Potensi Pengembangan Investasi Berbasis Ekonomi Kreatif Di Kota Denpasar
on
pISSN : 2301 - 8968
eISSN : 2303 - 0186
JEKT ♦ 10 [2] : 155-173
Potensi Pengembangan Investasi Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Denpasar
Ni Luh Putu Wiagustini 1
-
I Ketut Mustanda2
Luh Gede Meydianawathi 3
Nyoman Abundanti4
-
1 ,2, 4 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
-
3 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi investasi dan iklim usaha investasi berbasis ekonomi kreatif di Kota Denpasar. Guna mencapai tujuan penelitian digunakan teknik analisis Location Quotient (LQ), Anova, dan Performance-Important Analysis. Data penelitian menggunakan data sekunder dan primer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi investasi berbasis ekonomi kreatif yang dapat dikembangkan di Kota Denpasar meliputi : kerajinan, penerbitan dan percetakan, fesyen, kuliner dan musik. Terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja, investasi dan nilai ekonomis per sub-sektor ekonomi kreatif, antara lain: tenaga kerja berpengaruh signifikan pada subsektor kerajinan, percetakan dan kuliner; investasi dan nilai ekonomis berpengaruh signifikan pada subsektor kerajinan, fesyen dan kuliner. Pengembangan Investasi ekonomi kreatif yang perlu menjadi prioritas utama, mendapatkan perhatian dan penanganan Pemerintah Kota Denpasar meliputi: (1) bantuan kelancaran operasional; (2) bantuan pemasaran hasil produksi; (3) bantuan untuk meningkatkan kualitas SDM; (4) bantuan pendanaan melalui hutang, (5) bantuan untuk mempertahankan kelangsungan aktivitas; dan (6) bantuan pendistribusian hasil produksi.
Kata kunci : investasi, ekonomi kreatif, analisis potensi investasi, analisis iklim usaha
Development Potentials of Creative EconomyBased Investments in Denpasar City
ABSTRACT
This research aimed to analyze investment potentials and investment business climate based on creative economies in Denpasar City. In order to achieve this research objective, Location Quotient (LQ), Anova, and Performance-Importance Analysis techniques were employed. Research utilized both secondary and primary data. Research results showed that creative economy-based investment potentials and those which were expandable in Denpasar City include: handicraft, printing and publishing, fashion, culinary and music. There were differences in the impact of number of workforce and investment and economic value per creative economy sub-sector as follows: the workforce posed significant impact on handicraft, printing and culinary; while investment and economic value significantly impacted handicraft, fashion and culinary. Developments of creative economy-based investments which need to be highly prioritized, given attention to and properly handled by Denpasar City Government include: (1) operational efficiency assistance; (2) product marketing assistance; (3) assistance in
email : [email protected]
155
human resources quality improvement; (4) assistance in funding fulfillment through loans; (5) assistance in maintenance of activity sustainability; (6) assistance in product distributions.
Keywords : investment, creative economy, investment potential analysis, business climate analysis
PENDAHULUAN
Investasi menjadi salah satu kata kunci dalam setiap upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi. KegiatanInvestasi juga merupakan salah satu faktor utama sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor perdagangan, ekspor-impor, perbankan, transportasi dan asuransi. Disamping itu faktor pendidikan juga akan terpacu, sehingga berdampak pada peningkatan sumber daya manusia (SDM). Demikian juga dengan adanya investasi dapat mengurangi pengangguran karena tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan pendapatan, dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan daya beli masyarakat. Melalui peningkatan kegiatan investasi, baik dalam bentuk akumulasi kapital domestik maupun luar negeri, akan menjadi faktor pengungkit yang sangat dibutuhkan bagi suatu Negara atau daerah dalam menggerakan mesin ekonomi mengawal pertumbuhan yang berkelanjutan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada hakekatnya memberikan kebebasan pada masyarakat di daerah untuk memilih cara-cara pengembangan daerahnya sesuai dengan potensi sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang ada dengan melibatkan sebanyak mungkin partisipasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pembangunan dalam otonomi daerah menekankan pada strategi percepatan pengembangan wilayah sesuai dengan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Investasiyangberbasispadasektormikrokecil dan menengah (UMKM) mampu menekan jumlah kemiskinan di suatu wilayah, seperti yang terjadi di negara Ghana. Agyapong (2010) menemukan bahwa di Negara Ghana UMKM memperkuat sektor-sektor seperti
pertanian, perikanan, penggalian, rumah makan/restoran, pengolahan makanan, dan jasa lainnya. UMKM berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja, berkontribusi dalam penerimaan pajak, memfasilitasi pendistribusian barang-barang produksi, berkontribusi dalam pembangunan sumber daya manusia dan dunia usaha. Kondisi tersebut selanjutnya secara signifikan berpengaruh terhadap kondisi poverty reduction di negara Ghana.
Berkaitan dengan kemiskinan, hasil sensus penduduk tahun 2010 menerangkan bahwa masih terdapat rumah tangga miskin (RTM) di Kota Denpasar pada tahun 2010 sebanyak 2.889 RTM, atau sekitar 1,26% dari total rumah tangga di Kota Denpasar (SK Walikota Denpasar Nomor: 188.45/669/ HK/2010).
Berdasarkan data RTM di Kota Denpasar dan pola pengentasan kemiskinan di negara Ghana (Agyapong, 2000), maka Kota Denpasar perlu memiliki suatu model investasi yang yang pelakunya mengedepankan UMKM dalam mengurangi jumlah RTM di Kota Denpasar. Investasi yang berbasis ekonomi kreatif yang pelakunya adalah dominan UMKM, menjadi alternatif utama mengingat Kota Denpasar memiliki keterbatasan sumber daya alam, apalagi dikaitkan dengan Visi Kota Denpasar untuk menjadi kota kreatif berbasis kearifan budaya lokal, maka tujuan pengentasan kemiskinan melalui pengembangan investasi UMKM di sektor ekonomi kreatif dapat terlaksana.
