Peran Pemerintah, Modal Sosial, dan Kinerja Usaha Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pelaku Industri Tenun di Kabupaten Jembrana, Bali
on
Jurnal Matematika Vol. 8, No. 1, Juni 2018, pp. 26-40
Article DOI: 10.24843/JMAT.2018.v08.i01.p95
ISSN: 1693-1394
Peran Pemerintah, Modal Sosial, dan Kinerja Usaha Terhadap Kesejahteraan Subjektif Pelaku
Industri Tenun di Kabupaten Jembrana, Bali
G.K. Gandhiadi
Program Studi Matematika, Fakultas MIPA Universitas Udayana Email: [email protected]
Komang Dharmawan
Program Studi Matematika, Fakultas MIPA Universitas Udayana Email: [email protected]
I Putu Eka Nila Kencana
Program Studi Matematika, Fakultas MIPA Universitas Udayana Laboratorium Sosiometrika PS. Matematika, Universitas Udayana Email: [email protected]
Abstract: Weaving industry is one of the creative industries based on local wisdom of Bali, need to be developed with the concept of modern entrepreneurship (orange economy). Regional economic development strategies need to take into account the dynamics of local community life or social capital in addition to the role of government and other physical capital, in order to improve the performance of weaving industry in Jembrana regency, Bali. Based on empirical theory and facts, this study aims to analyze how the direct and indirect influence of the role of government, social capital and business performance on and subjective wellbeing on the business actors of weaving industry in Jembrana, Bali. Through the modeling of the resulting structural equations is studied: (1) the direct influence of the government's role on business performance and subjective well-being; (2) the direct influence of social capital on business performance and subjective wellbeing; (3) the direct impact of business performance on subjective well-being;
-
(4) the indirect and total influence of the government's role on subordinate welfare mediated by business performance; and (5) the indirect and total social capital influences on subjective well-being mediated by business performance. Based on surveys and structured interviews on 70 business actors of weaving industry in Jembrana District, Bali through data analysis techniques using SEM-PLS with the help of Smart PLS 3.0 software, in the business actors weaving industry found that: (1) directly the role of government have positive and significant (2) direct social capital has a positive and significant effect on business performance, but not significant to subjective wellbeing, (3) directly the business performance have a positive and significant effect on subjective wellbeing, (4) the role of the government indirectly has a positive but insignificant effect on subjective wellbeing, but through full mediation of business performance, the role of the government has a positive and significant effect on subjective wellbeing, and (5)
social capital indirectly has a positive and significant effect on the subjective achievement, so totally through the full mediation of business performance, social capital has a positive and significant impact on subjective wellbeing although it directly does not have a significant effect.
Keywords: role of government, social capital, business performance, weaving industry.
Usaha industri tenun merupakan salah satu industri kreatif yang berbasiskan kearifan lokal perlu dikembangkan di wilayah Kabupaten Jembrana, Bali. Pengembangan industri tenun memerlukan konsep wirausaha modern (ekonomi orange) untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi pelaku usaha industri tenun itu sendiri dan masyarakat pada umumnya. Strategi pembangunan ekonomi wilayah perlu memperhatikan peran pemerintah dan dinamika kehidupan masyarakat lokal menyangkut sumber daya sosial (modal sosial) selain modal fisik. Peran modal sosial dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, serta kondisi sosial dan politik telah banyak diteliti oleh Coleman (1988), Fukuyama (1999), Suandi (2007), The World Bank (2011) dan Vipriyanti (2011). Secara umum terdapat tiga komponen utama modal sosial, yaitu: (1) Rasa percaya, (2) Norma/etika, dan (3) Jaringan Kerja.
Peran pemerintah dalam pembangunan UMKM (termasuk industri tenun) mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Diva (2009), peran pemerintah dalam pembangunan UMKM (termasuk industri tenun) yang efektif dan optimal diwujudkan sebagai: (1) fasilitator dalam pelatihan kewirausahaan, (2) katalisator dalam pemberdayaan dan pemodalan komunitas kreatif (termasuk industri tenun), dan (3) regulator dalam kebijakan yang mempermudah berkembangnya kreatifitas berusaha dan berinvestasi.
