ISSN : 2301-8968


Vol. 13 No.1, Februari 2020

EKONOMI

KUANTITATIF

TERAPAN

Volume 13

JEKT

Nomor 1

Pola Perilaku Komuter dan Stres: Bukti dari Jabodetabek Gema Akbar Riadi, Muhammad Halley Yudhistira

ISSN 2301-8968

Denpasar

Februari 2020

Halaman

1-210

Apakah Pendidikan Tinggi Meningkatkan Kemungkinan untuk Bekerja di Sektor Formal?: Bukti dari Data SAKERNAS

Rizky Maulana

Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Perekonomian Indonesia: Andhiny Adyaharjanti, Djoni Hartono

Peran Riset dan Pengembangan (R&D) Akademis Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Abdul Khaliq

Pekerja Anak di Indonesia : Peran Penawaran dan Permintaan Keternagakerjaan Resa Surya Utama, Dwini Handayani

Kebijakan Fiskal Dalam Trend [embangunan Ekonomi Jangka Panjang di Indonesia I Komang Gde Bendesa, Ni Putu Wiwin Setyari

Analisis Efek Penularan Melalui Pendekatan Risiko Sistemik dan Keterkaitan Keuangan: Studi Pada DualBanking System di Indonesia

Setyo Tri Wahyudi, Rihana Sofie Nabella, Ghozali Maski

Faktor Eksternal dan Internal Penentu Kekuasaan Perempuan Bali Dalam Pengambilan Keputusan Rumah Tangga di Provinsi Bali

Putu Ayu Pramitha Purwanti

Elastisitas Permintaan Gandum dan Produk Turunan Gandum di Indonesia Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana

Willingness To Pay (WTP) Iuran Pemberdayaan LPD kepada Lembaga Pemberdayaan LPD (LPLPD) di Kecamatan Bangli dan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli (Pendekatan Ekonomi Kelembagaan)

I Nengah Kartika, I Made Jember


EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN

VOLUME 13 NO.1 FEBRUARI     2020

SUSUNAN REDAKSI

EDITOR

I Wayan Sukadana Ni Putu Wiwin Setyari Anak Agung Ketut Ayuningsasi

DEWAN EDITOR

I Komang Gde Bendesa

Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni Luh Gede Meydianawathi

Ni Made Tisnawati

MITRA BESTARI

Adrianus Amheka, Politeknik Negeri Kupang Made Antara, Universitas Udayana Mohammad Arsyad, Universitas Hasanudin Kadek Dian Sutrisna Artha, Universitas Indonesia

Djoni Hartono, Universitas Indonesia

Palupi Lindiasari, Universitas Indonesia Devanto Shasta Pratomo, Universitas Brawijaya Deniey Adi Purwanto, Institut Pertanian Bogor Ni Made Sukartini, Universitas Airlangga Setyo Tri Wahyudi, Universitas Brawijaya Muhammad Halley Yudhistira, Universitas Indonesia

ADMINISTRASI DAN DISTRIBUSI

I Ketut Suadnyana Ida Ayu Made Widnyani

Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan diterbitkan oleh Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dua kali dalam setahun bulan Februari Dan Agustus

ALAMAT

Ruang Jurnal, Gedung BJ lantai 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Jalan PB Sudirman Denpasar

Phone: +62-361-255511/ Fax: +62-361-223344

E-mail: jekt@unud.ac.id

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jekt

ISSN : 2301-8968

Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan (JEKT) adalah jurnal yang menerapkan double blind review pada setiap artikel yang diterbitkan. JEKT diterbitkan oleh Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dua kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus. JEKT diterbitkan sebagai kelanjutan dari Jurnal Input, Jurnal Sosial dan Ekonomi. Input terbit berkala sebanyak dua kali dalam setahun, dengan Nomor ISSN 1978-7871, dan di tahun kelima, INPUT telah terbit sebanyak sembilan edisi, dengan terbitan terakhirnya adalah Volume V, Nomor 1 Februari 2012. Pembaharuan INPUT menjadi JEKT tercetus pada pertemuan antara tim redaksi jurnal jurusan bersama pimpinan kampus, awal Maret 2012. Setelah melakukan beberapa evaluasi dan dengan merujuk kepada Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional Republik Insonesia Nomor 49/dikti/kep/2011 tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah, maka terbitlah jurnal jurusan : Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan dimulai dari Volume V, Nomor 2 Agustus 2012.

Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan (JEKT) beralamat di Ruang Jurnal, Gedung Program Ekstensi Lantai 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Jalan PB Sudirman Denpasar, Phone: +62-361-255511/Fax: +62-361-223344. Proses registrasi dan submit artikel dapat dilakukan melalui http://ojs. unud.ac.id/index.php/jekt. Untuk bantuan teknis, penulis dapat menghubungi, email: jekt@unud.ac.id, SMS dan WA : +6281338449077.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 36a/E/KPT/2016 tanggal 23 Mei 2016, JEKT dinyatakan telah terakreditasi B oleh Dikti. Selain terakreditasi oleh Dikti, JEKT juga telah terindeks pada Google Scholar, IPI, dan DOAJ.

JURNAL

EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN

VOLUME 13 NO.1 FEBRUARI 2020

PENGANTAR REDAKSI

Pembaca yang terhormat,

Sampai dengan edisi ini terbit, jika pembaca menelusuri deretan jurnal-jurnal yang terdaftar di Sinta dengan kata kunci penelusuran “kuantitatif”, maka yang akan muncul adalah Jurnal Ekonomi Kuantitatif (JEKT). Dengan menjadi satu-satunya jurnal dengan fokus kuantitatif, maka JEKT dituntut untuk menampilkan terbitan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Kalangan peneliti ekonomi, pembangunan dan ilmu sosial lainnya di Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan penerapan metode kuantitatif dalam melakukan analisis, khususnya analisis empiris. Terlepas dari semua itu, diatas segala kemutakhiran metode kuantitatif yang digunakan, “ceritera” yang mampu menarik pembaca dan tentunya para pembuat kebijakan untuk berpastisipasi aktif dalam membaca dan menulis di JEKT adalah yang utama. Rangkaian “ceritera” yang baik dan metode kuantitatif yang sesuai tidak akan bermakna jika data yang digunakan tidak transparan dan tidak valid.

Slogan menarik mengenai data digunakan oleh BPS, “Data Mencerdaskan Bangsa”, JEKT berkomitmen untuk berperan aktif dalam mewujudkan slogan tersebut menjadi kenyataan. Meskipun tidak selalu data yang digunakan artikel yang dipublikasi oleh JEKT menggunakan data BPS sebagai “menu” utama dalam analisisnya, data BPS pasti hampir selelu menjadi rujukan dalam setipa artikel dalam terbitan JEKT. Pentingnya satu pemahaman dan satu sumber dalam data memegang peran penting dalam analisis dan diskusi yang akan melahirkan implikasi kebijakan yang lebih tepat sasaran. Dalam edisi kali ini, JEKT kembali menerbitkan 10 artikel dengan sumber dan jenis data serta metodologi yang beragam.

Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam edisi ini cukup bervariasi mulai sumber data sekunder sampai data primer. Artikel dengan sumber data sekunder sendiri juga memiliki variasi jenis data yang beragam mulai dari data mikro antara lain dari sumber BPS seperti Sakernas, seperti yang digunakan oleh Maulana untuk menjelaskan bagaimana pendidikan menentukan status pekerjaan pekerja dan Susenas serta Podes seperti yang digunakan oleh Utama dalam menjelaskan keberadaan pekerja anak di Indonesia. Sumber data mikro lain, yaitu IFLS digunakan oleh Saajadah dan Sukadana dalam mengungkapkan elastisitas permintaan gandum dan produk turunannya. Data sumber sekunder mengenai keuangan juga ditampilkan dalam edisi kali ini, Wahyudi, et.al, menjelaskan perilaku sistemik dalam industri perbankan dengan menggunakan berbagai data keuangan yang bersumber dari berbagai lembaga keuangan di Indonesia seperti OJK, BI dan sumber online Yahoo finance.

Tidak hanya analisis mikro, edisi kali ini juga menampilkan berbagai analisis makro dengan menggunakan data sumber sekunder. Hartono, menjelaskan efek pengeluaran wisatawan dengan menggunakan data Input-output. Analisis dengan data agregate ditampilkan oleh Bendesa dan Setyari dalam menjelaskan tren pembangunan jangka panjang di Indonesia. Data publikasi BPS lainnya digunakan oleh Riyadi dan Yudhistira dalam menganalisis perilaku komuter di Jabodetabek. Artikel dengan sumber data primer juga diterbitkan dalam edisi kali ini. Purwanti dan Kartika adalah dua diantaranya, kedua penulis ini menggunakan data primer untuk menganalisis ekonomi lokal di Bali. Purwanti, menjelaskan bagaimana peran perempuan Bali dalam pengambilan keputusan rumah tangga, sedangkan Kartika menganalisis willingness to pay masyarakat lokal setempat pada lembaga keuangan lokal Bali, LPD.

