p-ISSN 2302-514X e-ISSN 2303-1018

Dwiyanti. Pengadopsian Standar .... 65

PENGADOPSIAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS IFRS, KEPEMILIKAN KELUARGA, DAN MANAJEMEN LABA

Kadek Trisna Dwiyanti1

1Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Nasional, Bali, Indonesia email: [email protected]

ABSTRAK

Studi ini menguji pengaruh pengadopsian IFRS dan kepemilikan keluarga terhadap kualitas laba, yang diukur melalui praktik manajemen laba perusahaan. Penelitian ini hanya menggunakan satu negara sebagai sampel penelitian yaitu Negara Malaysia. Studi ini termotivasi oleh hasil penelitian sebelumnya yang tidak konsisten. Pengaruh pengadopsian IFRS terhadap kualitas laba, di duga disebabkan oleh adanya perbedaan faktor institusional di masing-masing negara pengadopsi IFRS. Penelitian ini juga menguji pengaruh interaksi antara IFRS dan kepemilikan keluarga terhadap manajemen laba. Data penelitian diperoleh dari database Bloomberg dan Bursa Efek Malaysia dengan periode pengamatan tahun 2010-2013. Alat analisis yang digunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menyatakan adanya tingkat manajemen laba yang lebih rendah setelah pengadopsian IFRS dibandingkan periode sebelum pengadopsian IFRS. Temuan ini konsisten dengan argumen yang menyatakan bahwa IFRS diklaim sebagai standar akuntansi berkualitas tinggi. Penelitian ini tidak berhasil menemukan adanya pengaruh kepemilikan keluarga dan interaksi antara IFRS dan kepemilikan keluarga terhadap manajemen laba.

Kata kunci: Pengadopsian IFRS, kepemilikan keluarga, manajemen laba

ADOPTION OF INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD BASED, FAMILY OWNERSHIP, AND EARNINGS MANAGEMENT

ABSTRACT

This study examines the effect of IFRS adoption and family ownership on earnings quality, as measured by corporate earnings management practices. This study uses only one country as a sample of research that is Malaysia State. The study also extended the literature by examining the effect of interactions between IFRS and family ownership on earnings management. This study examines the effect of IFRS adoption and family ownership on earnings management. This study also extends the current literature by examining the interacting effect between IFRS adoption and family ownership on earnings management. Data are obtained from Bloomberg database and Malaysia stock exchange for the period of 2010-2013. Using multiple regression analysisis, this study found that firms exhibit less earnings management after IFRS adoption. This finding is consistent with the argument that IFRS are claimed to be the high-quality accounting standards. However,this study find no evidence to support that family ownership and interaction between IFRS and family ownership negatively affect earnings management.

Keywords: IFRS adoption, family ownership, earnings management

DOI: https://doi.org/1 0.24843/JIAB.2017.v12.i02.p01

PENDAHULUAN

Beberapa penelitian Barth (2008); Barth, et. al., (2008); Elias (2012) Paananen dan Lin ( 2007); Ahmed et. al., (2013) telah menguji pengaruh pengadopsian IFRS terhadap kualitas laba, akan tetapi penelitian-penelitian tersebut belum menunjukkan hasil yang konsisten. Hasil penelitian yang tidak konsisten mengenai pengaruh pengadopsian IFRS terhadap kualitas laba, diduga disebabkan oleh adanya perbedaan faktor institusional di masing-masing negara yang mengadopsi IFRS tersebut. Dugaan ini dilandasi oleh pernyataan Ball, et. al., (2003) bahwa praktik pelaporan keuangan tidak hanya dipengaruhi oleh

standar akuntansi, namun juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor ekonomi, politik serta insentif dari pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan. Konsisten dengan pernyataan Ball et al., (2003) dan Holthausen (2009), beberapa penelitian terdahulu telah menemukan bahwa perbedaan kualitas laba antar negara pengadopsi IFRS disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi institusional di masing-masing negara tersebut (Daske et al., 2008; Byard, et. al., (2011); Landsman, et. al. 2012)

Penelitian terdahulu (Barth (2008);Barth, Landsman dan Lang (2008); Chen, et. al., (2010)) telah menjelaskan penyebab adanya perbedaan

kualitas laba antar negara setelah pengadopsian IFRS, akan tetapi belum menjelaskan penyebab adanya perbedaan kualitas laba antar perusahaan dalam satu negara. Isidro dan Raonic (2012) menyatakan bahwa kualitas laba tidak hanya berbeda antar negara tetapi juga dapat berbeda antar perusahaan yang berada dalam satu negara. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak hanya faktor institusional yang berpengaruh pada pengimplementasian IFRS, namun faktor di level perusahaan juga memiliki peranan yang penting. Penelitian Isidro dan Raonic (2012) juga menunjukkan bahwa faktor di level perusahaan mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan kualitas laba dibandingkan dengan faktor di level negara.