Sedangkan aktivitas wirausaha modern mengacu pada konsep kewirausahaan dan kinerja usaha diukur dalam empat indikator, yakni: (1) peningkatan jumlah produksi, (2) peningkatan jenis unit usaha, (3) peningkatan volume penjualan, dan (4) peningkatan laba usaha (kemampulabaan) (Suci, 2009). Pengukuran kesejahteraan subjektif sebagai ukuran kepuasan hidup seseorang dikembangkan oleh The International Wellbeing Group (2013) melalui Indeks Kesejahteraan Pribadi (IKP), memuat delapan item petanyaan yang menyatakan kepuasaan hidup seseorang dalam domain tertentu.
Didasari oleh teori dan fakta empirik, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung peran pemerintah, modal sosial dan kinerja usaha terhadap dan kesejahteraan subjektif pada pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali. Melalui pemodelan persamaan struktural yang dihasilkan
dikaji: (1) pengaruh langsung peran pemerintah terhadap kinerja usaha dan kesejahteraan subjektif; (2) pengaruh langsung modal sosial terhadap kinerja usaha dan kesejahteraan subjektif; (3) pengaruh langsung kinerja usaha terhadap kesejahteraan subjektif; (4) pengaruh tidak langsung peran pemerintah terhadap kesejahteraan subektif yang dimediasi oleh kinerja usaha; dan (5) pengaruh tidak langsung modal sosial terhadap kesejahteraan subjektif yang dimediasi kinerja usaha.
Data penelitian diambil pada sentra-sentra usaha industri tenun yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Penelitian ini membutuhkan waktu selama tujuh bulan, dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2017.
Jumlah sampel dipilih secara proporsional dari setiap kecamatan pada sentra industri tenun dan unit sampel di pilih secara acak (random) sesuai jumlahnya. Data primer dari responden melalui wawancara terstruktur yang diperoleh dari persepsi pelaku manajemen atau pemilik usaha tenun (bukan tukang tenun) dari masing-masing sentra usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali. Hasil pengukuran instrumen penelitian (indikator) memerlukan uji validitas (menggunakan uji korelasi product moment) dan uji reliabilitas (menggunakan teknik Cronbach Alpha ( α )), terhadap sejumlah data kuesioner awal untuk mengujii tingkat kelayakan instrument penelitian dari kuisioner yang digunakan. Distribusi sampel setiap kecamatan di Kabupaten Jembrana seperti Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Distribusi Unit Sampel di Tiap Kecamatan
Kecamatan |
Populasi (Unit) |
Sampel (Unit) |
Persentase |
Melaya |
3 |
2 |
0,67 |
Negara |
5 |
3 |
0,60 |
Jembrana |
88 |
57 |
0,65 |
Mendoyo |
12 |
8 |
0,60 |
Pekutanan |
0 |
0 |
0 |
Total |
108 |
70 |
0,65 |
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Jembrana (2017)
Gambar 2.1. Rancangan Model Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian in, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut,
-
1) Modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
-
2) Peran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
-
3) Modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
-
4) Peran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
-
5) Kinerja usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
-
6) Modal sosial melalui kinerja usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
-
7) Peran pemerintah melalui kinerja usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa data-data yang diperoleh langsung dari wawancara terstruktur pada pelaku usaha tenun atau pemilik yang menjadi unit penelitian). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei, karena data dikumpulkan dengan wawancara terstruktur pada responden melalui daftar pertanyaan atau kuisioner. Lebih jelas mengenai variabel laten serta indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel yang digunakan sesuai
