Evaluasi Ekowisata di Pulau Penyu Tanjung Benoa Bali Berdasarkan Prinsip-Prinsip Ekowisata
on
Journal of Marine and Aquatic Sciences 8 1), 78-84 2022)
Evaluasi Ekowisata di Pulau Penyu Tanjung Benoa Bali Berdasarkan Prinsip-Prinsip Ekowisata
I Putu Oka Saduarsa a*, I Gusti Ngurah Putra Dirgayusa a, Ni Luh Putu Ria Puspitha a
a Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Kampus UNUD Bukit Jimbaran, Bali 80361, Indonesia
* Penulis koresponden. Tel.: +6281-239-302-628
Alamat e-mail: [email protected]
Diterima (received) 29 Juli 2019; disetujui (accepted) 22 Mei 2022; tersedia secara online (available online) 1 Juni 2022
Abstract
The existence of sea turtle in its habitat, especially in Bali is endangered. Moon cot sari sea turtle island is a one of tourist destination that carries out conservation of sea turtles. This turtle island provides more education about turtles to the tourists. Turtle island is still in the developing stage to become an ecotourism destination. Ecotourism defines as a tourism that emphasizes the responsibility of preserving nature, providing economic benefits and maintaining cultural integrity for the local community. The development of turtle island as an ecotourism destination could be evaluated from the implementation of the principles of ecotourism such as education, recreation, society walfare, pasticipation of society. The data was collected using interview by closed question questionnaire and the output of this research is a descriptive value. The questionnaire were used to asses if those principles were already applied in turtle island or not. The total of respondents 450 tourists, 15 person staff and 15 person local community. Sampling is carried out for 1.5 months from January to March 2019 every Sunday according to the high season period on that month. The results found that on average 80% of respondents answered that they have gained insight about sea turtles and better understand about sea turtles conservation (principle of education), 75.5% of respondents answered that the turtle island has adequate facilities to give the impression of a pleasant tour (principle of tourism), 100% of staff and stakeholder respondents said the turtle island had a better economic impact (society walfare), 100% of the society respondents said that they participated in preserving the turtle and the environment of the local mangrove forest ( principle of society participation and conservation).
Keywords: Turtle Island; ecotourism; priciples of ecotourism
Abstrak
Keberadaan penyu di alam khususnya di bali, sudah dapat dikatakan terancam punah. Pulau penyu Moon cot sari adalah salah satu objek wisata yang melakukan kegiatan konservasi terhadap penyu. Pariwisata pulau penyu ini lebih memberikan edukasi tentang penyu kepada wisatawan yang berkunjung. Objek wisata pulau penyu saat ini masih dalam tahap pengembangan menjadi destinasi ekowisata. Ekowisata didefinisikan sebagai suatu bentuk wisata yang menekankan tanggung jawab terhadap kelestarian alam, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Pengembangan objek wisata pulau penyu menjadi destinasi ekowisata harus dilihat dari pelaksanaan prinsip-prinsip ekowisata itu sendiri seperti konservasi, pendidikan, pariwisata, ekonomi, pastisipasi masyarakat dengan menggabungkan jawaban dari wisatawan, staff, stakeholder dan masyarakat. Metode pengambilan data menggunakan sistem wawancara menggunakan media kuisioner tertutup dan output dari penelitian ini berupa nilai deskriptif persentase. Jumlah responden berjumlah 450 wisatawan, 15 orang staff dan 15 orang masyarakat setempat. Pengambilan sampel dilakukan selama 1,5 bulan, dimulai dari bulan Januari hingga Maret 2019 pada setiap hari minggu karena bertepatan periode high season pada bulan tersebut. Hasil pada kuisioner bahwa rata-rata 80% responden menjawab telah mendapatkan wawasan tentang penyu dan lebih mengerti tentang pelestarian penyu (unsur pendidikan), rata-rata 75,5% responden menjawab pulau penyu telah memiliki fasilitas yang memadai sehingga memberikan kesan wisata yang menyenangkan (unsur pariwisata), 100% responden staf dan stakeholder mengatakan pulau penyu telah memberikan dampak ekonomi yang lebih baik (unsur ekonomi), 100% responden masyarakat mengatakan bahwa mereka ikut serta dalam melakukan pelestarian penyu dan lingkungan hutan mangrove setempat (unsur partisipasi masyarakat dan konservasi).
