JURNAL KEPARIWISATAAN DAN HOSPITALITAS

Vol. 3, No. 2 November 2019.

Pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata: perspektif potensi wisata daerah kabupaten barru, sulawesi-selatan

Muhadjir Suni1), Muh. Zainuddin Badollahi2)

Politeknik Pariwisata Makassar

Jl. Gunung Rinjani, Kota Mandiri Tanjung Bunga, Makassar

Email: muhadjirsuni@yahoo.com, muhammadzainuddinb@poltekparmakassar.ac.id

Abstract

This paper discusses the strategy carried out by the Barru Regency Government in the Development of Human Resources in the Tourism Sector from the Potential Perspective of his Tour. This research was conducted using a qualitative approach through field studies and literature studies. The results showed that the Barru Regency Government had several strategies intended to maximize the development and management of existing tourism potentials, namely developing natural tourism, embracing the community, and conducting tourism promotions. However, there are still some obstacles faced related to the lack of Human Resources and budget allocations that are not sufficient in processing tourism potential optimally.

Keywords: Development, Tourism Potential, Barru Regency

  • 1.    PENDAHULUAN

Di Indonesia, pembangunan pariwisata juga memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional sebagai instrumen peningkatan perolehan devisa maupun lapangan kerja. Sektor pariwisata juga membawa dampak sosial, ekonomi, maupun dalam konteks pelestarian dan pengelolaan lingkungan, sumber daya alam, dan budaya yang semakin arif dan bijaksana. Prospek yang sangat strategis pada sektor pariwisata tersebut tentu menjadi peluang yang sangat berarti bagi indonesia sebagai suatu negara yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang sangat besar yang membentang dan tersebar di lebih dari 17.000 (tujuh belas ribu) pulau. Sektor pariwisata yang telah berperan sebagai penyumbang devisa tersebar kedua setelas migas, menjadi industri atau sektor penting yang dapat di andalkan pemerintah kedepan untuk menjadi pilar utama pembangunan ekonomi nasional (Nugroho, 2011). Dalam konteks tersebut, maka pengembangan sektor pariwisata harus digarap secara serius, terarah, dan rofesional agar pengembangan dan pemanfaatan aset-aset pariwisata dapat memberi kontribusi signifikan dalam mewujudkan peran sektor pariwisata sebagai sektor andalan dalam embangunan di masa depan. Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup andal, juga merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan. Muncul dan tumbuhnya kegiatan pariwisata tidak lain karena di wilayah tersebut terdapat obyek yang spesifik dan unik, tidak ada di tempat lain dan menarik untuk dikunjungi. Sebagaimana diketahui bahwa wisata mempunyai hakekat: keunikan, kekhasan, perbedaan, orisinalitas, keaneka ragaman, dan kelokalan (Inskeep, 1994:12)

Sektor pariwisata baru-baru ini menjadi bidang yang potensial untuk memberikan sumbangsih pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada banyak negara di dunia, proses perencanaan dan pengembangan sektor pariwisata tidak sering menjadi skala prioritas kerja 109

pemerintahan.

Banyak kendala yang dihadapi dalam pembangunan pariwisata di daerah, namun dari semua itu sumber daya manusia yang sebagai pengelola merupakan faktor kunci dalam pembangunan pariwisata daerah. Kemampuan dari sumber daya manusia yang mengelola pariwisata daerah haruslah memiliki kemampuan yang baik dalam keilmuan sehingga dapat menerapkannya pada saat bekerja nanti.

Peraturan otonomi daerah memberikan kebebasan setiap daerah untuk mengelola sumber daya yang ada pada daerah tersebut, misalnya pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Perencanaan pengembangan dapat dimulai dengan mengenali wilayah yang akan dijadikan sebagai lokasi pengembangan kepariwisataan. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan peran dan kesejahteraan masyarakat seluas-luasnya serta penyiapan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi di bidang pelayanan jasa kepariwisataan juga menjadi hal yang perlu dilakukan serta perlu pula dilengkapi dengan kemampuan teknis, operasional dan manajerial dalam penyediaan barang jasa kepariwisataan.

Kusworo dan Damanik (2002) mengatakan bahwa pembenahan sumber daya manusia dan birokrasi belum kuat disuarakan. Terdapat kesan yang cukup menonjol bahwa perhatian kita terutama masih bertumpu pada aspek kuantitatif, yakni seberapa besar devisa, kesempatan kerja, kunjungan wisatawan dan sebagainya, sementara aspek kualitatif yang antara lain dilihat dari perubahan positif mutu sumberdaya manusia cenderung diabaikan. Di banyak negara, dalam proses perencanaan dan pengembangan kepariwisataan, pembahasan tentang SDM yang dibutuhkan dalam pelayanan kegiatan kepariwisataan yang benar dan efektif seringkali mendapat perhatian yang rendah. Dalam beberapa kasus, bahkan sama sekali diabaikan. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya permasalahan serius dalam industri kepariwisataan, dan memungkinkan terhalangnya partisipasi masyarakat setempat dalam kegiatan ekonomi yang dikembangkan dari pengembangan kepariwisataan.