Kepemilikan keluarga merupakan salah satu faktor di level perusahaan yang berpengaruh terhadap kualitas laba. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara kepemilikan keluarga dan kualitas laba (Wang, 2006; Ali, et. al., (2007); Prencipe, et. al., (2008); dan Jiraporn & Dadalt, 2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kualitas laba. Terdapat dua argumen yang bertentangan mengenai pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kualitas laba yaitu argumen pengaruh entrenchment dan alignment (Wang, 2006)

Argumen entrenchment effect menyatakan bahwa pemegang saham mayoritas (keluarga) memiliki insentif untuk mengambil alih kekayaan dari pemegang saham minoritas. Anggota keluarga biasanya memegang posisi penting di dalam tim manajemen dan dewan pengawas. Dengan demikian, perusahaan keluarga mungkin memiliki kualitas laba yang lebih rendah dikarenakan pemantauan yang tidak efektif oleh dewan pengawas.

Argumen pengaruh alignment menyatakan bahwa kepentingan keluarga pendiri dan pemegang saham lainnya adalah selaras dikarenakan besarnya saham yang dimiliki oleh keluarga pendiri dan keberadaan jangka panjang mereka di perusahaan. Kekayaan anggota keluarga sangat bergantung pada nilai perusahaan, hal ini menyebabkan keluarga mempunyai insentif yang besar untuk mengawasi karyawan serta menciptakan loyalitas jangka panjang karyawan. Anggota keluarga cenderung tidak berperilaku oportunistik dalam melaporkan laba akuntansi karena hal ini berpotensi merusak reputasi, kekayaan dan kinerja jangka panjang perusahaan (Wang, 2006). Hasil penelitian Wang (2006); Ali, et. al., (2007); dan Jiraporn & Dadalt (2009) sesuai dengan argument pengaruh alignment. Dengan demikian, sesuai argumen pengaruh alignment

perusahaan keluarga diduga akan melaporkan laba yang lebih berkualitas setelah pengadopsian IFRS dikarenakan rendahnya insentif perusahaan keluarga untuk berperilaku oportunistik.

Studi ini menguji pengaruh pengadopsian IFRS dan kepemilikan keluarga terhadap kualitas laba, yang diukur melalui praktik manajemen laba perusahaan. Oleh sebab itu, untuk menghindari pengaruh dari faktor institusional terhadap manajemen laba, maka penelitian ini hanya menggunakan satu negara sebagai sampel penelitian yaitu Negara Malaysia. Dipilihnya Negara Malaysia dikarenakan negara ini telah mengadopsi IFRS secara penuh sejak 1 Januari 2012 dan struktur kepemilikan perusahaan di negara ini didominasi oleh kepemilikan keluarga serta dikarenakan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, tersedia dalam laporan keuangan perusahaan malaysia. Kedua, Malaysia merupakan negara dengan peringkat manajemen laba yang terburuk, sehingga keadaan ini sangat sesuai untuk menguji apakah setelah pengadopsian IFRS perusahaan-perusahaan di negara ini menunjukkan penurunan dalam manajemen laba.

Studi ini berkontribusi terhadap penelitian akuntansi mengingat pentingnya pengaruh kepemilikan kelurga serta IFRS terhadap kualitas laba, khususnya manajemen laba.Studi ini juga diharapkan dapat berkontribusi pada dunia praktik. Pembuat kebijakan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan tentang sejauh mana pengadopsian IFRS dan kepemilikan keluarga dapat membatasi perilaku oportunistik manajemen melalui manajemen laba.

Beberapa hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa pengadosian IFRS mampu meningkatkan kualitas laba. Barth et al., (2008) meneliti mengenai pengaruh pengadopsian IFRS pada 21 negara yang telah mengadopsi IFRS secara sukarela dan hasilnya membuktikan bahwa tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu pasca pengadosian IFRS dibandingkan dengan masa sebelum adanya pengadosian IFRS. Morais dan Curto (2008), menguji pengaruh pengadopsian IFRS di Portugal, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengadosian IFRS berdampak pada menurunnya perataan laba dan meningkatnya relevansi nilai. Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Elias (2012); et. al., (2012).

Bertentangan dengan hasil penelitian diatas, Ahmed et.al., (2013) menemukan terjadi peningkatan perataan laba, peningkatan dalam pelaporan akrual dan berkurangnya ketepatwaktuan

pelaporan kerugian pasca pengadopsian IFRS. Paananen & Lin (2007), juga menemukan bahwa setelah adanya pengadopsian wajib IFRS di Jerman, terjadi penurunan dalam kualitas laporan keuangan, peningkatan dalam manajemen laba dan penurunan dalam ketepatan waktu pengakuan kerugian.

Meskipun penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang tidak konsisten, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Perusahaan menunjukkan manajemen laba yang lebih rendah setelah pengadopsian IFRS.