Kata Kunci: ekowisata; prinsip ekowisata; Pulau Penyu
Keberadaan penyu memiliki arti penting bagi sosial ekonomi khususnya bagi masyarakat pesisir Juliono dan Ridhwan, 2017), namun menurut The International Union for Conservation Nature Red list keberadaan populasi penyu saat ini telah mengalami penurunan secara drastis dan sudah terancam punah. Hal ini disebabkan oleh faktor alam dan kegiatan manusia yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung Ario dkk., 2016). Untuk mengurangi ancaman punahnya penyu selain dengan menetapkan status perlindungan secara nasional dalam UU No.5 tahun 1990, upaya perlindungan daerah dengan menentukan kawasan konservasi.
Pulau penyu Moon cot sari adalah salah satu objek wisata yang melakukan kegiatan konservasi terhadap penyu. Berdasarkan hasil wawancara pribadi Made Surya selaku pengelola pulau penyu, objek wisata ini memiliki kurang lebih 25 ekor penyu yang berada di kandang penangkaran. Kegiatan wisata pulau penyu ini berjalan dengan sistem donasi dari masyarakat serta wisatawan wisata ini belum ada campur tangan dari pemerintah pusat. Pemeliharan penyu sehari-hari di pulau penyu hanya bergantung pada hasil tiket masuk wisatawan yang berkunjung. Pulau penyu merupakan pariwisata yang dibangun oleh kelompok nelayan setempat untuk meningkatkan perekonomian dan menjadi lahan pekerjaan tetap bagi masyarakat.
Pariwisata pulau penyu ini lebih memberikan edukasi tentang penyu kepada wisatawan yang berkunjung. Made Surya selaku pengelola pulau penyu mengatakan objek wisata pulau penyu saat ini dalam tahap pengembangan menjadi destinasi ekowisata dan dibantu oleh BPSPL untuk meninjau kaidah-kaidah prinsip konservasi yang ada dengan mempertimbangkan animal walfare yang terjadi di pulau penyu Berdasarkan UU No.18 tahun 2009 Animal Walfare berkaitan dengan segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan dalam melindungi hewan dari setiap perlakuan tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Dalam mengembangkan
wisata menjadi ekowisata perlu untuk dilakukan agar pariwisata dapat berkelanjutan dan memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi masyarakat setempat Satria, 2009).
Menurut Rismang dkk. 2018), salah satu pilihan untuk mempromosikan lingkungan yang terjaga keasliannya, sekaligus menjadi suatu kunjungan wisata yaitu ekowisata penyu. Suatu konsep pengembangan lingkungan yang berbasis pada pendekatan, pemeliharaan dan konservasi alam berkelanjutan berbasis wisata alam yang menekankan kegiatan konservasi dan mengacu pada pembangunan pariwisata berkelanjutan serta berkaitan dengan kegiatan pengembangan pendidikan, mengakomodasi budaya lokal serta memberi manfaat pada ekonomi lokal Rutana 2011).
Dalam tahap pengembangan wisata pulau penyu menjadi ekowisata perlu di didukung oleh kaidah prinsip ekowisata menurut UNESCO 2009), meliputi Konservasi, Pendidikan Pariwisata rekreasi), Ekonomi dan Partisipasi masyarakat. Dalam mengembangkan destinasi ekowisata kaidah prinsip ekowisata harus berjalan secara bersama. Maka dari itu peneliti ingin melakukan pengamatan yang akan menitik beratkan apakah prinsip prinsip ekowisata yang meliputi pendidikan, pariwisata, ekonomi dan partisipasi masyarakat sudah diterapkan di pulau penyu dengan judul penelitian Pengembangan Prinsip Ekowisata di Pulau Penyu Tanjung Benoa Bali.
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer. Pengambilan data dilakukan di lokasi wisata pulau penyu, Kelurahan Tanjung Benoa Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Pulau penyu merupakan wisata yang diiringi kegiatan konservasi. Durasi pengambilan data dilaksanakan selama 1,5 bulan yang berawal dari bulan Januari 2019, karena bulan tersebut masuk dalam periode peak season. Lokasi penelitian dapat lebih jelas dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Penelitian.
