PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA LINGKUNGAN BERBASIS PROPER PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
on
28 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 9 No. 1, Januari 2014
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA
LINGKUNGAN BERBASIS PROPER PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Candra Widi Sari1
I Gusti Ketut Agung Ulupui2
1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail: candrawidisari@gmail.com
2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif bertujuan menemukan pengaruh karakteristik perusahaan berupa profile, size, leverage, profitabilitas, dan growth pada kinerja lingkungan berbasis PROPER. Obyek penelitian adalah kinerja lingkungan yang berbasis PROPER tahun 2010-2012. Jumlah sampel yang digunakan adalah 18 perusahaan dengan 54 amatan. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa profile, leverage, profitabilitas dan growth tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER. Sedangkan variabel size berpengaruh positif pada kinerja lingkungan berbasis PROPER.
Kata kunci: karakteristik perusahaan, kinerja lingkungan, PROPER
ABSTRACT
This study was an associative study aimed to find the influence of company’s characteristics such as profile, size, leverage, profitability, and growth on PROPER-based environmental performance. The research object was the PROPER-based environmental performance for period 2010-2012. The samples used were 18 companies with 54 financial statements. Samples were taken by purposive sampling method. Data collection techniques was using documentation. The analysis technique used was multiple linear regression. Based on the results of the analysis, it was found that profile, leverage, profitability and growth had no effect on the PROPER-based environmental performance. While size had a positive effect on the PROPER-based environmental performance.
Keywords: company’s characteristics, environmental performance, PROPER
PENDAHULUAN
Interaksi antara lingkungan dan kegiatan ekonomi memunculkan berbagai dampak. Semakin tinggi interaksi kegiatan ekonomi dan lingkungan maka akan semakin besar dampak yang dihadapi terhadap degradasi lingkungan. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan pemangku kepentingan (Mulyadi dan Anwar, 2012). Menurut World Business Council for Sustainable Development sebagaimana ditulis kembali oleh Cheng (2011) menjelaskan Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen berkelanjutan perusahaan untuk bertindak sesuai dengan etika yang berlaku dengan berkontribusi kepada masyarakat luas. Henri dan Journeault (2008) menyatakan indikator kinerja lingkungan merupakan langkah numerik memberikan informasi kunci yang
terkait dengan isu-isu lingkungan. Hal ini juga dilakukan di China.Wang, et al (2002) menjelaskan program pengendalian pencemaran berbasis insentif di Cina, dimana kinerja lingkungan perusahaan berperingkat dan dilaporkan kepada publik melalui media dengan peringkat hijau, biru, kuning, merah dan hitam.
Kepedulian pemerintah Indonesia akan indikator kinerja lingkungan dilakukan dengan tindakan pengawasan pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan ketaatan terhadap peraturan lingkungan hidup agar tercapai keunggulan lingkungan. Aturan tentang pengelolaan lingkungan hidup juga tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 5. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Berdasarkan peraturan tersebut seharusnya perusahaan memenuhi kewajibannya dengan melakukan transparansi atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini didukung pula oleh Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-38/PM/1996 Tanggal 17 Januari 1996 yang menjelaskan bahwa perusahaan dapat memberikan informasi mengenai keikutsertaan perusahaan dalam kegiatan pelayanan masyarakat, program kemasyarakatan, amal atau acara sosial lainnya. Demikian juga kepedulian pemerintah Indonesia akan indikator kinerja lingkungan perusahaan dilakukan dengan mengadakan tindakan pengawasan pengelolaan lingkungan yaitu Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) oleh Kementrian Lingkungan Hidup sejak tahun 2002 yang berupa pemberian insentif atau disentif kepada penanggung jawab usaha.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan dengan kompleksitas kegiatan yang tinggi karena perusahaan manufaktur melakukan usahanya dari proses pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi. Perusahaan manufaktur dapat digolongkan menjadi dua jenis industri utama yaitu high-profile dan low-profile. Menurut Robert (1992) dalam Anggraini (2006), industri dengan kategori high-profile didefinisikan sebagai industri dengan visibilitas konsumen, kompetisi yang tinggi serta risiko politik yang tinggi. Sedangkan industri low-profile adalah industri yang memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungannya, serta risiko politik atau kompetisi yang rendah. Perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kategori high-profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, bahan kimia, plastik, kertas, otomotif, rokok, farmasi, kosmetika dan perkakas/perabotan. Perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kategori low-profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang semen, keramik, logam, pakan hewan, kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas kaki, kabel dan elektronik (Sari, 2012).
Kinerja lingkungan juga dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan (Suratno, dkk., 2007). Perusahaan besar memiliki aktivitas lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil sehingga menimbulkan pengaruh yang lebih besar pada masyarakat. Pengelolaan lingkungan dapat menghindarkan
perusahaan dari reputasi buruk serta klaim masyarakat dan pemerintah sehingga dapat meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan ekonomi (Kwarto, 2012). Perusahaan menghasilkan profit memerlukan modal yang terdiri dari modal sendiri, modal pemegang saham serta pinjaman dari pihak lain. Ketergantungan perusahaan pada utang dalam membiayai kegiatan operasionalnya akan mempengaruhi kinerja lingkungannya. Semakin tinggi rasio utang perusahaan maka semakin rendah aktivitas perusahaan dalam mengelola dan memperbaiki lingkungan akibat dampak operasinya karena laba dari penjualan perusahaan akan dialokasikan untuk menurunkan risiko keuangan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan diukur dengan tingkat penjualan karena jika perusahaan mampu mencapai tingkat penjualan tertentu, perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungannya serta mendapatkan citra positif dari masyarakat.
