Dampak pariwisata pasca erupsi gunung agung bagi usaha akomodasi masyarakat lokal di desa kedewatan ubud, bali
on
JURNAL KEPARIWISATAAN DAN HOSPITALITAS
Vol. 2, No. 2, November 2018.
Dampak pariwisata pasca erupsi gunung agung bagi usaha akomodasi masyarakat lokal di desa kedewatan ubud, bali
Anak Agung Putri Sri 1), Ni Putu Ratna Sari 2) Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana12) Kampus Bukit Jimbaran, Badung
Telp/Fax : 0361 223798, E-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini berlokasi di desa Kedewatan Ubud Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengidentifikasi perkembangan usaha akomodasi 2) mengkaji dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pasca erupsi Gunung Agung bagi usaha akomodasi masyarakat lokal di desa Kedewatan Ubud. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi , wawancara,kuesioner, studi kepustakaan. Sampel yang digunakan adalah pemilik usaha akomodasi yaitu masyarakat lokal dan data dianalisis dengan deskriptip kualitatif. Perkembangan usaha akomodasi masyarakat sampai saat ini sejumlah 65 buah usaha akomodasi yang terdiri dari ± 15 buah, villa ± 20 buah, pondok wisata ± 10 buah dan hotel ± 20 buah. Namun kepemilikan akomodasi adalah 46 % atau sebanyak 30 buah usaha akomodasi penduduk lokal desa Kedewatan, 54% atau 35 buah akomodasi milik bukan orang lokal. Dampak Ekonomi pasca erupsi Gunung Agung yang dirasakan pemilik usaha akomodasi masyarakat lokal adalah kategori cukup dengan skor 3,2. Hal ini mengindikasikan bahwa dari indikator pendapatan akomodasi, kesempatan kerja, harga lahan, tingkat hunian kamar, dampak terhadap usaha penunjang akomodasi dan perubahan status kepemilikan usaha akomodasi cukup berdampak dalam bidang ekonomi akibat erupsi. Dampak sosial budaya berada pada kategori cukup dengan rata-rata 2,4. Pada dampak sosial budaya yang terdiri dari indikator keamanan, pola kehidupan sosial budaya, keagamaan, cara pandang terhadap usaha akomodasi, pementasan kesenian, perubahan sistem kerja terjadi pula dampak yang cukup berpengaruh pasca erupsi Gunung Agung. Masyarakat pemiliki usaha akomodasi tetap bertahan dengan usaha akomodasi mereka karena menyadari bahwa desa Kedewatan memang kawasan pariwisata dengan harapan akan segera pulih pasca erupsi. Sedangkan dampak lingkungan juga cukup berdampak pasca erupsi dengan skor 2,9. Hal ini mengindikasikan bahwa dari indikator perubahan lingkungan alam, pengurangan pembangunan usaha akomodasi, pemeliharaan fasilitas, sampah/limbah, polusi dan pencemaran mengalami dampak yang cukup pasca erupsi. Beberapa hal yang bisa dilakukan seperti renovasi, perbaikan sedikit terhadap fasilitas yang rusak. Secara keseluruhan dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pasca erupsi Gunung Agung terhadap usaha akomodasi masyarakat lokal adalah cukup berdampak dengan skor rata-rata 2,8.
Kata Kunci. Dampak ekonomi, sosial budaya, lingkungan, akomodasi, Desa Kedewatan
Abstract
This research took place in the village of Kedewatan Ubud Bali. The aims of the study were 1) to identify the development of accommodation businesses 2) to assess the economic, socio-cultural, and environmental impacts after the eruption of Mount Agung on the local people's accommodation businesses in the village of Kedewatan Ubud. Data collection was conducted by observation, interviews, questionnaires, and library research. The samplings were accommodation business owners, namely the local people and the data were analyzed qualitatively and descriptively. There are 65 accommodation businesses currently developing in Kedewatan Village, consisting of 15 homestays, ± 20 villas, ± 10 tourist cottages and ± 20 hotels. However, the local people of Kedewatan village only have 46% or 30 accommodation businesses, while 54% or 35 accommodations belong to non-local people. The local accommodation business owners quite sufferred from the economic impact after the eruption of Mount Agung, with a score of 3.2. This indicates that from indicators of accommodation income, employment opportunities, land prices, room occupancy rates, accommodation supporting business and changes in ownership status of the accommodation business are quite influential in the economic field due to eruptions. Socio-cultural impacts are in the category of moderate with an average of 2.4. The socio-cultural elements of security indicators, socio-cultural patterns of life, religion, perspective on accommodation business, performing arts, changes in the work system also
have an impact that is quite influential after the eruption of Mount Agung. The accommodation business owners continue to stick to their accommodation business because they realize that Kedewatan village is indeed a tourism area with the hope that it will recover soon after the eruption. While the environment also had an impact after the eruption with a score of 2.9. This indicates that from indicators of changes in the natural environment, reduction of the development of accommodation business, maintenance of facilities, garbage / waste, and pollution experience sufficient impacts after the eruption. Some things that can be done such as renovations, minor repairs to damaged facilities. Overall, the economic, socio-cultural and environmental sectors had quite an impact after the eruption of Mount Agung on the local people's accommodation business with an average score of 2.8.
