Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus
on
JURNAL FARMASI UDAYANA | pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 | VOL. 11, NO. 01, 2022
https://doi.org/10.24843/JFU.2022.v11.i01.p07
Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus
Ismail1, Andi Tendriani Safitri1, Nur Adiratna1 dan Sakiah Drajat1
-
1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar. Jl.Perintis Kemerdekaan Km 13,7 Daya, Makassar, Sulawesi Selatan, 90241
Reception date of the manuscript: 2019-06-20
Acceptance date of the manuscript: 2019-10-28
Publication date: 2022-07-31
Abstract— Durian peel (Durio zibethinus Murr.) is a plant that can be used as a treatment. Durian skin contains secondary metabolites, namely flavonoids which have antibacterial activity. The bacteria that cause acne are Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus. The extract was obtained by maceration using 70 % ethanol solvent. The ethanol extract of durian peel obtained was made in 3 series of concentrations of 10%, 15 % and 25% then tested on propionibacterium acnes and staphylococcus aureus bacteria. The MIC value of Propionibacterium acnes bacteria obtained was 10% with an area of inhibition zone formed of 7.5 mm ± 0.4 mm. 15 % with an area of inhibition zone formed of 7.7 mm ± 0.3 mm. 25 % with an area of inhibition zone formed of 8.4 mm ± 0.2 mm while the MIC value of the Staphylococcus aureus bacteria obtained was 10% with an area of inhibition zone formed of 8.11 mm ± 0.4 mm. 15 % with an area of inhibition zone formed of 8.11 mm ± 0.3 mm. 25 % with an area of inhibition zone formed of 8.8 mm ± 0.5 mm. based on the results of ethanol extract durian skin has activity against Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus.
Keywords—Durio zibethinus Murr, Acne, Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus.
Abstrak— Kulit durian (Durio zibethinus Murr) merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai pengobatan. Kulit durian memiliki kandungan metabolit sekunder yaitu flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Bakteri yang menjadi penyebab terjadinya jerawat adalah Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Ekstrak diperoleh dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak etanol kulit durian yang diperoleh dibuat dalam 3 seri konsentrasi 10 %, 15 % dan 25 % kemudian diujikan pada bakteri propionibacterium acnes dan staphylococcus aureus. Nilai KHM pada bakteri Propionibacterium acnes yang diperoleh adalah 10 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 7,5 mm ± 0,4 mm. 15 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 7,7 mm ± 0,3 mm. 25 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 8,4 mm ± 0,2 mm sedangkan Nilai KHM pada bakteri Staphylococcus aureus yang diperoleh adalah 10% dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 8,11 mm ± 0,4 mm. 15 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 8,11 mm ± 0,3 mm. 25 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 8,8 mm ± 0,5 mm. berdasarkan hasil penelitian ekstrak etanol kulit durian memiliki aktivitas terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus
Kata Kunci—Durio zibethinus Murr, Akne, Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus.
Jerawat merupakan penyakit folikel kelenjar lemak seba-sea kulit dimana terjadi penyumbatan aliran sebum. Pada jerawat timbul komedo, papula, postula, nodula dan kista serta scar atau jaringan parut. Penyebab terjadinya kelenjar yaitu sebasea yang hiperaktif (sekresi sebum yang terlalu hiperaktif), hiperkatosis (percepatan keratinasi) pada infundibulum rambut dan efek dari bakteri (Lismayanti, 2017). Penyebab jerawat sangat banyak antara lain genetik, faktor makanan, infeksi oleh Propionibacterium acnes, kosmetik, dan
Penulis koresponden: Andi Tendriani Safitri, [email protected]
bahan kimia lainnya (Mitsui T., 1997). Propionibacterium ac-nes adalah organisme utama yang pada umumnya memberi kontribusi terhadap terjadinya jerawat. Propionibacterium acnesadalah termasuk bakteri gram-positif berbentuk batang tidak berspora, tangkai anaerob ditemukan dalam spesimen-spesimen klinis, beberapa strain/jenis adalah aerotoleran, tetapi tetap menunjukkan pertumbuhan lebih baik sebagai an-aerob aerotolerant (Brooks, dkk., 2005).