Struktur kepemilikan dapat mempengaruhi mekanisme pengawasaan yang digunakan perusahaan termasuk juga mengawasi aktivitas manajemen laba (Siregar dan Utama, 2008). Kepemilikan keluarga merupakan salah satu bentuk struktur kepemilikan yang penting. Dalam kepemilikan keluarga, keluarga bisa mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan melalui dua cara yaitu melalui pengaruh entrenchment dan pengaruh alignment (Wang, 2006). Wang (2006) menyatakan bahwa dalam pengaruh entrenchment, laba dikelola secara oportunis dan kualitas laba rendah.Sebaliknya, dalam pengaruh alignment, laba tidak dikelola secara oportunis dan laba memiliki kualitas tinggi.

Menurut argumen entrenchment effect, pemegang saham mayoritas (keluarga) memiliki insentif untuk mengambil alih kekayaan dari pemegang saham minoritas. Anggota keluarga biasanya memegang posisi penting di dalam tim manajemen dan dewan pengawas. Dengan demikian, perusahaan keluarga mungkin memiliki tata kelola perusahaan yang lebih rendah dikarenakan pemantauan yang tidak efektif oleh dewan pengawas. Prencipe, Markarian, dan Pozz (2008) memberikan bukti empiris bahwa perusahaan keluarga melakukan tindakan manajemen laba yang bertujuan untuk mengamankan kepentingan keluarga pengendali.

Bertentangan dengan argumen entrenchment effect, argumen alignment effect menyatakan bahwa kepentingan keluarga dan pemegang saham lainnya adalah selaras karena besarnya jumlah saham yang dimiliki keluarga dan keberadaan jangka panjang anggota keluarga di perusahaan. Anggota keluarga memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk berperilaku oportunistik karena mereka akan berada dalam perusahaan dalam jangka waktu yang panjang, adanya keinginan untuk mewariskan perusahaannya pada generasi berikutnya serta keinginan untuk menjaga nama baik keluarga. Hal ini akan menyebabkan perusahaan keluarga termotivasi untuk melaporkan laba yang lebih berkualitas.

Hasil penelitian Wang (2006), menunjukkan adanya hubungan positif antara kepemilikan keluarga dan kualitas laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan alignment effect bahwa kepemilikan keluarga berhubungan dengan akrual abnormal yang rendah dan perataaan laba kecil.Wang (2006) menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga tidak melaporkan laba secara oportunistik sehingga menghasilkan kualitas laba lebih tinggi.

Ali et. al., (2007) juga menemukan bahwa perusahaan keluarga menunjukkan akrual diskresioner yang lebih rendah dan kemampuan prediksi arus kas masa depan yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan non-keluarga. Jiraporn dan Dadalt (2009) juga menemukan bahwa perusahaan keluarga menunjukkan kecenderungan yang lebih rendah untuk melakukan manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Persentase kepemilikan keluarga berpengaruh negatif pada manajemen laba.

Beberapa hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa pengadosian IFRS berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba ( Barth et. al., (2008); Morais dan Curto (2008); Elias (2012); Zeghal, Chtourou, dan Fourati (2012). Di samping standar akuntansi, praktik pelaporan keuangan juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, salah satunya yaitu struktur kepemilikan (Ball et al. 2003). Kepemilikan keluarga merupakan salah satu struktur kepemilikan yang penting dan memiliki keterkaitan dengan manajemen laba. Berbagai hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa kepemilikan keluarga berhubungan negatif dengan manajemen laba (Wang, 2006; Jiraporn dan Dadalt, 2009; Ali et. al., 2007).

Dalam konteks pengadopsian IFRS, perusahaan keluarga diduga akan menghasilkan laba yang lebih berkualitas. Hal ini dikarenakan anggota keluarga cenderung tidak berperilaku oportunistik dalam melaporkan laba akuntansi karena hal ini berpotensi merusak reputasi, kekayaan dan kinerja jangka panjang perusahaan (Wang, 2006). Dengan demikian, perusahaan keluarga diduga akan melaporkan laba yang lebih berkualitas setelah pengadopsian IFRS dikarenakan rendahnya insentif perusahaan keluarga untuk melakukan manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Semakin tinggi persentase kepemilikan keluarga, maka manajemen laba pada perusahaan setelah pengadopsian IFRS akan semakin rendah.

METODE PENELITIAN

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bloomberg Database dan Bursa Efek Malaysia. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan dikategorikan sebagai 100 perusahaan non financial terbesar di Malaysia; (2) Perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan keluarga; (3) Memiliki informasi keuangan lengkap selama periode pengamatan yaitu antara tahun 20102013; (4) Tersedia data mengenai struktur kepemilikan saham.