Kinerja keuangan yang sukses saat ini akan meningkatkan kinerja lingkungan di masa depan (Earnhart dan Lízal, 2006). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan kinerja keuangan perusahaan tahun 2009-2011 yang dihubungkan dengan hasil PROPER tahun 2010-2012. Kondisi keuangan berupa kesuksesan atau kegagalan keuangan akan menjadi pertimbangan manajemen dalam melakukan perbaikan-perbaikan aktivitas perusahaan pada periode berikutnya. Penelitian ini menggunakan kinerja lingkungan yang merupakan hasil observasi langsung Kementrian Lingkungan Hidup ke perusahaan dan diungkapkan dalam laporan PROPER.
Berdasarkan kajian di atas, maka penelitian ini bertujuan menemukan pengaruh karakteristik perusahaan berupa profile, size, leverage, profitabilitas, dan growth pada kinerja lingkungan berbasis PROPER.
Pengaruh Profile pada Kinerja Lingkungan
Kepentingan sosialisasi perusahaan dilakukan dengan melakukan pengungkapan kinerja lingkungan karena jika masyarakat merasa tidak puas dengan operasi perusahaan secara sah (legitimate), maka masyarakat dapat mencabut kontrak sosial dalam operasi perusahaan (Deegan, 2002). Perusahaan akan menghindari adanya peregulasian yang nantinya akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi sehingga perusahaan akan mengikuti sistem nilai masyarakat
secara sukarela (Indriastuti, 2012). Menurut Indrawati (2009), perusahaan high-profile umumnya merupakan perusahaan yang berpotensi untuk bersinggungan dengan kepentingan luas. Bagi perusahaan high-profile perbaikan kinerja lingkungan dikesampingkan karena persaingan keunggulan produk lebih diutamakan untuk memenuhi keinginan konsumen terhadap produk. Sebaliknya, pada industri low-profile dengan sensitivitas lingkungan, risiko politis dan persaingan industri yang lebih rendah manajemen perusahaan dapat memberikan perhatian lebih terhadap lingkungan. Berdasarkan kajian tersebut, hipotesis penelitiannya adalah:
Ha1: profile berpengaruh negatif pada kinerja lingkungan.
Pengaruh Size pada Kinerja Lingkungan
Berdasarkan teori agensi, perusahaan besar akan mendapatkan lebih banyak tekanan dari masyarakat serta investor, perusahaan besar dengan aktivitas operasi yang tinggi akan memperhatikan dampak sosial dan dampak lingkungan karena merupakan hal yang penting bagi citra perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka informasi yang disediakan untuk investor sebagai dasar keputusan investasi semakin banyak (Ikbal, 2012). Perusahaan-perusahaan dengan omset penjualan besar mengungkapkan informasi lingkungan lebih banyak daripada perusahaan kecil (Galani, et al, 2011). Penelitian Haslinda, et al (2010) menunjukkan bahwa peningkatan citra perusahaan adalah manfaat paling besar yang dibawa oleh implementasi sistem manajemen lingkungan. Menurut Sari (2012) dan Sembiring (2005), size berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan yang diukur dengan CSRD. Berdasarkan kajian di atas, maka hipotesis penelitian ini:
Ha2: size berpengaruh positif pada kinerja lingkungan.
Pengaruh Leverage Pada Kinerja Lingkungan
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi memiliki risiko keuangan yang tinggi. Darlis, dkk. (2009) menyatakan bahwa agar dapat melaporkan keuntungan yang besar maka manajemen harus mengurangi biaya-biaya aktivitas perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi cenderung melaporkan keuntungan lebih tinggi agar kemungkinan
melanggar perjanjian utang dapat dikurangi (Sari, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa laba dari penjualan perusahaan akan dialokasikan untuk menurunkan risiko keuangan sehingga kinerja lingkungan dikesampingkan. Yesika (2013) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap kinerja lingkungan. Berdasarkan kajian di atas, hipotesis penelitian adalah:
Ha3: leverage berpengaruh negatif pada kinerja lingkungan.
Pengaruh Profitabilitas pada Kinerja Lingkungan
Husnan (2001) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba pada tingkat aset, tingkat penjualan dan modal saham tertentu. Berkaitan dengan teori agensi, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi maka manajemen akan meningkatkan pengelolaan lingkungannya karena perusahaan dengan keuntungan yang tinggi akan menjadi sorotan publik, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan kinerja lingkungan dan tanggung jawab sosialnya. Penelitian ini didukung oleh penelitian Lucyanda dan Siagian (2012) serta penelitian Vintila dan Duca (2013) yang menyatakan adanya pengaruh antara profitabilitas dan kinerja lingkungan yang diukur dengan CSR. Berdasarkan kajian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Ha4: profitabilitas berpengaruh positif pada kinerja lingkungan.
Pengaruh Growth pada Kinerja Lingkungan
Perusahaan dengan kesempatan tumbuh yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas di masa depan, sedangkan perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang rendah cenderung menghasilkan tingkat profitabilitas yang rendah pula (Ulfa, 2009). Berdasarkan teori agensi, perusahaan dengan kesempatan tumbuh yang tinggi akan memberikan keuntungan yang tinggi di masa depan. Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mendapat banyak perhatian dari publik. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang tinggi cenderung meningkatkan kinerja lingkungannya sehingga investor yang peduli lingkungan akan mempertimbangkan keputusan investasinya pada perusahaan tersebut.
Ha5: growth berpengaruh positif pada kinerja lingkungan.