Keywords: Economic, socio-cultural, and environmental impacts, accommodation, Kedewatan Village
Desa Kedewatan yang terletak di Kawasan Pariwisata Ubud ini memiliki potensi besar pariwisata. Akomodasi mulai dari hotel bintang, pondok wisata/homestay dan villa- villa juga sudah berkembang. Posisi Desa Kedewatan yang dekat dengan central Ubud dan aliran sungai ayung juga menjadi poin penting wisatawan mau memilih menginap di desa Kedewatan. Menurunnya kondisi pariwisata pasca erupsi ini akan memberikan dampak bagi masyarakat lokal baik dari aspek ekonomi, sosial budaya, maupun lingkungan sehingga penelitian tentang dampak pariwisata pasca erupsi Gunung Agung bagi usaha akomodasi masyarakat lokal di desa Kedewatan Ubud penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengidentifikasi perkembangan usaha akomodasi di desa Kedewatan Ubud, 2) Untuk mengkaji dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pasca erupsi Gunung Agung bagi usaha akomodasi masyarakat lokal di desa Kedewatan Ubud. (Cohen, 1984) dalam Pitana dan Diarta (2009 : 185) dampak sosial ekonomi yaitu dampak terhadap penerimaan devisa, pendapatan masyarakat,kesempatan kerja,harga-harga, distribusi manfaat atau keuntungan, kepemilikan dan kontrol , pembangunan, dan pendapatan pemerintah. Sedangkan Pizam dan Milman (1984) dalam Pitana dan Diarta (2009 : 194) mengklasifikasi dampak sosial budaya pariwisata atas enam, yaitu : dampak terhadap aspek demografis, mata pencaharian (perubahan pekerjaan, distribusi pekerjaan), aspek budaya (tradisi, keagamaan, bahasa), transformasi norma (nilai, moral, peranan seks), modifikasi pola konsumsi (infrastruktur, komoditas), lingkungan (polusi, kemacetan lalu lintas). Menurut Richardson dan Fluker (2004: 155-159), dalam Pitana dan Diarta (2009 : 204-205) dampak pariwisata terhadap lingkungan di antaranya adalah sebagai berikut: dampak dari penggunaan alat transportasi, pembangunan fasilitas pariwisata, pengoperasian industri pariwisata, polusi dan pencemaran limbah lainnya. Secara sederhana akomodasi dapat diartikan sebagai suatu bangunan yang memiliki kamar-kamar dan fasilitas lain seperti bar dan restoran yang disediakan untuk para tamu baik yang dikelola secara sederhana maupun professional (Bagyono 2014: 62)
Lokasi penelitian terletak di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Bali. Jenis Data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan data primer dan sekunder. Sampel yang digunakan adalah pemilik usaha akomodasi yaitu masyarakat lokal yang berada di Desa Kedewatan. Informan menggunakan tokoh desa, aparat desa, dan masyarakat yang terkait. Data akan dianalisis dengan menggunakan analisis dekriptif kualitatif dengan menjelaskan data dari tabel persepsi masyarakat terhadap dampak erupsi Gunung Agung.
Desa Kedewatan merupakan bagian dari wilayah kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Jarak dari kantor desa Kedewatan dengan kota kecamatan hanya sejauh 5 Km dengan waktu tempuh sekitar 20 menit pulang pergi, dan pusat pemerintahan kabupaten berjarak 16 Km dengan waktu tempuh 20-30 menit. Desa Kedewatan diapit dua buah sungai yang besar yaitu sungai Ayung disebelah barat dan sungai Wos. Desa ini terbagi menjadi 6 banjar dinas yaitu : Br.
Tanggayuda, Bunutan, Kedewatan, Kedewatan Anyar, Lungsiakan, dan Payogan. Sebagian besar mata pencaharian Desa memang banyak bergerak di bidang pariwisata.