Akhir kata, redaksi menyimpulkan bahwa artikel-artikel yang diterbitkan oleh JEKT mulai mengalami pergeseran sejak kemunculannya pertama kali lebih dari 10 tahun silam, utamanya dari sisi data yang digunakan. Semakin banyak artikel-artikel yang menampilkan analisis dengan menggunakan data mikro baik dari sumber sekunder maupun primer. Meskipun demikian JEKT tetap membuka diri untuk artikel-artikel dengan penggunaan data agregate. Kembali ke Alenia pembuka di atas, yang terpenting bagi JEKT dalam terbitannya adalah “ceritera” yang menarik, metode kuantitatif yang sesuai dan data yang valid.

pISSN : 2301 – 8968

JEKT ♦ 13 [1] : 159-171


eISSN : 2303 – 0186

Faktor Eksternal dan Internal Penentu Kekuasaan Perempuan Bali Dalam Pengambilan Keputusan Rumah Tangga di Provinsi Bali

ABSTRAK

Berbagai faktor yang melatarbelakangi kehidupan sehari-hari rumah tangga berdampak terhadap kekuasaan perempuan Bali dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga. Tujuan penelitian adalah menguji faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi kekuasaan perempuan Bali di dalam pengambilan keputusan rumah tangga.Pengujian menggunakan data primer dengan sampel perempuan Bali yang menikah, masih memiliki pasangan hidup dan tinggal dalam satu atap.Metode analisis adalah model logit.Kontribusi penelitian adalah membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuasaan perempuan Bali menjadi faktor eksternal(karakteristik pasangan dan karakteristik rumah tangga) dan faktor internal (karakteristik yang melekat pada diri perempuan Bali).Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor eksternal dan faktor internal berpengaruh signifikan terhadap kekuasaan perempuan Bali dalam pengamblian keputusan rumah tangga.Faktor internal yang mempengaruhi kekuasaan perempuan Bali dalam rumah tangga diantaranyausia, pendidikan terakhir yang ditamatkan, status bekerja dan upah yang diterimaFaktor eksternal yang mempengaruhi kekuasaan perempuan Bali lebih pada karakteristik rumah tangga yaitu memiliki anak kandung laki-laki dan adanya akses internet.

Kata kunci: kekuasaan perempuan, keputusan rumah tangga.

Klasifikasi JEL: J16, D13

External and Internal Factors of Balinese Women’s Power in the Househehold Decision-making in Province of Bali

ABSTRACT

Various factors underlying the daily lives of households have an impact on the power of Balinese women in household decision- making process. The research objective is to examine external and internal factors that influence the power of Balinese women in household decision making. Testing uses primary data with a sample of Balinese women who are married, still have a life partner and live together under the same roof. The analytical method is the logit model. The contribution of this research is to differentiate the factors that influence the power of Balinese women into external factors (partner characteristics and household characteristics) and internal factors (characteristics inherent in Balinese women). The results showed that external factors and internal factors significantly influence the power of Balinese women in household decision making. Internal factors that influence the power of Balinese women in the household include age, last education completed, working status and wages received

Corresponding email address : pramitha@unud.ac.id

External factors that influence the power of Balinese women are more on the characteristics of households, namely having male children and having internet access.

Kata kunci: Women’s power, household decision making

Klasifikasi JEL: J16, D13

PENDAHULUAN

Perilaku dalam pengambilan keputusan rumah tangga tidak terlepas daribudaya yang melatarbelakangi kehidupan sehari-hari rumah tangga. Perbedaan budaya memiliki pengaruh terhadap peran gender dalam rumah tangga sehingga budaya dalam rumah tangga memiliki peran yang penting pada respon rumah tangga terhadap posisi tawar mereka (Oreffice, 2014; Fernandez dan Fogli, 2009). Seperti rumah tangga yang memiliki latar belakang sistem kekerabatan patriarki akan memberikan kecenderungan proses pengambilan keputusan yang berbeda dengan rumah tangga yang memiliki sistem kekerabatan matrilineal. Seperti halnya dengan sistem kekerabatan di Bali.

