel 5. Lama Usaha
Identifikasi |
Keterangan |
Jumlah |
Lama Usaha |
< 5 tahun |
146 |
5 - 10 tahun |
46 | |
> 10 tahun |
39 | |
Jumlah |
231 |
Identifikasi tempat usaha menunjukan hubungan dengan lama usaha dan usia perilaku wirausaha sehingga mayoritas responden memiliki tempat usaha mandiri yaitu 203 orang atau 88 persen, sedangkan yang berbentuk kerjasama mencapai 19 orang atau 8 persen dan yang mengontrak untuk tempat usaha
yaitu 9 orang atau 4 persen (lihat tabel 6). Faktor utama dari kepemilikan mandiri dari tempat usaha pada dasarnya juga tidak bisa terlepas dari aspek permodalan dan jenis usaha yang dilakukan (Ahmad dan Saputro, 2015).
Tabel 6. Identifikasi Tempat Usaha
Identifikasi |
Keterangan |
Jumlah |
Tempat Usaha |
Milik Sendiri |
203 |
Kontrak |
9 | |
Kerjasama |
19 | |
Jumlah |
231 |
Keberagaman jenis usaha menunjukan karakteristik yang menarik karena semua usaha bisa diberdayakan sesuai dengan pertimbangan modal dan juga keahlian pelaku usaha, selain pertimbangan ancaman risiko, persaingan, prospek usaha dan potensi yang lain (ibid, 2015). Data responden menunjukan sebaran jenis usaha cenderung merata
yaitu mulai dari jasa – perdagangan 70 orang (30 persen), warung makan-kuliner 45 orang (19 persen), bisnis online 30 orang (13 persen), pakaian – tekstil 29 orang (13 persen), jual pulsa 22 orang (9 persen), kelontong 18 (8 persen), bisnis multi level marketing 10 orang (4 persen), dan bisnis mebel 7 orang atau 3 persen (lihat tabel 7)
Tabel 7. Keberagama Jenis Usaha
Identifikasi |
Keterangan |
Jumlah |
Jenis Usaha |
Mebel |
7 |
Kelontong |
18 | |
Jual Pulsa |
22 | |
MLM |
10 | |
Online |
30 | |
Pakaian / Textil |
29 | |
Jasa & Perdagangan |
70 | |
Warung Makan & Makanan /Kuliner |
45 |
Jumlah
231
Kredit Perbankan
Identifikasi usaha tidak bisa terlepas dari persoalan tentang permodalan sehingga aspek perbankan dalam permodalan menjadi salah satu acuan tentang keberhasilan dunia usaha. Hal ini secara tidak langsung menunjukan bahwa sukses faktor wirausaha wanita juga tidak bisa terlepas dari persoalan kredit perbankan. Oleh karena itu, argumen tentang kredit perbankan pada semua tahapan usaha secara tidak langsung menunjukan bahwa problem kewirausahaan dan dunia usaha pada umumnya tidak bisa terlepas dari sisi
permodalan sehingga keterlibatan kredit perbankan menjadi kajian utama dari identifikasi sukses faktor wirausaha. Artinya, hal ini memberikan gambaran tentang urgensi variabel perbankan dalam keterlibatan pendanaan bagi dunia usaha. Hasil riset menunjukan bahwa dari 231 responden ternyata yang pernah mendapatkan kredit perbankan hanya ada 87 responden (37,7%) dan yang tidak mendapatkan kredit perbankan 143 responden (62,3%) sehingga ini mengindikasikan mayoritas responden belum pernah terlibat dengan perbankan dalam suntikan modal - permodalan (lihat Tabel 8).
Tabel 8. Pernah atau Belum Pernah Mendapatkan Kredit
Kredit Bank |
Keterangan | ||
Pernah |
87 | ||
Jumlah Aset |
Naik = 73 |
Konstan = 14 |
Turun = 0 |
Tingkat Produksi |
Naik = 71 |
Konstan = 16 |
Turun = 0 |
Produktivitas |
Naik = 66 |
Konstan = 21 |
Turun = 0 |
Jumlah Pekerja |
Naik = 42 |
Konstan = 45 |
Turun = 0 |
Jumlah Profit |
Naik = 71 |
Konstan = 16 |
Turun = 0 |
Belum Pernah |
144 |
Hasil riset menegaskan dari 87 responden ada 73 responden mengalami perubahan terhadap kenaikan jumlah aset dan 14 responden menegaskan tidak ada perubahan terhadap kenaikan aset. Temuan ini secara tidak langsung memberikan gambaran pengaruh dari kredit perbankan terhadap peningkatan aset (Chong, 2012). Terkait ini, teoritis menjelaskan bahwa perolehan kredit perbankan berpengaruh terhadap neraca dan sekaligus meningkatkan aset, baik dalam bentuk aset fisik atau non-fisik (Hattab, 2012). Oleh karena itu, hasil ini secara tidak langsung menguatkan teoritis tersebut dan juga hasil survei yang menyebutkan ada 14 responden yang tidak mengalami peningkatan aset menjadi kajian yang menarik.