model perancangan (persamaan struktural) dalam penelitian ini, disajikan pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2. Variabel laten, indikator (item pertanyaan)
Variabel Laten Orde Dua |
Variabel Laten Orde Satu |
Indikator (Item Pertanyaan) |
Modal Sosial (X1) |
Rasa Percaya (X11) |
X111: Sebagian besar orang peduli X112:Kepercayaan terhadap tokoh agama X113: Rasa saling percaya terhadap orang luar X114: Kepercayaan terhadap teman bisnis |
(Grootaert (1999), Fukuyama (1999), dan Suandi(2001)) |
Norma (X12) |
X121: Keharmonisan sesuai Tri Hitta Karana X122: Kepatuhan terhadap aturan yang ada X123: Kemudahan mencari bantuan modal X124: Kemudahan memperoleh bantuan pembinaan manajemen |
Jaringan Kerja (X13) |
X131: Kepadatan jaringan kerja X132: Kerjasama denga teman/karyawan (bonding) X133: Kerjasama pada sesama pelaku usaha lain (bridging) X134: Kerjasama dengan penjual (teman bisnis) yang lain (linking) | |
Peran Pemerintah (X2) (Diva, 2009) |
X21: Fasilitator X22: Katalisator X23: Regulator | |
Kinerja Usaha (Y1) (Suci, 2009) |
Y11: Peningkatan produksi Y12: Pengembangan unit bisnis Y13: Peningkatan volume penjualan Y14: Kemampulabaan | |
Kesejahteraan Subjektif (Y2) (OECD, .2013) (The International Wellbeing Group ,2013) |
|
Pengolahan dan analisis data akan dilakukan dengan bantuan softwareSmart PLS, dan resampling (Bootstrapping) dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) merancang model pengukuran (outer model) sesuai Gambar 2.1, (2) merancang model struktural (inner model) sesuai Gambar 2.1, (3) mengkonstruksi diagram jalur, (4) mengkonversi diagram jalur kedalam persamaan pada outer model dan inner model, (5) estimasi parameter, (6) uji kecocokan model, dan (7) uji hipotesis dan pembahasan (Jaya & Sumertajaya, 2008).
Secara deskriptif dapat digambarkan bahwa responden pelaku usaha industri tenun sangat didominasi oleh responden perempuan yaitu sebanyak 68 orang (97,15%), karena pada kenyataan kaum perempuan yang cukup dekat dengan kegiatan/usaha pertenunan, sedangkan responden laki-laki hanya 2 orang (2,85%). Mayoritas sekitar 77,14 persen (54 orang) berumur diatas 40 tahun, hal ini disebabkan karena usaha industri tenun merupakan jenis usaha yang memerlukan komitmen kuat utamanya dalam pelestarian budaya dan ketekunan berusaha. Hal ini juga terlihat pada kelompok umur tua diatas 50 tahun masih banyak yang terlibat sebagai pelaku usaha yang secara ajeg menjaga dan melestarikan kearifan lokal (local genues) dalam kegiatan usaha tenun di Kabupaten Jembrana, Bali. Kebanyakan pelaku usaha industri tenun menyelesaikan pendidikan terakhir di level pendidikan menengah (tamat SMP dan SMA) sebanyak 78,57 persen, sedangkan pelaku usaha pada level tenaga kerja terdidik (Diploma/Sarjana) juga ada yaitu sekitar 10,00 persen. Tenaga kerja terdidik inilah yang potensial berkembang kearah wirausaha modern dalam usaha industri tenun di Provinsi Bali.
Pengujian kelayakan instrumen penelitian atau pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap 30 kuesioner awal yang disebarkan di wilayah Kecamatan Jembrana.Pengujian menggunakan nilai Cronbach Alpha (α) dan korelasi Item-Total dikoreksi.
Tabel 3.1 menyatakan semua indikator valid karena semua korelasi item-total dikoreksi untuk mengukur konstruk (variabel laten) orde satubernilai diatas 0.300 (Hair et all, 1995). Sementara itu nilai Cronbach’s Alpha(α) setiap konstruk reflektif layak dan dapat dipercaya karena semua α bernilai lebih besar dari 0,60 (Hanseler et all, 2009). Instrumen penelitian ini yang semuanya valid dan reliabel, maka penelitian dapat dilanjutkan.
