SURVEI PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN

INFORMASI AKUNTANSI DALAM USAHA KECIL MENENGAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Endang Raino Wirjono1

2

D.Agus Budi Raharjono2

1Fakultas Ekonomi Universitas Atamajaya Yogyakarta raino@mail.uajy.ac.id

2Fakultas Ekonomi Universitas Atamajaya Yogyakarta

ABSTRAK

Salah satu masalah yang cukup dominan dalam pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) di Yogyakarta adalah kurangnya pemahaman informasi akuntansi. Sebagian besar UKM tidak melakukan pencatatan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan pemanfaatan informasi akuntansi oleh pengelola UKM di DIY dalam menjalankan fungsi perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Terdapat 19 UKM yang diobservasi dalam peneilitian ini. Metode pungumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan belum memahami dengan baik mengenai informasi akuntansi. Dari 19 pengelola usaha kecil, hanya empat yang telah memahami informasi akuntansi dan memiliki karyawan khusus bidang akuntansi. Semua UKM memiliki informasi akuntansi yang digunakan untuk perencanaan, pengendalian, maupun pengambilan keputusan.

Kata kunci: informasi akuntansi, pengambilan keputusan, pengendalian, perencanaan, usaha kecil dan menengah

ABSTRACT

One dominant problem in small and medium enterprises (SMEs) development in Yogyakarta was the lacking of understanding of accounting information. Most SMEs did not keep adequate bookkeeping. This research aimed to identify the utilization of accounting information by SMEs’ managers in Yogyakarta to support planning, control, and decision making. There were 19 SMEs observed in this research. Data collected through observations and interviews. Results of this research showed that most respondents declared that they were unable to comprehend accounting information. From 19 observed, only four of them had comprehended accounting information and employed accounting staff(s). All SMEs possesed accounting information which was used in supporting planning, control, and decision making.

Keywords: accounting information, control, decision making, planning, small and medium enterprises

PENDAHULUAN

Kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia dalam rangka mencapai cita-cita mulia, yaitu kesejahteraan rakyat

telah diwujudkan dalam beberapa fase (orde) pemerintahan. Pada masa Orde Baru, pemerintah mencanangkan trilogi pembangunan yang justru berkembang

menjadi kebijakan developmentalism yang mengarah pada konglomerasi. Saat itu, pertumbuhan ekonomi bertumpu pada usaha skala besar sehingga ketika krisis ekonomi melanda Asia, sebagian besar perusahaan mengalami kolaps dan memporakporandakan ekonomi makro Indonesia. Keterpurukan ekonomi Indonesia yang tak kunjung usai tersebut disebabkan oleh rapuhnya fondasi ekonomi Indonesia.

Sistem konglomerasi telah mengesampingkan potensi-potensi usaha kecil dan menengah (UKM). Ketika krisis melanda Indonesia, mulai muncul kesadaran untuk mencari alternatif konsep ekonomi yang tepat. Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah ekonomi kerakyatan yang merupakan konsep ekonomi berbasis pada usaha kecil menengah. Usaha kecil menengah dalam masa krisis terbukti telah menunjukkan ketahanannya menghadapi gejolak makro. Skala usaha tersebut mampu bertahan, bahkan tumbuh sangat signifikan.

Usaha kecil dan menengah (UKM) dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional. Perannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal bagi upaya pemerintah menggerakkan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha (Berita Resmi Statistik, 2004). Konstribusi usaha kecil terhadap perumbuhan ekonomi nasional sudah tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat dari sumbangan pertumbuhan PDB UKM lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDM usaha besar. Pertumbuhan PDB usaha kecil bergerak lebih cepat daripada total PDB nasional semenjak tahun 2001 yang mencapai 3,8 persen, pada tahun 2002 sebesar 4.1

persen dan 4,6 persen yang berhasil dicapai pada tahun 2003.