Keberadaan SDM berperanan penting dalam pengembangan pariwisata. SDM pariwisata mencakup wisatawan/pelaku wisata (tourist) atau sebagai pekerja (employment). Peran SDM sebagai pekerja dapat berupa SDM di lembaga pemerintah, SDM yang bertindak sebagai pengusaha (wirausaha) yang berperan dalam menentukan kepuasan dan kualitas para pekerja, para pakar dan professional yang turut berperan dalam mengamati, mengendalikan dan meningkatkan kualitas kepariwisataan serta yang tidak kalah pentingnya masyarakat di sekitar kawasan wisata yang bukan termasuk ke dalam kategori di atas, namun turut menentukan kenyamanan, kepuasan para wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut.

SDM merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam memajukan sektor pariwisata. Pentingnya SDM di sektor pariwisata adalah manusia (people) merupakan sumber daya yang sangat penting di sebagian besar organisasi. Khususnya di organisasi berbasis jasa (service-based organization), SDM berperan sebagai faktor kunci dalam mewujudkan keberhasilan kinerja (Evans, Campbell, & Stonehouse, 2003). Pada beberapa industri, faktor manusia berperan penting dan menjadi faktor kunci sukses terhadap pencapaian kinerja.

Birokrasi merupakan salah satu stakeholder pembangunan pariwisata dan karena itu memiliki peran yang strategis untuk menentukan arah dan sasaran pembangunan pariwisata. Peran ini semakin central karena dalam era otonomi daerah kewenangan di dalam perencanaan, irnplernentasi dan pengelolaan pariwisata diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah. Implikasinya tentu saja sangat luas, terutama pada kesiapan birokrasi di daerah dalam mengimplementasikan kewenangan baru tersebut. Implikasi lainnya adalah bahwa keberhasilan pembangunan kepariwisataan nasional pada akhirnya sangat tergantung pada kemampuan birokrasi di daerah untuk mengelola sumberdaya pariwisata.

Dari 196 daerah tersebut hanya sekitar 20 persen yang memiliki potensi tinggi di sektor kepariwisataan. Hal ini menunjukkan sebenamya hanya seperlima daerah tingkat dua di seluruh Indonesia yang berpeluang besar memasuki persaingan global, khususnya dalam urusan kepariwisataan. Lebih khusus lagi, Batam yang selama ini merupakan salah satu pintu masuk utama wisatawan mancanegara ke Indonesia temyata

tidak masuk ke dalam kategori daerah yang mempunyai potensi tinggi dalam urusan kepariwisataan. Sebaliknya justru daerah yang sangat jarang disebut dalam wacana pariwisata nasional seperti Kota Bengkulu dan Kabupaten Serang terbukti berpontensi (Kusworo, 2002).

Posisi Kabupaten Barru yang berada pada jalur trans Sulawesi dan merupakan daerah lintas wisata yang terletak antara kota Makassar dan kota pare-pare serta merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam kawasan pembangunan ekonomi terpadu (kapet pare-pare). Kabupaten barru memiliki potensi obyek wisata yang cukup banyak dan variatif, baik berupa wisata alam, wisata pantai/bahari dan wisata budaya/sejarah. Jenis obyek wisata yang di inventarisasi sebanyak 40 obyek yang terdiri dari wisata bahari 25%, wisata sejarah/budaya 35% dan wisata alam sebanyak 40%. Dari jumlah tersebut yang telah dikelola dan dipasarkan baru sekitar 10%.

Keberadaan obyek wisata sebagai sebuah potensi yang prospektif mengacu pada dukungan infrastruktur yang tersedia, posisi wilayah sebagai daerah transit, dan kebijakan pemerintah daerah dalam menarik investasi. Pengembangan sector kepariwisataan sangat diperlukan karena akan memberikan multiplier effect antara lain dapat memperluas lapangan kerja, mengembangkan ekonomi local dan berbagai sector terikait.

Berdasarkan trend kunjungan wisata baik domestic maupun mancanegara ke kabupaten barru pada tahun 2013 lalu menunjukkan tren peningkatan dari tahun 2012 yaitu sekitar 12.000 0rang, wisatawan mancanegara yang singgah sekitar 3.500 orang dengan lokasi yang sering di singgahi adalah daerah Bottoe (pengelolahan ikan kering), Pelabuhan Awerange (tempat pembuatan perahu), dan Pantai Kupa (Kupa Beach) dengan waktu singgah antara 1-3 jam.