Pengaruh Profile, Size, Leverage, Profitabilitas dan Growth pada Kinerja Lingkungan
Perbedaan skala perusahaan dan tipe industri menyebabkan perhatian perusahaan terhadap lingkungan juga berbeda hal ini karena manajemen perusahaan yang besar dan high profile atau low profile memiliki tujuan yang berbeda dengan perusahaan kecil dan high profile atau low profile, sehingga perusahaan akan bekerja untuk mencapai kesuksesan keuangannya terlebih dahulu sebelum meningkatkan kinerja lingkungannya. Kinerja keuangan yang sukses saat ini akan meningkatkan kinerja lingkungan di masa depan (Earnhart dan Lízal, 2006). Kinerja keuangan perusahaan pada penelitian ini dapat dilihat dari profitabilitas, pertumbuhannya, dan tingkat leverage. Efektivitas aktivitas perusahaan akan menghasilkan kinerja keuangan yang baik sehingga akan mengoptimalkan kekuatan finansialnya dalam jangka panjang dengan meningkatkan kinerja lingkungannya. Dengan demikian, melalui kinerja lingkungan yang baik diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial sehingga akan mendapat respon yang positif oleh masyarakat. Berdasarkan analisis dan kajian di atas, maka hipotesis penelitiannya:
Ha6: profile, size, leverage, profitabilitas, growth secara bersama-sama berpengaruh pada kinerja lingkungan.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian yaitu di Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan BEI. Obyek penelitian ini adalah kinerja lingkungan perusahaaan yang diukur berdasarkan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER).
Robert (1992) dalam Anggraini (2006) menjelaskan bahwa industri high-profile adalah industri dengan memiliki tingkat sensitivitas lingkungan yang tinggi, kompetisi yang ketat atau risiko politik yang tinggi. Sedangkan industri low-profile merupakan industri dengan tingkat sensitivitas rendah terhadap lingkungan, serta risiko politik atau kompetisi yang rendah.
Ukuran perusahaan atau size merupakan skala yang dapat mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan beberapa cara, yaitu: log size, nilai pasar saham, total aktiva, dan lain-lain (Suwito dan Herawaty, 2005). Size diproksikan dengan log natural total asset bertujuan untuk mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan besar dan ukuran perusahaan kecil sehingga data dapat terdistribusi normal.
Size = lognatural (Total aset) ……….........…. (1)
Leverage merupakan perbandingan antara dana yang diperoleh dari kreditur dan dana yang disediakan sendiri oleh perusahaan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Pengukuran yang digunakan adalah:
DER =
total kewajiban ekuitas
x 100 %……………
(2)
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan asset atau modal yang dimiliki. Pengukuran untuk menghitung tingkat profitabilitas adalah:
Peningkatan kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan perusahaan (growth). Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari tren keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Rumus yang digunakan untuk mengukur growth adalah:
laba bersih setelah pajak
ROE = x 100 %
ekuitas
(3)
Nilai |
Tipe Industri |
Jenis Industri |
1 |
High-Profile |
Makanan dan minuman, bahan kimia, plastik, kertas, otomotif, karet, rokok, farmasi, kosmetika dan perkakas/ perabotan |
0 |
Low-Profile |
Semen, keramik, logam, pakan hewan, kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas kaki, kabel dan elektronik |
Sumber: Sari (2012)
G ro w th = penjualant- penjualant-1 x 100 % ..(4) penjualant-1
Keterangan notasi:
Penjualan t : Penjualan bersih periode tahun berjalan
Penjualan t-1 : Penjualan bersih periode tahun
sebelumnya
Menurut Suratno, dkk. (2006), kinerja lingkungan (environmental performance) merupakan kinerja perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green). Sedangkan Handayani mendefinisikan kinerja lingkungan yaitu bagaimana kinerja perusahaan untuk ikut andil dalam pelestarian lingkungan. Kinerja lingkungan dalam penelitian ini diproksikan dengan peringkat PROPER yang dibedakan dengan menggunakan peringkat warna, yaitu :
Emas: Sangat baik, skor = 5
Hijau: Baik, skor = 4
Biru: Cukup baik, skor = 3
Merah: Buruk, skor = 2
Hitam: Sangat buruk, skor = 1
Sumber data penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan kinerja PROPER dan laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur yang telah dipublikasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling. Adapun hasil seleksi sampel dengan menggunakan metode purposive sampling dapat dilihat pada Tabel 2.
Perusahaan yang digunakan sebagai sampel berjumlah 18 perusahaan dengan jumlah amatan yaitu 54 amatan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yang dilakukan dengan mengunduh laporan kinerja PROPER tahun 2010-2012 pada laman Kementrian
Tabel 2
Seleksi Sampel Penelitian
No. |
Kriteria Sampel |
Jumlah |
1. |
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia |
136 |
2. |
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia namun tidak |
(106) |
mengikuti program PROPER | ||
3. |
Perusahaan yang datanya dianggap kurang lengkap |
(7) |
4. |
Perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel |
23 |
5. |
Perusahaan yang dikeluarkan dari pengamatan |
(5) |
6. |
Perusahaan yang digunakan sebagai sampel |
18 |
Data yang digunakan dalam penelitian (18 perusahaan x 3 tahun) |
54 |
Sumber: Data diolah
Lingkungan Hidup (www.menlh. go. id), laman PROPER (www.proper.menlh.go.id) serta mengumpulkan laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang telah dipublikasikan oleh BEI tahun 2009-2011.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, analisis regresi linier berganda, serta uji hipotesis yaitu uji t dan uji F.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan nilai minimum, maksimum, dan rata-rata karakteristik perusahaan yaitu profile, size, leverage, profitabilitas, growth dan kinerja lingkungan, seperti yang diuraikan di bawah ini.