Pengujian model pengukuran (outer model) terdiri atas uji: (1) validitas konvergen melalui nilai Cronbach’s Alpha (CA), (2) validitas diskriminan melalui nilai AVE, dan (3) reliabilitas komposit melalui nilai (composite reliability/CR) (Gotzs et all, 2010)
Tabel 3.1 Nilai Cronbach Alpha (α) dan Korelasi Item-Total Dikoreksi
Konstruk |
Kode Item dan Indikator |
Korelasi |
Rasa Percaya |
X111: Sebagian besar orang peduli |
0,590 |
X112:Kepercayaan terhadap tokoh agama |
0,378 | |
α = 0,709 |
X113: Rasa saling percaya terhadap orang luar |
0,536 |
X114: Kepercayaan terhadap teman bisnis |
0,499 | |
Norma |
X121: Keharmonisan sesuai Tri Hitta Karana |
0,397 |
X122: Kepatuhan terhadap aturan yang ada |
0,581 | |
α = 0,746 |
X123: Kemudahan mencari bantuan modal |
0,641 |
X124: Kemudahan memperoleh bantuan pembinaan manajemen |
0,574 | |
Jaringan Kerja |
X131: Kepadatan jaringan kerja |
0,643 |
X132: Kerjasama denga teman/karyawan (bonding) |
0,668 | |
α = 0,738 |
X133: Keejasama pada sesama pelaku usaha lain (bridging |
0,487 |
X134: Kerjasama dengan penjula (teman bisnis) yang lain (linking) |
0,358 | |
Peran Pemerintah |
X21: Fasilitator |
0,434 |
α = 0,674 |
X22: Katalisator |
0,546 |
X23: Regulator |
0,363 | |
Kinerja Usaha |
Y11: Peningkatan produksi |
0,.350 |
Y12: Pengembangan unit bisnis |
0,742 | |
α = 0,777 |
Y13: Peningkatan volume penjualan |
0,628 |
Y14: Kemampulabaan |
0,662 | |
Kesejahteraan |
Y21: Terpenuhinya kebutuhan hidup |
0,629 |
Subjektif |
Y22: Terpenuhinya biaya berobat (kesehatan) |
0,612 |
Y23: Terpenuhinya cita-cita hidup |
0,538 | |
α = 0,778 |
Y24: Terpenuhinya rasa aman pribadi |
0,537 |
Y25: Mempunyai hubungan baik antar pribadi |
0,472 | |
Y26: Mempunyai hubungan baik dg komunitas lain |
0,534 | |
Y27: Mempunyai tabungan untuk masa depan |
0,463 | |
Y28: Dapat melakukan kegiatan keagamaan dg baik |
0,441 |
Sumber : Data Primer, dihitung dengan SPSS (2017)
Tabel 3.2 memperlihatkan nilai AVE dari setiap konstruk yang signifikan pada taraf uji statistika 5 persen (nilai P_Values ≤ 0,05), hal ini berarti semua konstruk yang dipakai dalam penelitian ini mempunyai validitas dikriminan yang memadai (Hanseler et all, 2009). Demikian juga nilai Cronbach Alpha (CA) masing-masing konstruk lebih dari 0,6 dan ternyata juga signifikans pada taraf uji-t 5% (nilai T-statistik > 1,96 atau P_Values < 0,5), sehingga setiap konstruk reliabel pada taraf uji α=5 persen. Sedangkan nilai Composite Reliability (CR) masing-masing konstruk, yang ternyata semua konstruk nilainya lebih dari 0,7 berarti juga sudah memenuhi syarat reliabilitas konstruk (Gotzs et all, 2010). Semua indikator yang digunakan dalam penelitian signifikan pada taraf uji 5%, karena semua indikator mempunyai outer loading bernilai diatas 1,96. Hasil pengolahan data menggunakan software Smart PLS 3.0 terhadap model pengukuran menunjukkan semua indikator dan konstruk yang dianalisis valid dan layak digunakan untuk analisis pada model struktural (inner model).