  • 2.    TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Wisata

Menurut Yoeti (2008:8) pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini, yaitu:

  • 1.    Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan di luar tempat kediaman di mana orang itu biasanya tinggal;

  • 2.    Tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa mencari nafkah di negara, kota atau Daerah tujuan wisata yang dikunjungi.

  • 3.    Uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya, di mana dia bisa tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan; dan

  • 4.    Perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih.

Dalam pengertian kepariwisataan terdapat empat faktor yang harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut adalah perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, perjalanan itu harus dikaitkan dengan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata semata-mata sebagai pengunjung tempat wisata tersebut.

Strategi Pengembangan Pariwisata

Menurut Suryono (2004, h.80) strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan: Kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana. Strategi selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.

Pengembangan Destinasi Wisata

Menurut Moekidjat (2005:20) pengertian pengembangan adalah perubahan yang dilakukan oleh seorang ataupun kelompok untuk mengarahkan pada perbaikan dan perubahan itu harus berdasarkan pada pengetahuan, kecakapan dan sikap yang di wujudkan dalam pekerjaan untuk sekarang ini dan untuk dimasa akan datang. Sedangkan menurut Hasibuan (2005:69) Pengertian pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan tehnik, teoritis, konseptual dan                                                                             moral

pegawai sesuai dengan kebutuhan atau jabatan melalui pendidikan latihan.

111

Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan.

Sektor wisata saat ini telah dipertimbangkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan salah satu pemimpin dalam sector jasa di banyak negara (Klimek, 2013). Oleh karena itu, pengembangan destinasi wisata semakin menjadi perhatian. Pada mulanya (setelah Perang Dunia Ke-2) pengembangan wisata berbasis proyek tunggal dan focus pada perencanaan fisik berdasarkan sumber daya yang tersedia. Mulai tahun 1960an, model ekonometriks mulai diperkenalkan untuk menghitung perbandingan manfaat dan biaya (cost/benefit analysis). Pada tahun 1970an, mulai diperkenalkan pendekatan yang lebih terintegrasi, dimana sejumlah faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata mulai diidentifikasi. Sejak tahun 1980an, telah dipahami bahwa pengembangan wisata bergantung pada faktor eksternal seperti, sumber daya alam, budaya, komunitas, kebijakan pemerintah, kewirausahaan, keuangan, kepemimpinan organisasi dan persaingan. Oleh karena itu pada tahun 1990an mulai dilakukaan pengembangan wisata yang holistic (Breakey,2005).

Manajemen Sumber Daya Manusia

Dalam suatu organisasi hal yang paling penting yang perlu diperhatikan adalah sumber daya manuisa yang menjadi pendukung utama tercapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia menempati posisi strategis dalam suatu organisasi, maka dari itu sumber daya manusia harus digerakkan secara efektif dan efisien sehingga mempunyai tingkat hasil daya guna yang tinggi. Manajemen SDM adalah rangkaian strategis, proses dan aktivitas yang di desain untuk menunjang tujuan perusahaan dengan cara mengintegrasikan kebutuhan perusahaan dan individunya (Rivai, 2009:1).

Dessler  (2011:5)  mendefinisikan manajemen  sumber  daya  manusia sebagai

kebijakan dan praktik  menentukan aspek manusia atau  sumber daya  manusia

dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian. Menurut Umar (2008:128) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, dalam penggerakan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu.

  • 3.    METODE PENELITIAN

Untuk memahami mengapa Program Pengembangan Destinasi Pariwisata di Kabupaten Barru maka Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti menganggap bahwa metode penelitian kualitatif relevan digunakan sebagai metode dalam penelitian ini. Hal tersebut diarenakan fenomena yang terjadi tidak memungkinkan diukur secara tepat (dikuantifikasi), sehingga untuk mendapatkan pemahaman yang tepat diperlukan eksplorasi kepada para informan. Melalui metode penelitian kualitatif ini, Peneliti dapat mengkaji perspektif informan yang memiliki otoritas, data, informasi, serta keterkaitan lainnya dalam progam pengembangan destinasi pariwisata di Kabupaten Barru. Pengkajian perspektif informan bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari perspektifnya. Selain itu juga dapat mengetahui permasalahan dari program pengembangan destinasi pariwisata di Kabupaten Barru dengan melihat fenomena yang ada melalui data-data yang diperoleh agar dapat dideskripsikan secara menyeluruh, terperinci dan akurat sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Kemudian kemudian disusun dan dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dapat menggambarkan suatu masalah yang sedang terjadi. Pendekatan penelitian deskriptif pun meliputi penjelasan mengenai data yang dikumpulkan, sehingga dapat menjelaskan kompleksitas suatu permasalahan. Data diperoleh dengan menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan berupa observasi non-partisipatif, wawancara mendalam, serta dokumentasi. Teknik pengujian kredibilitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik, kemudian data-data tersebut direduksi, disajikan, dan ditarik simpulan

Menurut Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono 2012 : 246 terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar 112

terkumpul.