Penelitian tentang potensi pengembangan investasi yang berbasis ekonomi kreatif di Kota Denpasar sangat perlu dilakukan dengan alasan sebagai berikut: (1) ekonomi kreatif memiliki arah yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga secara moral, budaya, alam dan lingkungan masyarakat; (2) daya kreativitas yang timbul dari ekonomi kreatif, berdampak positif terhadap peningkatan kapasitas daya saing dan inovasi; (3) pelaku ekonomi kreatif
didominasi oleh UMKM, sehingga diharapkan dapat mampu mengurangi jumlah RTM, dan selanjutnya mengentaskan kemiskinan; (4) ekonomi kreatif sangat tepat dikembangkan pada wilayah yang memiliki keterbatasan sumber daya alam seperti di Kota Denpasar, dimana luas lahan pertanian hanya 2.519 Ha (20%) dari 12.778 Ha luas kota Denpasar.
Tinjauan tentang Investasi
Teori ekonomi juga mengartikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluran untuk membeli barang-barang modal atau peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan (Sadono, 2000). Berdasarkan definisi dimaksud maka dapat diketahui bahwa investasi memiliki keterkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu dalil ekonomi yang cukup terkenal yang menjelaskan hubungan keduanya adalah Teori Harrord-Domar. Kedua ilmuwan ini menyimpulkan terdapat hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok modal keseluruhan, K dengan GNP (Y) yang diformulasikan sebagai rasio modal/output. Hubungan ini menjelaskan jika semakin tinggi stok modal di dalam perekonomian maka semakin tinggi pula output yang dapat dihasilkan. Secara sederhana teori pertumbuhan ini dituliskan sebagai berikut (Todaro, 2000) ;
Dari persamaan tersebut dapat dipahami dengan mudah bahwa tingkat pertumbuhan yang diwakili oleh notasi ΔF ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional, s, serta rasio modal-output nasional, k. Lebih mengkhusus, identitas ini dapat pula dideskripsikan denga ntingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara “positif” berbanding lurus degnan rasio tabungan (yakni semakin banyak bagian GNP yan ditabung dan diinvestasikan, maka
semakin besar pertumbuhan GNP) demikian pula sebaliknya.
Menurut Todaro (2000), logika ekonomi dibalik formula pembangunan versi Harror-Domar dimaksud sangat sederhana dimana agar bisa tumbuh dengan pesat, maka setiap perekonomian haruslah menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin dari GNP-nya. Semakin banyak yang dapat ditabung untuk kemudian dialokasikan kepada para investor sehingga menjadi investasi, maka laju perekonomian akan semakin cepat. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah asumsi yang kuat bahwa factor-faktor lain bergerak ceteris paribus.
Investasi yang dimaksud dalam konteks ekonomi makro adalah investasi yang berbentuk investas fisik seperti barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang. Barang modal umumnya diukur dalam nilai uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan harga perolehan per unit barang modal tersebut.Untuk mencegah terjadinya kerancuan, maka perhitungan investasi harus sesuai dengan perhitungna pendapatan nasional (Prathama, 2008) bahwa yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan/ konstruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Jika seorang pengusaha membeli pabrik dan bangunan yang pernah dipakai orang lain, kegiatan tersebut tidak dapat dihitung sebagai investasi, sebab kegiatan tersebut tidak menambah stok barang modal jenis yang baru.
Sektor Ekonomi Kreatif
Ekonorni kreatif adalah konsep ekonomi yang mengandalkan kreatifitas individu dalam mengoptimalkan daya saing yang dimilki. Wiko (2010) menjelaskan bahwa landasan dasar dari konsep ekonomi kreatif ini adalah dimana ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan input utama dalam mendorong pembangunan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik. Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas yang mengandalkan ide dan pengetahuan
dari sumber daya manuasia sebagai faktor produksi utama dalam proses produksinya Potensi ekonomi kreatif sangat berkembang di Indonesia. Pada tahun 2007 tercatat 6,3% dari total Produk Domestik Bruto Indonesia disumbang dari indutri kreatif. Karena itu pemerintah melalui lembaga terkait memberi perhatian besar dan penting dalam pengembangan sektor ini. Adapun alasan lain perlunya dikembangkan industri kreatif di Indonesia adalah: 1) Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan; 2) Menciptakan iklim bisnis yang positif; 3) Membangun citra dan identitas bangsa; 4) Berbasis pada sumber daya yang terbarukan; 5) Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa; dan 6) Memberikan dampak sosial yang positif.
Hasil konvensi pengembangan ekonomi kreatif Kementrian Perdagangan Republik Indonesia menjabarkan sekitar 15 subsektor industri kreatif di Indonesia yang disesuaikan dengan KBLI 2005. Kelima belas sektor dimaksud antara lain sebagai berikut.
-
1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.
-
2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior).
-
3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
-
4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
-
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
-
6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
-
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.
-
8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
-
9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
-
10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
-
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.
-
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
-
13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
-
14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
-
15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir dan usaha rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu, batagor, bajigur dan ketoprak.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), mendefinisikan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah sebagai entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00. Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 -Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja.Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20-99 orang.
Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa). Sedangkan menurut UU No 20 Tahun 2008 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyarlima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (limapuluh milyar rupiah). UMKM dapat berperan dalam perekonomian, meningkatkan kesejahteraan.Hal ini juga diperkuat dengan ilustrasi yang disampaikan Agyapong (2010:205) mengenai peran UMKM dalam pengentasan kemiskinan.
Gambar 1. Ilustrasi Konsep Peran UMKM terhadap Penurunan Kemiskinan
Sumber: Agyapong, 2010
Usaha Mikro Kecil dan Menengah, dalam perkembangannya menciptakan berbagai inovasi, akan berdampak pada terbukanya kesempatan kerja. Inovasi baru dan peningkatan kesempatan kerja biasanya akan dibarengi dengan pembangunan sumber daya manusia. Kondisi positif tersebut akan berdampak pada level pendapatan masyarakat, yang semakin meningkat. Pendapatan meningkat berasosiasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang berarti terjadi penurunana pada jumlah kemiskinan.
Kemiskinan dan Faktor Penyebabnya
Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Tolok ukur yang digunakan Bank Dunia dalam mendefinisikan kemiskinan itu adalah tercapainya kehidupan
layak dengan penghasilan USD 1.00 per hari, di negara dengan katagori pendapatan rendah, USD 2.00 per hari di negara dengan pendapatan sedang, dan USD 14.00 per hari di negara maju.