-
2.2 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu wawancara secara langsung kepada wisatawan dengan menggunakan fasilitas kuisioner. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang tanggapan wisatawan terhadap kawasan penelitian. Pengunjung wisata pulau penyu per harinya bisa mencapai paling sedikit 300 orang jumlah sampel yang diambil adalah 75 orang pengunjung dari 300 orang pengunjung yang datang per hari, untuk staff dan stakeholder diambil hanya 30 responden. Sampel ini diambil menggunakan menggunakan rumus slovin Marlius, 2016), yaitu:
N
n = 1 + (N × e2) (1)
dimana n adalah jumlah sampel; N adalah jumlah populasi; dan e adalah pesentase kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa di tolerir 0.1).
Wawancara dilakukan dengan teknik accidental random sampling seperti penelitian Ihwanuddin dan Murtini 2016). Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan media kuisioner untuk mempermudah pengumpulan data. Pertanyaan yang dirancang pada kuisioner yang digunakan adalah pertanyaan tertutup. Data responden yang diambil meliputi tanggapan wisatawan setelah
berkunjung ke pulau penyu dan tanggapan staff stakeholder tentang setelah dibangunnya wisata pulau penyu.
-
2.3 Analisis Data
-
2.3.1. Pemberian Skor Pada Kuisioner
-
Penelitian ini menggunakan skala guttman yang ingin mendapatkan jawaban tegas konsisten) terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala guttman dikategorikan sangat baik dalam meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti serta sering disebut dengan atribut universal Maulida dkk., 2018). Penetapan skoring perhitungan responden pada skala guttman dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Ketentuan pemberian skoring pada skala guttman.
Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban
Positif
Iya 1 0
Tidak 0 1
(Munggaran, 2012)
-
2.3.2. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan analisa deskriptif atau statistik deskriptif. Data dari kuisioner dalam penelitian merupakan data kuantitatif kemudian
yang akan dianalisis secara deskriptif persentase dengan langkah pertama yaitu Tabulasi data yang bertujuan untuk menentukan jawaban mengenai frekuensi option dalam tiap item Sumiyarti dkk. 2014), kedua menentukan persentase data dengan rumus dari Kamelta 2013), yaitu:
f
p = × 100%
n
(2)
dimana P adalah nilai persentase; f adalah frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih; dan n adalah jumlah responden.
Setelah menentukan jenis deskriptif persentase dari suatu indikator dalam variabel dan perhitungan, kemudian deskriptif persentase tersebut ditafsirkan kedalam kalimat. Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan Tabel 3.
Tabel 3
Kategori Analisis Deskriptif Persentase
Persentase |
Kategori |
0 – 1% |
Tidak ada |
2% – 25% |
Sebagian kecil |
26% – 49% |
Kurang dari setengahnya |
50% |
Setengahnya |
51% – 75% |
Lebih dari setengahnya |
76% – 99% |
Sebagian besar |
100% |
Seluruhnya |
(Munggaran, 2012)
-
3. Hasil dan Pembahasan
-
3.1 Hasil Analisis Data Kuisioner Wisatawan, Staff dan Stakeholder
-
3.1.1. Unsur Konservasi
-
-
Prinsip ekowisata unsur konservasi hanya dinilai dari beberapa aspek yang peneliti batasi. Pulau penyu merupakan kegiatan perlindungan terhadap penyu dengan membuat sebuah lokasi penangkaran sebagai daya tarik pengunjung. Kegiatan pulau penyu memberikan sebuah pelestarian terhadap penyu yang saat ini dapat dikatakan hampir punah. Dari kegiatan pulau penyu ini dapat dilihat bahwa setidaknya pulau penyu sudah melaksanakan unsur konservasi itu sendiri yaitu pelestarian terhadap penyu ditambah dengan pernyataan masyarakat pada
kuisioner unsur partisipasi masyarakat pada Gambar 5a bahwa mereka ikut serta dalam membantu staff pulau penyu untuk pelestarian penyu dan mangrove sekitar pulau penyu dengan rutin mengadakan penanaman mangrove.
Kawasan sekitar pulau penyu juga merupakan kawasan hutan mangrove yang dilindungi serta diwarat oleh masyarakat maupun staf pulau penyu itu sendiri. Dari kegiatan pulau penyu dan masyarakat sudah hampir sama yang dikatakan oleh UNESCO 2009), bahwa unsur pelestarian konservasi) merupakan upaya dari manusia untuk melestarikan dan melindungi alam serta tidak menimbulkan kerusakan maupun pencemaran lingkungan.