Kebudayaan Bali identik dengan sistem kekerabatan patrilineal (Widayani dan Hartati,2014; Sudarta, 2006).Sistem kekerabatan ini mengambil garis keturunan laki-laki sebagai pihak

yang lebih berhak dalam pengambilan keputusan rumah tangga maupun atas hak kepemilikan dalam rumah tangga sedangkan sistem matrilineal sebaliknya (Herskovits, 2016). Proses pengambilan keputusan rumah tangga cenderung didominasi oleh pihak laki-laki. Hal itu menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perlakuan yang kurang menguntungkan bagi perempuan, seperti subordinasi, marjinalisasi, dan diskriminasi. Laki-laki berkedudukan sebagai ahli waris yang melanjutkan garis keturunan keluarga dan mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan keluarga maupun masyarakat luas. Posisi perempuan dalam rumah tangga yang masih termarjinalkan sebagai akibat dari sistem kekerabatan patriarki menyebabkan perempuan tidak dapat menyuarakan pendapatnya dalam proses pengambilan rumah tangga. Di sisi lain, perempuan sendiri memiliki peran ganda di dalam rumah tangga. Hal terebut terkesan bahwa perempuan

hanya menjalankan kewajibannya tanpa memperoleh hak yang seharusnya.

Kondisi demikian memerlukan berbagai upaya untuk memberdayakan perempuan agar memiliki suara yang sejajar dengan laki-laki dalam rumah tangga. Setidaknya perempuan memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga. Pemberdayaan perempuan dapat dilakukan secara optimal jika diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi kekuasaan perempuan dalam rumah tangga. Identifikasi faktor akan mengarahkan pada dimensi apa yang perlu ditekankan untuk dapat memberdayakan perempuan Bali sehingga memiliki peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Tujuan studi adalah mengidentifikasi faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi kekuasaan perempuan Bali dalam pengambilan keputusan rumah tangga.Variabel kekuasaan perempuan dalam bentuk binary yang diproksi dengan pihak yang mengambil

keputusan dalam rumah tangga.Estimasi menggunakan metode logistic dengan sampel perempuan Bali menikah dan masih memiliki pasangan hidup.

METODE PENELITIAN

Doss (2013) membedakan indikator kekuasaan perempuan dalam rumah tangga menjadi beberapa kelompok utama. Indikator pertama, pendapatan dan pekerjaan.Pendapatan pada umumnya bersifat endogen yang memerlukan metode-metode tertentu untuk menanganinya.Indikator yang kedua adalah aset rumah tangga. Aset menjadi proksi yang lemah sebagai kontrol terhadap sumberdaya rumah tangga jika kepemilikan aset yang dilaporkan dan kontrol terhadap aset tersebut tidak sama (Beegle et al., 2001). Indikator ketiga adalah modal manusia (human capital) yang sering diidentikkan dengan pendidikan. Pendidikan bisa meningkatkan kekuasaan perempuan dalam rumah tangga karena pendidikan memberikan pengetahuan, ketrampilan dan sumberdaya untuk membuat

pilihan hidup yang dapat memperbaiki kesejahteraan mereka sehingga pendidikan dinyatakan memiliki implikasi terhadap pemberdayaan perempuan (Duflo, 2012; Samarakoon & Parinduri, 2015; Anwar et al.,2013). Selain ketiga indikator di atas, proksi yang digunakan untuk mengukur kekuasaan perempuan dalam rumah tangga adalah proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga. studi yang dilakukan oleh Reggio (2011) di Meksiko menggunakan status apakah perempuan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang terkait dengan penjualan aset rumah tangga. Proses pengambilan keputusan seperti siapa yang mengambil keputusan dalam rumah tangga bisa menjadi ukuran kekuasaan yang baik dengan lebih menekankan kepada pihak yang mengambil keputusan dan bukan pada jenis keputusan yang merupakan keluaran dari kekuasaan.