Temuan tentang pengaruh kredit perbankan terhadap kenaikan produksi juga dialami 71 responden, sedangkan 16 responden menyebut tidak ada perubahan atau konstan. Hal ini memberikan gambaran bahwa perolehan kredit cenderung dipakai untuk memacu kapasitas produksi, menambah bahan baku dan mendukung proses produksi lainnya. Artinya perolehan kredit dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, bukan konsumtif. Temuan ini menguatkan argumen terhadap pengaruh kredit bagi kegiatan produktif yang meningkatkan kapasitas produksi. Hasil ini sekaligus juga menegaskan bahwa temuan pengaruh terhadap peningkatan aset produktif secara tidak langsung berpengaruh terhadap semua kegiatan dan kapasitas produksi.
Keterkaitan peningkatan aset dan juga tingkat produksi menjadi acuan dari hasil riset ini yang menegaskan bahwa dari 87 responden ternyata ada 66 responden yang mengalami kenaikan produktivitas dan 21 responden menyebut tidak berubah atau konstan. Temuan ini memberikan gambaran tentang konsistensi pengaruh dari perubahan aset dan tingkat produksi sehingga secara tidak langsung aspek produktivitas juga mengalami peningkatan. Terkait ini, teoritis menegaskan bahwa bantuan kredit cenderung dimanfaatkan untuk kegiatan produktif sehingga beralasan jika perolehan dari kredit berpengaruh terhadap peningkatan produktifitas (Zulkifli dan Rosli, 2013).
Fakta lain yang juga menarik dari hasil riset bahwa kredit perbankan ternyata tidak memberikan pengaruh yang berbeda antara peningkatan jumlah pekerja dan jumlah pekerja yang konstan sehingga hasil ini menjadi kontradiksi jika dibandingkan dengan pengaruhnya terhadap 3 aspek yaitu jumlah aset, tingkat produksi dan juga aspek produktivitas. Artinya, hasil pengaruh kredit perbankan terhadap peningkatan jumlah pekerja hanya dialami oleh 42 responden, sedangkan responden yang menyatakan tidak mengalami perubahan mencapai 45 orang. Identifikasi hasil ini menjadi acuan untuk melihat persoalan yang ada sehingga perlu eksplorasi lebih lanjut untuk bisa menjelaskan fenomena yang terjadi.
Hasil riset memberikan pemahaman bahwa perolehan kredit perbankan berpengaruh terhadap
peningkatan profit yaitu 71 responden, sedangkan yang tidak berubah atau konstan mencapai 16 responden. Temuan ini mendukung penjelasan dari pengaruh perolehan kredit perbankan terhadap tiga aspek sebelumnya yaitu tentang jumlah aset, tingkat produksi dan produktivitas. Oleh karena itu, temuan ini menjadi acuan tentang pengaruh kredit perbankan terhadap peningkatan profit sehingga hal ini menjadi pertimbangan terhadap realisasi kredit perbankan terhadap ajuan kredit. Di satu sisi, hal ini menjadi acuan tentang urgensi perolehan kredit bagi proses produksi dan di sisi lain hasil ini menjadi kajian terkait pengaruh perolehan kredit dalam perspektif umum. Selain itu, fakta 16 responden yang mengaku tidak mengalami perubahan terhadap jumlah profit menjadi kajian menarik karena pertimbangan beberapa faktor yang kompleks.
Pelatihan Motivator
Hasil riset menjelaskan bahwa dari 231 responden ternyata ada 53 orang yang pernah mendapatkan motivasi dari motivator dan sisanya 178 responden mengaku belum pernah mendapatkan motivasi dari motivator (lihat tabel 9). Pemahaman tentang motivator dalam riset ini adalah kegiatan tutorial motivasi yang disampaikan oleh motivator di forum formal. Hasil ini memberikan gambaran mayoritas responden belum pernah mendapatkan dorongan motivasi dari motivator dalam kegiatan forum yang formal.