  • 4.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Barru merupakan Kabupaten yang berada di wilayah adminitratif Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru memiliki potensi dan sumber daya yang dapat dikembangkan untuk menunjang program otonomi daerah di bidang pariwisata, sehingga berpotensi untuk di kembangkan sebagai daearh wisata.

Kabupaten Barru, sebagai daerah yang berada pada jalur antara Kota Makassar dengan daerah tujuan wisata Tana Toraja memiliki kemungkinan untuk menangkap peluang arus pengunjung sehingga pengembangan potensi wisata sangat relevan untuk dijadikan sebagai komoditas dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini sejalan dengan UU Nomor 23 tahun 2014 dimana terdapat urusan pemerintahan pilihan yang wajib diselenggarakan oleh daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Salah satu urusan pemerintahan pilihan adalah pariwisata yang merupakan salah satu sektor potensial yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan daerah karena ketersediaan berbagai potensi pariwisata yang ada di setiap daerah.

Kabupaten Barru memiliki wewenang sendiri untuk mengelola sumberdaya yang terdapat di wilayahnya, termasuk di dalamnya adalah potensi sumberdaya sektor Pariwisatanya. Kabupaten Barru memiliki sektor pariwisata yang potensial untuk di kembangkan serta dipasarkan yaitu mulai dari wisata alam, wisata budaya, dan wisata rohani. Berbagai potensi objek wisata yang ada di Kabupaten Barru, sudah sepantasnya daerah ini menjadi destinasi wisata yang baru dan unggul di Indonesia. Seluruh objek wisata di atas masih dalam kendali pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Barru. Artinya, pengelolaan dan pengembangan obyek wisata masih mengandalkan insentif dari pemerintah daerah, yang dalam perkembangannya dengan perijinan dari pemerintah daerah dapat dikelolah oleh pihak swasta dan masyarakat.

Dinas Pariwisata dan Dinas Kepemudaan dan Olahraga sebagai sumber daya manusia pelaksana tidak berperan optimal mendukung kebijakan pemberdayaan dalam pengembangan pariwisata sehingga berdampak pada tidak adanya eksistensi kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang telah dibentuk. Selain itu, kompetensi sumberdaya manusia belum memadai sebagai pengelola dalam bidang kepariwisataan serta tingkat pengetahuan masyarakat lokal terhadap obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang masih kurang sehingga diperlukan pelatihan-pelatihan dan pembinaan agar pengunjung merasa nyaman.

Selain itu juga pemerintah provinsi mulai membenahi destinasi-destinasi yang telah ditetapkan dalam RIPDA agar nampak lebih menarik untuk dikunjungi. Dengan terselenggaranya kegiatan kepariwisataan dan pembenahan destinasi tersebut diharapkan mampu menarik hati calon wisatawan untuk datang melihat kegiatan tersebut dan juga mau mengunjungi destinasi-destinasi lainnya yang berada di Kabupaten Barru.

Keberhasilan dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan daerah bukan hanya dinilai dari banyaknya bangunan yang direvitalisasi hingga pembuatan/pembukaan wisata baru namun lebih daripada itu juga tidak luput dari peranan sumber daya manusianya. Dari rancangan program pembangunan pariwisata daerah lebih diarahkan pada pembenahan fisik semata, hal ini baik dilakukan namun akan menjadi suatu persoalan tersendiri pada masa yang akan datang apabila tidak disertai dengan kesiapan sumber daya manusianya. Pembangunan pariwisata daerah seyogyanya diiringi dengan pembangunan Sumber daya manusia, karena manusia sebagai penggerak majunya kepariwisataan daerah.

Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata daerah, pemerintah daerah atau Dinas Kebudayaan Pariwisata Daerah Kabupaten Barru yang bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi pariwisata di daerah, telah menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Fasilitas-fasilitas guna penunjang wisata tersebut merupakan langkah untuk mendukung jenis kegiatan wisatanya. Penyediaan sarana dan prasarana wisata yang telah di sediakan di Kabupaten Barru antara lain:

Table I Fasilitas Kepariwisataan di Kabupaten Barru hingga tahun 2018

Fasilitas

Jumlah

Akomodasi

17

Restoran

93

Biro perjalanan Wisata

6

Penyewaan kendaraan

100

Hotel

17

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Barru

Sarana dan prsarana yang dapat mendukuang objek wisata di Kabupaten Barru masih kurang seperti trasportasi dari pusat kota menuju objek wisata, tempat penginapan untuk wisatawan dan sarana informasi. Hal tersebut dapat dikatakan masih minimnya fasilitas yang ada di objek wisata tapanuli utara, padahal dengan adanya fasilitas yang mendukung dapat membantu pengembangan dalam meningkatkan pendapatan operasional pada objek wisata Kabupaten Barru. Pengembangan objek wisata tersebut, ada beberapa hambatan seperti dana untuk pengembangan wisata, hal ini terlihat dari belum diperbaikinya kondisi jalan ada yang rusak, belum dibangunya taman-taman bermain disekitar objek wisat serta fasilitas-fasilitas umum lainnya.