United Nations Development Programme (UNDP) mendefinisikan kemiskinan sebagai kelaparan, ketiadaan tempat berlindung, ketidakmampuan berobat ke dokter jika sakit, tidka mempunyai akses ke sekolah dan buta huruf, tidak mempunyai pekerjaan, takut akan masa depan, hidup dalam hitungan harian, ketidakmampuan mendapatkan air bersih, ketidakberdayaan, tidak ada keterwakilan dan kebebasan. Badan Pusat Statistik memiliki definisi berbeda mengenai kemiskinan, yaitu suatu kondisi seseorang yang hanya dapat memenuhi makanannya kurang dari 2100 kalori perkapita sehari.
Kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga ukuran, yakni kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan kultural (Daryanto dan Hafizrianda, 2010:207). Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Miskin relatif berarti seseorang sebenarnyatelahhidupdiatasgariskemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat di sekitarnya. Sedangkan miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
Penelitian Terdahulu
Pusat inovasi UMKM APEC tahun 2006, melakukan suatu studi tentang daya saing global dari UMKM di 13 negara APEC. Berdasarakan hasil studi tersebut, menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang UMKM-nya berdaya saing rendah. Indonesia bersama Meksikodan Rusia merupakan negara-negara dengan pendanaan paling kecil bagi perkembangan teknologi di UMKM. Padahal berdasarkan hasil studi yang sama, menunjukkan bahwa
perkembangan teknologi merupakan salah satu sumber penting dari inovasi, berarti juga teknologi menjadi sumber penting bagi peningkatan daya saing (Tambunan, 2009).
Tambunan (2010), mengemukakan hasil penelitian Bank Pembangunan Asia (ADB) yang melakukan suatu studi untuk mengkaji sejauh mana hasil dari upaya-upaya pemerintah dan swasta selama ini dalam membantu UKM non pertanian. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa walaupun pemerintah dan swasta telah melakukan berbagai macam program, hasilnya tidak memuaskan. Sebagian besar dari jumlah responden yang tidak mengetahui adanya pelayanan-pelayanan publik untuk mengembangkan bisnis (business development service/BDS). Hasil penelitian tersebut juga melaporkan bahwa sering kali lembaga-lembaga pemberi pelayanan seperti BDS tidak mengetahui apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh pengusaha-pengusaha UKM, karena mereka menganggap BDS tidak menjalin suatu jaringan kerja yang baik dengan mereka. Akibatnya pelayanan riil yang disediakan BDS tidak sesuai dengan kebutuhan riil dari pengusaha-pengusaha UKM.
Studi CESS dan Swisscontact (2003) terhadap UKM ekspor di Bali juga menunjukkan bahwa pada kondisi pasar yang semakin kompetitif, lingkungan bisnis yang tidak kondusif dan menambah beban biaya menjadi masalah yang sangat mengganggu kenyamanan berusaha eksportir/trading house. Akibatnya daya saing dari produk eksportir/trading house dari Bali yang notabene berasal dari UKM, menurun tajam karena sulit bersaing dengan produk dari negara yang ongksos produksinya lebih murah. Bali yang merupakan salah satu andalan ekspor UKM (termasuk untuk produk dari daerah lain) dihadapi oleh semakin memburuknya iklim usaha akibat semakin banyaknya pungutan dan perijinan yang dihadapi. Akibatnya trading house yang menjadi saluran ekspor bagi produk UKM untuk meraih pasar mancanegara semakin merasa berat untuk mempertahankan usahanya.
DATA DAN METODOLOGI
Metode analisis yang digunakan dalam studi penelitian Model Pengembangan Investasi Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Denpasar meliputi sebagai berikut:
-
1. Analisis potensi Investasi setiap Kecamatan di Kota Denpasar yang memiliki potensi untuk dibina dan dikembangkan menjadi ekonomi kreatif yang berdaya saing dan bernilai tinggi. Alat analisis yang digunakan: Location Qoutient. Perhitungan LQ dilakukan dengan (1) Static Location Quotient (SLQ) dan (2) Dynamic Location Quotient (DLQ). SLQ menggunakan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) masing-masing sektor perkecamatan di Kota Denpasar dibandingkan dengan sektor tersebut secara keseluruhan di Kota Denpasar. Dengan menggunakan rumus :
SLQik
Vik = nilai PDRB sektor i di daerah j (Kecamatan Denpasar Utara/ Selatan/Barat/Timur)
Vk = nilai PDRB total daerah himpunan (Kecamatan Denpasar Utara/ Selatan/ Barat/Timur)
Vip = nilai PDRB sektor i di daerah himpunan (Kota Denpasar)
Vp = nilai PDRB total daerah himpunan (Kota Denpasar)
Dengan ketentuan bila:
SLQ > 1 daerah studi (kecamatan) memiliki spesialisasi di sektor i dibandingkan wilayah himpunannya (sektor dimaksud tergolong unggulan)
SLQ < 1 daerah studi (kecamatan) tidak memiliki spesialisasi di sektor i dibandingkan wilayah himpunan (sektor tidak tergolong unggulan)
SLQ = 1 sektor i merupakan sektor unggulan baik di daerah studi maupun di daerah himpunannya
DLQ menggunakan Laju Product Domestic Regional Bruto (PDRB) masing-masing sektor perkecamatan di Kota Denpasar dibandingkan dengan Laju sektor tersebut secara keseluruhan di Kota Denpasar. Hasil perhitungan dengan metode ini menjelaskan seberapa laju/cepat pertumbuhan setiap sektor pada setiap kecamatan dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama pada wilayah himpunannya yang dalam hal ini adalah Kota Denpasar. Rumus perhitungan DLQ adalah sebagai berikut.
Keterangan:
DLQ = Dynamic Location Quotient di suatu wilayah
gij = Laju pertumbuhan sektor i di daerah j (kecamatan Denpasar Utara/Selatan/ Barat/Timur)
Gi = Laju pertumbuhan sektor i di daerah himpunan (Kota Denpasar)
gj = Rata-rata laju pertumbuhan daerah j (kecamatan Denpasar Utara/Selatan/ Barat/Timur)
G = Rata-rata laju pertumbuhan daerah himpunan (Kota Denpasar)
Dengan ketentuan bila:
DLQ > 1 sektor ini mempunyai potensi perkembangan yang lebih cepat dibandingkan daerah yang menjadi himpunannya.