Salah satu masalah yang cukup dominan muncul dalam pengembangan UKM di Yogyakarta adalah terkait dengan pemahaman mengenai informasi akuntansi. Sebagian besar UKM tidak melakukan pencatatan dengan baik, bahkan tidak ada pencatatan sehingga menimbulkan masalah keuangan yang imbasnya perkembangan UKM menjadi terhambat. Hal ini terungkap saat Tim Penilai Dekranas Kota Yogyakarta Award 2008 melakukan penilaian ke UKM-UKM.

Salah satu upaya untuk memperkuat dan menjaga kelangsungan hidup UKM dapat dicapai dengan melakukan pembenahan dalam penyediaan informasi akuntansi. Perusahaan kecil sering kali tidak menyelenggarakan kegiatan akuntansi dengan baik meskipun pada dasarnya mereka tetap menggunakan sebuah sistem untuk mengatur kegiatan keuangan usahanya. Bahkan, pemahaman akan akuntansi belum sepenuhnya dimiliki oleh para pengelola UKM. Sebagai contoh, pemahaman tentang prinsip-prinsip akuntansi, konsep entitas, aset, neraca, depresiasi, dan audit belum dikuasai dengan benar.

Peran UKM di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan kontribusi yang signifikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim PSE Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bekerja sama dengan Bank Indonesia pada tahun 2004, jumlah usaha kecil menengah di Provinsi DIY berjumlah 78.609 unit. Akan tetapi, dalam pengelolaan sebuah UKM, masih berlaku pola tradisional, yang dalam jangka panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup UKM. Pemilik yang biasanya merangkap sebagai manajer/ pengelola UKM menjalankan usaha dengan mengandalkan intuisi dan pengalaman

masa lalu. Fungsi-fungsi perencanaan, pengendalian,     dan    pengambilan

keputusan sering kali dilakukan dengan tidak mendasarkan pada informasi-informasi yang relevan. Bahkan, sebagian besar UKM belum memiliki catatan akuntansi yang baik yang dapat digunakan untuk menjalankan usahanya.

Berdasarkan paparan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • 1)    Apakah pengelola usaha kecil memahami mengenai informasi akuntansi?

  • 2)    Apakah pengelola usaha kecil memanfaatkan informasi akuntansi dalam melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan?

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah seperti di bawah ini:

  • 1)    Mengidentifikasikan UKM di DIY, khususnya yang bergerak dalam sektor industri/manufaktur dan informasi yang digunakan oleh pengelola UKM dalam menjalankan usahanya.

  • 2)    Mengidentifikasikan pemanfaatan informasi akuntansi yang digunakan oleh pengelola UKM di DIY dalam menjalankan fungsi perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

Akuntansi didefinisikan sebagai suatu seni proses pencatatan, penggolongan, dan peringkasan kejadian-kejadian ekonomis yang berujung pada penyajian laporan keuangan sebuah entitas. Secara garis besar, informasi akuntansi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen.

Manajer suatu perusahaan, baik perusahaan jasa, dagang, maupun perusahaan pabrikasi memerlukan informasi akuntansi dalam mengelola perusahaannya. Ada dua hal penting

tentang hubungan informasi akuntansi dan manajer yaitu sebagai berikut:

  • 1)    Manajer memerlukan informasi akuntansi dan perlu mengetahui bagaimana menggunakannya.

  • 2)    Informasi    akuntansi dapat

membantu manajer   dalam

menjalankan fungsi-fungsinya (planning, cotrolling, maupun decision making)

Sistem informasi akuntansi manajemen sebagai salah satu sistem informasi dalam suatu perusahaan berperan dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen. Sistem Informasi akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan, yaitu seperti di bawah ini:

  • 1)    Menyajikan informasi tentang penghitungan biaya produksi produk     yang     dihasilkan

perusahaan

  • 2)    menyajikan informasi untuk tujuan perencanaan, pengendalian dan evaluasi

  • 3)    menyajikan informasi untuk pengambilan keputusan

Dalam mengelola perusahaan, manajemen suatu perusahaan akan melaksanakan aktivitas-aktivitas perencanaan (planning), pengendalian (controlling), dan pengambilan keputusan (decision making). Proses manajemen merupakan fungsi yang dilaksanakan oleh manajemen dengan sejumlah karyawan tertentu yang diberikan kepercayaan untuk ikut dalam proses manajemen. Dalam menjalankan proses manajemen dibutuhkan informasi. Salah satu di antaranya adalah informasi akuntansi manajemen.