Identifikasi 53 responden yang pernah mendapatkan motivasi motivator menunjukan bahwa yang berpengaruh terhadap peningkatan jumlah aset yaitu 33 responden dan sisanya yaitu 20 orang menyatakan tidak ada perubahan atau konstan. Pemahaman tentang pengaruh motivasi dari motivator dalam survei ini adalah hasil dalam rentang waktu 1 tahun. Hasil ini menegaskan bahwa pengaruh terhadap hasil motivasi dari motivator terhadap peningkatan jumlah aset sejalan dengan teoritis yang menunjukan adanya perubahan terhadap komitmen usaha lebih baik dibanding sebelum mendapatkan motivasi dari motivator. Oleh karena itu, kegiatan motivasi menjadi bagian penting untuk memacu etos wirausaha. Meskipun demikian temuan dari 20 responden yang mengaku tidak ada perubahan atau konstan menjadi kajian yang menarik tentang faktor dibalik itu semua (lihat Tabel 9).
Jumlah aset yang meningkat setelah mendapatkan motivasi dari motivator ternyata juga diikuti peningkatan jumlah produksi yaitu dari 53 orang ternyata ada 36 responden yang mengaku terjadi peningkatan jumlah produksi, sedangkan 17 responden mengaku tidak ada perubahan atau konstan. Hasil ini memberikan gambaran peran penting motivasi terhadap proses peningkatan produksi. Di sisi lain, ada 17 responden yang tidak mengalami perubahan menjadi kajian yang menarik terutama dikaitkan faktor penyebabnya (lihat tabel 9).
Produktivitas 53 responden yang mendapatkan motivasi dari motivator menunjukan bahwa 39 responden mengalami kenaikan dan sisanya 14 orang tidak mengalami perubahan atau konstan. Hasil ini memberikan gambaran tentang pentingnya motivasi dari motivator meski implikasi dari hasilnya tetap dipengaruhi oleh banyak faktor. Asumsi yang mendasari karena keberhasilan wirausaha banyak dipengaruhi faktor intern - ekstern sehingga motivasi dari motivator bisa menjadi salah satu acuan tentang peran faktor eksternal (Sánchez dan Gutiérrez, 2011).
Temuan yang menarik bahwa hasil ini menunjukan meskipun jumlah aset dan tingkat produksi serta produktivitas meningkat tetapi jumlah pekerja yang naik hanya 12 dibanding yang tidak mengalami perubahan yaitu 41 responden. Hasil ini mengindikasikan kenaikan terhadap jumlah aset, tingkat produksi dan produktivitas tidak memberikan kontribusi yang maksimal bagi penyerapan pekerja karena hanya ada 12 responden yang mengaku mengalami perubahan peningkatan penyerapan pekerja. Oleh karena itu, hasil ini menjadi argumen yang menarik untuk kajian lanjutan dengan mengacu kajian teoritis dan juga empiris tentang peran penting motivasi dari motivator untuk proses menumbuh kembangkan etos kewirausahaaan (Nawaz, 2009).
Identifikasi pengaruh kenaikan jumlah aset, tingkat produksi dan produktivitas ternyata juga berpengaruh terhadap kenaikan profit yang dialami oleh 40 responden, sedangkan 13 responden mengaku tidak mengalami perubahan atau konstan. Hasil ini secara tidak langsung mendukung teoritis urgensi dari peran motivasi dari motivator dalam pengembangan sukses faktor wirausaha yaitu pemahaman bahwa motivasi adalah pemacu faktor ekternal. Hasil ini menjadi kajian tentang implikasi ke depan dalam penumbuh kembangan wirausaha.