DLQ < 1 sektor ini mempunyai potensi perkembangan yang lebih lambat dibandingkan daerah yang menjadi himpunannya.
DLQ = 1 sektor ini mempunyai potensi perkembangan yang sama cepat dengan daerah yang menjadi himpunannya.
Tabel 1. Rekapitulasi Sektor Basis dan Laju Sektor Kota Denpasar Tahun 2009– 2013
Sektor
No |
Kecamatan |
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutananfe Perikanan |
Industri Pengolahan |
Listrik, Gas & Air Bersih |
Bangunan |
Perdagangan, Hotel & Restoran |
Pengangkutan & Komunikasi |
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan |
Jasa-Jasa |
1 |
Denpasar Utara |
B/LL |
NB/LC |
NB/LL |
B/LC |
NB/LC |
B/LC |
NB/LL |
B/LC |
2 |
Denpasar Selatan |
B/LL |
NB/LC |
NB/LC |
NB/LL |
B/LC |
NB/LL |
NB/LC |
NB/LL |
3 |
Denpasar Barat |
NB/LL |
B/LC |
NB/LC |
NB/LL |
NB/LC |
NB/LC |
NB/LC |
NB/LL |
4 |
Denpasar Timur |
B/LL |
NB/LC |
B/LC |
NB/LL |
NB/LC |
B/LC |
B/LC |
B/LC |
Sumber : Hasil Analisis
Ket :
B : Basis LL : Laju Lambat
NB : Non Basis LC : Laju Cepat
-
2. Menganalisis iklim usaha yang terkait dengan pendorong dan penghambat keleluasaan pelaku IKM berbasis ekonomi kreatif untuk tumbuh berkembang maju. AlatanalisisyangdigunakanadalahAnalisis Interaksi Sosial antar IKM Ekonomi kreatif, Anova untuk mengalisis Karakteristik Usaha, Analisis Pelayanan Prima Dinas terkait dan analisis Performanse Importance Analysis untuk mengetahui peran institusi pembina (instansi teknis pembina) yang berkaitan dengan pengembangan IKM berbasis ekonomi kreatif.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data PDRB dan Laju PDRB masing-masing sektor per Kecamatan di Kota Denpasar, serta dilengkapi dengan data jumlah industri, jumlah pekerja, nilai investasi, nilai modal masing-masing sektor. Selain menggunakan data sekunder, penelitan ini juga menggunakan data primer dalam menganalisis iklim usaha di Kota Denpasar. Responden penelitian adalah 100 responden pelaku ekonomi kreatif di Kota Denpasar, serta instansi terkait diantaranya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Potensi Investasi di Kota Denpasar Potensi Investasi di Kota Denpasar dianalisis dengan Analisis Location Quotient (LQ), yang merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian di suatu daerah. Sektor unggulan yang berkembang dengan baik akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang pada akhirnya akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.
Perhitungan LQ dilakukan dengan (1) Static Location Quotient (SLQ) dan (2) Dynamic Location Quotient (DLQ). SLQ menggunakan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) masing-masing sektor perkecamatan di Kota Denpasar dibandingkan dengan sektor tersebut secara keseluruhan di Kota Denpasar. Sedangkan DLQ menggunakan Laju Produk Domestik Regional Bruto (Laju PDRB) masing-masing sektor perkecamatan di Kota Denpasar dibandingkan dengan Laju sektor tersebut secara keseluruhan di Kota Denpasar.
Berdasarkan Analisis SLQ dan DLQ maka dapat ditunjukkan sektor basis dan laju sektor Kota Denpasar pada Tabel 1.
Merujuk pada hasil rekapitulasi sektor basis dan laju sektor basis Kota Denpasar (Tabel 1) dapat diuraikan sebagai berikut.
-
1. Sektor primer (pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan) berbasis di Kecamatan Denpasar Utara, Timur dan Selatan, namun semuanya memiliki laju pertumbuhan yang lambat.
-
2. Sektor industri pengolahan berbasis di Kecamatan Denpasar Barat, dengan semua kecamatan baik basis maupun non basis memiliki laju pertumbuhan yang cepat.
-
3. Sektor listrik, gas dan air bersih berbasis di Kecamatan Denpasar Timur, dengan semua kecamatan baik basis maupun non basis memiliki laju pertumbuhan yang cepat.
-
4. Sektor bangunan memiliki basis di Kecamatan Denpasar Utara dengan laju pertumbuhan yang tinggi/cepat. Pada Kecamatan yang lainnya bukan basis dengan laju pertumbuhan yang lambat.
-
5. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berbasis di Kecamatan Denpasar Selatan, dengan semua kecamatan baik basis maupun non basis memiliki laju pertumbuhan yang cepat.
-
6. Sektor pengangkutan dan komunikasi berbasis di Kecamatan Denpasar Utara dan Timur, dengan semua kecamatan baik basis maupun non basis memiliki laju pertumbuhan yang cepat.
-
7. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan berbasis di Kecamatan Denpasar Timur, rata-rata laju pertumbuhan yang tinggi/cepat, di Kecamatan Denpasar Barat dan Selatan bukan basis tetapi memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Selanjutnya di Kecamatan Utara bukan basis dengan laju pertumbuhan yang lambat.
-
8. Sektor jasa-jasa berbasis di Kecamatan Denpasar Timur dan Utara dengan rata-rata laju pertumbuhan yang tinggi/cepat, untuk kecamatan lainnya (Denpasar Selatan dan Barat) bukan basis mulai memiliki laju pertumbuhan yang tinggi/cepat.