Pada studi ini, kekuasaan diukur dengan pihak yang mengambil keputusan rumah tangga menyangkut berbagai hal baik dari sisi produksi

maupun konsumsi dimana keduanya akan bermuara pada kesejahteraan rumah tangga. Beberapa jenis keputusan digunakan dalam studi ini diantaranya pertama, keputusan yang berkaitan dengan pendidikan anak.Kedua, keputusan yang berkaitan dengan kesehatan anak.Ketiga adalah keputusan yang berkaitan dengan pembelian barang-barang rumah tangga yang bernilai besar seperti kulkas, TV, kendaraan, dan barang lainnya.Keputusan yang terakhir adalah keputusan yang berhubungan dengan pengeluaran untuk kegiatan sosial kemasyarakatan yang berkaitan dengan adat yang dikenal denganistilah “menyama braya”. 1Masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu terikat dengan adat yang diatur dalam aturannya yang disebut awig-awig. Kekuasaan perempuan dilihat apakah perempuan ikut dalam proses pengambilan keputusan-keputusan tersebut ataukah tidak.

Model estimasi identifikasi kekuasaan

perempuan yang digunakan :

M⅛)


= a0 + internaliβi

+ externalγi + εi

Li


= logit variabel dependen

(status      mengambil

keputusan      dalam

rumah tangga)

Variabel dependen adalah kekuasaan

perempuan dalam rumah tangga yangberniai 1 jika dalam pengambilan keputusan rumah tangga, perempuan dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tersebut dan bernilai nol jika perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. Ketika melakukan estimasi dengan variabel terikat berupa variabel binary maka terdapat beberapa alternatif model yang bisa digunakan.Model yang umum digunakan adalah model logistic dengan distribusi logistic dan model probit dengan distribusi normal (Wooldridge, 2010).Pada penelitian ini, model yang digunakan adalah model logistic dengan pertimbangan, hasil estimasi model logistic lebih mudah untuk diintepretasikan karena koefisien

estimasi bisa dimunculkan dalam nilai marginal-nya setelah regresi logisticdilakukan (Cameron dan Trivedi, 2009).

Variabel indpenden terdiri dari dua set variabel yang dikategorikan sebagai faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah karakteristik-karakteristik yang melekat pada diri perempuan Bali seperti usia, pendidikan terakhir yang ditamatkan, status bekerja dan tingkat upah satu bulan terakhir sedangkan faktor eksternal adalah karaktersitik yang berada di luar individu perempuan diantaranya karakteristik pasangan dan karakteristik rumah tangga. Karaktersitik pasangan meliputi usia, pendidikan terakhir yang ditamatkan, dan upah dalam satu bulan terakhir sedangkan karakteristik rumah tangga terdiri dari jumlah anak kandung, status memiliki anak laki-laki, serta akses terhadap media massa melalui internet. Status memiliki anak laki-laki mewakili kondisi patrilineal dalam rumah tangga. Patrilineal juga terjadi dalam sistem perkawinan diman pohon keluarga dibangun dari garis

keturunan ayah/laki-laki (purusa) yang dapat ditarik secara langsung ke atas ke para     leluhur..2Sistem     patrilineal

mengindikasikan          pentingnya

keturunan/penerus laki-laki (sentana purusa)dalam keluarga yang akan meneruskan hak dan kewajiban orang tua dan leluhur pada aktivitas kehidupan sosial, adat, budya dan religi (Geriya, 2000). Adanya keturunan laki-laki secara implisit menunjukkan bahwa perempuan    telah    menunaikan

kewajibannya   untuk memberikan

keturunan      sebagai      penerus

keluarga.Posisi ini   menempatkan

perempuan pada posisi yang lebih tinggi sehingga lebih diakui dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Selain memperhitungkan budaya, penelitian ini juga melihat keberadaan perempuan Bali terhadap akses informasi.Pemanfaatan internet sebagai akses       terhadap       informasi

mengindikasikan bahwa  perempuan

telah terpapar informasi yang paling

update sehingga mampu meningkatkan awareness mereka terhadap peran perempuan di dalam rumah tangga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel adalah perempuan Bali yang sudah menikah dan masih memiliki pasangan hidup yang tinggal satu atap. Rata-rata usia responden adalah 41 tahun. Mereka memiliki tingkat pendidikan yang dapat dikatakan rendah.Rata-rata responden hanya menamatkan pendidikan dasarnya dengan rata-rata studi selama enam tahun.Rata-rata pendidikan responden juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pendidikan pasangannya yang memiliki rata-rata pendidikan menengah pertama (junior high school).Sebagian responden bekerja untuk mendapatkan upah dan rata-rata tingkat upah perbulan yang diterima oleh responden masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata upah perbulan pasangannya.Setiap pasangan memiliki rata-rata dua orang anak dan lebih dari setengahnya memiliki anak laki-laki.Jika dilihat peran perempuan