Perencanaan adalah formulasi kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan diperlukan adanya penetapan tujuan serta metode yang akan digunakan dalam mencapai

tujuan tersebut. Apabila suatu perencanaan sudah disusun, diperlukan adanya monitoring pelaksanaan rencana yang sudah disusun. Aktivitas monitoring pelaksanaan rencana kegiatan dan melakukan tindakan koreksi dengan segera apabila diperlukan disebut dengan pengendalian. Pengendalian biasanya dicapai dengan adanya feedback atau umpan balik. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik di antara berbagai alternatif yang ada. Pengambilan keputusan hanya dapat terlaksana apabila tersedia informasi. Kualitas informasi yang tersedia akan menentukan kualitas keputusan yang diambil manajemen.

Sistem informasi akuntansi sebagai suatu sistem informasi mempunyai dua subsistem utama, yaitu sistem informasi akuntansi keuangan (financial accounting information system) dan sistem informasi akuntansi manajemen (management accounting information system). Kedua subsistem akuntansi ini mempunyai berbagai perbedaan, antara lain dalam tujuan, sifat input yang digunakan, dan proses pengolahan input menjadi output.

Menurut Hansen dan Mowen (2007), ada beberapa perbedaan antara informasi akuntansi keuangan dengan informasi akuntansi manajemen sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1: Perbedaan Informasi Akuntansi Keuangan dan Informasi Akuntansi Manajemen

No

Perbedaan

Akuntansi keuangan

Akuntansi manajemen

1

Pengguna

Pihak eksternal yaitu investor, kreditur, dan pemerintah

Pihak internal yaitu manajer.

2

Regulasi/Standar

Harus mengikuti regulasi yang berlaku

Fleksibel

3

Orientasi waktu

Masa lalu (historis)

Masa akan datang

4

Jenis informasi

Keuangan dan obyektif

Keuangan dan non keuangan, dan subyektif

5

Tingkat agregasi informasi

Perusahaan secara keseluruhan

Terperinci

6

Keterlibatan dengan bidang ilmu lain

Tidak ada

Multi disiplin

Sebagian besar metode penghitungan harga pokok produksi dan akuntansi manajemen yang digunakan saat ini muncul pada abad 18. Pada awal perkembangannya, akuntansi manajemen lebih menitikberatkan pada penghitungan harga pokok produksi, terutama penelusuran tingkat profitabilitas ke setiap jenis produk dan penggunaan informasi ini dalam pengambilan keputusan strategik. Akan tetapi, mulai tahun 1925 penekanan perkembangan akuntansi manajemen beralih pada

penentuan nilai persediaan sehingga nilai persediaan dapat dilaporkan dalam laporan keuangan untuk pihak-pihak luar dengan lebih akurat.

Penyajian laporan keuangan menjadi pemicu utama dalam perkembangan akuntansi manajemen, khususnya sistem akuntansi biaya. Pada saat itu informasi biaya dengan metode rata-rata setiap produk dapat diterima oleh sebagian perusahaan sehingga metode penentuan biaya yang lebih akurat tidak dibutuhkan. Bagi perusahaan

yang menghasilkan produk-produk dengan tingkat diversifikasi yang tinggi, kebutuhan informasi biaya yang lebih akurat terkalahkan dengan mahalnya proses yang dibutuhkan untuk menyajikan informasi.

Perkembangan selanjutnya untuk meningkatkan manfaat sistem akuntansi manajemen konvensional terjadi pada tahun 1950-an dan 1960-an dengan mulai menekankan pada peningkatan proses penyajian informasi. Usaha-usaha untuk meningkatkan sistem akuntansi manajemen merupakan hal penting daripada menyajikan informasi dan prosedur baru yang jauh dari sistem penyusunan laporan keuangan bagi pihak luar.