Perkembangan usaha akomodasi sebagai sarana tempat tinggal pengunjung berkembang seiring dengan kebutuhan wisatawan untuk menginap. Perkembangan akomodasi saai ini trategi pemasaran diantaranya dengan melakukan promosi di online seperti tripadvisor, booking.com, dan traveloka.com. Free shuttle bus maupun free tranport juga disediakan jika tamu ingin ke ubud center. Berdasarkan informasi dari kantor desa, total akomodasi ada 65 buah yang terdiri dari homestay di Desa Kedewatan ± 15 buah, villa ± 20 buah, pondok wisata ± 10 buah dan hotel ± 20 buah, namun masih akan bertambah. Berdasarkan informasi kepemilikan akomodasi adalah 46 % atau sebanyak 30 buah usaha akomodasi penduduk lokal desa Kedewatan, 54% atau 35 buah akomodasi milik bukan orang lokal. Kepemilikan akomodasi ini biasanya dari Jakarta dan bebarapa memang orang asing. Harga kamar per malam akomodasi di Desa Kedewatan ubud berkisar antara Rp. 300.000 – Rp.500.000 untuk homestay sudah termasuk makan pagi. Sewa Vila berkisar antara Rp. 500.000 - Rp. 600.000 per malam. Kalau harga kamar hotel berkisar Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 per malam. Sedangkan lama tinggal tamu biasanya kurang lebih sebulan bahkan lebih untuk tamu-tamu yang menginap di homestay dan pondok wisata. Lama tinggal tamu untuk vila dan hotel berkisar 2-3 hari.
Sistem pengelolaan usaha akomodasi jenis villa, homestay dan pondok wisata di manajemen oleh lokal. Sedangkan hotel hotel ada juga dikelola oleh manajemen lokal. Sedangkan segmen pasar (sasaran wisatawan) adalah wisatawan domestik maupun mancanegara yang berlibur di Bali, yang paling dominan adalah wisatawan yang berasal dari Eropa. Tapi trend sekarang banyak tamu Cina, Korea dan India yang banyak mengunjungi kawasan Pariwisata Ubud khususnya. Wisatawan Prancis banyak mendominasi karena beberapa hotel salah satunya Kupu-Kupu Barong memang dimiliki orang Prancis sehingga yang menginap dominan wisatawan Prancis.
-
1. Jenis Kelamin Responden :
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin adalah dari 30 usaha akomodasi yang tersebar di desa Kedewatan sebesar 87 % berjenis laki-laki dan 13 % berjenis kelamin perempuan, sehingga berdasarkan data yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden, dalam hal ini pengelola akomodasi yang di wawancarai di Desa Kedewatan berjenis kelamin laki-laki.
Jenis Kelamin Responden 13%
-
■ Laki-Laki
-
■ Perempuan
Gambar 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
-
2. Umur :
Berdasrkan klasifikasi umur sebesar : 17 % berumur 20-29 th, 27% berumur 30-39 th, 10 % berumur 40-49 th, dan 30% yang berumur 50-59 th. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dominan (pengelola akomodasi) di Desa Kedewatan berumur antara 50-59tahun.
Umur Responden
-
■ 20-29 Th
-
■ 30-39 Th
-
■ 40-49 Th
-
■ 50-59 Th
Gambar 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
-
3. Pendidikan
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, tingkat pendidikan responden yang di wawancarai di Desa Kedewatan diantaranya : 3% SLTP, 30 % SLTA, 34 % DI/II, 7% DIII, 23% DIV/S1, dan 3% S2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan terakhir responden (Pengelola akomodasi) di Desa Kedewatan dominan memiliki pendidikan diploma I/II. Sehingga diharapkan mendapatkan informasi yang lengkap tentang dampak pariwisata pasca erupsi Gunung Agung bagi usaha akomodasi masyarakat lokal di Desa
Kedewatan, Ubud, Bali.
Tingkat Pendidikan Responden
-
■ SLTP
-
■ SLTA
-
■ DI/II
-
■ DIII
-
■ DIV/S1
-
■ S2
Gambar 3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
-
4. Status Perkawinan
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, jumlah responden (pengelola akomodasi) di Desa Kedewatan berdasarkan Status Perkawinannya adalah : sebesar 90% kawin dan 2% belum kawin. Jadi berdasarkan informasi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dominan responden (pengelola akomodasi) di Desa Kedewatan sudah menikah
Status Perkawinan
■ Belum Kawin
■ Kawin
Gambar 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
-
5. Pekerjaan Responden
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, jumlah responden (pengelola akomodasi) di Desa Kedewatan berdasarkan pekerjaanya adalah : sebesar 67% wiraswasta, 23% karyawan swasta, 3% lainnya dan 7% lainnya. Jadi berdasarkan informasi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dominan responden (pengelola akomodasi) di Desa Kedewatan memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta (bisnis) baik sebagai pemilik akomodasi maupun bisnis lain yang tidak jauh dari pariwisata.