Pearce, 1998 (dalam Pitana dan Gayatri, 2005) berpendapat, wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh beberapa faktor yakni: Kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan aktualiasasi diri. Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana dan Gayatri, 2005:62) melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata atau dorongan untuk berwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.

  • a.    Pengembangan Potensi Wisata Di Kabupaten Barru

Membicarakan tentang pengembangan objek wisata tidak terlepas dari peranan pemerintah khususnya dinas pariwisata sangat tidak asing lagi bagi kehidupan kita. Peran pemerintah yang sangat penting terutama dalam melindungi wisatawan dan memperkaya atau mempertinggi pengalaman perjalanannya. Peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku mutlak dilaksanakan oleh pemerintah. Didalam pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan cultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Di samping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan infrakstruktur, management dan keamanan yang baik dalam proses pengembangan pariwisata guna terciptanya suatu objek pariwisata yang mempunyai daya tarik dan daya jual baik di dalam negeri dan luar negeri.

Potensi Pariwisata dapat dipakai untuk mendukung macam-macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan pekerjaan baru, memperoleh devisa yang dibutuhkan bagi pembangunan daerah dan masih banyak lagi. Kawasan Pariwisata yang ada di Kabupaten Barru merupakan potensi yang sangat besar jika pemerintah daerah mau mengerjakan dan mengembangkan dengan cara yang benar dan konsisten, melainkan juga serius dalam menggarapnya segala potensi melalui kebijakan-kebijakan yang memang benar sebagai upaya pembangunan ekonomi bagi Kabupaten Barru.

Kekayaan dan potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Tangerang tentu saja dapat menjadi salah satu sektor potensial yang dapat diandalkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan Penerimaan Asli Daerah (PAD). Namun demikian, untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut diperlukan strategi yang tepat, agar potensi-potensi tersebut tidak menjadi sia-sia. Akan tetapi, kekayaan potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Barru hingga saat ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi PAD. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan objek wisata di Kabupaten Barru. Untuk mengetahui potensi wisata di Barru, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Table 2 Potensi Kepariwisataan di Kabupaten Barru hingga tahun 2018