Pada tahun 1980-an dan 1990-an mulai dirasakan bahwa praktik akuntansi biaya konvensional tidak mampu lagi mengakomodasi kebutuhan perusahaan. Informasi biaya produksi yang lebih akurat sangat dibutuhkan oleh manajemen untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan pengurangan biaya. Dengan ketidakmampuan informasi akuntansi biaya tradisional menjawab kebutuhan manajemen, usaha-usaha telah dilakukan untuk menyusun prosedur-prosedur baru.

Pada umumnya beberapa pengelola UKM tidak memiliki pemahaman mendetail mengenai informasi akuntansi sehingga mereka lebih mengenal informasi akuntansi keuangan yang terwujud dalam penyajian laporan keuangan daripada informasi akuntansi manajemen. Apalagi jika UKM dihadapkan pada masalah permodalan yang berujung pada pengajuan kredit ke perbankan.

Sebenarnya informasi akuntansi baik akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen memiliki arti penting bagi keberlangsungan hidup sebuah entitas. Dalam pengelolaan UKM

secara internal, informasi akuntansi manajemen lebih memegang peranan penting dibandingkan dengan akuntansi keuangan. Proses perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan sebagian besar dilakukan dengan mendasarkan pada informasi akuntansi manajemen. Akan tetapi, apabila UKM berkepentingan dengan pihak di luar entitasnya, maka informasi akuntansi keuangan akan memegang peranan yang lebih penting.

Ketika UKM dihadapkan pada masalah permodalan dan penataan manajemen ke arah profesionalisme, maka nasib UKM menjadi terombang-ambing. Sistem pembukuan yang tertib dan mudah dibaca oleh pihak lain sangat jarang diterapkan oleh UKM. Sebagai akibatnya, UKM akan mengalami kesulitan untuk memperoleh suntikan dana berupa kredit dari perbankan. Apabila dibandingkan dengan Malaysia, kesadaran pelaku UKM di Indonesia masih kurang dalam membuat laporan keuangan.

Tidak sedikit UKM yang menghadapi kendala usaha karena tidak memiliki sebuah pencatatan dan pembukuan keuangan. Bahkan, ada di antaranya yang sama sekali belum membukukan secara lengkap keuangan usaha. Akhirnya, tanpa disadari sebuah usaha menjadi tidak berkembang karena pengelola UKM tidak memahami pembukuan. Pencatatan secara sederhana dapat dilakukan oleh UKM dengan cara manual. Bagi UKM yang belum menyelenggarakan bukti transaksi, dapat menggunakan buku memorial harian sebagai pengganti bukti pembukuan. Penyusunan laporan keuangan bagi UKM dapat dilakukan dengan baik apabila pengelola memiliki pemahaman yang baik tentang prinsip akuntansi.

Menurut Megginson et al. (2000), informasi akuntansi mempunyai peranan

penting untuk mencapai keberhasilan usaha termasuk usaha kecil. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain penentuan biaya produksi, keputusan pengembangan pasar, penetapan harga, dan perluasan usaha (Pinasti, 2007).

Penelitian-penelitian mengenai pembebanan biaya produksi oleh UKM-UKM menunjukkan bahwa sebagian besar UKM di Daerah Istimewa Yogyakarta belum memiliki pengetahuan yang benar mengenai klasifikasi biaya produksi dan non-produksi. Perhitungan biaya produksi dilakukan dengan menggunakan estimasi yang mendasarkan pada judgment pengelola UKM (Lenny, 2007 dan Sanjaya, 2005). Informasi akuntansi lainnya, seperti anggaran, analisis biaya volume laba, dan pengambilan keputusan taktikal juga belum diselenggarakan secara sistematis oleh pengelola UKM.