Pekerjaan Responden
-
■ Karyawan Swasta
-
■ Wiraswasta
-
■ PNS
-
■ Lainnya
Gambar 3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
-
3.4 Persepsi tentang Dampak Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Agung Bagi Usaha Akomodasi Masyarakat Lokal Di Desa Kedewatan, Ubud, Bali
-
3.4.1 Dampak Ekonomi
-
1. Dampak erupsi Gunung Agung sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal dari usaha akomodasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 17 % berpendapat sangat setuju dan 60 % setuju jika dampak erupsi Gunung Agung sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal dari usaha akomodasi. Hal ini terlihat dari adanya penurunan tingkat hunian kamar rata-rata sebesar 50% - 90% sehingga sangat mempengaruhi pendapatan masyarakat lokal yang memiliki usaha akomodasi. Tidak hanya masyarakat yang mempunyai usaha akomodasi saja, bahkan semua yang bergerak di bidang pariwisata seperti : usaha transportasi, restaurant, serta water sport (rafting) juga merasakan dampak dari adanya erupsi Gunung Agung. Penutupan Bandara yang dilakukan hanya 3 hari berdampak pada penurunan tamu yang sebelumnya sudah memesan kamar, sehingga penurunan pendapatan kamar menurun drastis.
Berdasarkan penelitian, masyarakat lokal yang memiliki usaha akomodasi di Desa Kedewatan, sebesar 53% yang menyatakan setuju jika terjadi penurunan kesempatan kerja untuk masyarakat local pasca erupsi Gunung Agung, sementara sebesar 27 % menyatakan tidak setuju. Namun banyak masyarakat pencari kerja terutama yang baru lulus kuliah atau SMK yang mengeluhkan pada saat adanya berita tentang erupsi Gunung Agung kesulitan dalam mencari pekerjaan khususnya dalam bidang pariwisata, hal ini diakibatkan karena adanya penurunan kunjungan wisatawan ke Bali
-
3. Erupsi Gunung Agung berpengaruh terhadap penurunan harga lahan atau harga sewa kontrak untuk pengembangan usaha akomodasi baru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 27 % berpendapat setuju dan 30% tidak setuju jika dampak erupsi Gunung Agung sangat berpengaruh terhadap penurunan harga lahan atau harga sewa kontrak untuk pengembangan usaha akomodasi baru. Hal ini mengindikasikan bahwa erupsi Gunung Agung tidak berpengaruh terhadap harga lahan atau harga sewa kontrak untuk pengembangan usaha akomodasi baru, kesimpulan ini juga diperkuat dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Kedewatan Bapak I Wayan Suka, mengatakan selama adanya berita erupsi Gunung Agung tidak ada perubahan harga lahan maupun harga sewa kontrak untuk pengembangan usaha akomodasi baru, melainkan hanya di tangguhkan sementara karena kelangkaan bahan bangunan seperti pasir, batu dan lainnya. Selain itu juga, saat erupsi Gunung Agung harga-harga material juga melonjak drastis.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 70 % berpendapat setuju dan 10 % sangat tidak setuju jika dampak erupsi Gunung Agung sangat berpengaruh terhadap penurunan tingkat hunian kamar. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat pengelola akomodasi, rata-rata penurunan tingkat hunian kamar mencapai sebesar 50% -90% dari sebelumnya. sehingga sangat mempengaruhi pendapatan usaha akomodasi masyarakat, bahkan adapula tingkat hunian kamarnya adalah 0% alias tidak ada hunian selama 2 bulan. Munculnya travel warning dari beberapa negara menyebabkan tamu tamu yang sudah booking kamar terpaksa harus melakukan cancellation karena penutupan bandara juga. Namun sementara ini belum ada usaha akomodasi yang sampai memberhentikan staff/ pegawainya pasca erupsi, namun sebagian hotel dan vila memberikan ekstra off atau mengambil cuti secara bergantian kepada para pegawainya.
-
5. Pasca erupsi Gunung Agung berdampak pula pada usaha pariwisata lain yang menunjang keberadaan usaha akomodasi seperti (rent car, suplier, money changer, usaha rumah makan dll)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 57 % responden berpendapat setuju dan 27% tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung berdampak pula pada usaha pariwisata lain yang menunjang keberadaan usaha akomodasi seperti rent car, supplier, money changer, dan lain-lain. Menurut pendapat sebagian masyarakat lokal yang bergerak dalam bidang penunjang pariwisata, dampak yang ditimbulkan pasca erupsi Gunung Agung adalah berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan ke daerah ubud pada umumnya dan kedewatan pada khususnya jika dibandingkan sebelum- sebelumnya, dengan kata lain usaha masih tetap berjalan , akan tetapi mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Berdasarkan hasil pengolahan data, menunjukkan bahwa sebesar 7 % berpendapat setuju, 53 % tidak setuju dan 35 % sangat tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan kepemilikan usaha akomodasi. Dari hasil wawancara dengan masyarakat pengelola akomodasi di Desa Kedewatan mengungkapkan bahwa tidak ada yang sampai menjual atau memindahtangankan kepemilikan usahanya kepada pihak lain, mereka selalu berupaya agar usahanya masih tetap bisa berjalan walaupun penurunan tingkat hunian sangat signifikan, salah satu caranya dengan menggencarkan promosi hotel dan villanya melalui situs-situs online, serta ada juga salah satu hotel yang selalu mempromosikan bahwa Desa Kedewatan aman (safe) untuk dikunjungi karena letaknya yang lumayan jauh dari Gunung Agung. Hal ini juga dimanfaatkan oleh pemilik usaha akomodasi untuk melakukan renovasi atau perbaikan sedikit terhadap kamar yang rusak.