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji regresi berganda. Model persamaan regresi adalah sebagai berikut:

EMit = β0 + β1 IFRS(0,1) + β2 FamOwnit + β3 IFRS*

FamOwn + β4 Levit + β5 S i z e _ L o g it+ εit….......................................................(1)

Keterangan:

EMit      = Manajemen laba perusahaan i pada

periode t yang diukur menggunakan discretionary accruals

IFRS(0,1)   = Variabel indikator, bernilai 1 untuk

periode setelah pengadopsian IFRS dan 0periode sebelum pengadopsian IFRS.

FamOwnit = Kepemilikan keluarga perusahaan i pada periode t yang diukur menggunakan persentase kepemilikan keluarga dalam struktur saham perusahaan.

Levit      = Leverage perusahaan i pada periode t

yang diukur dengan longterm debt dibagi total asset.

Size_Logit = Ukuran perusahaan i pada periode t yang diukur dengan logaritma natural dari total asset.

β 0         = Intercept

ε         = Galat

k          = koefisien regresi

Variabel dependen dari penelitian ini adalah praktik manajemen laba.Variabel independen dari penelitian ini adalah pengadopsian IFRS dan kepemilikan keluarga.

Manajemen laba diukur menggunakan discretionary accrual sebagai proxy dari manjemen laba. Manajemen laba dihitung dengan Modified Jones Model (Dechow, Sloan, dan Sweeney, 1995). Angka akrual diskresioner diperoleh dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:

  • 1.    Menentukan nilai total akrual (TA) dengan rumus di bawah ini.

TAit =EBXIit - CFOit.................................(1)

  • 2.    Menentukan nilai parameter a1, a2 dana3dengan Jones Model.

TAit/Ai,t-1 = α1[1/Ai,t-1] +α2[ΔREVi,t - ΔARi,t

/ Ai,t-1) + α3(PPEit/Ai t-1) +εit (2)

Nilai parameter a1, a2, a3 diestimasi dengan menggunakan metode pool seperti yang dilakukan oleh Kang dan Sivaramakrishnan (1995). Kang dan Sivaramakrishnan (1995) meyatakan bahwa parameter estimasi yang diperoleh dengan pooled model menghasilkan koefisien estimasi yang tidak bias.

Nilai parameter a1, a2 dana3 yang diperoleh dari regresi diatas digunakan untuk menghitung nilai non discretionary accrual (NDA) dengan rumus sebagai berikut:

NDAit = αι[1∕AjtJ + α2[(ΔREVit - ΔARit)/

A,J + ^3(PPEAfl)...............(3)

  • 3.    Selanjutnya, discretionary accrual (DA) dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.

DAit= (TAit/Ai,t-1) – NDAit…………..…....(4) Keterangan:

TAit    = Total accrual perusahaan i pada

periode ke-t

EBXIit = Laba bersih sebelum extraordinary item perusahaan i pada periode ke-t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahan i pada periode ke-t

NDAit = Non- discretionary accrual perusahaan i pada periode ke -t.

Ai,t-1   = Total aktiva perusahaan i pada

periode ke t-1

ΔREVi,t = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke -t

ΔARi,t = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke -t

PPEit = Gross property, plant and equipment (aktiva tetap) perusahaan i pada periode ke -t.

DAit   = Discretionary Accrual perusahaan

i pada periode ke -t.

ε it      = Error

Penelitian ini bertujuan untuk menguji manajemen laba secara umum (income-increasing maupun income-decreasing) maka nilai DA yang diperoleh dari perhitungan, selanjutnya diabsolutkan. Warfield et. al.,(1995) and Francis et. al., (1999)

Reynolds dan Francis (2001) menyatakan bahwa dalam kondisi tidak adanya prediksi arah tertentu (income-increasing atau income decreasing), maka cara terbaik untuk mengukur sejauh mana suatu perusahaan menggunakan akrual untuk mengelola laba adalah dengan menggunakan nilai akrual absolut.

Pengukuran IFRS dilakukan dengan menggunakan variabel dummy. Dalam penelitian ini, kelompok yang diberi nilai dummy satu untuk periode setelah pengadosian IFRS dan dummy nol untuk periode sebelum pengadopsian IFRS. Oleh karena Malaysia mengadopsi IFRS secara penuh pada 1 Januari 2012, sehingga tahun 2010 dan 2011 perusahaan diberikan nilai dummy nol dan tahun 2012 dan 2013 perusahaan diberikan nilai dummy satu.

Variabel kepemilikan keluarga merupakan variabel pemoderasi. Pengukuran variabel kepemilikan

keluarga menggunakan besarnya presentase kepemilikan keluarga yang ada dalam struktur kepemilikan saham perusahaan (Gonzalez dan Meca, 2014). Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan “ultimate ownership” dalam mengukur kepemilikan keluarga. Hal ini dikarenakan kepemilikan langsung seringkali tidak mencerminkan sejauh mana kepemilikan yang sesungguhnya dari suatu keluarga pada perusahaan. Pada penelitian ini perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan keluarga apabila keluarga memiliki lebih dari 20% saham perusahaan. Data mengenai “ultimate ownership” diperoleh dari laporan keuangan perusahaan Malaysia. Laporan keuangan perusahaan Malaysia mengungkapkan informasi mengenai kepemilikan langsung dan tidak langsung suatu keluarga pada perusahaan.