-
3.1.2. Unsur Pendidikan
Prinsip ekowisata unsur pendidikan terdapat 4 poin pertanyaan untuk wisatawan dan 1 poin pertanyaan untuk staff yaitu: “pulau penyu memberikan wawasan tentang habitat penyu” mendapatkan jawaban “Iya” dari wisatawan berjumlah 86.8% dan jawaban “Tidak” sebesar 13.1% terlihat pada Gambar 2a, untuk poin pertanyaan pada Gambar 2b “memberikan wawasan jenis penyu dan kegiatan perlindungannya” mendapatkan jawaban “Iya” dari wisatawan sebesar 83.5% dan untuk jawaban “Tidak” berjumlah 16.4%, poin 3 dengan pertanyaan pada Gambar 2c “memberikan wawasan tentang perkembangbiakan penyu” mendapatkan jawaban “Iya” dari wisatawan 81.3% dan untuk yang menjawab “Tidak” berjumlah 18.6%, sedangkan pada Gambar 2d untuk poin pertanyaan “setelah berkunjung ke pulau penyu mengetahui peran penyu di ekosistem laut” mendapatkan jawaban “Iya” dari wisatawan berjumlah 53.7% dan yang menjawab tidak berjumlah 46.2%. Untuk staff dan stakeholder terdapat poin pertanyaan “sejak terbentuk pulau penyu lebih mengerti tentang pelestarian penyu” mendapatkan jawaban “Iya” sebesar 100% dan dengan jawaban “Tidak” 0% dapat dilihat pada Gambar 2e.
Dalam prinsip ekowisata terdapat unsur pendidikan sangat penting adanya, karena unsur ini memiliki tugas untuk mengubah persepsi seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan Muliya dkk., 2016).

penyu
■ Memberikan wawasan perkembangbiakan penyu
penyu
■ Tidak memberikan wawasan habitat
■ Tidak memberikan wawasan perkembangbiakan penyu
■ Memberikan wawasan habitat

Tidak mengetahui peran penyu di ekosistem Iaut
Mengetahui peran penyu di ekosistem Iaut
Memberikan wawasan jenis penyu dan kegiatan perlindungan
■ Tidak memberikan wawasan jenis penyu dan kegiatan perlindungan

■ Lebih Sadarakan pentingnya penyu di ekosistem Iaut
■ Tidak sadar akan pentingnya penyu di ekosistem Iaut
Gambar 2. Grafik poin jawaban pertanyaan kepada wisatawan apakah pulau penyu memberikan wawasan habitat penyu atau tidak (a), memberikan wawasan tentang jenis penyu dan kegiatan perlindungan (b), memberikan wawasan perkembangbiakan penyu atau tidak (c), memberikan wawasan perkembangbiakan penyu atau tidak (d), lebih sadar akan pentingnya penyu di ekosistem laut atau tidak (e).
-
3.1.3. Pelaksanaan Unsur Pariwisata Rekreasi)
Pada unsur pariwisata terdapat 1 poin pertanyaan yang ditujukan untuk wisatawan dan 1 poin pertanyaan yang ditujukan untuk staff dan stakeholders. Gambar 3a poin pertanyaan untuk wisatawan terkait tentang “setelah berkunjung ke pulau penyu mendapatkan kesan wisata yang menyenangkan” mendapatkan jawaban “Iya” sebesar 98.2%, sedangkan yang menjawab “Tidak” sebesar 1.7%. Sedangkan untuk unsur pariwisata pada Gambar 3b dengan poin pertanyaan “Fasilitas sudah cukup untuk menjalankan ekowisata” dengan jawaban “Iya” berjumlah 53.3% dan yang menjawab “Tidak” berjumlah 46.6%.