Nama objek wisata

Lokasi

Jenis Pesona

Kupa Beach

Kecamatan Mallusetasi

Pantai dan Resto

Pulau Pannikiang

Desa Madello Kec. Balusu

Ekosistem    Mangrove,

Snorkling,  Diving  dan

Kelelawar

Air Panas Kalompie

Dusun Kalompie, Desa Tompo Kecamatan Barru

Air Panas dan Hutan

Pantai Ujung Batu

Desa  Sumpang  Binangae

Kecamatan Barru

Pantai

Taman Wisata Padongko

Kelurahan Mangempang

7 Rumah adat Bugis

Lembah Harapan

Desa  harapan  Kecamatan

Tanete Riaja

Sawah,             bukit,

pemandangan gunung

Lappa Laona

Desa  harapan  Kecamatan

Tanete Riaja

Sawah terastering, gunung, serta cocok untuk berkemah

Celebes canyon

Dusun Watu, Desa Libureng Kecamatan Tanete riaja

Paduan Keindahan Karst putih dan sungai

Bukit Lakeppo

Dusun Lakeppo Desa Libureng Kecamatan Tanete riaja

Tanah lapang yang luas dan rangkaian pematang sawah

Bukit Maddo

Kecamatan Tanete Rilau

Sungai dan hukit

Laona Lappa

Desa Harapan

Padang Rerumputan

Pohon Pinus Lajoanging

Desa Harapan

Hutan pinus

Coppo Tile

Desa Mattirowalie

Gunung

Air Terjun Wae Sai

Desa Lomporiaja

Air Terjun

Air Terjun Salopuru

Kec. Pujananting

Air Terjun

Air Terjun Sarang Burung

Desa Tompo, Kec Barru

Air Terjun

Air Terjun Manuba

Kec.Soppeng Riaja

Air Terjun

Sungai Salopuru

Desa Kemiri kecamatan Balusu

Sungai dan pemandangan alam

Pantai Laguna

Dusun Pucue’ Desa Pao-Pao

Pantai dan Sunset

Pantai Padongko

Kelurahan Mangempang

Pantai dan Sunset

Pulau Dutungan

Desa   Palanro   Kecamatan

Mallusetasi

Pantai, Pasir putih, resort, Mangrove

Batu Malompie

Desa Lompo Riaja

Batu Menyerupai perahu

Monumen Garongkong

Kelurahan     Mangempang

Kecamatan Barru

Wisata Sejarah

Monumen Pacekke

Kecamatan Soppeng Riaja

Wisata Sejarah

Makam Lapatau

Balusu

Wisata Sejarah

Makam Raja Barru

Balusu

Wisata Sejarah

Sumber: dinas Pariwisata Kabupaten Barru

Pengembangan objek wisata hendaknya dilakukan dengan lebih fokus melalui penataan dan pengembangan berbagai objek pariwisata secara gradual dan sistematis, dengan melengkapi segala fasilitas pendukungnya. Harus diakui bahwa fasilitas penunjang dan daya tarik berbagai objek wisata di Kabupaten Barru belum seluruhnya dalam kondisi baik,                               khususnya                               aksesibilitas

menuju ke berbagai objek wisata yang ada, sebagian besar dalam kondisi yang kurang baik. Selain itu terbatasnya sarana transportasi, baik kualitas maupun kuantitas dapat menghambat mobilitas wisatawan menuju objek wisata, serta masih kurangnya informasi tentang konstelasi objek wisata yang ada. Selain itu belum meratanya pembenahan sarana dan prasarana disetiap objek wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut. hal itu disebabkan karena pemerintah daerah masih berfokus pada obyek wisata yang iunggulkan saja.

Kosentrasi untuk pengembangan objek-objek wisata di Kabupaten Barru di lakukan dengan

115

mengembangkan objek wisata yang sudah punya nama atau sudah dikenal banyak orang seperti Ujung Batu dan Taman Wisata Padongko yang dikelolah melaui dana APBD Kabupaten Barru sedangkan hanya satu objek wisata yang telah berkontribusi terhadap PAD yaitu Pantai Ujung Batu.

Pantai Ujung Batu merupakan Daya Tarik Wisata (DTW) prioritas dalam Perwilayahan destinasi pariwisata (PDP) bagian tengah yang merupakan pusat pembangunan kepariwisataan wilayah di Kabupaten Barru berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Barru Tahun 2016-2030.

Dari sekian banyak potensi pariwisata di kabupaten Barru hanya dua objek saja yang dikembangkan secara maksimal hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam hal ini belum maksimal. Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran wisata dan pemberian pembekalan, sosialisasi atau keterampilan untuk mengelolah tempat wisata.

Perlunya upaya pengembangan objek wisata di Kabupaten Barru, agar dapat bermanfaat lebih optimal, dapat memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat setempat yang berusaha disektor wisata tersebut. Objek wisata di Kabupaten Barru masih banyak sarana dan prasana yang masih kurang sehingga dapat dikatakan prasarana dan sarana pariwisata belum memadai.

Di Kabupaten Barru, pengembangan sektor pariwisata mulai menampakkan kemajuan yang ditunjang dari beberapa peran pemuda lokal baik dalam pengelolaan objek pariwisata secara langsung maupun dalam mempromosikan lewat media sosial, fanpage maupun website. Kegiatan kepemudaan seperti itu membutuhkan perhatian dan dukungan pemerintah sebagai sebuah upaya berkesinambungan oleh pemerintah daerah Kabupaten Barru dan kreatifitas pemuda Barru untuk memperkenalkan pariwisata Kabupaten Barru (Masdy dkk, 2017).

Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang sangat berperan penting dalam mengembangkan suatu objek wisata, mengingat bahwa objek wisata di Kabupaten barru mempunyai potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan perekonomian dan pendapatan daerah.

Table 3 Jumlah Kunjungan Wisatawan pada Kabupaten Barru

Tahun

Jumlah Wisatawan

2014

15.000

2015

15.000

2016

10.484

2017

14.211

Sumber: Badan Pusat Statistik Barru

Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Barru pada tahun 2014 dan 2015 jika diperhatikan pada tabel diatas cukup signifikan dan terbilang stabil namun sempat mengalami penurunan yang cukup banyak, hampir setengah jumlah kunjungan pada tahun 2016. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain 1) minat kunjungan wisatawan ke destinasi menurun dikarenakan oleh atraksi yang ada sudah tidak baik itu rusak karena faktor alami ataupun dikarenakan faktor pengelolaan destinasi yang kurang baik, 2) faktor pelayanan yang diberikan oleh fasilitas yang ada kurang memuaskan wisatawan. 3) Faktor kondisi cuaca yang kurang mendukung sehingga wisatawan yang sudah tiba kecewa dikarenakan tidak dapat mengunjungi destinasi. Pada tahun 2017 kembali terjadi peningkatan kunjungan wisatawan karena ditemukannya destinasi baru dan peran pemerintah melalui dinas Pariwisata dan kerjasama yang dibangun dengan masyarakat, pada tahun ini angka wisatawan mencapai …….

Berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata akan menyebabkan wisatawan akan memilih daerah tujuan wisata tertentu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Medlik, 1980 dan Jackson, 1989 (dalam Pitana dan Gayatri 2005:62), telah mengidentifikasikan berbagai faktor penarik dan membedakannya atas sebelas faktor, yaitu: (1) iklim destinasi, (2) promosipariwisata, (3) iklan, (4) pemasaran, (5) kejadian khusus, (6) potongan harga, (7) mengunjungi teman, (8) mengunjungi kerabat, (9) daya tarik wisata, (10) budaya, (11) lingkungan alamiah dan buatan.

  • b.    Strategi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Barru

Strategi Pemerintah Kabupaten Barru dalam Pengembangan potensi obyek Wisata, Promosi wisata, dan Pembinaan Usaha Wisata.

  • 1.    Pengembangana Obyek Wisata: Dari data-data diatas dapat diketahui bahwa strategi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Barru dalam Pengembangan Obyek wisata yaitu meningkatkan sarana dan prasarana obyek wisata agar tidak kalah dengan wisata lain dan adanya penambahan-penambahan obyek wisata baru seperti wisata………

  • 2.    Promosi Wisata:  Strategi yang di lakukan oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Barru di bidang promosi wisata yaitu dengan menggunakaan media pemasaran melalui media cetak, maupun elektronik dan juga melaksanakan program pemilihan duta wisata.

  • 3.    Pembinaan Usaha Wisata: Strategi yang di lakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Barru di Bidang Pembinaan Usaha Wisata yaitu Kerjasama dengan badan atau organisasi yang terkait dalam meningkatkan pengunjung atau wisatawan.

  • c.    Upaya Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

Pembangunan pariwisata pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang terwujud dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keanekaragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya dan peninggalan sejarah. Hal ini sejalan dengan UU No. 9 Tahun 1990 (Mengenai kepariwisataan dan peraturan Pelaksanaannya) disebutkan bahwa keadaan alam, flora, fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah serta seni budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal yang besar bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan (Hany, 1994/1995).

Pembangunan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism Development menurut Yaman dan Mohd (2004, dalam Nurhidayati 2012) ditandai dengan empat kondisi yaitu: (1) Anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pembangunan pariwisata, (2) Pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri dan pengunjung/wisatawan, (3) Kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan iklim mikro harus dimengerti dan didukung, (4) Investasi pada bentuk-bentuk transportasi alternative.

Banyak hambatan dan rintangan yang harus dihadapi terutama jika tidak didukung oleh masyarakat sekitar tempat wisata tersebut. Di sinilah pentingnya peraturan dan kesadaran dari pemerintah daerah yang melaksanakan pembangunan di sektor pariwisata. Sektor pariwisata memerlukan                    suatu                    strategi                    yang

dengan pola pengembangan kepariwisataan yang terencana atau tersusun agar potensi yang dimiliki bisa dikembangkan secara optimal. Di dalam memajukan sektor pariwisata di tingkat daerah peran pemerintah daerah sebagai motor penggerak dan selanjutnya memberikan kewenangan penuh kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Barru dalam menentukan strategi-strategi pembangunan kepariwisataan.

Pengembangan wisata memiliki peran dan kewajiban untuk mengakomodir sarana dan prasarana diseluruh obyek wisata dan usaha wisata yang terdapat di Kabupaten Barru, seperti penyediaan akses menuju obyek wisata, penyediaan toilet, penyediaan loket dan karcis retribusi masuk obyek wisata dan lain sebagainya, sedangkan bagian pemasaran dan promosi wisata secara garis besar berperan dalam rangka mempromosikan obyek-obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Barru kepada wisatawan melalui berbagai program yang telah disusun sebelumnya. Pengembangan pariwisata, selain dapat digunakan sebagai salah satu sumber pemasukan daerah juga dapat digunakan sebagai sarana melestarikan budaya dan kearifan lokal. Dengan melihat beragamnya potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Barru, Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder pengembang pariwisata sudah seharusnya dapat mengoptimalkan potensi tersebut demi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Barru.