Analisis Potensi Investasi Subsektor Ekonomi Kreatif
Berdasarkan analisis potensi investasi Kota Denpasar ekonomi kreatif termasuk pada sektor industri pengolahan pada kelompok ekonomi kreaatif kerajinan dan fesyen; sebagian pada perdagangan dan restoran pada kelompok ekonomi kreaatif barang dan feyen kuliner dan pasar barang seni dan kuliner. Subsektor industri kreatif berpotensi di Kota potensi dikembangkan di seluruh Kecamatan di Kota Denpasar. Subsektor industri kreatif potensi dikembangkan di Kota Denpasar adalah Subsektor Kerajinan, Subsektor penerbitan dan percetakan, subsektor fesyen, Subsektor kuliner, dan Subsektor Musik, masing-masing dapat draikan sebagai berikut. Jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) di Kota Denpasar pada Tahun 2014 yang tergolong dalam kelompok subsektor kerajinan berjumlah 1.602 unit usaha, jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 9.656 orang, Nilai investasi sebanyak Rp 64.628.949.000,00; kapasitas produksi 21.646.991 unit; nilai produksi Rp 378.843.451.000,00 dan nilai ekonomis (nilai produksi dikurangi nilai bahan baku dan bahan penolong) Rp 266.453.699.000,00. Jumlah industri, pekerja, nilai investasi, kapasitas produksi, nilai produksi dan nilai keuntungan subsektor kerajinan disajikan pada Tabel 2.
Jumlah IKM di Kota Denpasar pada Tahun 2014 yang tergolong dalam kelompok subsektor penertiban dan percetakan berjumlah 369 unit usaha; yang mampu menyerap Pekerja sebanyak 2.340 orang; Nilai investasi sebanyak Rp 59.973.935.000,00; kapasitas produksi 3.315.046 unit; nilai produksi Rp 103.755.237.000,00; dan nilai ekonomis Rp 78.735.942.000,00. Jumlah industri, pekerja, nilai investasi, kapasitas produksi, nilai produksi dan nilai keuntungan subsektor penertiban dan percetakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Jumlah Industri, Pekerja, Nilai Investasi, dan Nilai Modal Subsektor Kerajinan Tahun 2014
No |
Kecamatan |
Jumlah Usaha |
Pekerja |
Nilai Investasi |
Kapasitas Produksi |
Nilai Produksi |
Nilai Ekonomis |
1 |
Denpasar Barat |
589 |
3.210 |
19.021.519 |
4.614.250 |
84.739.876 |
54.415.830 |
2 |
Denpasar Selatan |
448 |
3.269 |
24.757.698 |
6.905.939 |
214.469.936 |
154.235.604 |
3 |
Denpasar Timur |
255 |
1.463 |
11.221.116 |
3.486.621 |
38.913.315 |
29.158.408 |
4 |
Denpasar Utara |
310 |
1.714 |
9.628.616 |
6.640.181 |
40.720.324 |
28.643.857 |
Jumlah |
1.602 |
9.656 |
64.628.949 |
21.646.991 |
378.843.451 |
266.453.699 |
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali Tahun 2015 (data diolah)
Tabel 3. Jumlah Industri, Pekerja, Nilai Investasi, dan Nilai Modal Subsektor Penertiban dan Percetakan Tahun 2014
No |
Kecamatan |
Jumlah Usaha (unit) |
Jumlah Tenaga Kerja (orang) |
Nilai Investasi (Ribu Rp.) |
Kapasitas Produksi (Ribu Rp.) |
Nilai Produksi (Ribu Rp.) |
Nilai Ekonomis (Ribu Rp.) |
1 |
Denpasar Barat |
120 |
771 |
14.402.725 |
1.553.553 |
57.459.400 |
46.594.661 |
2 |
Denpasar Selatan |
70 |
376 |
4.607.535 |
847.129 |
10.216.950 |
7.045.430 |
3 |
Denpasar Timur |
98 |
700 |
11.036.247 |
635.619 |
26.136.263 |
17.971.730 |
4 |
Denpasar Utara |
81 |
493 |
29.927.428 |
278.745 |
9.942.624 |
7.124.121 |
Jumlah |
369 |
2.340 |
59.973.935 |
3.315.046 |
103.755.237 |
78.735.942 |
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali Tahun 2015 (data diolah)
Tabel 4. Jumlah Industri, Pekerja, Nilai Investasi, dan Nilai Modal Subsektor Fesyen Tahun 2014
No |
Kecamatan |
Jumlah Usaha (unit) |
Jumlah Tenaga Kerja (orang) |
Nilai Investasi (Ribu Rp-) |
Kapasitas Produksi (Ribu Rp.) |
Nilai Produksi (Ribu Rp.) |
Nilai Ekonomis (Ribu Rp.) |
1 |
Denpasar Barat |
405 |
4.493 |
37.664.102 |
4.187.697 |
258.170.541 |
185.358.735 |
2 |
Denpasar Selatan |
409 |
2.960 |
19.542.939 |
1.518.644 |
126.923.532 |
106.497.223 |
3 |
Denpasar Timur |
87 |
1.120 |
6.353.687 |
549.543 |
33.531.443 |
24.473.190 |
4 |
Denpasar Utara |
100 |
1.335 |
11.999.954 |
15.470.589 |
48.895.877 |
33.161.878 |
Jumlah |
1.001 |
9.908 |
75.560.682 |
21.726.470 |
467.521.393 |
349.491.026 |
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali Tahun 2015 (data diolah)
Jumlah IKM di Kota Denpasar pada tahun 2014 yang tergolong dalam kelompok Subsektor Fesyen berjumlah 1.001 unit usaha. Nilai investasi, kapasitas produksi, nilai produksi dan nilai keuntungan subsektor fesyen disajikan pada Tabel 4.