Tabel 3.2 Hasil Analisis Model Pengukuran Reflektif
Konstruk |
AVE |
CA (α) |
CR |
Kode Item |
Outer Loading |
t- Statistic |
X111 |
0,54 |
6,73 (s) | ||||
Rasa Percaya |
0,379 |
0,443 |
0,706 |
X112 |
0,53 |
2,27 (s) |
(p=0.00) |
(p=00) |
(p=0.00) |
x113 |
0,55 |
3,41 (s) | |
X114 |
0,63 |
6,07 (s) | ||||
X121 |
0,63 |
5,56 (s) | ||||
Norma |
0,381 |
0,456 |
0,710 |
X122 |
0,54 |
3,39 (s) |
(p=0.00) |
(p=0,00) |
(p=0.00) |
X123 |
0,60 |
4,63 (s) | |
X124 |
0,69 |
6,57 (s) | ||||
X131 |
0,77 |
13,05 (s) | ||||
Jaringan Kerja |
0,437 |
0,572 |
0,751 |
X132 |
0,66 |
6,64 (s) |
(p=0.00) |
(p=0,00) |
(p=0.00) |
X133 |
0,48 |
1,99 (s) | |
X134 |
0,69 |
6,93 (s) | ||||
0,265 (p=0,00) |
0,738 |
0,807 (p=0,00) |
X11 |
0,78 |
14,59 (s) | |
Modal sosial |
(p=0,00) |
X12 X13 |
0,81 0,85 |
13,49 (s) 28,89 (s) | ||
0,450 |
0.710 |
X21 |
0,62 |
4,38 (s) | ||
Peran Pemerintah |
(p=0.00) |
0,389 (p=0,01) |
(p=0.00) |
X22 X23 |
0,69 0,68 |
7,39 (s) 4,39 (s) |
Y11 |
0,78 |
11,27 (s) | ||||
Kinerja Usaha |
0.568 |
0,739 |
0.837 |
Y12 |
0,56 |
4,34 (s) |
(p=0.00) |
(p=0,00) |
(p=0.00) |
Y13 |
0,85 |
25,06 (s) | |
Y14 |
0,79 |
13,02 (s) | ||||
Kesejahteraan |
0.260 |
0,575 |
0.727 |
Y21 |
0,49 |
2,94 (s) |
Subjektif |
(p=0.00) |
(p=0,00) |
(p=0.00) |
Y22 |
0,33 |
2,06 (s) |
Y23 |
0,48 |
3,09 (s) | ||||
Y24 |
0,56 |
4,91 (s) | ||||
Y25 |
0,59 |
5,33 (s) | ||||
Y26 |
0,46 |
3,04 (s) | ||||
Y27 |
0,71 |
7,48 (s) | ||||
Y28 |
0,36 |
2,33 (s) |
Catatan : “s” : signifikan dan “ts”: tidak signifikan, pada taraf uji 5% Sumber: Data Primer dianalisis (2017)
Pengujian model struktural (inner model) dievaluasi menggunakan R-square untuk variabel dependen (endogen) dan nilai signifikannya di uji berdasarkan niali T-values pada setiap path (jalur). Pengujian inner model berhubungan dengan melihat hubungan antar konstruk laten dengan menganalisis hasil estimasi path coefficient dan tingkat signifikansinya. Nilai R-square antara 0,67 sampai 1 mengindikasikan model struktural termasuk baik, sedangkan rentang nilai R square antara 0,34 sampai 0,66 mengindikasikan model struktural moderat, dan bila nilai R square 0,33 ke bawah maka model struktural tergolong lemah (Ghozali, 2011).
Tabel 3.4 Nilai R-square
Variabel Laten (Konstruk) |
R Square |
R Square Adjusted |
Kinerja Usaha |
0,521 |
0,506 |
Kesejahteraan Subjektif |
0,716 |
0,703 |
Sumber : Data Primer (2017), Diolah
Tabel 3.4 memperlihatkan nilai R-square untuk setiap variabel endogen, meliputi konstruk kinerja usaha sebesar 0,521 (model struktural moderat); artinya variabilitas konstruk kinerja usaha dapat dijelaskan oleh konstruk modal sosial dan peran pemerintah sebesar 52,1 persen, sedangakan sisanya sebesar 47,9 persen dijelaskan oleh faktor lain. Selanjutnya nilai R square untuk kesejahteraan subjektif sebesar 0,716 (model struktural baik), artinya variabilitas kesejahteraan subjektif mampu dijelaskan oleh konstruk peran pemerintah, modal sosial, dan kinerja usaha sebesar 71,6 persen, sedangkan sisanya sebesar 28,4 persen dijelaskan oleh faktor lainnya.