-
3.4.2 Dampak Sosial Budaya
-
1. Pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada tingkat keamanan usaha akomodasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 13 % responden berpendapat setuju, 53% tidak setuju dan 17% sangat tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada tingkat keamanan usaha akomodasi. Menurut pendapat sebagian masyarakat lokal yang bergerak dalam bidang penunjang pariwisata, dampak yang ditimbulkan pasca erupsi Gunung Agung pada aspek keamanan adalah : sistem keamanan menjadi lebih diperketat untuk mengantisipasi hal–hal buruk yang terjadi, selain itu sebagian besar hotel- hotel besar juga sudah mempersiapkan jalur-jalur evakuasi jika seandainya memang terjadi erupsi Gunung Agung. Justru terjadi peningkatan keamanan pada tingakt waspada jika terjad erupsi yang lebih besar yang bisa berdampak sampai di Desa Kedewatan.
-
2. Pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan pola kehidupan sosial masyarakat Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa, sebesar 20 % berpendapat setuju dan 60 % tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan pola kehidupan sosial masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat pengelola akomodasi, sebagian besar berpendapat tidak ada perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial masyarakat. Namun sebagian lagi berpendapat pasca erupsi Gunung Agung terjadi penurunan pendapatan dari usaha akomodasi sehingga masyarakat mulai memikirkan untuk mengeluarkan uang yang berlebihan misalnya gaya hidup seperti bepergian, makan di restoran, dan lainnya. Hal ini menjadi kekhawatiran karena jika kondidi ini terus berlanjut maka mereka harus berpikir untuk saving money cenderung lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang. Masyarakat lebih mengutaman pengeluaran untuk pendidikan bagi anak-anak yang masih bersekolah dan mengurangi pengeluaran lainnya.
-
3. Pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan kehidupan keagamaan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 7 % responden berpendapat setuju, 63% tidak setuju dan 23% sangat tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan kehidupan keagamaan. Sehingga secara umum dapat disimpulkan tidak ada perubahan kehidupan keagamaan pasca erupsi Gunung Agung di Desa Kedewatan, semua berjalan seperti biasanya,jika ada odalan di pura masih tetap berlangsung sebagaimana
biasanya. Namun yang dikurangi hanyalah jumlah buah, peralatan lainnya namun tidak mengurangi makna dari ritual keagamaan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa, sebesar 23 % berpendapat setuju dan 50 % tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada wawasan dan cara pandang terhadap usaha akomodasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat pengelola akomodasi, sebagian besar berpendapat tidak ada dampak pada wawasan dan cara pandang masyarakat terhadap usaha akomodasi, namun sebagian kecil ada saja yg berpikiran untuk berhenti berkecimpung di dunia pariwisata, namun rencana itu tidak 100% terealisasi, karena tidak dipungkiri bahwa Desa Kedewatan sebagian besar hidup dari dunia pariwisata. Mencari nafkah di dunia pariwisata sudah menjadi pekerjaan utama mereka karena adanya keyakinan setelah pasca erupsi gunung ini tetap ada harapan pariwisata akan cepat pulih sehingga usaha akomodasi yang mereka jalankan bisa beroperasional secara normal lagi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 13 % berpendapat setuju dan 57 % tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan terhadap pementasan kesenian pada usaha akomodasi. Sebagian besar berpendapat tidak ada dampak yang signifikan terhadap perubahan pementasan kesenian pada usaha akomodasi, namun kadang kala ada perubahan jadwal (reschedule) saja dan tidak sampai terjadi pembatalan pentas atau pemutusan kontrak kerja antara sanggar dan pihak hotel/villa. Hal ini dikarenakan tamu-tamu yang sudah tinggal di Desa Kedewatan sudah disuguhkan pemenatsan kesenian secara rutin, sehingga kegiatan kesenian tetap dilaksanakan.
Berdasarkan hasil pengolahan data, menunjukkan bahwa sebesar 37 % berpendapat setuju, 37 % tidak setuju dan 13 % sangat tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada perubahan sistem kerja karyawan pada usaha akomodasi. Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa ada beberapa usaha akomodasi yang sistem kerjanya tidak ada perubahan, namun ada pula yang menjalani perubahan system kerja karyawannya seperti misalnya secara bergiliran memberikan extra off , mengambil cuti, atau mengambil DP ( Day of Payment) kepada karyawannya. Pada hotel-hotel yang memiliki peraturan perusahaan menggunakan kesempatan ini juga untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan untuk peningkatan soft skillnya sehingga bisa menunjang pelayanan kepaa tamu yang menginap.