Penggunaan bahan tradisional oleh masyarakat Indonesia telah banyak digunakan dalam bentuk yang sederhana. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu farmasi, bahan tradisional telah diformulasikan dalam bentuk sediaan seperti sediaan gel dengan terlebih dahulu mengekstraksi zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut. Salah satu alasan dalam penggunaan bahan alam dalam membuat suatu se-
diaan yaitu memiliki efek samping yang sangat kecil jika dibandingkan dengan bahan sintetik (Mitsui T.,1997). Salah satu bahan alam yang sudah dibuktikan dapat memberikan khasiat atau aktivitas dalam menghambat bakteri Propioni-bacterium acnes yaitu kulit durian (Durio zibethinus Murr).
Berdasarkan (Courtney dkk., 2016) kulit durian mengandung senyawa golongan flavonoid, fenolik, alkaloid, steroid, saponin dan sedikit senyawa golongan terpenoid. Berdasarkan urain di atas dilakukan pengujian aktivitas ekstrak etanol kulit durian untuk mengetahui aktivitasi ekstrak dalam penghabatan pertumbuhan Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus yang baik
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu aluminium foil, aquadest, bakteri uji Propionibacterium acnes, bakteri uji Staphylococcus aureus kulit durian, etanol 70Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu autoklaf, cawan petri, cawan porselen, climatic chamber, erlenmeyer, fresh dra-yer, gelas ukur, homogenaizer (WiseStir®), inkubator, jarum ose, lampu spritus, mortir dan stamfer, penangas air (Mem-mert®), pHmeter (Hanna®), pencadang, pinset, Rotavapor, spektrofotometri, timbangan analitik (Mettler Toledo®).
Metode
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit durian (Durio zibethinus Murr.) yang diambil di kecamatan Biringkanaya Sulawei Selatan.
Pembuatan Simplisia
Sampel berupa kulit durian yang digunakan disortasi basah, dicuci dengan air mengalir. Kulit durian yng telah dicuci kemudian dirajang,dikeringkan pada oven ±50ºC. Setelah itu simplisia disortasi kering, kemudian diekstraksi dengan metode maserasi.
Ekstraksi
Ekstrak kulit durian diperoleh dengan cara maserasi. Sebanyak 500 gram simplisia kulit durian dimaserasi dengan cairan penyari etanol 70 % sebanyak 5L, dibiarkan selama 3-5 hari sambil sesekali diaduk. Setelah proses ekstraksi pertama filtratnya disaring kemudian ampasnya diremasera-si kembali dengan cara yang sama. Ekstrak cair yang telah dikumpulkan lalu diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak disimpan dalam wadah tertutup sebelum digunakan untuk pengujian selanjutnya.
Skrining Fitokimia
Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3 1 %. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru atau hitam kehijauan. a. Uji Tanin
-
b. Uji Alkaloid Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan kemudian dikocok. Larutan didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas) diteteskan pada pelat tetes dan diuji dengan reagen Wagner (kalium tetraidomerkurat) dan reagen Dragendorff (kalium tetraidobismutat). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen Wagner.
-
c. Uji Triterpenoid dan Saponin Ekstrak ditambah kloro-form dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit. Ekstrak yang sudah ditambah dengan klo-roform, ditambah dengan asam klorida 2N kemudian disaring. Lapisan atas diuji dengan reagen Liebeman Bouchard. Hasil positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah.
-
d. Uji Flavonoid Ekstrak ditambah serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, selanjutnya ditambah amyl alkohol, kocok dengan kuat dan dibiarkan terpisah. Terbentuknya warna jingga dalam lapisan amyl alkohol menunjukkan adanya flavonoid
Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu, untuk alat-alat yang bersifat tahan panas dan terbuat dari kaca disterilkan dengan menggunakan oven pada 170ºC selama 2 jam sedangkan untuk alat-alat plastik dan berskala disterilkan di autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit. Alat-alat logam disterilkan dengan cara dipijarkan dengan menggunakan lampu spiritus.