Nilai R square seperti pada Tabel 4.4 dapat digunakan untuk menghitung nilai Q2 atau Stone Geiser Q-Square test, yaitu,
Q2 = 1 – [(1 – 0,521)(1 – 0,716)] = 1 – 0,136 = 0,864.
Hasil perhitungan Q2 sebesar 0,864 dikatakan mempunyai predivtive prevalence yang cukup tinggi, sehingga model struktural yang dihasilkan sangat layak digunakan untuk memprediksi. Nilai sebesar 0,864 dapat diartikan bahwa variasi variabel laten kesejahteraan subjektif sebesar 86,4 persen mampu dijelaskan oleh variasi variabel laten peran pemerintah, modal sosial, dan kinerja usaha dari pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali, sedangkan sisanya sebesar 13,6 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model structural.
X2 (PERAN
PEMERINTAH)
Gambar 2.2 Analisis Model Struktural beserta Nilai P Values
Persamaan model struktural untuk estimasi masing-masing konstruk endogen kinerja usaha dan kesejahteraan subjektif sesuai Gambar 2.2, dapat dirumuskan sebagai berikut.
Λ
K1 = 0,477X + 0,290X2
Λ
K2 = 0,22^X1 + 0,313 X2 + 0,412K1
Pengujian hipotesis penelitian mengacu pada Gambar 2.2, dengan memperhatikan nilai koefisien jalur (path coefficient) dan nilai P_Values.
H1: Modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
Pengaruh langsung variabel penelitian modal sosial terhadap kinerja usaha, seperti ditunjukan pada Gambar 2.2, memperlihatkan bahwa koefisien jalurnya positif sebesar 0,477. Hubungan kausal tersebut ternyata bernilai positif dan signifikan dengan taraf uji 5 persen dengan nilai signifikansi (P_Values) 0,001. Hipotesis ini diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan pengaruh modal sosial dengan indikatornya akan mengakibatkan peningkatan kinerja usaha pada pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
H2: Peran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
Pengaruh langsung variabel penelitian peran pemerintah terhadap kinerja usaha, seperti ditunjukan pada Gambar 2.2, memperlihatkan bahwa koefisien jalurnya positif sebesar 0,290. Hubungan kausal tersebut ternyata bernilai positif tetapi tidak cukup signifikan pada taraf uji 5 persen dengan nilai signifikansi (P_Values) 0,069. Hipotesis ini sebagian ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh peran pemerintah dengan indikatornya belum secara langsung mengakibatkan peningkatan kinerja usaha bagi pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
H3: Modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif
pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana
Pengaruh langsung variabel penelitian modal sosial terhadap kesejahteraan subjektif (KES), seperti ditunjukan pada Gambar 2.2, memperlihatkan bahwa koefisien jalurnya positif sebesar 0,221. Hubungan kausal tersebut ternyata bernilai positif tetapi tidak cukup signifikan pada taraf uji 5 persen, dengan nilai signifikansi (P_Values) 0,072. Hipotesis ini sebagian ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh modal sosial dengan indikatornya tidak berpengaruh langsung pada peningkatan kesejahteraan subjektif bagi pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
H4: Peran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan
subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
Pengaruh langsung variabel penelitian peran pemerintah terhadap kesejahteraan subjektif, seperti ditunjukan pada Gambar 2.2, memperlihatkan bahwa koefisien jalurnya positif sebesar 0,313. Hubungan kausal tersebut ternyata bernilai positif dan signifikan pada taraf uji 5 persen dengan nilai signifikansi (P_Values) 0,005. Hipotesisi ini diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan pengaruh peran pemerintah dengan indikatornya akan mengakibatkan pengaruh langsung pada peningkatan kesejahteraan subjektif bagi pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali. H5: Kinerja usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif
pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
Pengaruh langsung variabel penelitian kinerja usaha terhadap kesejahteraan subjektif, memperlihatkan bahwa koefisien jalurnya positif sebesar 0,412. Hubungan kausal tersebut ternyata bernilai positif dan signifikan pada taraf uji 5 persen dengan nilai signifikansi 0,001. Hipotesis ini diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan pengaruh kinerja usaha dengan indikatornya akan mengakibatkan pengaruh langsung pada peningkatan kesejahteraan subjektif pada pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembarana, Bali.