Tabel 1.

Variabel Kontrol Model Penelitian

Variabel

Penjelasan                               Operasionalisasi

Variabel

Leverage

Konsisten dengan penelitian sebelumnya Bowen et al., (2008) Leverage diukur menemukan leverage berhubungan positif dengan manajemen dengan longterm laba. Perusahaan umumnya memiliki insentif untuk menerapkan debt dibagi total kebijakan akuntansi untuk menghindari pelanggaran terhadap assets perjanjian utang. Oleh karena itu, peneliti memasukkan variabel leverage sebagai variabel kontrol.

Size

Peneliti memasukan size sebagai variabel kontrol dikarenakan Size      diukur

beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan negatif antara dengan ukuran perusahaan dan manajemen laba. Perusahaan berukuran logaritma besar diduga memiliki sistem pengendalian yang lebih baik serta natural dari total umumnya melakukan pengungkapan yang lebih banyak asset dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Hal ini mengakibatkan perusahaan berukuran besar memiliki peluang yang lebih kecil untuk melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil (Gonzalez & Meca, 2014).

Sumber: Data diolah, 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis satu (H1) dilakukan untuk membuktikan secara empiris bahwa perusahaan Malaysia melakukan manajemen laba yang lebih rendah setelah pengadopsian IFRS pada

perusahaannya. Hipotesis satu dikatakan terdukung apabila koefisien IFRS bernilai signifikan dan negatif. Hal ini berarti bahwa perusahaan melakukan manajemen laba yang lebih rendah setelah pengadopsian IFRS. Hasil pengujian hipotesis ditunjukkan oleh Tabel 2.

Tabel 2.

Hasil Analisis Regresi


Variable

Predicted sign

Coefficient

t-statistic

p-value

Intercept

?

2,798

2,623

0,010*

IFRS

-

-0,307

-2,445

0,016**

FamOwn

-

-0,137

-0,227

0,821

IFRS*FamOwn

-

0,125

1,482

0,140

Lev

+

-0,251

-0,672

0,502

Size_Log

-

-2,016

-5,342

0,000*

N

176

Adj.R2

0,196

F-value

9,506*

Sumber: Data diolah, 2016


Manajemen laba perusahaan diukur menggunakan discretionary accruals; IFRS(0,1)= Variabel indikator, bernilai 1 untuk periode setelah pengadopsian IFRS dan 0 periode sebelum pengadopsian IFRS; FamOwn = Kepemilikan keluarga yang diukur menggunakan persentase kepemilikan keluarga dalam struktur saham perusahaan; Lev = Leverage yang diukur dengan longterm debt dibagi total asset; Size_Log = Ukuran perusahaayang diukur dengan logaritma natural dari total asset; β0 = Intercept; ε = Galat; k = koefisien regresi.

Hasil analisis regresi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel IFRS berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba (p-value 0,016 < 0,05) atau dengan kata lain perusahaan-perusahaan go public di Malaysia menunjukkan manajemen laba yang lebih rendah setelah pengadopsian IFRS. Malaysia melakukan pengadopsian IFRS secara penuh pada 1 Januari 2012. Perusahaan-perusahaan go public di Malaysia diwajibkan menyusun laporan keuangan berdasarkan Malaysian Financial Reporting Standard (MFRS), suatu standar yang identik dengan IFRS. Manajemen laba yang lebih rendah mengindikasikan bahwa kualitas laba yang dihasilkan semakin meningkat. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis satu (H1) yang menyatakan bahwa perusahaan yang telah mengadopsi IFRS menunjukkan manajemen laba yang lebih rendah dapat terdukung.

Hasil pengujian hipotesis satu mengindikasikan bahwa IFRS terbukti sebagai suatu standar yang berkualitas tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barth et. al., (2008) yang menyatakan bahwa IFRS mampu meningkatkan kualitas laba dikarenakan IFRS mampu menghapuskan alternatif-alternatif akuntansi sehingga mampu mengurangi diskresi manajemen. Hasil pengujian hipotesis ini menunjukkan hasil yang serupa dengan hasil penelitian Barth et. al., (2008); Morais dan Curto (2008); Elias (2012); Zeghal, et. al., (2012) yang juga menemukan bahwa IFRS terbukti mampu meningkatkan kualitas laba.

Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa persentase kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil pengujian hipotesis dua (H2) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa koefisien variabel FamOwn tidak signifikan secara statistik (p-value 0,821> 0,05), yang berarti bahwa kepemilikan keluarga secara statistik tidak mempengaruhi tingkat manajemen laba. Hasil pengujian ini tidak sesuai dengan hipotesis dua yang

diajukan, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis dua (H2) tidak terdukung.