-
3.4.3 Dampak Lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 37 % berpendapat setuju, 53 % tidak setuju dan 13% sangat tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung terjadi
perubahan lingkungan alam pada usaha akomodasi di desa Kedewatan. Dominan pengelolan akomodasi berpendapat bahwa tidak ada dampak perubahan lingkungan alam secara signifikan yang terjadi di desa Kedewatan, hal ini dikarenakan lokasi Gunung Agung cukup jauh dari desa Kedewatan, sehingga tidak ada dampak langsung pasca erupsi Gunung Agung terhadap perubahan alam pada usaha akomodasi di desa Kedewatan Ubud.
Berdasarkan hasil pengolahan data, menunjukkan bahwa sebesar 23 % berpendapat setuju,dan 50 % tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada pengurangan pembangunan usaha akomodasi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa erupsi Gunung Agung tidak berpengaruh terhadap pengurangan pembangunan usaha akomodasi. Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara dengan kepala desa kedewatan bapak I Wayan Suka, mengatakan selama adanya berita erupsi Gunung Agung tidak ada pengurangan pembangunan namun yang terjadi hanyalah penghentian sementara karena sempat tidak adanya pasir sebagai bahan dasar bangunan.
Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 33 % berpendapat setuju dan 50 % tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada pemeliharaan fasilitas usaha akomodasi. Sebagian besar responden berpendapat tidak ada perbedaan pemeliharaan fasilitas usaha akomodasi antara sebelum erupsi Gunung Agung dan pasca erupsi Gunung Agung. Hal ini dikarenakan Desa Kedewatan tidak terkena dampak langsung akibat erupsi Gunung Agung. Salah satu cara pemeliharaannya adalah dengan melakukan pengecekan serta maintenance setiap satu minggu sekali.
Data menunjukkan bahwa, sebesar 53 % berpendapat setuju dan 27 % tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung sampah atau limbah dari usaha akomodasi menjadi berkurang, menurut sebagian responden berkurangya sampah atau limbah dari usaha akomodasi diakibatkan karena adanya penurunan tingkat hunian kamar dan tingkat kunjungan wisatawan ke Desa Kedewatan selama pasca erupsi Gunung Agung.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebesar 33 % responden berpendapat setuju, dan 53% tidak setuju jika pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada polusi dan pencemaran (udara, tanah, dan air). Sebagian besar responden mengatakan tidak ada dampak langsung yang besar antara erupsi Gunung Agung terhadap polusi dan pencemaran. Namun ada beberapa responden yang menyebutkan hanya polusi udara saja dalam hal ini debu lebih banyak dari biasanya, sehingga udara menjadi tidak sehat dan perlu meningkatkan kewaspadaan supaya tidak terkena penyakit, salah satu cara penanggulangannya adalah penggunaan masker. Selain itu air kolam, baik kolam ikan maupun renang menjadi keruh karena terkontaminasi oleh debu.
Tabel 3.1 Persepsi Dampak Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Agung Bagi Usaha Akomodasi masyarakat Lokal Di Desa Kedewatan, Ubud, Bali
Dampak Ekonomi
Pernyataan |
Kriteria |
Jumlah |
Persentase |
Jumlah skor |
Kategori |
Dampak erupsi gunung agung sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal dari usaha akomodasi |
Sangat Setuju |
5 |
17% |
25,0 |
Setuju |
Setuju |
18 |
60% |
72,0 | ||
Netral |
0 |
0% |
0,0 | ||
Tidak setuju |
7 |
23% |
14,0 | ||
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0% |
0,0 | ||
Total |
30 |
100% |
111,0 | ||
Rata-rata skor |
3,7 | ||||
Terjadi penurunan kesempatan kerja untuk masyarakat lokal pasca erupsi gunung Agung . |
Sangat Setuju |
2 |
7% |
10,0 |
cukup |
Setuju |
16 |
53% |
64,0 | ||
Netral |
4 |
13% |
12,0 | ||
Tidak setuju |
8 |
27% |
16,0 | ||
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0% |
0,0 | ||
Total |
30 |
100% |
102,0 | ||
Rata-rata skor |
3,4 | ||||
Erupsi gunung agung berpengaruh terhadap penurunan harga lahan atau harga sewa kontrak untuk pengembangan usaha akomodasi baru |
Sangat Setuju |
2 |
7% |
10,0 |
cukup |
Setuju |
8 |
27% |
32,0 | ||
Netral |
11 |
37% |
33,0 | ||
Tidak setuju |
9 |
30% |
18,0 | ||