H6 : Modal sosial melalui kinerja usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
Berdasarkan Gambar 2.2 modal sosial secara langsung berpengaruh positif sebesar 0,221 tetapi tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Di lain pihak, secara tidak langsung modal sosial berpengaruh positif sebesar 0,196 dan signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif melalui kinerja usaha. Nilai koefisien jalur secara tidak langsung sebesar 0,196 diperoleh dengan mengalikan koefisien jalur pengaruh langsung modal sosial terhadap kinerja usaha dengan koefisien jalur pengaruh langsung kinerja usaha terhadap kesejahteraan subjektif, atau dapat dituliskan 0,477X0,412 = 0,196. Sedangkan koefisien pengaruh total (total koefisien jalur pengaruh langsung dan tidak langsung) modal sosial terhadap kesejahteraan subjektif melalui kinerja usaha signifikan sebesar 0,417 (moderat) melalui proses mediasi penuh.
H7 : Peran pemerintah melalui kinerja usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana.
Berdasarkan Gambar 2.2 peran pemerintah secara langsung berpengaruh positif sebesar 0,313 dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Di lain pihak, secara tidak langsung peran pemerintah berpengaruh positif sebesar 0,119 tetapi tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif melalui kinerja usaha. Nilai koefisien jalur sebesar 0,119 diperoleh dengan mengalikan koefisien jalur pengaruh langsung peran pemerintah terhadap kinerja usaha dengan koefisien jalur pengaruh langsung kinerja usaha terhadap kesejahteraan subjektif, atau dapat dituliskan 0,290X0,412 = 0,119. Sedangkan koefisien pengaruh total (total koefisien jalur pengaruh langsung dan tidak langsung), modal sosial terhadap kesejahteraan subjektif melalui kinerja usaha signifikan sebesar 0,432 (moderat) dengan proses mediasi penuh.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka disimpulkan sebagai berikut,
-
1) Model persamaan struktural untuk konstruk endogen kinerja usaha dengan konstruk eksogen peran pemerintah dan modal sosial adalah,
Kinerja_Usaha = 0,477*Modal_Sosial + 0,290*Peran_Pemerintah + ζ.
Sedangkan model persamaan struktural untuk konstruk endogen kesejahteraan subjektif dengan konstruk endogen kinerja usaha serta konstruk eksogen modal sosial dan peran pemerintah adalah,
Kesejahteraan_Subjektif = 0,221*Modal_Sosial + 0,313*Peran_Pemerintah + 0,412*Kinerja_Usaha + ζ
-
2) Modal sosial dengan indikatornya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha, sehingga peningkatan kapasitas modal sosial mengakibatkan peningkatan kinerja usaha pada pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
-
3) Peran pemerintah dengan indikatornya berpengaruh positif tetapi tidak sigbnifikan terhadap kinerja usaha, sehingga peran pemerintah belum secara langsung mengakibatkan peningkatan kinerja usaha bagi pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
-
4) Modal sosial berpengruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kesejahteraan subjektif, sehingga modal sosial dengan indikatornya belum berpengaruh langsung pada peningkatan kesejahteraan subjektif bagi pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
-
5) Peran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan pengaruh peran pemerintah dengan indikatornya akan mengakibatkan pengaruh langsung pada peningkatan kesejahteraan subjektif bagi pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
-
6) Kinerja usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan pengaruh kinerja usaha dengan indikatornya akan mengakibatkan pengaruh langsung pada peningkatan kesejahteraan subjektif pada pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembarana, Bali.