Tabel 9. Pelatihan Motivator
Motivator |
Keterangan | ||
Pernah |
53 | ||
Jumlah Aset |
Naik = 33 |
Konstan = 20 |
Turun = 0 |
Tingkat Produksi |
Naik = 36 |
Konstan = 17 |
Turun = 0 |
Produktivitas |
Naik = 39 |
Konstan = 14 |
Turun = 0 |
Jumlah Pekerja |
Naik = 12 |
Konstan = 41 |
Turun = 0 |
Jumlah Profit |
Naik = 40 |
Konstan = 13 |
Turun = 0 |
Belum Pernah |
178 |
Inspirasi Sukses
Survei dari 231 responden hanya 111 yang pernah mendapatkan inspirasi sukses dari pelaku usaha lainnya dan sisanya 120 orang belum pernah mendapatkan inspirasi sukses. Identifikasi 111 responden yang mendapatkan inspirasi sukses memberikan gambaran bahwa jumlah asetnya meningkat yaitu mencapai 84 responden meskipun ada yang tidak mengalami perubahan atau konstan yaitu 27 orang. Hasil ini menjadi menarik dikaji terutama dikaitkan fenomena inspirasi sukses yang menularkan keberhasilan membangun jaringan bisnis dan etos kewirausahaan dalam persaingan usaha yang kian ketat. Oleh karena itu, peningkatan aset 84 responden secara tidak langsung mewakili sukses faktor wirausaha yang berdampak positif terhadap potensi pengembangan etos kewirasuahaan secara berkelanjutan.
Temuan lain yang juga menarik dikaji bahwa tingkat produksi mengalami peningkatan dialami 88 responden sedangkan yang tidak mengalami perubahan atau konstan mencapai 23 responden. Hasil ini secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa inspirasi sukses bisa memberikan pengaruh terhadap peningkatan produksi karena faktor makro yang mendasari, baik dari aspek internal atau eksternal karena pengaruh inspirasi sukses yang menstimulus kegiatan produksi. Oleh karena itu, peran penting dari inspirasi sukses tidak hanya dalam bentuk aspek peningkatan produksi tapi jua peran positif lainnya dalam kegiatan wirausaha.
Sinergi dari peningkatan jumlah aset, tingkat produksi dan juga produktivitas maka inspirasi sukses pada dasarnya menunjukan interaksi positif dalam kegiatan produksi secara berkelanjutan. Oleh karena itu inspirasi sukses yang memberikan pengaruh terhadap kegiatan produksi menjadi acuan terhadap pengembangan etos kewirausahaan secara berkelanjutan. Artinya, peningkatan nilai produktivitas dari hasil inspirasi sukses menjadi salah satu faktor penting untuk menumbuhkembangkan etos kewirausahaan. Hasil ini secara tidak langsung memberikan gambaran persoalan dari 23 responden
yang tidak mengalami peningkatan produktivitas setelah mendapatkan inspirasi sukses (lihat tabel 10).
Persoalan dari keberhasilan inspirasi sukses ternyata tidak memberikan hasil terhadap peningkatan jumlah pekerja dan kasus ini dialami 65 responden. Di satu sisi, peningkatan jumlah pekerja dialami oleh 46 respoden sehingga hal ini bisa menjadi acuan terhadap peran penting inspirasi sukses terhadap penyerapan tenaga kerja, terutama untuk kewirausahaan yang berbasis padat karya. Di sisi lain ini juga memberikan pengaruh positif untuk mereduksi pengangguran. Terkait ini maka peran pemerintah menumbuhkembangkan kewirausahaan sangat penting karena tidak hanya berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas produksi nasional tapi juga implikasi terhadap penyerapan tenaga kerja dan mereduksi pengangguran.
Urgensi peran inspirasi sukses juga memberikan pengaruh terhadap profit sehingga berdampak positif terhadap kegiatan produksi. Terkait ini, hasil survei menunjukan ada 91 responden yang mengalami peningkatan profit sedangkan sisanya 20 responden menegaskan tidak mengalami peningkatan profit atau konstan. Temuan ini mengindikasi bahwa inspirasi sukses bisa menjadi acuan untuk memacu profit dengan peningkatan kapasitas produksi dan produktivitas sehingga berpengaruh terhadap aset. Oleh karena itu, inspirasi sukses menjadi faktor penting dalam menumubkembangkan etos kewirausahaan. Jika hal ini berhasil maka potensi kewirausahaan tidak hanya memberikan dampak untuk kegiatan produksi tapi juga implikasinya terhadap potensi ekonomi di daerah yang secara tidak langsung sejalan dengan komitmen era otda yang mampu menumbuhkembangkan potensi ekonomi di daerah berbasis sumber daya lokal.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dari penelitian ini menjadi acuan terhadap eksplorasi pengembangan riset lanjutan dengan mengacu setting amatan yang muncul sehingga dapat menjawab atas semua persoalan yang
Tabel 10. Inspirasi Sukses
Inspirasi |
Keterangan | ||
Pernah |
111 | ||
Jumlah Aset |
Naik = 84 |
Konstan = 27 |
Turun = 0 |
Tingkat Produksi |
Naik = 88 |
Konstan = 23 |
Turun = 0 |
Produktivitas |
Naik = 88 |
Konstan = 23 |
Turun = 0 |
Jumlah Pekerja |
Naik = 46 |
Konstan = 65 |
Turun = 0 |
Jumlah Profit |
Naik = 91 |
Konstan = 20 |
Turun = 0 |
Belum Pernah |
120 |
muncul. Oleh karena itu, keterbatasan riset ini secara tidak langsung menjadi research gap yang menarik untuk riset lanjutan dan sekaligus mampu menjawab problem kompleks dari sukses faktor kewirausahaan. Artinya, hasil riset ini menjadi tantangan untuk mengidentifikasi problem kompleks tentang kewirausahaan yang sekaligus bermanfaat untuk menumbuhkembangkan etos kewirausahaan. Pemahaman ini memberikan gambaran konkret tentang potensi riset kewirausahaan dalam jangka panjang karena sukses dari kewirausahaan akan ditentukan oleh keberagaman faktor yang terus berbeda sesuai fakta dan kondisi yang disesuaikan dengan setting amatan.