Pada unsur ini semua aktivitas ekowisata harus memberikan unsur kesenangan serta memberikan kepuasan dan pengalaman baru pada wisatawan yang datang UNESCO, 2009). Dari pernyataan
UNESCO 2009), pada unsur pariwisata kuisioner wisatawan dan kuisioner staff diberikan masing-masing 1 poin pertanyaan. Kesan wisata yang menyenangkan ini dimaksud bahwa wisatawan mendapatkan pengalaman baru dari lokasi wisata pulau penyu, sebagian besar responden wisatawan yang datang ke pulau penyu mendapatkan pengalaman baru dan sangat senang dapat melihat penyu secara langsung, namun ada hanya sebagian kecil saja wisatawan yang menjawab tidak karena mereka merasa kasihan dengan tempat penangkaran penyu yang kurang luas yang mengakibatkan ruang gerak penyu terbatas dan perlu adanya perluasan tempat penangkaran
Poin pertanyaan pada kuisioner staff dan stakeholder berkaitan pada fasilitas yang menunjang suatu kegiatan ekowisata, menurut Rosita dkk. 2016), fasilitas adalah sarana prasarana yang mendukung kegiatan objek wisata untuk memenuhi segala kebutuhan dari wisatawan, dengan terpenuhi kebutuhan

■ Wisata yang menyenangkan
■ Tidak menyenangkan

■ Fasilitas sudah cukup dalam menjalankan ekowisata
■ Fasilitas belum cukup dalam menjalankan ekowisata
(a)
(b)
Gambar 3. Grafik poin jawaban pertanyaan kepada wisatawan bahwa pulau penyu memberikan kesan wisata yang menyenangkan atau tidak (a), fasilitas sudah cukup atau belum dalam menjalankan ekowisata (b).
wisawatan tentu saja wisawatan akan mendapatkan kesan yang menyenangkan.
-
3.1.4. Pelaksanaan Unsur Ekonomi
Poin pertanyaan yang meliputi unsur ekonomi dapat dilihat pada Gambar 4 yaitu “pulau penyu memberikan maanfaat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik” dengan jawaban “Iya” 100% dan untuk yang menjawab “Tidak” 0%. Unsur ekonomi pada suatu pelaksanaan ekowisata memiliki tugas untuk memberikan suatu manfaat pada masyarakat setempat dan menjadi sebuah penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha suatu ekowisata dapat berkelanjutan Muliya dkk., 2016).
Unsur ekonomi yang terdapat pada kuisioner staff dan stakeholders ini lebih ditekankan pada warga setempat selaku pedagang yang berjualan sovenir di sekitaran pulau penyu. Dalam hal ini seluruh responden mengatakan bahwa pulau penyu ini memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang sangat drastis, adanya lokasi wisata pulau penyu menjadikan peluang wirausaha kecil setempat untuk menjualkan barang dagangannya dan meraih keuntungan lebih banyak dari sebelum terbentuknya pulau penyu.
■ Manfaat ekonomi yang lebih baik bagi Staffdan pedagang
■ Tidak memberi manfaat ekonomi yang lebih baik bagi Staffdan pedagang
Gambar 4. Grafik poin jawaban tiap pertanyaan memberikan manfaat ekonomi yang lebih baik bagi staff atau tidak.
-
3.1.5. Pelaksanaan Unsur Partisipasi Masyarakat
Unsur partisipasi masyarakat terdapat 2 poin pertanyaan ditujukan kepada staff yang dapat dilihat pada Gambar 5a yaitu “mayarakat ikut dalam pelestarian penyu dan mangrove sekitaran kawasan pulau penyu” dengan jawaban “Iya” berjumlah 100% dan jawaban tidak memperoleh 0%, sedangan untuk poin ke-2 dapat dilihat pada Gambar 5b yaitu “setelah terbentuk pulau penyu lebih sadar akan pentingnya penyu di ekosistem” dengan jawaban “Iya” sebesar 100% dan untuk jawaban “Tidak” 0%.
Menurut Muliya dkk. 2016), unsur partisipasi pada kegiatan ekowisata memiliki peran serta

■ Masyarakat ikut pelestarian penyu dan mangrove sekitaran kawasan pulau penyu
■ Masyarakat tidak ikut pelestarian penyu dan mangrove sekitaran kawasan pulau penyu

■ Staff lebih mengerti kelestarian penyu yang harus di jaga
■ Satfftidak lebih mengerti kelestarian penyu yang harus di jaga
(a)
Gambar 5. Grafik poin jawaban tiap pertanyaan untuk staff dan stakeholder ikut serta atau tidak dalam pelestarian penyu dan mangrove sekitaran pulau penyu (a), staff lebih mengerti tentang pelestarian penyu atau tidak (b).
masyarakat dalam suatu perencanaan pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan keagamaan masyarakat sekitar kawasan. Untuk unsur partisipasi masyarakat ini dari 2 item pertanyaan yang diberikan, seluruh responden menyatakan bahwa masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam pelestarian penyu akan lebih sadar terhadap pentingnya penyu di ekosistem dan ikut serta menjaga mangrove Tahura Bali yang ada di lingkungan pulau penyu.