Pinasti (2001) dan Hariyanto (1999) memberikan bukti melalui penelitian yang dilakukan masing-masing di Kabupaten Banyumas dan Kotatif Purwokerto bahwa pedagang kecil tidak menganggap penting informasi akuntansi. Alasan-alasan yang dikemukakan, antara lain para pengusaha kecil ini berpikir bahwa yang penting mereka mendapatkan laba tanpa direpoti dengan penyelenggaraan akuntansi. Sementara itu Marbun (1997) membuktikan bahwa salah satu kelemahan usaha kecil di Indonesia adalah pada umumnya mereka tidak menguasai dan tidak mempraktikkan sistem keuangan yang memadai. Usaha kecil tidak atau belum memiliki dan mengelola catatan akuntansi secara ketat dan berdisiplin dengan pembukuan yang baik dan teratur.

Terdapat dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia, yaitu definisi usaha kecil menurut Badan Pusat

Statistik (BPS) , yang identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan, baik oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa yang diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar satu miliar rupiah atau kurang. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu (1) industri rumah tangga dengan jumlah pekerja paling sedikit 1 orang dan paling banyak 4 orang, (2) untuk industri kecil 5 – 19 orang, (2) industri menengah 20 – 90 orang, (4) industri besar di atas 100 orang. Kedua, menurut Undang-Undang No.9. Tahun 1995, usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal satu milyar rupiah dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta (Sudisman & Sari,1996).

Penelitian yang dilakukan Kuncoro (2000) memperlihatkan profil usaha kecil yang memiliki karateristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik dan pengelola serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga atau kerabatnya. Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Keempat, dilihat menurut golongan industri, tampak bahwa sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha makanan, minuman, dan tembakau,

kemudian diikuti oleh kelompok industri barang galian bukan logam, industri tekstil, industri kayu, bambu, rumput, dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga masing-masing berkisar antara 21 persen sampai dengan 22 persen dari seluruh industri kecil yang ada.

METODE PENELITIAN

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari objek yang akan diteliti pada wilayah tertentu (Singarimbun, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah UKM-UKM yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian ini terdapat 19 UKM yang bersedia untuk diobservasi sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2: UKM yang Menjadi Obyek Penelitian

No

Nama UKM

Jenis industri

1

Lawe Amri Art &Art Gallery

Handycraft (tas, fashion, interior element, gift item, meeting kit dan green product).

2

Phia Dheva

Makanan

3

PT Sport Glove Indonesia

Sarung tangan kulit

4

CV Cipta Karya Busana

Busana

5

PD  Makmur  Jaya  (Kencana

Mukti Rochmat Jaya)

Furniture

6

Olla Bakery

Makanan

7

Hau”s Tea

Makanan (cakwe)

8

HS Silver

Perak

9

Percetakan Essa Printing

Percetakan

10

Karya Mandiri

Makanan (tempe dan tahu)

11

Betta Bakery

Makanan

12

Karya Boga

Makanan

13

Zianthuri

Alat musik (gitar)

14

PT Kuda-Kuda Prima

Besi baja (penopang atap merk Pryda)

15

Andi Sari

Meubel

16

Ruth Bakery

Makanan

17

PR Djitoe

Rokok

18

Sanggar Ayam

Daging

19

Juice Q-ta

Minuman

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan observasi.

Observasi adalah teknik atau pendekatan untuk memperoleh data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya (Hartono, 2007). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan komunikasi, yaitu pendekatan yang berhubungan langsung dengan sumber data dan terjadi proses komunikasi untuk memperoleh data. Teknik yang digunakan adalah wawancara dan survei.

Teknik     wawancara     yang

digunakan dalam penelitian ini berupa gabungan antara wawancara personal dan wawancara telepon (Hartono, 2007). Wawancara personal di lakukan melalui tatap muka langsung dengan responden. Peneliti meng konfirmasi jawaban responden dengan melakukan wawancara ulang melalui telepon. Selain itu, untuk menghindari terjadinya jawaban yang tidak benar dari responden, peneliti melakukan teknik probing. Probing adalah teknik untuk menstimulasi

responden menjawab lebih banyak dan lebih relevan, yaitu dengan cara sebagai berikut:

  • 1)    Pewawancara memberikan kesan mengerti dan mendengarkan. Ekspresi   pewawancara sangat

penting untuk meyakinkan jawaban responden, misalnya dengan menganggukkan kepala.