Jumlah IKM di Kota Denpasar pada Tahun 2014 yang tergolong dalam kelompok Subsektor Kuliner
berjumlah 901 unit usaha; mampu menyerap pekerja sebanyak 5.939 orang; nilai investasi sebanyakRp 101.765.990.000,00; kapasitas produksi 53.737.775 unit; nilai produksi Rp 420.525.286,00; dan nilai ekonomisnya Rp 300.917.751,00. Kondisi ini disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Industri, Pekerja, Nilai Investasi, dan Nilai Modal Subsektor Kuliner Tahun 2014
No |
Kecamatan |
Jumlah Usaha (unit) |
Jumlah Tenaga Kerja (orang) |
Nilai Investasi (Ribu Rp.) |
Kapasitas Produksi (Ribu Rp.) |
Nilai Produksi (Ribu Rp.) |
Nilai Ekonomis (Ribu Rp.) |
1 |
Denpasar Barat |
354 |
1.930 |
54.153.692 |
28.608.954 |
231.367.899 |
162.260.905 |
2 |
Denpasar Selatan |
164 |
2.328 |
36.679.653 |
11.920.846 |
149.586.113 |
109.685.473 |
3 |
Denpasar Timur |
165 |
609 |
4.050.386 |
4.010.704 |
16.367.458 |
12.095.826 |
4 |
Denpasar Utara |
218 |
1.072 |
6.882.259 |
9.197.271 |
23.203.816 |
16.875.547 |
Jumlah |
901 |
5.939 |
101.765.990 |
53.737.775 |
420.525.286 |
300.917.751 | |
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali Tahun 2015 (data diolah) | |||||||
Tabel 6. Jumlah Industri, Pekerja, Nilai Investasi, dan Nilai Modal Subsektor Musik Tahun 2014 | |||||||
No |
Kecamatan |
Jumlah Usaha (unit) |
Jumlah Tenaga Kerja (orang) |
Nilai Investasi (Ribu Rp.) |
Kapasitas Produksi (Ribu Rp.) |
Nilai Produksi (Ribu Rp.) |
Nilai Ekonomis (Ribu Rp.) |
1 |
Denpasar Barat |
2 |
11 |
127.800 |
665.368 |
497.100 |
185.130 |
2 |
Denpasar Timur |
1 |
4 |
20.000 |
4.800 |
120.000 |
36.000 |
3 |
Denpasar Utara |
1 |
3 |
16.000 |
3.000 |
56.000 |
16.800 |
Jumlah |
4 |
18 |
163.800 |
673.168 |
673.100 |
237.930 |
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali Tahun 2015 (data diolah)
Analisis Iklim Usaha
a.Interaksi Sosial IKM berbasis Ekonomi
Kreatif
Gambaran interaksi sosial IKM ekonomi kreatif di Kota Denpasar, dilakukan melalui wawancara secara mendalam dengan pelaku ekonomi kreatif di Kota Denpasar. Indikator modal sosial yang menjadi perhatian penelitian ini adalah : 1) Indikator jaringan (network), indikator ini merupakan indikator yang berkaitan dengan gambaran tentang interaksi IKM ekonomi kreatif dalam mengatasi permasalahan sosial-ekonomi mereka, 2) Indikator kepercayaan (trust), dan 3) Indikator norma (norms). Penilaian interaksi sosial IKM ekonomi kreatif dilakukan dengan menyebarkan kuesioner terhadap 100 responden yang dilakukan secara proporsional berdasarkan jenis ekonomi kreatifyang sudah berkembang di Kota Denpasar.
-
1. Indikator Jaringan (Network)
IKM kerajinan dan fesyen memiliki tingkat kebersamaan sangat tinggi. Hal ini dikuatkan dari wawancara mendalam
kepada beberapa IKM kerajinan dan fesyen, mengungkapkan bahwa IKM kerajinan dan fesyen memiliki asosiasi seperti: Asososiasi Produk Tekstil, Asosiasi Kerajinan Kayu, Asosiasi Kerajinan Perak, Asosiasi Tekstil dan Produk Tekstil dan lainnya. Adanya asosiasi ini menunjukkan bahwa tingkat kebersamaan IKM kerajinan dan fesyen sangat kuat, terutama dalam mengahadapai arus globalisasi. Peran ketua asosiasi masing-masing produk kerajinan dan fesyen sangat tinggi dalam memperjuangkan IKM untuk mendapatkan pembinaan, fasilitas, kemudahan perijinan kepada pemerintah, menginformasikan kebutuhan pasar asing dan lainnya. IKM Kerajinan di Bali khususnya di Kota Denpasar, mengutamakan kebersamaan untuk menghadapai pasar luar negeri. Karena pasar produk kerajinan dan fesyen di Bali adalah sebagaian besar pasar luar negeri (ekspor). Kebersamaan IKM kerajinan dan fesyen bisa dilihat dari: saling berbagi informasi tentang kebutuhan pasar, disain produk, dan pembuatan produk.
IKM penerbitan dan percetakan, kuliner, dan musik. Tanggapan responden berkaitan dengan tingkat kebersamaan antar IKM penerbitan dan percetakan; kuliner dan musik masih relatif rendah. Ketika IKM ditanya mengenai “seberapa besar perasaan kebersamaan atau kedekatan antar IKM penerbitan dan percetakan; kuliner dan musik”, maka kondisi jawaban dari responden bisa dilihat pada Gambar 2, yang menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 57% anggota masyarakat biasa saja, jawaban ini menggambarkan bahwa antara IKM Penerbitan dan Percetakan; Kuliner dan Musik lainnya tidak mempunyai kedekatan yang sangat kuat. Bahwa sebesar 35% yang menyatakan bahwa kedekatan mereka mempunyai perasaan yang “jauh”, atau dengan kata lain tidak mempunyi ikatan emosional antar IKM Penerbitan dan Percetakan; Kuliner dan Musik.
Gambar 2. Persentase Jawaban Responden Atas Kondisi Perasaan Kebersamaan Antar IKM Penerbitan dan Percetakan
tersebut menggambarkan bahwa tingkat kepercayaan IKM Ekonomi Kreatif di Kota Denpasar dalam hal pengembalian pinjaman sangat tinggi. Hanya ada 15% responden yang menjawab “percaya bahwa sebagian kecil dan tidak ada IKM akan mengembalikan pinjaman”, sedangkan yang menjawab “percaya sebagain besar nelayan akan mengembalikan pinjaman” sebanyak 5% dari total responden.