Hasil wawancara pada kuisioner wisatawan dan staff stakeholder didapatkan bahwa pulau penyu telah melaksanakan prinsip-prinsip ekowisata yang rata-rata 80% responden menjawab telah mendapatkan wawasan tentang penyu dan lebih mengerti tentang pelestarian penyu unsur pendidikan), rata-rata 75,5% responden menjawab pulau telah memiliki fasilitas yang memadai sehingga memberikan kesan wisata yang menyenangkan unsur pariwisata), 100% responden staff dan stakeholders mengatakan pulau penyu telah memberikan dampak ekonomi yang lebih baik unsur ekonomi), 100% responden masyarakat mengatakan bahwa mereka ikut serta dalam melakukan pelestarian penyu dan lingkungan hutan mangrove setempat unsur partisipasi masyarakat dan konservasi).
Daftar Pustaka
Ario, R., Wibowo, E., Pratikto, I., & Fajar, S. (2016). Pelestarian habitat penyu dari ancaman kepunahan di Turtle Conservation and Education Center (TCEC), Bali. Jurnal Kelautan Tropis, 19(1), 60-66.
Ihwanuddin, Y., & Murtini, S. (2016). Analisis daya dukung kawasan pariwisata (carrying capasity) Pantai Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. Jurnal Swara Bhumi, 1(1), 91-95.
Juliono, J., & Ridhwan, M. (2017). Penyu dan usaha pelestariannya. Serambi Saintia: Jurnal Sains dan Aplikasi, 5(1), 45-54.
Kamelta, E. (2013). Pemanfaatan internet oleh mahasiswa jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. Journal of Civil Engineering and Vocational Education, 1(2), 142-146.
Marlius, D. (2016). Pengaruh bauran pemasaran jasa terhadap minat nasabah dalam menabung pada bank nagari cabang Muaralabuh. Jurmak, 3(1), 12-22.
Maulida, N., Anra, H., & Pratiwi, H. S. (2018). Aplikasi pembelajaran interaktif pengenalan hewan pada anak usia dini. Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN), 6(1), 28-33.
Muliya, U., Mononimbar, W., & Lahamendu, V. (2016). Kajian pengembangan ekowisata bahari berbasis pengelolaan DPL Desa Bahoi di Likupang Barat. SPASIAL: Perencanaan Wilayah dan Kota, 3(1), 75-84.
Munggaran, R. (2012). Pemanfaatan open source software pendidikan oleh mahasiswa dalam rangka implementasi undang-undang no. 19 tahun 2002 tentang hak cipta intellectual property rights. Skripsi. Bandung,
Indonesia: Program Studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Rismang, Rauf, A., & Rustam. (2018). Kajian pengembangan kawasan konservasi penyu sebagai kawasan ekowisata di Dusun Tulang Desa Barugaiya Kabupaten Kepulauan Selayar. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4, 29-37.
Rosita, R., Marhanah, S., & Wahadi, W. H. (2016). Pengaruh fasilitas wisata dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengunjung di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Jurnal Manajemen Resort dan Leisure, 13(1), 61-72.
Rutana, F. F. (2011). Studi kesesuaian ekosistem mangrove sebagai objek ekowisata di pulau kapota taman nasional wakatobi Sulawesi Tenggara. Skripsi. Makassar, Indonesia: Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin.
Satria, D. (2009). Strategi pengembangan ekowisata berbasis ekonomi lokal dalam rangka program pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Applied Economics, 3(1), 37-47.
Sumiyarti, N., Abas, T., & Widiaty, I. (2014). Penguasaan pengetahuan mahasiswa tentang alat permainan edukatif dalam perkuliahan bimbingan perawatan anak. FamilyEdu: Jurnal Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, 1(1), 49-58.
UNESCO. (2009). Panduan Ekowisata: Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan. Jakarta, Indonesia: United Nations of Educational, Scientic and Cultural Organization (UNESCO) Enviromental Sciences Unit.
© 2022 by the authors; licensee Udayana University, Indonesia. This article is an open access article distributed under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution license (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/).
J. Mar. Aquat. Sci. 8: 78-84 (2022)
Discussion and feedback