SIMPULAN DAN SARAN
Sukses faktor kewirausahaan dipengaruhi banyak aspek dan hasil identifikasi sejumlah riset mengindikasikan faktor internal dan eksternal bisa menjadi acuan terhadap sukses faktor kewirausahaan. Oleh karena itu, pemetaan dari faktor internal dan eksternal juga bisa menjadi acuan untuk mendukung terhadap sukses faktor kewirausahaan secara berkelanjutan. Di satu sisi, temuan riset ini bisa menjadi acuan terhadap penumbuhkembangan etos kewirausahaan, meski di sisi lain juga perlu pengembangan terhadap eksplorasi sukses faktor kewirausahaan yang lain sesuai setting amatan dengan pendekatan riset yang lebih komprehensif. Argumen yang mendasari karena persoalan kewirausahan sangat kompleks sehingga identifikasi dari setiap persoalan menghasilkan temuan yang berbeda sesuai setting amatan yang muncul dari setiap kasus. Oleh karena itu temuan tentang tiga sukses faktor dari penelitian ini yaitu: kredit perbankan, pelatihan motivator dan juga inspirasi sukses pada dasarnya menjadi identifikasi awal terhadap riset lanjutan penentuan sukses faktor yang lain untuk menumbuhkembangkan etos kewirausahaan secara berkelanjutan.
Hasil riset ini memberikan gambaran tentang peran penting tiga sukses faktor terhadap penumbuhkembangan etos kewirausahaan yaitu:
kredit perbankan, pelatihan motivator dan inspirasi sukses. Identifikasi dari tiga sukses faktor ini tidak memberikan jaminan terhadap generalisasi hasil karena keterbatasan yang muncul dari riset ini yaitu keterbatasan responden yang bersifat homogen (wanita). Oleh karena itu, hasil ini menjadi acuan terhadap eksplorasi penelitian lanjutan. Artinya, peluang terhadap riset lanjutan tentang kewirausahaan, terutama yang dilakukan wanita sangatlah terbuka dan keberagaman hasil riset menjadi acuan tentang urgensi melakukan eksplorasi terhadap keberagaman variabel yang kemudian bisa menjadi acuan penentuan kebijakan - regulasi yang bisa dipakai untuk menumbuhkembangkan sukses wirausaha.
REFERENSI
Abu-Asbah, K.M. and Heilbrunn, S. 2011. Patterns of Entrepreneurship of Arab women in Israel. Journal of Enterprising Communities: People and Places in the Global Economy, 5 (3): 184-198.
Achmad, N., dan Saputro, E.P. 2015. Model Sukses Faktor Wirausaha Wanita. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Pertama. Dikti.
Achmad, N. 2012. Model Edukasi Pengembangan Sikap Motivasi Wirausaha. Laporan Penelitian Kolaboratif. FEB UMS.
———-. 2013. Pengaruh Mentoring Terhadap Sikap dan Niat Wirausaha. Laporan Penelitian Kolaboratif. FEB UMS.
Alam, S.S., Senik, Z.C., and Jani, M.F.M. 2012. An Exploratory Study of Women Entrepreneurs in Malaysia: Motivation and Problems. Journal of Management Research, 4 (4): 282-297.