Gambar 3. Persentase Jawaban Responden Atas Kondisi Tingkat Kepercayaan IKM Ekonomi Kreatif Dalam Hal Pengembalian Pinjaman
Perasaan KebersaniaaiiAiitar IKM Penerbitan dan Percetakan
Sangat Jauh Biasa Dekat Sangat
Jauh Saja Dekat
-
2. Indikator Kepercayaan (Trust)
Tingkat kepercayaan dalam pengelolaan unit usaha IKM ekonomi kreatif dapat dilihat dari kepercayaan dalam pengembalian pinjaman. Ketika IKM ekonomi kreatif ditanya mengenai “apakah anda percaya bahwa IKM ekonomi kreatif akan mengembalikan pinjaman bila diberikan kredit?”, maka kondisi jawaban dari responden bisa kita lihat pada Gambar 3, yang menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 70% IKM yang menjadi responden menjawab “sebagian besar dan seluruh IKM membayar pinjaman” dan 5% menjawab “Ragu-ragu”. Jawaban
-
3. Indikator Norma (Norms)
Aspek yang bisa digunakan sebagai instrumen untuk mengukur norma di dalam masyarakat adalah: kepercayaan terhadap aturan, kepatuhan IKM Ekonomi Kreatif terhadap aturan, dan kepercayaan kepada pemerintah sebagai pembuat aturan.
-
(1) Kepercayaan terhadap aturan
Ketika IKM Ekonomi Kreatif ditanya mengenai “apakah anda percaya pada aturan yang telah dibuat oleh lembaga dimana anda melakukan hubungan transaksi ekonomi?”, maka kondisi jawaban dari responden bisa kita lihat pada Gambar 4.
-
(2) Kepatuhan anggota terhadap aturan Ketika IKM EkonomiKreatif di Kota Denpasar ditanya mengenai “apakah anda percaya bahwa IKM pada kelompok anda akan mematuhi aturan yang dibuat oleh pemerintah?”, maka kondisi jawaban dari responden bisa di lihat pada Gambar 5.
Tabel 7. Model Anova Karakteristik IKM Berbasis Ekonomi Kreatif
Sum of Squares |
if |
Mean Square |
F |
⅛ |
Keterangan | ||
Jumlah |
Between Groups |
25473 |
3 |
8491 |
10,954 |
0,000 |
Ada |
Tenaga |
Within Groups |
74415 |
96 |
775 |
Perbedaan | ||
Keija |
Total |
9999 |
99 | ||||
Investasi |
Between Groups |
1293 |
3 |
4310 |
5,711 |
0,001 |
Ada |
Within Groups |
7244 |
96 |
7546 |
Perbedaan | |||
Total |
8537 |
99 | |||||
Nilai |
Between Groups |
2071 |
3 |
6905 |
7,476 |
0,000 |
Ada |
Ekonomis |
Within Groups |
8866 |
96 |
9235 |
Perbedaan | ||
Total |
1094 |
99 |
Gambar 4. Persentase Jawaban Responden Atas Kondisi Tingkat Kepercayaan IKM Ekonomi Kreatif Terhadap Perturan yang Dibuat Pemerintah
Gambar 5. Persentase Jawaban Responden
Atas Kondisi Tingkat Kepatuhan IKM Ekonomi Kreatif Terhadap Aturan Yang Dibuat Pemerintah
Kondisi Tingkat Kepatuhan IKMYang Dibuat PemerintahEkonomi KreatifTerhadap Aturan
-
b. Karakteristik IKM Berbasis Ekonomi Kreatif Karakteristik IKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Denpasar akan dilihat dari bagaimana hubungan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan, investasi dan nilai ekonomis
antar subsektor IKM berbasis ekonomi kreatif. Analisis yang dipergunakan adalah Uji One Way ANOVA. Output Anova adalah akhir dari perhitungan yang digunakan sebagai penentuan analisis terhadap hubungan jumlah tenaga kerja yang dipakai, investasi dan nilai ekonomis IKM berbasis ekonomi kreatif.
Berdasarkan pada hasil yang diperoleh pada uji ANOVA, bahwa jumlah tenaga kerja, investasi dan nilai ekonomis memiliki nilai Sig. ≤ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah tenaga kerja, investasi dan nilai ekonomis per subsektor IKM berbasis ekonomi (kerajinan, percetakan, fesyen dan kuliner).
Setelah diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan antar IKM berbasis ekonomi kreatif, selanjutnya menentukan subsektor yang mana yang memiliki nilai rata-rata jumlah tenaga yang digunakan berbeda dan nilai rata-rata perbedaan jumlah tenaga yang digunakan antar subsektor IKM berbasis ekonomi kreatif dengan melihat hasil analisis Tuckey dalam post hoc test, yang menunjukan bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan pada subsektor kerajinan, percetakan dan kuliner; investasi dan nilai ekonomis berpengaruh signifikan berpengaruh signifikan pada subsektor kerajinan, fesyen dan kuliner. Berikut ditampilkan hasil output Post Hoc Test masing-masing, seperti disajikan pada Tabel 8, 9, dan 10.
Tabel 8. Post Hoc Test (output Tuckey HSD) Jumlah Tenaga Kerja
Dependent Variable (I) Sub sektor (J) Sub sektor |
Mean Difference (I-J) |
s⅛∙ |
Kerajinan Percetakan |
-54.19216* |
.000 |
Fesyen |
-7.52549 |
1.000 |
Kuliner |
-1.60049 |
1.000 |
Percetakan Kerajinan |
54.19216* |
.000 |
Jumlah T v ? r" Tukey Kulmer |
46.66667* |
.001 |
52.59167* |
.000 | |
Kerja^ HSD Fesyen Kerajinan Percetakan |
7.52549 |
1.000 |
-46.66667* |
.001 | |
Kuliner |
5.92500 |
1.000 |
Kuliner Kerajinan |
1.60049 |
1.000 |
Percetakan |
-52.59167* |
.000 |
Fesyen |
-5.92500 |
1.000 |
*. The mean difference is significant at the 0,05 level. Tabel 9. Post Hoc Test (output Tuckey HSD) Investasi | ||
Dependent Variable (I) Sub sektor (J) Sub sektor |
Mean Difference (I-J) |
⅞∙ |
Kerajinan Percetakan |
-1205329.219* |
.001 |
Fesyen |
14755.980 |
1.000 |
Kuliner |
-41176.436 |
1.000 |
Percetakan Kerajinan |
1205329.219* |
.001 |
Fesyen |
1220085.200* |
.005 |
. Tukey Kuliner Investasi |
1164152.783* |
.003 |
HSD Fesyen Kerajinan |
-14755.980 |
1.000 |
Percetakan |
-1220085.200* |
.005 |
Kuliner |
-55932.416 |
1.000 |
Kuliner Kerajinan |
41176.436 |
1.000 |
Percetakan |
-1164152.783* |
.003 |
Fesyen |
55932.416 |
1.000 |
*. The mean difference is significant at the 0,05 level. | ||
Tabel 10. Post Hoc Test (output Tuckey HSD) Nilai Ekonomis | ||
Dependent Variable (I) Sub sektor (J) Sub Sektor |
Mean Difference (I-J) | |
Kerajinan Percetakan |
-4887113.068* |
.000 |
Fesyen |
-46225.635 |
1.000 |
Kuliner |
-832509.235 |
1.000 |
Percetakan Kerajinan |
4887113.068* |
.000 |
Fesyen |
4840887.433* |
.001 |
Nilai Tukey Kuliner |
4054603.833* |
.004 |
Ekonomis HSD Fesyen Kerajinan |
46225.635 |
1.000 |
Percetakan |
-4840887.433* |
.001 |
Kuliner |
-786283.600 |
1.000 |
Kuliner Kerajinan |
832509.235 |
1.000 |
Percetakan |
-4054603.833* |
.004 |
Fesyen |
786283.600 |
1,00 |
*. The mean difference is significant at the 0,05 level.