Tabel 3.
Statistik Deskriptif
N |
Minimum |
Maksimum |
Rata-rata |
Standar Deviasi | |
Profile |
54 |
0,00 |
1,00 |
0,667 |
0,476 |
Size |
54 |
5,55 |
7,29 |
6,359 |
0,462 |
Leverage |
54 |
9,35 |
173,97 |
76,101 |
42,471 |
Profit |
54 |
-76,64 |
45,03 |
11,830 |
16,458 |
Growth |
54 |
-89,55 |
56,75 |
5,6661 |
22,490 |
Kinerja Lingkungan Valid N |
54 |
2,00 |
5,00 |
3,093 |
0,401 |
Tipe industri yang diukur dengan variabel dummy terdiri dari kategori high-profile dan low-profile dengan nilai 1 untuk kategori high-profile dan nilai 0 untuk kategori low-profile. Tabel 3 menunjukkan nilai minimum profile 0, nilai maksimum profile 1, dengan rata-rata 0,667 serta standar deviasi yang 0,476 yang berarti variasi data yang rendah. Hasil ini dapat menunjukkan industri high-profile dengan tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungannya (consumer visibility), risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang ketat memiliki peran lebih aktif dibandingkan industri low-profile dalam mengikuti program dan kebijakan-kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah yaitu dengan mengikuti PROPER.
Nilai minimum size perusahaan yang diukur dengan ln total aset menunjukkan angka 5,55 atau senilai 353,629 milyar rupiah yaitu Prasidha Aneka Niaga Tbk, nilai maksimum size 7,29 atau senilai 19.661,603 milyar rupiah yaitu Semen Gresik Tbk, dengan rata-rata 6,374 senilai dengan 2.302,070 milyar rupiah dan standar deviasi yaitu 0,498 menunjukkan bahwa sebaran data rendah.
Leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio menunjukkan nilai minimum leverage yaitu 9,35 yang dialami Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk, nilai maksimum leverage yaitu 173,97 yaitu oleh Fajar Surya Wisesa Tbk dan rata-rata leverage 76,101 serta standar deviasi 42,471.
Profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity (ROE) menunjukkan nilai minimum ROE yaitu -76,64 yang dialami Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk, nilai maksimum ROE yaitu 45,63 diperoleh oleh Charoen Pokhpand Indonesia Tbk, dengan rata-rata profit sebesar 11,830 dan standar deviasi 16,458.
Growth diukur melalui penjualan perusahaan tahun 2009-2011. Nilai minimum growth -89,55, nilai maksimum 56,75 dengan rata-rata 5,661 dan standar deviasi 22,490 yang menunjukkan variabilitas data dan sebaran data yang tinggi. Data menunjukkan bahwa penjualan perusahaan dari tahun ke tahun tidak selalu meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perusahaan yang penjualannya menurun sebesar -89,55% yaitu Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk. Sedangkan penjualan tertinggi meningkat hingga 56,75% yaitu Prasidha Aneka Niaga Tbk.
Perolehan peringkat kinerja lingkungan berdasarkan PROPER pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu menunjukkan nilai minimum 2, nilai maksimum 5, dengan rata-rata 3 serta standar deviasi kinerja lingkungan yaitu 0,421 hal ini menunjukkan variabilitas data yang rendah. Nilai terkecil adalah 2 yang diperoleh oleh Surabaya Agung
Industri Pulp dan Kertas Tbk dan peringkat tertinggi adalah 5 yang diperoleh oleh Semen Gresik. Dengan rata-rata adalah 3, menunjukkan bahwa ada perusahaan yang mampu mencapai nilai tertinggi yaitu peringkat Emas (sangat baik) dan nilai terendah yang diperoleh perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah peringkat Merah (buruk). Namun rata-rata hasil penelitian ini menunjukkan perusahaan mendapat peringkat Biru (cukup baik). Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan manufaktur untuk menjaga lingkungan sekitarnya akibat limbah perusahaan cukup baik.
Data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 54 yaitu berupa data laporan keuangan tahunan perusahaan diterbitkan oleh 18 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2011 dan telah mengikuti program PROPER dari tahun 2010 hingga tahun 2012.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4. Berdasarkan 54 data penelitian, hasil uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi, sebagai berikut:
Uji normalitas bertujuan untuk membuktikan apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji terhadap 54 amatan disajikan dalam Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan angka Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,408. Hal ini menunjukkan bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (0,088 > 0,05). Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti data residual berdistribusi normal.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) yaitu profile, size, leverage, profitabilitas dan growth. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 menunjukkan collinearity statistics menunjukkan angka tolerance dan VIF. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai tolerance dari tipe perusahaan atau profile, size, leverage, profitabilitas dan growth lebih besar dari 0,1. Demikian juga dengan perhitungan VIF dari profile, size, leverage, profitabilitas dan growth yang lebih kecil dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Glejser. Model regresi yang bebas dari gejala heteroskedastitas apabila nilai signifikansi variabel bebas terhadap absolute residual lebih besar dari α = 0,05. Hasil uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada Tabel 7.
Hasil pengujian heteroskedastisitas pada Tabel 7 menunjukkan nilai signifikansi untuk masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolute residual lebih besar dari 0,05. Hasil uji ini menunjukkan tidak ada variabel independen yang signifikan pada level
signifikansi 0,05 sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi terdapat pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Adapun hasil uji autokorelasi ditunjukkan dalam Tabel 8.