dalam pengambilan keputusan rumah tangga seperti keputusan berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan anak, pembelian barang mahal, dan pengeluaran untuk manyama braya, perempuan sudah cukup dilibatkan.Lebih dari separuh responden terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan terebut.Tabel 2 menunjukkan hasil identifikasi faktor yang mempengaruhi kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Secara umum, hasil menunjukkan bahwa kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga lebih dipengaruhi oleh faktor internal yaitu karakteristik yang melekat pada diri perempuan sepertiusia, pendidikan satus bekerja dan upah yang diterima sedangkan faktor eksternal yang berasal dari pasangan tidak memiliki pengaruh yang berarti namun tidak demikian dengan faktor eksternal yang berasal dari rumah tangga. Pada tingkat rumah tangga, status memiliki anak laki-laki dan terpapar informasi media massa melalui akses internet memiliki peran

yang signifikan terhadap kekuasaan perempuan dalam rumah tangga.

Pendidikan dan status bekerja perempuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadapkekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan anak. Pendidikan dan kekuasaan perempuan berkorelasi positif yang berarti semakin tinggi pendidikan perempuan, semakin besar probabilitas istri untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan anak. Dengan kata lain, semakin besar kekuasaan perempuan dalam rumah tangga yang berkaitan dengan pendiidkan anak.Hasil ini sesuai dengan studi-studi sejenis sebelumnya.3Pendidikan menjadi faktor yang penting untuk memperbaiki posisi dan status perempuan dalam rumah tangga.Pentingnya pendidikan terhadap kekuasaan perempuan mengindikasikan bahwa perempuan

harus didorong untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

Status bekerja perempuan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan pendidikan anak. Hasil ini berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Bertocchi, et. al., (2014). Pada studinya di Itali, mereka menemukan bahwa perempuan yang bekerja justru akan mengurangi tanggung jawabnya dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga karena pada umumnya orang yang bekerja memiliki lebih sedikit waktu untuk di rumah dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Pada kondisi yang demikian, yang tidak bekerja akan lebih banyak terlibat dalam pengambilan keputusan rumah tangga.

Hal demikian tidak terjadi pada perempuan Bali.Perempuan yang bekerja justru memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang tidak bekerja.Hal ini kemungkinan terkait dengan definisi bekerja yang dimaksud di sini adalah

bekerja untuk upah.Dengan demikian, bekerja berarti memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk berkontribusi secara ekonomi kepada rumah tangganya melalui upah yang diterima. Seperti yang dikatakan oleh Basu (2006), besarnya kontribusi yang diberikan individu ke dalam rumah tangga akan menentukan besarnya “suara”yang dimiliki individu tersebut dalam rumah tangga. Status bekerja ini juga signifikan mempengaruhi kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan goods purchased yang bernilai mahal (kolom 3).

Pada kolom (2) terlihat bahwa memiliki anak laki-laki kandung berpengaruh terhadap kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan terkait dengan kesehatan anak.Dalam budaya ini, terdapat pandangan anak laki-laki sebagai generasi penerus yang dikenal dengan istilah “sentana purusa”. Perempuan yang melahirkan anak laki-laki dinilai lebih tinggi karena suatu rumah tangga akan dirasakan lengkap ketika sudah memiliki keturunan laki-laki sebagai

penerus trah keluarga. Perempuan yang telah melahirkan anak laki-laki memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah melahirkan anak laki-laki.Ini mengindikasikan bahwa garis keturunan laki-laki masih dianggap penting yang merupakan salah satu ciri dari kekerabatan patrilineal.

Faktor eksternal berikutnya yang berperan penting terhadap kekuasaan perempuan Bali di dalam rumah tangga adalah keberadaan akses internet.Akses

perempuan terpapar sumber informasi sehingga mereka mampu meningkatkan awareness mereka terhadap peran mereka di dalam rumah tangga. Semakin baik paparan informasi yang dimiliki akan berpeluang meningkatkan peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga (Sultana, 2011). Demikian pula halnya dengan perempuan Bali.Perempuan yangtidak memiliki akses internet memiliki kekuasaan yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan yang terpapar informasi melalui internet.

internet sebagi indikator bahwa

Table 1: Deskriptif Statistik

VARIABLES

Mean

Std. Dev.