——- Jani, M.F.M., and Omar, N.A. 2011. An Empirical Study of Success Factors of Women Entrepreneurs in Southern Region in Malaysia. International Journal of Economics and Finance, 3 (2): 166-175.
Al-Dajani, H., and Marlow, S. 2013. Empowerment and Entrepreneurship: A Theoretical
Framework. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, 19 (5): 503-524.
Aramand, M. 2013. Women Entrepreneurship in Mongolia: The Role of Culture on Entrepreneurial Motivation. Equality, Diversity and Inclusion: An International Journal, 32 (1): 68-82.
Blackburn, R., and Kovalainen, A. 2009. Researching Small Firms and Entrepreneurship: Past, Present and Future. International Journal of Management Reviews, 11 (2): 127148.
Canizares, S.M.C., and Garcýa, F.J.F. 2010. Gender Differences in Entrepreneurial Attitudes. Equality, Diversity and Inclusion: An International Journal, 29 (8): 766-786.
Chong, W.Y. 2012. Critical Success Factors for Small and Medium Enterprises: Perceptions of Entrepreneurs in Urban Malaysia. Journal of Business and Policy Research, 7 (4): 204-215.
Dawson, C., and Henley, A. 2012. “Push” Versus “Pull” Entrepreneurship: An Ambiguous Distinction? International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, 18 (6): 697-719.
Durán-Encalada, J.A., Martin-Reyna, J.M., dan Montiel-Campos, H. 2012. A Research Proposal to Examine Entrepreneurship in Family Business. Journal of Entrepreneurship, Management and Innovation, 8 (3): 58-77.
Forson, C. 2013. Contextualising Migrant Black Business Women’s Work-Life Balance Experiences. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research. 19 (5): 460-477.
Gonzalez-Alvarez, N. and Solis-Rodriguez, V. 2011. Discovery of Entrepreneurial Opportunities: A Gender Perspective. Industrial Management & Data Systems. 111 (5): 755-775.
Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L., dan Black, W.C. 1998. Multivariate Data Analysis 5th ed., New Jersey, Prentice Hall.
Hattab, H. 2012. Towards Understanding Female Entrepreneurship in Middle Eastern and North African Countries: A Cross-Country Comparison of Female Entrepreneurship. Education, Business and Society: Contemporary Middle Eastern Issues, 5 (3): 171-186.
Hirschi, A., and Fischer, S. 2013. Work Values as Predictors of Entrepreneurial Career Intentions.
Career Development International, 18 (3): 216-231.
Hoyos-Ruperto, M.D., Romaguera, J.M., Carlsson, B., and Lyytinen, K. 2013. Networking: A Critical Success Factor for Entrepreneurship. American Journal of Management, 13(2): 5572.
Ireland, R.D., Reutzel, C.R., and Webb, J.W. 2005. Entrepreneurship Research in AMJ: What has Been Published, and What Might The Future Hold? Academy of Management Journal, 48 (4): 556-564.
Itani, H., Sidani, Y.M., dan Baalbaki, I. 2011. United Arab Emirates female entrepreneurs: Motivations and frustrations. Equality Diversity and Inclusion: An International Journal, 30 (5): 409-424.
Jamali, D. 2009. Constraints and Opportunities Facing Women Entrepreneurs in Developing Countries: A relational perspective. Gender in Management: An International Journal, 24 (4): 232-251.
Javadian, G. and Singh, R.P. 2012. Examining Successful Iranian Women Entrepreneurs: An Exploratory Study. Gender in Management: An International Journal, 27 (30): 148-164.
Kargwell, S.A. 2012. Women Entrepreneurs Breaking Through: Push and Pull Within UAE Cultural Context. International Journal of Business and Social Science, 3 (17): 122-131.
Kumar, A. 2013. Women Entrepreneurs in a Masculine Society: Inclusive Strategy for Sustainable Outcomes. International Journal of Organizational Analysis, 21 (3): 373-384.
Kwong, C., Jones-Evans, D., and Thompson, P. 2012. Differences in Perceptions of Access to Finance Between Potential Male and Female Entrepreneurs: Evidence From The UK. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, 18 (1): 75-97.
Kyrgidou, L.P. and Petridou, E. 2013. Developing Women Entrepreneurs’ Knowledge, Skills and Attitudes Through E-mentoring Support. Journal of Small Business and Enterprise Development, 20 (3): 548-566.