Berdasarkan Tabel 8, hasil perhitungan nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,979 dengan k=6 dan n=51 pada α = 0,05 diperoleh nilai batas bawah (dl) =1,29 dan nilai batas atas (du) = 1,82. Dengan demikian nilai DW 1,873 terletak antara du (1,29) dengan 4-du (2,18) yang merupakan daerah bebas autokorelasi. Hal ini berarti bahwa dalam model tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.
Daftar Perusahaan yang Digunakan sebagai Sampel
No |
Kode |
Nama Perusahaan |
1 |
AMFG |
Asahimas Flat Glass Tbk |
2 |
BUDI |
Budi Acid Jaya Tbk |
3 |
CPIN |
Charoen Pokhpand Indonesia Tbk |
4 |
CTBN |
Citra Tubindo Tbk |
5 |
FASW |
Fajar surya Wisesa Tbk |
6 |
INDR |
Indorama Synthetics, Tbk |
7 |
KAEF |
Kimia Farma (Persero) Tbk |
8 |
KBRI |
Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk |
9 |
KLBF |
Kalbe Farma Tbk |
10 |
NIKL |
Pelat Timah Nusantara Tbk |
11 |
PSDN |
Prasidha Aneka Niaga Tbk |
12 |
SMGR |
Semen Gresik Tbk |
13 |
SPMA |
Suparma Tbk |
14 |
SRSN |
Indo Acidatama Tbk |
15 |
TOTO |
Surya Toto Indonesia Tbk |
16 |
ULTJ |
Ultrajaya Milk Industry Tbk |
17 |
UNIC |
Unggul Indah Cahaya Tbk |
18 |
UNSP |
Bakrie Sumatra Plantation Tbk |
Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov)
Unstandardized Residual
N |
54 | |
Normal parameters a,b |
Mean |
0,000 |
Std. Deviation |
0,350 | |
Most Extreme |
Absolute |
0,170 |
Defferences |
Positive |
0,170 |
Negative |
-0,137 | |
Kolgomorov-Smirnov Z |
1,249 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
0,088 | |
a test distribution is normal |
b calculated from data
Tabel 6.
Hasil Uji Multikolinearitas
Model |
Collinearity Statistics | |
Tolerance |
VIF | |
Profile (X1) |
0,829 |
1,206 |
Size (X2) |
0,881 |
1,135 |
Leverage (X3) |
0,876 |
1,142 |
Profit (X4) |
0,823 |
1,215 |
Growth (X5) |
0,830 |
1,205 |
Variabel dependen: kinerja lingkungan
Sumber: data diolah
Tabel 7.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients Beta |
t |
Sig | |
B |
Std. Error | ||||
(Constant) |
-0,5010 |
0,5205 |
-0,963 |
0,341 | |
Profile |
-0,1529 |
0,0797 |
-0,272 |
-1,918 |
0,061 |
Size |
0,1375 |
0,0796 |
0,238 |
1,727 |
0,091 |
Leverage |
-0,0007 |
0,0009 |
-0,117 |
-0,849 |
0,400 |
Profit |
0,0007 |
0,0023 |
0,041 |
0,284 |
0,777 |
Growth |
-0,0003 |
0,0017 |
0,025 |
0,175 |
0,862 |
Dependent Variable: Absolut Residual
Sumber: data diolah
Tabel 8.
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Adjusted R Std. Error of the Durbin –
Square Square Estimate Watson
1 0,487a 0,237 0,158 0,36826 1,979
a Predictors (Consistant), Growth, Profit, Profile, Size, Leverage b Dependent Variable: Kinerja Lingkungan
Sumber: data diolah
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun hasil uji koefisien determinasi disajikan dalam Tabel 9.
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa koefisien determinasi ditunjukkan dengan Adjusted R2= 0,158. Angka Adjusted R2= 0,158 menunjukkan
tingkat pengaruh variabel independen (Profile, Size, Leverage, Profitabilitas, dan Growth) mampu menjelaskan perubahan variabel dependen kinerja lingkungan sebesar 15,80% pada kinerja lingkungan sedangkan sisanya sebesar 84,20% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 9.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 0,487a |
0,237 |
0,158 |
0,36826 |
Predictors (Consistant), Growth, Profit, Profile, Size, Leverage |
Sumber: data diolah
Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara pengaruh profile, size, leverage, profitabilitas dan growth terhadap kinerja lingkungan berbasis PROPER pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dengan bantuan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 17.00 for windows.
Hasil uji disajikan dalam rekapitulasi hasil analisis regresi linier berganda pada Tabel 10.
Tabel 10.
Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model |
B |
t |
Sig |
1 (Konstanta) |
1,5343 |
2,013 |
0,050 |
Profile (X1) |
-0,1989 |
-1,704 |
0,095 |
Size (X2) |
0,2751 |
2,361 |
0,022 |
Leverage (X3) |
-0,0010 |
-0,825 |
0,413 |
Profit (X4) |
0,0020 |
0,586 |
0,560 |
Growth (X5) |
0,0004 |
-0,159 |
0,874 |
R |
= 0,487 | ||
R2 |
= 0,237 | ||
Adjusted R2 |
= 0,158 | ||
F hitung |
= 2,990 | ||
Signifikansi F |
= 0,020 |
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil analisis statistik regresi berganda menunjukkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Yt = 1,5343 - 0,1989 X1t-1 + 0,2751 X2 t-1- 0,0010 X3 t-1 + 0,0020 X4 t-1 + 0,0004 X5 t-1 …............… (5)
Dari persamaan regresi tersebut, dapat dijelaskan untuk setiap variabel, sebagai berikut:
-
1) Konstanta sebesar 1,5343 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka kinerja lingkungan tahun berjalan sebesar 1,5343.