Min

Max

Pengambil keputusan:

Pendidikan anak (perempuan=1: lainnya=0)

0.7971014

0.4028881

0

1

Kesehatan anak (perempuan =1: lainnya=0)

0.8586957

0.348968

0

1

Pembelian barang RT (perempuan =1: lainnya=0)

0.7971014

0.4028881

0

1

Pengeluaran manyama braya (perempuan =1: lainnya=0)

0.8333333

0.373355

0

1

Karakteristik perempuan

Usia (tahun)

41.38406

8.4877

24

57

Pendidikan (years of schooling)

6.224638

5.132454

0

16

Status bekerja (bekerja=1; lainnya=0)

0.5398551

0.4993144

0

1

Upah

7.560764

6.649559

0

18.23836

(log)

Karakteristik pasangan

Usia (tahun)

43.94203

8.06498

28

58

Pendidikan

7.880435

5.449622

0

16

(years of schooling)

Status bekerja (bekerja=1; lainnya=0)

0.865942

0.3413335

0

1

Upah

(log)

Karakteristik RT

12.48201

4.168637

0

16.11559

Jumlah anak kandung

(orang)

Memiliki anak kandung laki-laki

2.713768

1.279755

0

8

(ya=1; tidak=0)

Akses terhadap internet

0.8731884

0.3333663

0

1

(tidak=1; ya=0)

Jumlah observasi (sampel)

0.2065217

276

0.4055446

0

1

Sumber: data primer, diolah.

Tabel 2

Determinan Kekuasaan Perempuan Bali dengan Model Logistic

Pengambil Keputusan Terkait dengan:

VARIABEL

(1)

(2)

(3)

(4)

Pendidikan Anak

Kesehatan Anak

Pembelian

Barang RT

Pengeluaran Manyama braya

Karakteristik Perempuan Usia

-0.00593

-0.00991

-0.0126*

-0.00510

Pendidikan

(0.00549) 0.0105*

(0.00701) 0.00340

(0.00689) -0.00246

(0.00624)

-0.00509

Status Bekerja

(0.00544) 0.1000**

(0.00703) 0.0796

(0.00695) 0.142***

(0.00621) 0.0707

Upah

(0.0449)

-0.00353

(0.0551) 0.000480

(0.0550)

-0.00496

(0.0481) 0.00739**

Karakteristik Pasangan Usia

(0.00330)

0.00218

(0.00422)

0.00822

(0.00402)

0.000986

(0.00355)

-0.00215

Pendidikan

(0.00559)

-1.31e-05

(0.00707) 0.00713

(0.00694) 0.00910

(0.00642) 0.00788

(0.00439)

(0.00602)

(0.00579)

(0.00510)

Upah

0.00122

-0.00152

0.00598

0.00260

(0.00419)

(0.00605)

(0.00504)

(0.00493)

Karakteristik Rumah Tangga

Jumlah Anak              -0.00674

0.00645

0.0258

-0.0118

(0.0139)

(0.0192)

(0.0212)

(0.0153)

Memiliki Anak Laki-laki      0.113

0.157*

-0.0713

0.0409

(0.0835)

(0.0932)

(0.0589)

(0.0788)

Akses Internet               -0.0834

-0.0644

-0.0678

-0.112*

(0.0573)

(0.0668)

(0.0635)

(0.0651)

The coefficients are marginal effect after logistic model. Standard errors in parentheses.

*** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1

KESIMPULAN

Kekuasaan perempuan Bali dalam rumah tangga dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kekuasaan perempuan Bali dalam pengambilan keputusan rumah tangga diantaranya usia, pendidikan terakhir yang ditamatkan, status bekerja dan upah yang diterima.

Di sisi lain, faktor eksternal yang mempengaruhi kekuasaan perempuan Bali dalam pengambilan keputusan rumah tangga lebih dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga yaitu memiliki anak kandung laki-laki dan adaya akses terhadap internet.

Identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal merupakan informasi awal dalam upaya memberdayakan peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga.Kemampuan perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga menggambarkan tingkat pemberdayaan mereka.Faktor pendidikan perempuan yang berpengaruh positif terhadap kekuasaan perempuan dalam rumah tangga berimplikasi terhadap pentingya akses pendidikan bagi perempuan.Pendidikan mampu meningkatkan peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga karena dengan pendidikan, perempuan

lebih mampu mengelola sumberdaya rumah tangga.