Lee, L. and Yang, C.L. 2013. Key Success Factors in Female Micro Entrepreneurship : A Study of The Catering Business. Service Science and Management Research (SSMR), 2 (3): 39-47.
Marlow, S. and McAdam, M. 2013. Gender and Entrepreneurship: Advancing Debate and Challenging Myths; Exploring The Mystery of
The Under-Performing Female Entrepreneur. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research. 19 (1): 114-124.
Murphy, G. B., Trailer, J. W., and Hill, R. C. 1996. Measuring Performance in Entrepreneurship Research. Journal of Business Research, 36 (1): 15-23.
Nawaz, F. 2009. Critical Factors of Women Entrepreneurship Development in Rural Bangladesh. Bangladesh Development Research Working Paper Series. Bangladesh Development Research Center (BDRC).
Pathak, S., Goltz, S., and Buche, M.W. 2013. Influences of Gendered Institutions on Women’s Entry Into Entrepreneurship. International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, 19 (5): 478-502.
Patterson, N., Mavin, S., and Turner, J. 2012. Envisioning Female Entrepreneur: Leaders anew From a Gender Perspective. Gender in Management: An International Journal, 27 (6): 395-416.
Perwej, A. 2012. The Women Adoption in Owned Businesses and Entrepreneurship in India. International Journal of Emerging Trends & Technology in Computer Science (IJETTCS), 1 (4): 56-61.
Pines, A.M., Lerner, M., and Schwartz, D. 2010. Gender Differences in Entrepreneurship: Equality, Diversity and Inclusion in Times of Global Crisis. Equality, Diversity and Inclusion: An International Journal, 29 (2): 186-198.
Rao, V., Venkatachalm, A., and Joshi, H.G. 2013. A Study on Entrepreneurial Characteristics and Success of Women Entrepreneurs Operating Fashion and Apparel Business. Asian Journal of Management Sciences and Education, 2 (2): 136-147.
Raposo, M. and do Paço, A. 2011. Entrepreneurship Education: Relationship Between Education and Entrepreneurial Activity. Psicothema, 23 (3): 453-457.
Robichaud, Y., Cachon, J.C., and Haq, R. 2010. Motives, Success Factors, and Barriers Among Canadian Female Entrepreneurs: The Case of
Greater Sudbury. Entrepreneurial Practice Review, 1 (2): 36-65.
Sánchez, J.C and Gutiérrez, A. 2011. Entrepreneurship Research in Spain: Developments and Distinctiveness. Psicothema, 23 (3): 458-463.
Short, J.C., Moss, T.W., and Lumpkin, G.T. 2009. Research in Social Entrepreneurship: Past Contributions and Future Opportunities. Strategic Entrepreneurship Journal, 3: 161-194.
Simpeh, K.N. 2011. Entrepreneurship Theories and Empirical Research: A Summary review of the literature. European Journal of Business and Management, 3 (6): 1-8.
Siringi, E.M. 2011. Women’s Small and Medium Enterprises for Poverty Alleviation in SubSaharan Africa: Lessons From Kenya. Management Research Review, 34 (2): 186-206.
Sullivan, D.M. and Meek, W.R. 2012. Gender and Entrepreneurship: A Review and Process Model. Journal of Managerial Psychology, 27 (5): 428-458.
Vadnjal, J., and Vadnjal, M. 2013. The Role of Husbands: Support or Barrier to Women’s Entrepreneurial Start-Ups? African Journal of Business Management, 7(36): 3730-3738.
Van Gelderen, M., Brand, M., Van Praag, M., Bodewes, W., Poutsma, E., and Van Gils, A. (2008). Explaining Entrepreneurial Intentions by Means of The Theory of Planned Behaviour. Career Development International, 13 (6): 538-559.
Veciana, J.M. and Urbano, D. 2008. The Institutional Approach to Entrepreneurship Research: Introduction. International Entrepreneurship Management Journal, 4: 365-379.
Zhu. L. and Chu, H.M. 2010. Motivations, Success Factors and Problems Encountered by Chinese Women Entrepreneurs: A Factor Analysis. International Review of Business Research Papers, 6 (5): 164-180.
Zulkifli, R.M. and Rosli, Z.M. 2013. Entrepreneurial Orientation and Business Success of Malay Entrepreneurs: Religiosity as Moderator. International Journal of Humanities and Social Science, 3 (10): 264-275.
Discussion and feedback