-
2) X1 menunjukkan variabel profile bertanda negatif yang artinya apabila tipe industri (X1) merupakan high-profile dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka kinerja lingkungan (Y) sebesar 1,5343 - 0,1989 X1t-1atau 1,5343 - 0,1989 = 1,3354. Sedangkan apabila tipe industri (X1) merupakan low-profile dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka kinerja lingkungan (Y) sebesar 1,5343.
-
3) X2 menunjukkan variabel size, dari persamaan regresi dapat dilihat bahwa size bertanda positif,
yang artinya apabila size (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 satuan dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan kinerja lingkungan (Y) sebesar 0,2571. Sebaliknya, apabila size (X2) mengalami penurunan sebesar 1 satuan dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan kinerja lingkungan (Y) sebesar 0,2571.
-
4) X3 menunjukkan variabel leverage yang diukur dari rasio Debt to Equity Ratio, dari persamaan regresi dapat dilihat bahwa leverage bertanda negatif, yang artinya apabila leverage (X3) mengalami kenaikan sebesar 1% dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan kinerja lingkungan (Y) sebesar 0,0010. Sebaliknya, apabila leverage (X3) mengalami penurunan sebesar 1% dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan kinerja lingkungan (Y) sebesar 0,0010.
-
5) X4 menunjukkan variabel profitabilitas yang diukur dari rasio ROE, dari persamaan regresi dapat dilihat bahwa profitabilitas bertanda positif, yang artinya apabila profitabilitas (X4) mengalami kenaikan sebesar 1% dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan kinerja lingkungan (Y) sebesar 0,0020. Sebaliknya, apabila profitabilitas (X4) mengalami penurunan sebesar 1% dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan kinerja lingkungan (Y) sebesar 0,0020.
-
6) X5 menunjukkan variabel growth yang diukur dari rasio penjualan, dari persamaan regresi dapat dilihat bahwa growth bertanda positif, yang artinya apabila growth mengalami kenaikan sebesar 1% dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan kinerja lingkungan (Y) sebesar 0,0004. Sebaliknya, apabila growth mengalami penurunan sebesar 1% dengan anggapan variabel independen yang lain konstan, maka akan diikuti dengan penurunan kinerja lingkungan (Y) sebesar 0,0004.
Hasil uji t menunjukkan pengaruh secara parsial lima variabel independen profile, size, leverage, profitabilitas, dan growth mempengaruhi variabel dependen kinerja lingkungan seperti ditunjukkan pada Tabel 10 dapat dijelaskan sebagai berikut:
-
1) Profile
Uji pengaruh profile (X1) pada kinerja lingkungan (Y) diperoleh p-Value = 0,050 pada α =5% maka p-Value 0,095 > α = 0,05 dan koefisien -0,1989 yang menunjukkan profile tidak berpengaruh terhadap kinerja lingkungan (Y) pada tingkat signifikansi 5% namun berpengaruh pada tingkat signifikansi 10%.
-
2) Size (X2)
Uji pengaruh size (X2) pada kinerja lingkungan (Y) diperoleh p-Value = 0,022 pada α = 5% maka p-Value 0,022 < α = 0,05 dan koefisien 0,2751 yang berarti bahwa size berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja lingkungan (Y). Hasil ini menolak H02 dan menerima Ha2 yang menyatakan bahwa size berpengaruh positif pada kinerja lingkungan berbasis PROPER.
-
3) Leverage (X3)
Uji pengaruh leverage (X3) pada kinerja lingkungan (Y) diperoleh p-Value = 0,529 pada α = 5% maka p-Value 0,529 > α = 0,05 dan koefisien 0,0010 yang berarti bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kinerja lingkungan (Y). Hasil ini menerima H03 yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER.
-
4) Profitabilitas (X4)
Uji pengaruh profitabilitas (X4) pada kinerja lingkungan (Y) diperoleh p-Value = 0,560 pada α = 5% maka P-Value 0,560 > α = 0,05 dan koefisien 0,0020 yang berarti bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kinerja lingkungan (Y). Hasil ini menerima H04 yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER.
-
5) Growth (X5)
Uji pengaruh growth (X5) pada kinerja lingkungan (Y) diperoleh p-Value = 0,874 pada α = 5% dan koefisien -0,0004 berarti growth tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan (Y). Hasil ini menerima H05 yang menyatakan bahwa growth tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER.
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh serempak variabel independen yaitu profile, size, leverage, profitabilitas, dan growth pada variabel dependen kinerja lingkungan yang ditunjukkan pada Tabel 11.
Dari hasil uji statistik F pada Tabel 11, menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,020 lebih kecil dari 0,05 atau p-Value < α = 0,05 maka secara simultan variabel independen profile, size, leverage, profitabilitas, dan growth berpengaruh pada variabel dependen kinerja lingkungan berbasis PROPER.
Tabel 11.
Hasil Uji F
Model |
Sum of Df Squares |
Mean Square |
F |
Sig |
Regression |
2,027 5 |
0,405 |
2,990 |
0,020a |
Residual |
6,510 48 |
0,136 | ||
Total |
8,537 53 | |||
a Predictors: (Constant) profile, size, leverage, profitabilitas, dan growth | ||||
b Dependent Variabel: Kinerja lingkungan |
Sumber: Data diolah.