Peremajaan Kultur Murni Bakteri Uji
Bakteri uji berupa Propionibacterium acnes dan Staphy-loccus aureus. Stok biakan murni diambil menggunakan swab sterikl kemudian diinokulasi dengan cara menggoreskan pada medium MHA, kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1x24 jam. Setelah itu bakteri dapat digunakan sebagai mikroba uji.
Pembuatan Suspensi Kultur Murni
Sebanyak 1 ose bakteri uji hasil peremajaan, disuspensi-kan dalam 1 mL NaCl fisiologis dalam tabung reaksi steril kemudian kekeruhannya dilihat dengan membandingkan kekeruhan standar 0,5 Mc Farland (setara dengan 3x108 CFU/MI)
Penyiapan Sampel Uji
Ekstrak etanol kulit durian dibuat dengan tiga konsentrasi yaitu 10 %, 15 %, 25 % dengan cara ditimbang 0,01 g, 0,03 g, dan 0,07 g ekstrak etanol kulit durian kemudian masing-masing dilarutkan dalam 1 mL aqua pro injeksi.
Pengujian Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Durian
Pengujian aktivitas ekstak etanol kulit durian terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus dilakukan dengan meode difusi agar dengan menggunakan medium MHA. Medium MHA dituang keda-lam cawan petri steril sebanyak 10 mL kemudian dibiarkan memadat Setelah medium memadat suspensi bakteri digoreskan menggunakan swab steril pada permukaan medium kemudian dimasukkan paper disk yang telah ditetesi 20µl dengan ekstrak etanol kulit durian 10 %, 15 % dan 25 % sedangkan untuk kontrol negatif digunakan aquadest steril kontrol positif digunakan 1000 µl clindamicyn yang kemudian diatur sedemikian rupa jaraknya. Kemudian diinkubasi secara anaerob pada suhu 37ºC selama 1x24 jam. Diamati zona bening dan diukur diameter daerah hambatnya dengan jangka sorong. Pengujian ini diambil sebanyak 3 kali diambil rata-ratanya.
Kandungan senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol kulit durian diantaranya flavonoid memberikan respon hamba-
Tabel 1: S KRINING FITOKIMIA
Senyawa Uji |
Pereaksi |
Hasil Uji |
Ket |
Kloroform + H2SO4 |
Coklat Kemerahan | ||
Alkaloid |
+ Reagent Wagner |
Coklat |
Positif |
+ Reagent Dragendroff | |||
Saponin |
Kloroform Dikocok Kuat |
Terbentuk Busa |
Positif |
Flavonoid |
Serbuk Mg + Hcl Pekat + Amyl Alkohol |
Larutan Merah |
Positif |
Tanin |
FeCl3 |
Biru |
Positif |
Tabel 2: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Bakteri Uji
10% |
15% |
25% |
Positif (Clindamicyn) |
Negatif (Aquadest) | |
Propionibacterium acnes |
7,5±0,4 |
7,7±0,3 |
8,4±0,2 |
25,5±0,3 |
6,8±0,6 |
Staphylococcus aureus |
8,11±0,4 |
8,11±0,3 |
8,8±0,5 |
25,2±0,1 |
8,01±0,7 |
Diameter zona hambat (mm) Kontrol
tan dengan mengganggu keutuhan membran sel bakteri oleh adanya pembentukan senyawa kompleks dari protein ekstraseluler dengan flavonoid (Kumar, 2013 dan Pandey, 2013). Tanin sebagai antibakteri bekerja berdasarkan kemampuannya mempresipitasi protein, karena tanin mempunyai efek yang sama dengan fenolik (Courtney dkk., 2016).
Aktivitas saponin sebagai antibakteri dengan mekanisme penurunan tegangan permukaan dinding sel bakteri. Akibatnya sel bakteri akan mengalami kebocoran sehingga mengakibatkan kematian sel (Ngajow dkk., 2013). Steroid dilaporkan memiliki sifat antibakteri, korelasi antara membran lipid dan sensitivitas senyawa steroid menunjukkan mekanisme dimana steroid menyebabkan kebocoran liposom (Shihabudeen dkk., 2010).