Teori mengenai kepemilikan keluarga menyatakan bahwa, keluarga bisa mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan melalui dua cara yaitu melalui pengaruh entrenchment dan pengaruh alignment (Wang, 2006). Menurut argumen entrenchment effect, pemegang saham mayoritas (keluarga) memiliki insentif untuk mengambil alih kekayaan dari pemegang saham minoritas. Anggota keluarga biasanya memegang posisi penting di dalam tim manajemen dan dewan pengawas sehingga perusahaan keluarga mungkin memiliki tata kelola perusahaan yang lebih rendah. Dengan demikian, sesuai argumen pengaruh entrenchment maka laba akan dikelola secara oportunis dan kualitas laba rendah.

Bertentangan dengan argumen entrenchment effect, argumen alignment effect menyatakan bahwa kepentingan keluarga dan pemegang saham lainnya adalah selaras karena besarnya jumlah saham yang dimiliki keluarga dan keberadaan jangka panjang anggota keluarga di perusahaan. Anggota keluarga memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk berperilaku oportunistik karena mereka akan berada dalam perusahaan dalam jangka waktu yang panjang, adanya keinginan untuk mewariskan perusahaannya pada generasi berikutnya serta keinginan untuk menjaga nama baik keluarga. Hal ini akan menyebabkan perusahaan keluarga termotivasi untuk melaporkan laba yang lebih berkualitas.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sesuai dengan argumen pengaruh alignment effect. Akan tetapi, pengujian hipotesis dua yang tidak signifikan menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan argumen alignment effect maupun argumen entrenchment effect. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gonzalez dan Meca (2014) yang menemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kepemilikan keluarga dan manajemen laba. Penjelasan yang dapat dikemukakan mengenai hasil pengujian tersebut, adalah kemungkinan terdapat hubungan yangnon-linear antara kepemilikan keluarga dan manajemen laba. Berawal dari penelitian sebelumnya yang menemukan adanya hubungan non linear antara kepemilikan keluarga dan kinerja perusahaan (Anderson dan Reeb, 2003; Chen et. al., 2005). Saleh, et. al., (2013) menguji mengenai hubungan non linear antara kepemilikan keluarga dan manjemen laba. Saleh et. al., (2013) menemukan bahwa perusahaan keluarga akan menunjukkan

manajemen laba yang rendah ketika keluarga pendiri memiliki jumlah saham yang rendah pada perusahaan, karena pada level kepemilikan ini perusahaan keluarga cenderung memiliki kinerja yang baik. Dalam kondisi kinerja yang tinggi perusahaan tidak membutuhkan adanya manajemen laba. Leuz et. al., (2003) menyatakan bahwa manajemen laba umumnya terjadi ketika perusahaan memiliki kinerja yang buruk dan bukannya ketika perusahaan memiliki kinerja yang baik. Dalam kodisi perusahaan memiliki kinerja yang baik, maka perusahaan tidak membutuhkan adanya manajemen laba. Sehingga laba yang dilaporkan akan lebih berkualitas.

Sebaliknya, dalam kondisi keluarga pendiri memiliki persentase kepemilikan saham yang besar, maka perusahaan keluarga cenderung akan melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan dalam kondisi kepemilikan saham yang besar oleh keluarga, perusahaan-perusahaan ini cenderung melaporkan kinerja yang buruk karena keluarga mengambil alih kekayaan dari pemegang saham minoritas (Anderson dan Reeb, 2003; Claessens et. al., 2002). Perusahaan cenderung menggunakan manajemen laba untuk menyembunyikan kinerja yang buruk (Leuz et. al., 2003).

Faktor lain yang juga dapat menjelaskan hasil pengujian hipotesis ini adalah karakteristik negara Malaysia. Malaysia diyakini memiliki sistem penegakan hukum yang lemah, meskipun negara tersebut menganut sistem common law yang dianggap sebagai standar hukum yang baik (Ball et. al., 2003; Leuz et. al., 2003). Dalam kondisi ini, persentase kepemilikan keluarga yang tinggi kemungkinan dapat memberikan keleluasaan bagi pemegang saham mayoritas untuk melakukan pengambilalihan kekayaan dari pemegang saham minoritas. Hal ini dapat dilakukan melalui transaksi pihak terkait (related party transcation) dikarenakan rendahnya perlindungan investor di negara tersebut (Saleh et al., 2013).

Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa semakin tinggi persentase kepemilikan keluarga, maka manajemen laba pada perusahaan setelah pengadopsian IFRS akan semakin rendah. Logika yang mendasari dirumuskannya hipotesis ketiga yaitu berbagai hasil penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa pengadosian IFRS mampu meningkatkan kualitas laba Barth et. al., (2008); Morais dan Curto (2008); Elias (2012); Zeghal et. al., (2012). Di samping itu, Wang (2006); Jiraporn dan Dadalt (2009); Ali et. al., (2007) juga menemukan bahwa kepemilikan keluarga berhubungan positif dengan kualitas laba.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, peneliti menduga bahwa semakin tinggi persentase kepemilikan keluarga, maka manajemen laba pada perusahaan yang telah mengadopsi IFRS akan semakin rendah.