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0% |
0,0 | ||
Total |
30 |
100% |
93,0 | ||
Rata-rata skor |
3,1 | ||||
Pasca erupsi gunung Agung terjadi penurunan tingkat hunian kamar |
Sangat Setuju |
5 |
17% |
25,0 |
Setuju |
Setuju |
21 |
70% |
84,0 | ||
Netral |
1 |
3% |
3,0 | ||
Tidak setuju |
0 |
0% |
0,0 |
Sangat Tidak Setuju |
3 |
10% |
3,0 | ||
Total |
30 |
100% |
115,0 | ||
Rata-rata skor |
3,8 | ||||
Pasca erupsi gunung Agung berdampak pula pada usaha pariwisata lain yang menunjang keberadaan usaha akomodasi seperti (rent car, suplier, money changer, usaha rumah makan dll) |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 |
cukup |
Setuju |
17 |
57% |
68,0 | ||
Netral |
5 |
17% |
15,0 | ||
Tidak setuju |
8 |
27% |
16,0 | ||
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0% |
0,0 | ||
Total |
30 |
100% |
99,0 | ||
Rata-rata skor |
3,3 | ||||
Pasca erupsi gunung Agung terjadi perubahan kepemilikan usaha akomodasi |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 |
Tidak setuju |
Setuju |
2 |
7% |
8,0 | ||
Netral |
3 |
10% |
9,0 | ||
Tidak setuju |
16 |
53% |
32,0 | ||
Sangat Tidak Setuju |
9 |
30% |
9,0 | ||
Total |
30 |
100% |
58,0 | ||
Rata-rata skor |
1,9 | ||||
Total skor rata-rata |
3,2 |
Cukup | |||
Dampak Sosial Budaya | |||||
Pernyataan |
Kriteria |
Jumlah |
Persentase |
Jumlah Skor |
Kategori |
Pasca erupsi gunung Agung berdampak pada tingkat keamanan usaha akomodasi |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
4 |
13% |
16,0 | ||
Netral |
5 |
17% |
15,0 | ||
Tidak setuju |
16 |
53% |
32,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
5 |
17% |
5,0 |
Total |
30 |
100% |
68,0 | ||
Rata-rata skor |
2,3 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan pola kehidupan sosial masyarakat |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
6 |
20% |
24,0 | ||
Netral |
5 |
17% |
15,0 | ||
Tidak setuju |
18 |
60% |
36,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
1 |
3% |
1,0 | ||
Total |
30 |
100% |
76,0 | ||
Rata-rata skor |
2,5 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung/ terjadi perubahan kehidupan keagamaan |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
2 |
7% |
8,0 | ||
Netral |
2 |
7% |
6,0 |
cukup | |
Tidak setuju |
19 |
63% |
38,0 | ||
Sangat Tidak Setuju |
7 |
23% |
7,0 | ||
Total |
30 |
100% |
59,0 | ||
Rata-rata skor |
2,0 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada wawasan dan cara pandang terhadap usaha akomodasi |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
7 |
23% |
28,0 | ||
Netral |
7 |
23% |
21,0 | ||
Tidak setuju |
15 |
50% |
30,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
1 |
3% |
1,0 | ||
Total |
30 |
100% |
80,0 | ||
Rata-rata skor |
2,7 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan terhadap |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 |
pementasan kesenian pada usaha akomodasi | |||||
Setuju |
4 |
13% |
16,0 | ||
Netral |
8 |
27% |
24,0 | ||
Tidak setuju |
17 |
57% |
34,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
1 |
3% |
1,0 | ||
Total |
30 |
100% |
75,0 | ||
Rata-rata skor |
2,5 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada perubahan sistem kerja karyawan pada usaha akomodasi |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
11 |
37% |
44,0 | ||
Netral |
4 |
13% |
12,0 |
cukup | |
Tidak setuju |
11 |
37% |
22,0 | ||
Sangat Tidak Setuju |
4 |
13% |
4,0 | ||
Total |
30 |
100% |
82,0 | ||
Rata-rata skor |
2,7 | ||||
Total rata-rata skor |
2,4 |
cukup | |||
Dampak Lingkungan | |||||
Pernyataan |
Kriteria |
Jumlah |
Persentase |
Jumlah skor |
Kategori |
Pasca erupsi Gunung Agung terjadi perubahan lingkungan alam pada usaha akomodasi |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
11 |
37% |
44,0 | ||
Netral |
3 |
10% |
9,0 | ||
Tidak setuju |
16 |
53% |
32,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0% |
0,0 | ||
Total |
30 |
100% |
85,0 |
Rata-rata skor |
2,8 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada pengurangan pembangunan usaha akomodasi |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
7 |
23% |
28,0 | ||
Netral |
7 |
23% |
21,0 | ||
Tidak setuju |
15 |
50% |
30,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