-
7) Secara langsung modal sosial belum signifikan berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana. Akan tetapi menguatnya modal sosial yang berbasis kearifan lokal berpengaruh pada peningkatan kinerja usaha pada usaha tenunnya, sehingga secara total akan mampu meningkatkan kesejahteraan subjektif. Dapat dikatakan, kinerja usaha memediasi secara penuh pengaruh modal sosial terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
-
8) Secara langsung peran pemerintah memang belum signifikan berpengaruh terhadap kinerja usaha pada pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana. Akan tetapi menguatnya peran pemerintah pada aspek katalisator dan motivator melalui pemberian modal usaha dan pelatihan cukup berhasil meningkatkan kesejahteraan subjektif pelaku usaha tenun. Dapat dikatakan, kinerja usaha cukup mampu menjadi trigger yang memediasi secara penuh pengaruh peran pemerintah terhadap kesejahteraan subjektif pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
Saran (Rekomendasi)
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, dapat disampaikan beberapan saran atau rekomendasi berikut,
-
1) Kepada pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali agar selalu meningkatkan kapasitas modal sosial dengan membentuk jaringan kerja yang
lebih kuat dan solid baik dengan sesama pengusaha tenun, pemerintah dan stakeholder (khususnya jaringan pemasaran).
-
2) Kepada pemerintah melalui Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Jembrana, agar selalu meningkatan peran sertanya bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jembrana untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan dan kapasitas pelaku usaha industri tenun di Kabupaten Jembrana, Bali.
Ucapan Terima Kasih
Penulis sebagai peneliti mengucapkan terima kasih kepada Universitas Udayana, khususnya kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat serta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang membiayai penelitian ini berdasarkan Surat Perjanjian Kerja Penugasan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian HUPS No.3627/UN14.2.8/LT/2017, tanggal 5 Juli 2017.
Daftar Pustaka
Coleman J S. 1988. Social Capital in The Creation of Human Capital. American Journal of Sociology, Volume 94.
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jembrana. 2017. Data Industri Tenun di Kabupaten Jembrana Tahun 2017. Negara, Diskoperindag Jembrana.
Diva, Gede. 2009. Mengembangkan UKM Melalui Pemberdayaan Peran Pemerintah Daerah. Jakarta: Bakrie School of Management.
Fukuyama, F. 1999. The End of History and The Last Man: Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal. Yogyakarta: Penerbit Qalam.
Fukuyama. 2000 .Social Capital and Civil Society. Institute of Public Policy. George Mason.University.
Gotz, O., Gobbers, K.L. & Krafft, M., 2010. Evaluation of Struktural Equation Models Using the Partial Least Squares (PLS) Aproach. Handbook of Partial Least Squares.
Grootaert, C., 1999, Social Capital, Household Welfare and Poverty in Indonesia, Local Level Institutions Study,,Social Development Department Environmentally and Socially Sustainable Development Network, The World Bank.
Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. & Black, W.C., 1995. Multivariate Data Analysis with Readings Fourth Edition. New Jersey: Prentice-Hall.
Henseler, J., Ringle, C.M. & Sinkovics, R.R., 2009, The Use Of Partial Least Squares Path Modeling In International Marketing. Advances in International Marketing Journal, Vol.20, pp.277-319.
Jaya, I.G.N.M. & Sumertajaya, I.M., 2008. Pemodelan Persamaan Struktural Dengan Partial Least Square. Prosiding Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika, 1, pp.118-32.
LPPM UNUD. 2011. Pengembangan Komoditas/Produk/Jasa Usaha Unggulan UMKM di Provinsi Bali. Denpasar; LPPM UNUD.
OECD .2013. Guidelines on Measuring Subjective Well-being, OECD Publishing.
Suandi, 2007, Modal Sosial dan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Daerah Pedesaan Provinsi Jambi, Desertasi Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Suci, R.P. 2009. Peningkatan Kinerja Melalui Orientasi Kewirausahan, Kemampuan Manajemen, dan Strategi Bisnis (Studi Kasus pada Industri Kecil Menengah Bordir di Jawa Tengah). Jurnal Manajemen dan Kweirausahaan. Vol 11, No.1. Hal 46-58
The World Bank Group, 2011, What is Social Capital?, http://go.worldbank.org/K4LUMW43B0
The International Wellbeing Group ,2013., Personal Wellbeing Index: 5th Edition, Melbourne: Australian Centre on Quality of Life, Deakin University
Vipriyanti, Nyoman Utari, 2011, Modal Sosial dan Pembangunan Wilayah : Mengkaji Succes Story Pembangunan di Bali, Penerbit Universitas Brawijaya (UB) Press.
40
Discussion and feedback