Penguji pengaruh interaksi antara IFRS dan kepemilikan keluarga digunakan metode uji nilai selisih mutlak (Frucot dan Shearon, 1991). Variabel interaksi (IFRS*FamOwn) diukur dengan nilai absolut perbedaan antara variabel IFRS dan kepemilikan keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut, koefisien hasil regresi untuk variabel interaksi (IFRS*FamOwn) diharapkan signifikan negatif. Hasil uji statistik pada Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi antara IFRS dan kepemilikan keluarga tidak signifikan secara statistik (p-value 0,14 > 0,05). Hasil pengujian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan, sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 tidak terdukung.

Penjelasan yang dikemukakan mengenai hasil pengujian tersebut, adalah terkait dengan hasil pengujian hipotesis dua. Penelitian ini menduga bahwa kepemilikan keluarga akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dugaan ini dilandasi oleh adanya pernyataan Ball et. al., (2003) bahwa praktik pelaporan keuangan tidak hanya dipengaruhi oleh standar akuntansi namun juga dipengaruhi oleh faktor lainnya, salah satunya yaitu struktur kepemilikan. Kepemilikan keluarga merupakan salah satu struktur kepemilikan yang penting dan memiliki keterkaitan dengan kualitas laba. Berbagai hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa kepemilikan keluarga berhubungan positif dengan kualitas laba atau dapat dikatakan berhubungan negatif dengan manajemen laba (Wang, 2006; Jiraporn dan Dadalt, 2009; Ali et. al., 2007).

Akan tetapi, hasil pengujian hipotesis dua ternyata menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian yang tidak signifikan mengenai pengaruh kepemilikan keluarga terhadap manjemen laba dijelaskan dengan adanya kemungkinan hubungan non-linear antara kepemilikan keluarga dan manajemen laba (Saleh et. al., 2013). Perusahaan keluarga kemungkinan melaporkan kualitas laba yang tinggi ketika keluarga pendiri memiliki jumlah saham yang rendah pada perusahaan. Sebaliknya, dalam kondisi keluarga pendiri memiliki persentase kepemilikan saham yang besar, kualitas laba yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan kemungkinan akan buruk.

Adanya kemungkinan hubungan non-linear antara kepemilikan keluarga dan manajemen laba,

dapat mempengaruhi pengaruh interaksi antara IFRS dan kepemilikan keluarga terhadap manajemen laba. Dalam kondisi demikian, maka terdapat kemungkinan bahwamanjemen laba pada perusahaan setelah pengadopsian IFRS akan semakin rendah, ketika keluarga pendiri memiliki jumlah saham yang rendah pada perusahaan. Namun, ketika keluarga pendiri memiliki jumlah saham yang besar, perusahaan tidak menunjukkan manajemen laba yang lebih rendah setelah pengadopsian IFRS. Hal inilah yang kemungkinan menyebakan pengaruh interaksi antara IFRS dan kepemilikan keluarga menunjukkan hasil yang tidak signifikan.

SIMPULAN

Perusahaan yang telah mengadopsi IFRS menunjukkan mananjemen laba yang lebih rendah. Hasil pengujian empiris memberikan bukti bahwa variabel IFRS berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba, dan hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa interaksi antara pengadopsian IFRS dengan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba, dan hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang tidak dapat dihindari antara lain, pertama, penelitian ini hanya menggunakan satu negara sebagai sampel penelitian yaitu negara Malaysia, sehingga daya generalisasi dari hasil penelitian cukup terbatas. Kedua, jumlah sampel yang kecil karena terbatasnya data yang tersedia dan dapat diproses dalam penelitian ini dapat mempengaruhi hasil penelitian, oleh sebab itu peneliti berpendapat bahwa hasil penelitian haruslah diinterpretasikan secara hati-hati.

REFERENSI

Ahmed, A. S., Neel, M., & Wang, D. (2013). Does Mandatory Adoption of IFRS Improve Accounting Quality? Preliminary Evidence. Contemporary Accounting Research, 30(4), 1344–1372.

Ali, A., Chen, T., & Radhakrishnan, S. (2007). Corporate Disclosures by Family Firms. Journal Accounting and Economics, 44, 238–286.

Anderson, R. C., & Reeb, D. M. (2003). FoundingFamily Ownership and Firm Performance/ : Evidence from the S & P 500. The Journal Of Finance, 58(3), 1301–1328.

Ball, R., Robin, A., & Shuang, J. (2003). Incentives Versus Standards: Properties of Accounting Income in Four East Asian Countries. Journal of Accounting and Economics, 36, 235–270.