Kabupaten Barru sangat penting dibutuhkan peran aktif dari masyarakat sekitar. Karena secara tidak langsung upaya pengembangan pariwisata daerah akan berdampak juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar itu sendiri. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Barru melakukan

beberapa langkah yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar, yaitu:

  • 1.    mengadakan pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat sekitar objek wisata untuk menciptakan masyarakat yang sadar wisata;

  • 2.    ikut serta masyarakat dalam melestarikan dan menjaga alam dan hutan khususnya;

  • 3.    mengajak masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan di lokasi wisata dengan mungkin mengadakan kerja bakti bersama-sama;

  • 4.    Ikut melestarikan budaya adat-istiadat yang di sekitar objek wisata, budaya kuliner, dan lain-lain; serta

  • 5.    mengajak masyarakat untuk ikut berperan dalam menciptakan pesona wisata atau yang disingkat 5K, yaitu: keamanan, kebersihan, ketertiban keindahan, dan keramahan terhadap pengunjung

  • 6.    meningkatkan peran dari pihak swasta untuk ikut membantu     pengembangan

pariwisata di Kabupaten Barru. Pemerintah masih cenderung pasif dalam hal mencari bantuan kepada pihak luar. Akan tetapi, pemerintah daerah khususnya       Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata masih terus membuka kesempatan jika pihak swasta ingin membantu mengembangkan potensi objek wisata yang ada di daerah Kabupaten Barru.

Dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya kalangan masyarakat dalam pengembangan pariwisata, maka diperlukan kegiatan seperti kampanye sadar wisata, meningkatkan softskill masyarakat dan pelaku wisata hingga memfasilitasi masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pengembangan pariwisata seperti membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan komunitas-komunitas pemuda yang ikut memberikan kontribusi pada sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Barru.

Peranan pemerintah dalam mengkomunikasikan setiap program pengembangan pariwisata sudah dilakukan secara maksimal. Program itu dapat disosialisasikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada sehingga implementasi program tersebut dapat lebih terarah.Bahkan berarti jika salah satu proyek sudah dilaksanakan berarti sudah selesai, harus ada sosialisasi lebih lanjut dan terjadwal. Ketika ada sebuah program mengenai perbaikan kawasan wisata, maka harus disosialisasikan kepada seluruh elemen pelaku wisata melalui Media Tourism Center yang memang ditujukan untuk wisatawan. Namun demikian, program ini akan berjalan lebih baik jika semua pihak mengetahuinya sehingga daya dukung para pelaku pariwisata kepada program yang sedang berjalan akan lebih tinggi dan membantu pelaksanaan program.

  • 5.    KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan program-program yang dimiliki Dispar Kabupaten Barru, program pengembangan objek wisata belum berjalan dengan baik, masih belum maksimal dalam pengembangan objek wisata. perlu     perbaikan dan pengembangan yang lebih banyak lagi,

dikarenakan dengan dana yang terbatas membuat program pengembangan tidak berjalan dengan baik. Padahal potensi yang dimiliki objek wisata tersebut sangat luar biasa. Dalam pengembangan obyek dan daya tarik wisata adalah berupa program-program atau rencana pembangunan potensi di tiap-tiap obyek wisata yang perlu di kembangkan lagi agar wisatawan semakin banyak dan obyek wisatawan di Kabupaten Barru semakin menarik dan patut di kunjungi.

Adapun saran yang peneliti rekomendasikan agar ke depannya program pengembangan destinasi pariwisata dapat berjalan lebih efektif yakni mencari alternatif pembiayaan lain baik dari pemerintah pusat, provinsi mapun kerjasama dengan swasta untuk mengembangkan Kabupaten Barru. Kedua yakni melakukan pengkajian karakteristik budaya sekitar Kabupaten Barru sebagai dasar pertimbangan dalam pengembangan wisata Kabupaten Barru. Serta merangkul masyarakat sekitar yang memanfaatkan usaha pariwisata di Kabupaten Barru untuk memasarkan produk khas Barru secara komprehensif agar masyarakat lebih mengali potensi usahanya baik kuliner atau merchandise wisata. Dengan begitu masyarakat akan lebih terpacu gairah usahanya serta akan dapat menjadi sarana.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Barru 2017

Hany, Waluyo. 1994-1995. Setrategi Adaptasi Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Depdikbud.

Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Inskeep, Edward. (1994). National and Regional Tourism Planning, London: Routledge.

Kusworo, Adji Hendri. 2002. Pengembangan SDM Pariwisata Daerah: Agenda Kebijakan Untuk Pembuat Kebijakan. Jurnal Sosial dan Politik Volume 6. No.1 Hlm.105-120.

Masdy, Nur Aina dkk. 2017. Peran Pemerintah Daerah Terhadap Pemberdayaan Pemuda Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata di Kabupaten Barru Pantai Ujung Batu. Makassar: Jurnal analisis.

Moekidjat. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju.

Nugroho, Iwan.  2011.  Ekowisata dan Pembangunan berkelanjutan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Nurhidayati, Sri  Endah.  2012. Prinsip  Dasar Community Based Tourism (Cbt).

Diunduh tanggal 11 April 2014 dari http://endah-parwis-fisip.web.unair.ac.id/

Pitana, I G., Gayatri, PG. (2005). Sosiologi Pariwisata. Penerbit Andi Yogyakarta.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan RND. Bandung: CV.ALFABETA

Yoeti, Oka, A. 2008. Perencanaaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta, Pradaya Pratama.

119