Berdasarkan hasil orientasi Nilai KHM pada bakteri Pro-pionibacterium acnes yang diperoleh adalah 10 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 7,5 mm ± 0,4 mm. 15 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 7,7 mm ± 0,3 mm. 25 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 8,4 mm ± 0,2 mm sedangkan Nilai KHM pada bakteri Staphylococcus aureus yang diperoleh adalah 10 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 8,11 mm ± 0,4 mm. 15 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 8,11 mm ± 0,3 mm. 25 % dengan luas zona hambat yang terbentuk sebesar 8,8 mm ± 0,5 mm termasuk kategori sedang karena diameter zona hambatnya masuk dalam rentang 5-10 (David Stout, 1971).
Menurut Jawetz dkk. (2005), kinerja senyawa antibakte-ri dipengaruhi oleh struktur dinding sel bakteri. Pelczar dan Chan (2005) menyatakan struktur dinding sel bakteri gram negatif relatif lebih kompleks karena tersusun dari tiga lapisan, yaitu lipoprotein, lipopolisakarida, dan peptidoglikan sehingga ketahanan senyawa antimikroba terhadap Escherichia coli lebih baik dibandingkan dengan bakteri gram positif. Klindamisin sebagai kontrol positif mempunyai rata-rata diameter zona hambat sebesar 25,5 mm ± 0,3 mm terhadap bakteri Propionibacterium acne dan 25,2 ± 0,1 mm terhadap bakteri Staphylococcus aureus artinya respon hambatan dari
kontrol positif termasuk kategori kuat. Klindamisin digunakan sebagai kontrol positif karena aktivitas antibakteri klin-damisin sama halnya yang ditunjukkan pada senyawa kimia yang terkandung dalam Zibethinus folium. Menurut Katzung dkk.(2012), klindamisin bekerja dengan meghambat sintesis protein. Berdasarkan hasil diameter zona hambat yang terdapat pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar zona hambat yang terbentuk. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa ekstrak kulit durian mampu menghambat bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus.
Adapun hasil dari penelitian yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak etanol kulit durian dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada RISTEKDIKTI yang telah memberikan bantuan dana untuk pelaksanaan penelitian ini dan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar yang telah memberikan bantuan teknis meliputi alat, bahan serta sarana prasarana penunjang selama penelitian berlangsung.
Brooks G.F., Janet S.B. and Stephen A.M., 2005, Mikrobiologi Kedokteran, Dalam Mudihardi, E. et al., eds. Ja-wetz, Melnick and Adelberg’s, Penerbit Salemba Medi-ka, Jakarta
Courtney, R., Sirdaarta, J., Matthews, B. Cock, I.E., 2016. Tannin Components and Inhibitory Activity of Kakadu Plum Leaf Extracts Against Microbial Triggers of Autoimmune Inflammatory Diseases. Pharmacognosy Journal, 7(1), pp.18-31
David, W.W. and Stout, T.R. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay. Microbiology. 22(4): 659-665.
Jawetz, Melnick Adelberg’s, 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 233, 235.
Katzung, B.G., Masters, S.B. Trevor, A.J., 2012. Basic Clinical Pharmacology. 12th Ed. United States: McGraw-Hill Companies.
Kumar, S. Pandey, A.K., 2013. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An Overview. The Scientific World Journal, 29, pp.1-16. Lismayanti Et Al. - 2017 -Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bertingkat.Pdf, N.D.
Mitsui T., 1997, New Cosmetic Science, Dalam Elsevier Science B.V., Amsterdam.
Ngajow, M., Abidjulu, J. Kamu, V.S., 2013. Pengaruh An-tibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara Invitro. Jurnal MIPA UNSTRAT, 2(2), pp.128-32
Pelczar Michael J. Chan E.C.S. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI Press. Hal: 711-712 dan 867-868
Shihabudeen, M.S., H, H.P.D. Thirumurugan, K., 2010. Antimicrobial Activity and Phytochemical Analysis of Selected Indian Folk Medicinal Plants. International Journal of Pharma Sciences and Research, 1(10), pp.430-34.
ANDI TENDRIANI SAFITRI
39
Discussion and feedback