Barth, M. E. 2008. Global Financial Reporting: Implications U.S. Academics. The Accounting Review, 83(5), 1159–1179.

Barth, M. E., Landsman, W. R., & Lang, M. H. (2008). Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46(3), 467–498.

Byard, D., Compton, Y. L., & Yu, Y. (2011). The Effect of Mandatory IFRS Adoption on Financial Analysts’ Information Environment. Journal of Accounting Research, 49, 69–96.

Carney, R. W., & Child, T. B. (2013). Changes to the Ownership and Control of East Asian Corporations Between 1996 and 2008: The Primacy of Politics. Journal of Financial Economics, 107(2), 494–513.

Chen, H., Lin, Z., Tang, Q., & Jiang, Y. (2010). The Role of International Financial Reporting Standards in Accounting Quality: Evidence from the European Union. Journal of International Financial Management and Accounting, 21, 220–278.

Chen, Z., Cheung, Y.-L., Stouraitis, A., & Wong, A. W. S. (2005). Ownership Concentration, Firm Performance, and Dividend Policy in Hong Kong. Pacific-Basin Finance Journal, 13, 431–449.

Claessens, S., Djankov, S., Fan, J. P. H., & Lang, L. H. P. (2002). Disentangling the Incentive and Entrenchment Effects of Large Shareholdings. Journal of Finance, 57(6), 2741–2771.

Daske, H., Hail, L., Leuz, C., &Verdi, R. S. (2008). Mandatory IFRS Reporting Around the World: Early Evidence on the Economic Consequences. Journal of Accounting Research, 46, 1085–1142.

Dechow, P. M., Sloan, R. G., & Sweeney, A. P. (1995). Detecting Earnings Management. The Accounting Review, 70, 193–225.

Elias, N. (2012). The Impact of Mandatory IFRS Adoption on Accounting Quality: Evidence from Australia. Journal of International Accounting Research, 11(1), 147–154.

Frucot, V., & Shearon, W. T. (1991). Budgetary participation, locus of control, and Mexican managerial performance and job satisfaction. Accounting Review, 66(1), 80–99.

Gonzalez, J. S., & Meca, E. G. (2014). Does Corporate Governance Influence Earnings Management in Latin American Markets? Journal Of Business Ethics, 121, 419–440.

Holthausen, R. W. (2009). Accounting Standards, Financial Reporting Outcomes, and Enforcement. Journal of Accounting Research, 47(2), 447–459.

Isidro, H., & Raonic, I. (2012). Firm Incentives, Institutional Complexity and the Quality of “Harmonized” Accounting Numbers. International Journal of Accounting, 47(4), 407–436.

Jiraporn, P., & Dadalt, P. J. (2009). Does Founding Family Control Affect Earnings Management? Applied Economic Letters, 16, 113–119.

Kang, S.-H., & Sivaramakrishnan, K. (1995). Issues in Testing Earnings Management and an Instrumental Variable Approach. Journal of Accounting Research, 33(2), 353–367.

Landsman, W. R., Maydew, E. L., & Thornock, J. R. (2012). The Information Content of Annual Earnings Announcements and Mandatory Adoption of IFRS. Journal of Accounting and Economics, 53, 34–54.

Leuz, C., Nanda, D., & Wysocki, P. D. (2003). Earnings Management and Investor Protection: An International Comparison. Journal of Financial Economics, 69, 505–527.

Morais, A. I., & Curto, J. D. (2008). Accounting Quality and the Adoption of IASB Standards: Portuguese Evidence. Revista Contabilidade & Finanças, 19(30), 103–111.

Paananen, M., & Lin, H. (2007). The Development of Accounting Quality of IAS and IFRS Over

Time: The Case of Germany. Working Paper, University of Hertfordshire.

Prencipe, A., Markarian, G., & Pozza, L. (2008). Earnings Management in Family Firms/ : Evidence From R & D Cost Capitalization in Italy. Family Business Review, 21(1), 71–88.

Reynolds, J. K., & Francis, J. R. (2001). Does Size Matter? The Influence of Large Clients on OfficeLevel Auditor Reporting Decisions. Journal of Accounting & Economics, 30 , 375–400.

Saleh, N. M., Jaffar, R., & Yatim, P. (2013). Family Ownership, Related-Party Transactions and Earnings Quality. Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance, 9(1), 129–153.

Siregar, S. V., & Utama, S. (2008). Type of Earnings Management and The Effect of Ownership Structure, Firm Size , and Corporate Governance Practices: Evidence from Indonesia. The International Journal Of Accounting, 43, 1–27.

Wang, D. (2006). Founding Family Ownership and Earnings Quality. Journal of Accounting Research, 443.

Zeghal, D., Chtourou, S. M., & Fourati, Y. M. (2012). The Effect of Mandatory Adoption of IFRS on Earnings Quality: Evidence from the European Union. Journal of International Accounting Research, 11(2), 1–25.