Pengaruh Profile pada Kinerja Lingkungan
Profile berpengaruh negatif pada kinerja lingkungan berbasis PROPER dengan tingkat signifikansi 10 persen. Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan akan melegitimasi kegiatan operasinya serta menurunkan tekanan dari para aktivis yang peduli dengan isu sosial dan lingkungan. Perusahaan berusaha melakukan aktivitas operasinya berdasarkan sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat ditunjukkan dari perolehan peringkat PROPER perusahaan kategori low-profile lebih tinggi (lebih baik) dibandingkan dengan perusahaan kategori high-profile. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2012) yang menyatakan bahwa profile berpengaruh negatif terhadap kinerja lingkungan yang diproksikan dengan Corporate Sosial Responsibility Disclosure (CSRD). Dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan kategori high-profile dengan tingkat visibilitas tinggi lebih berfokus pada risiko keuangan dan persaingan industri dibandingkan dengan kinerja lingkungannya. Sedangkan perusahaan dengan kategori low-profile dengan tingkat visibilitas rendah lebih memperhatikan kinerja lingkungan perusahaannya dengan perolehan peringkat PROPER yang lebih baik.
Pengaruh Size pada Kinerja Lingkungan
Penelitian ini menyatakan bahwa size berpengaruh positif pada kinerja lingkungan berbasis PROPER pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini membuktikan bahwa manajemen perusahaan memperhatikan reputasi perusahaan di mata stakeholder, dimana manajemen tidak hanya menggunakan asset untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan pemilik modal melalui perbaikan kinerja lingkungan. Hal ini terjadi pada perusahaan besar, menengah dan kecil untuk memenuhi regulasi pemerintah yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mewajibkan perseroan yang bidang usahanya berhubungan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Vintila dan Duca (201 3) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif pada pengungkapan lingkungan atau semakin besar ukuran perusahaan semakin banyak pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini membuktikan bahwa
perusahaan berusaha menciptakan kesejahteraan bagi stakeholder dengan menciptakan reputasi baik dan tidak hanya memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai pemegang saham namun juga masyarakat secara luas.
Pengaruh Leverage pada Kinerja Lingkungan
Leverage tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya hutang perusahaan tidak mempengaruhi kinerja lingkungan perusahaan. Perusahaan dengan leverage tinggi dan perusahaan dengan leverage rendah dapat menghasilkan kinerja lingkungan yang sama-sama baik dan sama-sama kurang baik.
Penelitian ini menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan, konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Sari (2012) dan Veronika (2009) bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan serta penelitian oleh Yesika (2013) yang membuktikan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kinerja lingkungan. Kondisi ini terjadi karena kinerja lingkungan lebih berhubungan dengan kesadaran perusahaan terhadap masyarakat sekitar bukan berdasarkan hutang perusahaan (Sari, 2012). Leverage menunjukkan peran pendanaan utang bagi perusahaan, leverage merupakan perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk membiayai perusahaan, berarti bahwa hutang tidak digunakan untuk membiayai aktivitas perbaikan kinerja lingkungan.
Pengaruh Profitabilitas pada Kinerja Lingkungan
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pencapaian keuntungan perusahaan pada periode sebelumnya tidak dianggarkan oleh manajemen untuk melakukan pencegahan, perbaikan maupun pengelolaan kinerja lingkungan agar memperoleh peringkat PROPER yang lebih baik di tahun berikutnya. Hasil ini membuktikan bahwa walaupun manajemen mampu meningkatkan profitabilitas, namun manajemen tidak meningkatkan aktivitas perbaikan kinerja lingkungan. Perusahaan berfokus pada kinerja keuangan perusahaan
dibandingkan dengan kinerja lingkungan walaupun perusahaan telah mendapatkan keuntungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mendukung penelitian Yesika (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan.
Pengaruh Growth pada Kinerja Lingkungan
Penelitian ini menunjukkan bahwa naik atau turunnya penjualan perusahaan tahun sebelumnya tidak mempengaruhi kinerja lingkungan tahun berikutnya. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan tidak meningkatkan atau menurunkan perlakuan perusahaan terhadap lingkungannya meskipun penjualannya menurun ataupun meningkat. Perusahaan yang sedang tumbuh tidak dapat sepenuhnya memperhatikan lingkungan karena manajemen menggunakan penjualan untuk memenuhi kebutuhan operasional dan meningkatkan aset perusahaan.
Hasil analisis menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2012) yang menyatakan bahwa variabel growth yang diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kinerja lingkungan yang diukur dengan CSRD. Hal ini karena investor lebih tertarik dengan kinerja keuangan perusahaan jangka pendek dengan berorientasi kepada laba yang diperoleh pada tahun berjalan. Tanggung jawab sosial berupa kinerja lingkungan yang dilakukan perusahaan lebih berpengaruh pada kinerja jangka menengah dan jangka panjang sehingga pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan tidak mempengaruhi kinerja lingkungan pada PROPER.
Pengaruh Profile, Size, Leverage, Profitabilitas dan Growth pada Kinerja Lingkungan
Penelitian ini membuktikan bahwa secara bersama-sama tipe industri, ukuran perusahaan, kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari leverage atau tingkat hutang perusahaan, profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba serta pertumbuhan perusahaan yang diukur melalui pertumbuhan penjualan menunjukkan pengaruh pada kinerja lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tipe industri, ukuran
perusahaan dan kinerja keuangan digunakan secara maksimal oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja lingkungannya yang merupakan kebutuhan jangka panjang perusahaan. Dengan kinerja lingkungan yang baik perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial sehingga akan direspon secara positif oleh masyarakat.
KESIMPULAN
Penelitian ini menemukan bahwa variabel profile, leverage, profitabilitas dan growth secara parsial tidak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER. Variabel yang paling kuat mempengaruhi kinerja lingkungan adalah size, yaitu berpengaruh positif pada kinerja lingkungan berbasis PROPER. Profile, size, leverage, profitabilitas dan growth secara serempak berpengaruh pada kinerja lingkungan berbasis PROPER.