  • 2)    Memberi waktu kepada responden untuk berbicara lagi setelah responden mengakhiri kalimatnya.

  • 3)    Mengulangi pertanyaan jika responden ragu-ragu atau tidak mengerti pertanyaannya.

  • 4)    Mengulang jawaban responden.

  • 5)    Memberikan pertanyaan netral seperti “Apa yang Anda maksud, bagaimana selanjutnya?”

  • 6)    Memberikan pertanyaan klarifikasi jika jawaban melenceng atau tidak jelas.

  • 7)    Meyakinkan    bahwa    topik

wawancara penting.

  • 8)    Membuat situasi wawancara menyenangkan.

  • 9)    Meyakinkan bahwa responden adalah orang yang suka membantu.

  • 10)    Menghindari    mempermalukan

responden.

  • 11)    Menghindari isi wawancara yang tidak disukai responden.

  • 12)    Menghindari rasa takut respenden untuk berpartisipasi.

Pada    umumnya,    sebagian

responden dalam penelitian ini merupakan pemilik UKM yang telah mengenal asisten-asisten penelitian ini sehingga memudahkan proses wawancara dan observasi.

Pembahasan untuk permasalahan pertama dilakukan dengan memberikan dua alternatif jawaban, yaitu: IYA atau TIDAK. Berdasarkan hasil survei dan wawancara, diperoleh hasil penelitian seperti di bawah ini:

  • 1)    Sebagian besar responden, yaitu pemilik UKM menyatakan belum memahami    dengan    baik

mengenai informasi akuntansi. Dari 19 pengelola usaha kecil hanya empat yang telah memahami    dan memiliki

karyawan khusus bidang akuntansi, yaitu Lawe Amri Art &Art Gallery, PT Sport Glove Indonesia, PT Kuda-Kuda Prima, dan PR Djitoe. Sementara itu, lima belas UKM lainnya baru dalam    tahap    memahami

akuntansi sebagai pembukuan, baik secara manual maupun komputerisasi.

  • 2)    Pengelola usaha kecil telah menggunakan        informasi

akuntansi dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

Berikut ini hasil wawancara untuk tiap-tiap UKM:

  • 1)    LAWE memiliki sistem informasi akuntansi yang menghasilkan laporan harga pokok produksi, laporan kinerja karyawan, dan laporan mengenai pelanggan. Selain itu, LAWE juga memiliki neraca, laporan/catatan aliran kas, dan laporan laba rugi. Semua laporan dikelola oleh satu orang yang bertanggung jawab di bagian keuangan.

  • 2)    Phia Dheva sudah memiliki informasi akuntansi berupa laporan harga pokok produksi, laporan kinerja karyawan, dan laporan mengenai pelanggan. UKM ini juga telah memiliki karyawan khusus bagian keuangan. Pengelolaan informasi keuangan, yaitu neraca, laporan laba rugi, dan perubahan modal dilakukan dengan melibatkan

anak sulung pemilik.

  • 3)    PT Sport Glove Indonesia telah memiliki sistem informasi akuntansi keuangan yang dikelola oleh bagian akuntansi dan sistem informasi akuntansi manajemen yang dikelola oleh PPIC (Product Plan Inventory Control).    Sistem informasi

akuntansi keuangan sudah diterapkan secara lengkap dan sistematis. Penyusunan laporan keuangan,     yaitu     neraca,

laporan/catatan aliran kas, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal disusun sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku setiap tahun. Dalam penyusunan laporan keuangan, perusahaan telah menggunakan komputerisasi. Setiap akhir tahun dilakukan audit oleh auditor eksternal. Informasi akuntansi manajemen berupa laporan harga pokok produksi, anggaran telah disusun untuk digunakan dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

  • 4)    CV Cipta Karya Busana lebih dominan memanfaatkan informasi akuntansi manajemen berupa anggaran dan laporan kinerja untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang di gunakan berupa laporan aliran kas.