1 |
3% |
1,0 | ||
Total |
30 |
100% |
80,0 | ||
Rata-rata skor |
2,7 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada pemeliharan fasilitas usaha akomodasi |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
10 |
33% |
40,0 | ||
Netral |
5 |
17% |
15,0 | ||
Tidak setuju |
15 |
50% |
30,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0% |
0,0 | ||
Total |
30 |
100% |
85,0 | ||
Rata-rata skor |
2,8 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung, sampah atau limbah dari usaha akomodasi menjadi berkurang. |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 | |
Setuju |
16 |
53% |
64,0 | ||
Netral |
6 |
20% |
18,0 | ||
Tidak setuju |
8 |
27% |
16,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
0 |
0% |
0,0 | ||
Total |
30 |
100% |
98,0 | ||
Rata-rata skor |
3,3 | ||||
Pasca erupsi Gunung Agung berdampak pada polusi dan |
Sangat Setuju |
0 |
0% |
0,0 |
pencemaran (udara,tanah,dan air) | |||||
Setuju |
10 |
33% |
40,0 | ||
Netral |
2 |
7% |
6,0 | ||
Tidak setuju |
16 |
53% |
32,0 |
cukup | |
Sangat Tidak Setuju |
2 |
7% |
2,0 | ||
Total |
30 |
100% |
80,0 | ||
Rata-rata skor |
2,7 | ||||
Total rata-rata skor |
2,9 |
cukup | |||
Grand total seluruh rata-rata skor |
2,8 |
Cukup |
-
4. KESIMPULAN
-
4.1 Perkembangan usaha akomodasi masyarakat lokal di desa Kedewatan Ubud mengalami pertumbuhan. Sampai saat ini sejumlah 65 buah usaha akomodasi yang terdiri dari ± 15 buah, villa ± 20 buah, pondok wisata ± 10 buah dan hotel ± 20 buah. Namun kepemilikan akomodasi adalah 46 % atau sebanyak 30 buah usaha akomodasi penduduk lokal desa Kedewatan, 54% atau 35 buah akomodasi milik bukan orang lokal. Harga kamar Rp. 300.000 – Rp.500.000 untuk homestay, Villa berkisar antara Rp. 500.000 - Rp. 600.000 dan hotel berkisar Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 per malam. Sedangkan lama tinggal tamu biasanya kurang lebih sebulan bahkan lebih untuk tamu-tamu yang menginap di homestay dan pondok wisata. Lama tinggal tamu untuk vila dan hotel berkisar 2-3 hari. Sistem pengelolaan usaha akomodasi dikelola oleh manajemen lokal. Tamu Cina, Korea dan India , Eropa yang banyak menginap di Desa Kedewatan.
-
4.2 . Dampak Ekonomi pasca erupsi Gunung Agung yang dirasakan pemilik usaha akomodasi masyarakat lokal adalah kategori cukup dengan skor 3,2. Hal ini mengindikasikan bahwa dari indikator pendapatan akomodasi, kesempatan kerja, harga lahan, tingkat hunian kamar, dampak terhadap usaha penunjang akomodasi dan perubahan status kepemilikan usaha akomodasi cukup berdampak dalam bidang ekonomi akibat erupsi. Dampak sosial budaya berada pada kategori cukup dengan rata-rata 2,4. Pada dampak sosial budaya yang terdiri dari indikator keamanan, pola kehidupan sosial budaya, keagamaan, cara pandang terhadap usaha akomodasi, pementasan kesenian, perubahan sistem kerja terjadi pula dampak yang cukup berpengaruh pasca erupsi Gunung Agung. Masyarakat pemiliki usaha akomodasi tetap bertahan dengan usaha akomodasi mereka karena menyadari bahwa desa Kedewatan memang kawasan pariwisata dengan harapan akan segera pulih pasca erupsi. Sedangkan dampak lingkungan juga cukup berdampak pasca erupsi dengan skor 2,9. Hal ini mengindikasikan bahwa dari indikator perubahan lingkungan alam, pengurangan pembangunan usaha akomodasi, pemeliharaan fasilitas,
-
sampah/limbah, polusi dan pencemaran mengalami dampak yang cukup pasca erupsi. Beberapa hal yang bisa dilakukan seperti renovasi, perbaikan sedkit terhadap fasilitas yang rusak. Secara keseluruhan dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pasca erupsi Gunung Agung terhadap usaha akomodasi masyarakat lokal adalah cukup berdampak dengan skor rata-rata 2,8.
Ucapan terima kasih
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini antara lain Kepala Desa Kedewatan, pemilik usaha akomodasi , masyarakat Desa Kedewatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bagyono. 2012. Pariwisata dan Perhotelan. Alfabeta. Bandung
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.
Monografi Desa Kedewatan. 2017
Pitana, I Gede, Diarta Surya I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : CV Andi Offset.
135
Discussion and feedback