Perempuan bekerja memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang tidak bekerja. Perempuan bekerja terutama bekerja dengan upah mampu memberikan kontribusi terhadap rumah tangga sehingga kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi dengan lebih baik. Hal tersebut mengindikasikanbahwa diperlukan akses terhadap pasar kerja dengan sistem pengupahan yang memadai bagi perempuan sehingga perempuan mampu menopang kesejahteraan rumah tangga. Terpaparnya perempuan akan informasi melalui media internet mampu meningkatkan peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Hal tersebut berimplikasi bahwa akses informasi yang berkualitas akan meningkatkan kualitas perempuan untuk lebih memberdayakan diri.

Memberdayakan perempuan menjadi bermanfaat dengan meningkatkan peran dalam pengambilan keputusan.Hal tersebut menjadi penting

karena posisi tawar mereka dalam rumah    tangga    mempengaruhi

kesejahteraan perempuan dan juga anggota rumah tangga lainnya.

REFERENSI

Anwar, B., M. Shoaib, dan S. Javed, 2013. Women's Autonomy and Their Role in Decision Making at Household Level: A Case of Rural Sialkot, Pakistan. World Applied Science Journal, 23(1), pp.129-136.

Basu, K., 2006. Gender and Say: A

Model of Household Behaviour with Endogenously Determined Balance of Power. The Economic Journal, 116, pp.558-580.

Beegle, K., E. Frankenberg, dan D. Thomas, 2001. Bargaining Power within Couples and Use of Prenatal and Delivery in Indonesia. Studies in Family Planning, 32(2), pp.130-146.

Bertocchi, G., M. Brunetti, dan C. Torricelli, 2014. Who Holds the Purse Strings within the Household? The Determinants of Intra-household Decision Making. Journal of Economic Behavior & Organization, 101, 00. 65-86.

Cameron, A.C. dan P.K. Trivedi, 2009. Microeconometrics Using Stata. Texas: Stata Press.

Doss, C.,   2013. Intrahousehold

Bargaining     and     Resource

Allocation     in     Developing

Countries. The World Bank Research Observer, 28(1), pp.52-78.

Duflo, E., 2012. Women's EMpowerment and Economic Development. Journal of Economic Literature, 50(4), pp.1051-1079.

Fernandez, R. dan A. Fogli, 2009. Culture:      An      Empirical

Investigation of Beliefs, Workm and Fertility. American Economic Journal:    Macroeconomics,    1(1),

pp.146-77

Herskovits, M.J., 2016. Organisasi Sosial: Struktur Masyarakat. In T.O. Ihromi, ed. Pokok-pokok Antropologi Budaya.  - ed. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. pp.105141.

Oreffice, S.,   2014. Culture and

Household Decision aking, Balance of Power and Labor Supply Choices of US-Born and Foreign-Born Couples. Journal of Labor Research, 35, pp.162-84Sudarta.

Rahmawati, Ni Nyoman, 2016. Perempuan Bali dalam Pergulatan Gender (Kajian Budaya, Tradisi, dan Agama Hindu). Jurnal Studi Kultural, 1 (1), pp. 58-64.

Reggio, I., 2011. The Influence of the Mother's Power on Her Child's Labor in Mexico. Journal of Development Economics, 96, pp.95105.

Samarakoon, S. &R.A. Parinduri, 2015. Does    Education    Empower

Women? Evidence from Indonesia. World Development, 66, pp.428-442.

Sudarta,    Wayan,    2006.    Pola

Pengambilan Keputusan Suami Istri Rumah Tangga Petani pada Berbagai Bidang Kehidupan. Kembang Rampai Perempuan Bali, pp. 65-83.

Sultana, A.M., 2011. Factors Effect on Women Autonomy and DecisionMaking Power within the Household in Rural Communities. Journal of Applied Science Research, 7(1), pp.18-22.

Widayani, Ni Made Diska dan Sri Hartati, 2014, Kesetaraan dan Keadilan     Gender     dalam

Pandangan Perempuan Bali: Studi Fenomenologis terhadap Penulis Perempuan Bali, Jurnal Psikologi Undip, Vol.13 No.2,pp: 149-162.

Wooldridge, J.M.,  2009. Introductory

Economtrics: A Modern Aprroach. 4th ed. Mason: South-Western Cengage Learning.

171