  • 5)    PD Makmur Jaya belum memiliki  informasi  akuntansi

manajemen.     Sebaliknya,

informasi  akuntansi  keuangan

yang dihasilkan masih berupa laporan aliran kas secara sederhana yang disusun oleh pemiliknya.

  • 6)    Olla Bakery telah memiliki informasi akuntansi manajemen

meskipun baru secara manual berupa laporan produksi, laporan penjualan, laporan pembelian dan laporan mengenai pelanggan. Informasi keuangan yang diselenggarakan berupa laporan pendapatan dan pengeluaran yang langsung      dikelola      oleh

pemiliknya.

  • 7)    Hau’s Tea memiliki informasi akuntansi berupa laporan aliran kas secara sederhana yang dikelola oleh pemilik.

  • 8)    HS Silver merupakan perusahaan perseorangan yang belum menggunakan informasi akuntansi manajemen. Informasi akuntansi keuangan berupa laporan pendapatan dan pengeluaran yang di laporkan kepada pimpinan tim.

  • 9)    Percetakan Essa Printing menggunakan buku kas yang dikelola sendiri oleh pemilik nya. Bukti-bukti transaksi berupa nota dan kuitansi juga disimpan dengan baik.

  • 10)    Usaha tahu dan tempe Karya Mandiri belum menerapkan sistem akuntansi. Pengelolaan keuangan dilakukan secara sederhana dengan mengandal kan hasil penjualan hari ini untuk modal esok hari.

  • 11)    Beta Bakery telah mengguna kan informasi akuntansi berupa laporan harga pokok produksi dan anggaran maupun informasi akuntansi keuangan berupa laporan aliran kas. Pengelolaan di lakukan secara sederhana.

  • 12)    Perusahaan Roti “Karya Boga” belum memiliki, baik informasi akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen. Laporan keuangan     berupa     catatan

sederhana mengenai pendapatan dan pengeluaran setiap hari.

  • 13)    Zianthury guitar belum memiliki catatan akuntansi hanya berupa catatan     keuangan     untuk

perhitungan pendapatan dan biaya setiap pesanan.

  • 14)    PT Kuda-Kuda Prima sudah menggunakan    informasi

akuntansi, bahkan telah memiliki software yang diberikan oleh perusahaan induknya. Informasi akuntansi yang dihasilkan berupa neraca, laporan laba rugi, aliran kas, dan anggaran.

  • 15)    Meubel Andi Sari, hanya menggunakan informasi laporan harga pokok produksi dan laporan aliran kas secara sederhana.

  • 16)    Ruth Bakery mengelola usahanya dengan menggunakan informasi berupa buku anggaran sederhana dan buku persediaan barang.

  • 17)    PR Djitoe telah memiliki sistem informasi akuntansi keuangan dan sistem informasi akuntansi manajemen yang dikelola oleh bagian     akuntansi.     Sistem

informasi  akuntansi  keuangan

sudah diterapkan secara lengkap dan sistematis. Penyusunan laporan keuangan, yaitu neraca, laporan/catatan aliran kas, laporan laba rugi, serta laporan perubahan modal disusun setiap tahun. Informasi akuntansi manajemen berupa laporan harga pokok produksi, anggaran telah disusun untuk digunakan dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

  • 18)    Sanggar Ayam belum memiliki catatan akuntansi hanya berupa catatan pembelian dan pengeluaran kas setiap hari yang dilakukan sendiri oleh pemiliknya.

  • 19)    Juice Q-Ta juga belum memiliki catatan akuntansi hanya berupa

catatan     pendapatan     dan

pengeluaran kas setiap hari.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil survei dan wawancara, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • 1)    Sebagian besar responden, yaitu pemilik UKM menyatakan belum memahami    dengan    baik

mengenai informasi akuntansi. Dari 19 pengelola usaha kecil hanya empat yang telah memahami dan   memiliki

karyawan    khusus bidang

akuntansi, yaitu Lawe Amri Art & Art Gallery, PT Sport Glove Indonesia, PT Kuda-Kuda Prima, dan PR Djitoe. Sementara itu, lima belas UKM lainnya baru dalam    tahap    memahami

akuntansi sebagai pembukuan, baik secara manual maupun komputerisasi.