DAFTAR REFERENSI
Anggraini, Fr., Reni Retno. 2006. Pengungkapan
Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Belkaoui, Ahmed dan Philip G. Karpik. 2000. Determinants of the Corporate Decision to Disclose Social Information. Accountung Auditing and Accountability Journal.Vol.2, No.1, pp.36-51.
Cheng, Megawati dan Yulius Jogi Christiawan. 2011.
Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 13, No. 1, Mei 2011 hal. 24-36.
Darlis, Edfan, Zirman dan Nizar Zulmi. 2009. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Tingkat Leverage dan Tingkat Profitabilitas terhadap Pengungkapan Informasi Lingkungan Hidup (Studi Empiris pada Laporan Keuangan Perusahaan Rawan Lingkungan yang Listing Di BEJ Periode 2004-2006). Jurnal Ekonomi Volume 17, Nomor 3, Desember 2009.
Deegan, Craig. 2002. The Legitimising Effect of Social and Environmental Disclosures – A Theoritical Foundation Accounting. Auditing and Accountabilty Journal, Vol. 15, No. 3, pp.282-311.
Denning, Karen C. dan Karen Shastri. 2000.
Environmental Performance and Corporate Behaviour.
Journal of Economic and Social Research, 2(1) 2000, pp.13-38.
Earnhart, Dietrich dan Lubomir Lizal. 2006. Effect of Ownership and Financial Statue on Corporate Environmental Performance. Journal of Comparative Economics 34. pp.111-129.
Galani, Despina, Efthymios Gravasa dan Antonios Stavropoulo. 2011. The Relation Between Firm Size and Environmental Disclosure. International Conference On Applied Economics – ICOAE 2011.
Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Handayani, Ari R. 2010. Pengaruh Environmental Performance terhadap Environemental Disclosure dan Economic Performance serta Environmental Disclosure terhadap Economic Performance. Skripsi. Universitas Diponogoro.
Haslinda, Abdullah dan Chan Chin Fuong. 2010. The Implementation of 14001 Environmental Management System in Manufacturing Firms in Malaysia. Asian Social Science.Vol. 6, No. 3, Maret 2010.
Henri, Jean Francois dan Marc Journeault. 2008. Environmental Performance Indicators: An Empirical Study of Canadian Manufacturing Firms. Journal of Environmental Management 87. 2008, pp. 165-176.
Husnan, Suad. 2001. Corporate Governance dan Keputusan Pendanaan. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi, Vol. 1, No.1.
Ikbal, Muhammad. 2012. Hubungan Karakter Perusahaan dan Profitabilitas dengan Praktek Pengungkapan Sosial dan Lingkungan (Suatu Telaahan Empiris Dan Teoritis). Jurnal Kinerja Volume 9, No 2, Nopember 2012.
Indrawati, Novita. 2009. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Annual Report Serta Pengaruh Political Visibility dan Economic Performance. Pekbis Jurnal, Vol. 1, No.1, Maret 2009: hal. 1-11.
Indriastuti, Maya. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Praktek Pengungkapan Lingkungan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI). Jurnal Riset Bisnis Indonesia, Vol. 8, N0. 1, Januari 2012: hal.35-42.
Jensen, Michael C. dan W. H. Meckling. 1976. Theory of Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economic 3. pp.305-360.
Jin, Yanhong, Hua Wang dan David Wheeler. 2010. Environmental Performance Rating and Disclosure: An Empirical Investigation of China’s GreenWatch Program. The World Bank Development Research Group Environment and Energy Team.
Judge, William Q. dan Detelin Elenkov. 2005. Organizational Capacity for Change and Environmental Performance: An Empirical Assessment of Bulgarian Firms. Journal of Business Research 58. pp.893-901.
Kwarto, Febrian. 2012. Synchronization of Green Accounting with Company Managerial Accounting: A Corporate Financial Department Perspective. Universitas Budi Luhur.
Lucyanda, Jurica dan Lady Gracia Prilia Siagian. 2012. The Influence of Company Characteristics toward Corporate Social Responsibility. The 2012 International Conference on Business and Management, 6-7 September. Phuket-Thailand.
Mulyadi, Martin Surya dan Yunita Anwar. 2012. Influence of Corporate Governance and Profitability to Corporate CSR Disclosure. International Journal of Arts and Commerce, Vol. 1, 7 Desember 2012.
Sari, Riskia Anggita. 2012. Pengaruh Karakteeristik Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal, Volume 1, No. 1. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII Solo, 15-16 September 2005.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, SNA VIII Solo, 15-16 September 2005.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Kuantitatif Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suratno, Darsono dan Siti Mutmainah. 2006. Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance: Studi Empiris pada Perusaaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004. SNA IX Padang.23-26 Agustus 2006.
Ulfa, Maria. 2009. Pengaruh Karakterustik Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.
Vintila, Georgeta dan Florinita Duca. 2013. A Study of the Relationship between Corporate Responsibility – Financial Performance – Firm Size. Revista Romana de Statistica Trim. I/2013 – Supliment.
Wicaksono, Satrio Laras. 2012. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Lingkungan (Studi pada Perusahaan PROPER yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia). Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Diponogoro.
Yesika, Nina. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Kinerja Lingkungan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Memiliki Peringkat pada PROPER dan Terdaftar Dalam BEI pada Tahun 2010 dan 2011). Skripsi tidak dipublikasikan.Universitas Diponogoro.
Discussion and feedback