  • 2)    Pengelola  usaha  kecil telah

menggunakan      informasi

akuntansi  dalam  perencanaan,

pengendalian, dan pengambilan keputusan. Dari sembilan belas UKM semuanya memiliki informasi akuntansi mulai dari level sederhana sampai dengan komputerisasi. Informasi akuntansi telah      digunakan      untuk

perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Hal ini terbukti dengan tersedianya anggaran, laporan harga pokok produksi, dan laporan kinerja karyawan.

REFERENSI

Basri, Hasan. 2008. Pembukuan Pebisnis UMKM Lemah. Diakses dari www.google.co.id.

Biro Pusat Statistik. 1994. Profil Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga: Tahun 1993. Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 2005. Profil Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga: Tahun 2004. Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 2005. Statistical Yearbook of Indonesia 2004. Jakarta.

Gujarati, D. 1995. Basic Econometrics (3rd edition), New York: Mc.Graw Hill Inc.

Hair, Joseph F., Rolph E. Anderson, Ronald L.Tatham, William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition, PrenticeHall International, Inc.

Hansen, Don, R. Mowen, Maryanne M. 2007. Management Accounting.  8th

Edition.    Ohio:    South-Western

Publishing Co.

Hariyanto, E. 1999. Analisis Kebutuhan Informasi Akuntansi bagi Usaha Perdagangan Eceran Retail di Kotatip    Purwokerto.    Jurnal

Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Vol.1 No. 1. September.

Idrus. 2000. Akuntansi dan Pengusaha Kecil. Akuntansi. Edisi 07/Maret/th VII.

Kuncoro, Mudrajad dan Anggito Abimanyu. 1995. Struktur dan Kinerja Industri Indonesia dalam Era Deregulasi dan Debirokratisasi. Kelola No.10/IV/1995.

Kuncoro, Mudrajad. 2000, Usaha Kecil Indonesia : Profil, Masalah dan

Strategi Pemberdayaan. Diakses 29 Januari 2007

Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif:  Teori dan Aplikasi

untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Kuncoro, Mudrajad dan Irwan A.S. 2003. Analisis Formasi Keterkaitan, Pola Kluster, dan Orientasi Pasar: Studi Kasus Sentra Industri Keramik di Kasongan Kabupaten Bantul D.I Yogyakarta. Jurnal Empirika Vol 16 No.1

Kuncoro, Mudrajad. 2008. Tujuh Tantangan UKM di Tengah Krisis Global. Bisnis Indonesia 21 Oktober.

Marbun, B. N. 1997, Manajemen Perusahaan Kecil. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Megginson, W. L., M. J. Byrd and L. C. Megginson. 2000. Small Business Management:  An Entrepreneur’s

Guidebook. Third edition. Boston: Irwin Mc Graw-Hill.

Pinasti, Margani. 2001. Penggunaan Informasi    Akuntansi    dalam

Pengelolaan Usaha Para Pedagang Kecil di Pasar Tradisional Kabupaten Banyumas. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi. Vol. 1 No. 3. Mei.

Pinasti, Margani. 2007. Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi: Suatu Riset Ekpserimen.      Diakses     dari

https://info.perbanasinstitute.ac.id.

Sekaran, Uma. 1992, Research Methods

for Business, Second Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Sjaifudian, Hetifah,  Dedy  Haryadi,

Maspiati. 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan    Usaha Kecil.

Bandung: AKATIGA.

Sudisman, U. dan Sari, A. 1996. Undang-Undang Usaha Kecil 1995 dan Peraturan Perkoperasian Indonesia. Jakarta: Mitrainfo.

Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-2, Bandung: CV. ALFABETA.

Sumantri, S.B. 2005. Ditunggu, Kebijakan Yang Memihak UKM. Kompas

Tambunan,T. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Vol. 7, No. 2, Juli 2012

AUDI

Jurnal Akuntansi & Bisnis

216