Tabel 11. Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Dinas Perindustrian dan Perdagangan dari Persepsi Sektor Ekonomi Kreatif
No |
Unsur Pelayanan |
Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan |
Rata-rata Tertimbang Unsur Pelayanan |
1 |
Prosedur Pelayanan |
2,83 |
0,20 |
2 |
Persyaratan Pelayanan |
2,90 |
0,21 |
3 |
Kejelasan petugas pelayanan |
2,20 |
0,16 |
4 |
Kedisiplinan petugas pelayanan |
2,87 |
0,20 |
5 |
Tanggtuigjawab petugas pelayanan |
2,90 |
0,21 |
6 |
Kemainpuanpetugas pelayanan |
2,77 |
0,20 |
7 |
Kecepatan pelayanan |
2,53 |
0,18 |
8 |
Keadilan mendapatkan pelayanan |
2,70 |
0,19 |
Kesopanan dan keramahan petugas | |||
9 |
petugas |
2,77 |
0,20 |
10 |
Kewajaran biaya pelayanan |
2,97 |
0,21 |
11 |
Kepastian biaya pelayanan |
2,73 |
0,19 |
12 |
Kepastian jadwal pelayanan |
2,80 |
0,20 |
13 |
Kenyamanan lingkungan |
2,93 |
0,21 |
14 |
Kenyamanan pelayanan |
2,93 |
0,21 |
Jumlah |
2,76 | ||
Indeks Kepuasan Masyarakat (Rata-rata | |||
Tertimbang Unsur Pelayanan x 25) | |||
Mutu Pelayanan |
B | ||
KinerjaUnit Pelayanan |
Baik |
Sumber: Data diolah
c.Analisis Pelayanan Prima
Analisis Pelayanan Prima dilakukan dengan melakukan analisis kepuasan publik terhadap Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, sebagai pembina Sektor Ekonomi Kreatif di Kota Denpasar, berdasarkan Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor: 25/M.PAN/2/200. Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar dinilai oleh 100 unit IKM ekonomi kreatif di Kota Denpasar seperti disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar memiliki Mutu Pelayanan B, yang berarti Kinerja Unit Pelayanan Baik.
d.Analisis Peran Institusi
Analisis Peran Institusi dilakukan dengan analisis kesenjangan yang disebut Performance-Importance Analysis. Performance-Importance Analysis dilakukan untuk menilai apakah ada kesenjangan antara bantuan yang dibutuhkan oleh UMKM Ekonomi Kreatif kepeda Pemerintah yang diukur dengan Indeks Kebutuhan dibandingkan dengan Penilaian UMKM Ekonomi Kreatif yang diukur denga Indeks Penilaian.
Performance-Importance Analysis, yang dianalisis dengan Diagram Kartesius. Penilaian Peran Institusi pada IKM Ekonomi kreatif di Kota Denpasar disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Rata-rata Penilaian Kinerja Masing-Masing Atribut IKM Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Denpasar
No |
Status |
Rata-rata Kebutuhan |
Rata-rata Penilaian |
1 |
Bantuan Relancaranoperasional (X_l) |
4,50 |
2,50 |
2 |
Bantuan pemasaran hasil (X_2) |
4,50 |
2,25 |
3 |
Bantuan Icemudahanperijinan (X_3) |
4,40 |
4,40 |
4 |
Bantuan untuk meningkatkan kualitas SDM (X_4) |
4,15 |
1,65 |
5 |
Bantuan memenuhi kebutuhan pendanaan melalui hutang (X_5) |
4,75 |
2,50 |
6 |
Bantuan mempertahankan kelangsungan aktivitas (X_6) |
4,50 |
2,00 |
7 |
Bantuan untuk melakukan investasi baru (X_7) |
1,25 |
3,00 |
8 |
Bantuan pemerintah dalam hal pendistribusian hasil produksi. (X_8) |
4,60 |
1,65 |
9 |
Bantuan BimbinganTeknis (X_9) |
4,40 |
3,00 |
10 |
Bantuan mengatasi masalah kemacetan piutang dagang (X_10) |
4,60 |
3,50 |
Rata-rata |
4,17 |
2,65 |
Sumber : data diolah
Berdasarkan Tabel 12 dapat diuraikan bahwa nilai rata-rara jawaban responden IKM Ekonomi kreatif adalah 4,17, sedangkan penilaian kinerja rata-rata adalah 2,65. Terdapat kesenjangan peran institusi Pemkot Denpasar yang dibutuhkan oleh IKM ekonomi kreatif dibandingkan dengan kinerja yang dicapai sebesar 1,52. Kesenjangan atribut-atribut yang dibutuhkan dibandingkan dengan kinerja yang dicapai IKM ekonomi kreatif secara detail disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram Kartesius PerformanceImportance Analysis IKM Berbasis Ekonomi Kreatif Sub sektor Kerajinan di Kota Denpasar
X_8 X_6 □ ♦ XX__15 X × _ |
X_10 _9 _ Δ X_3 |
X_7 |
135
Sangat tidak Penting
Berdasarkan hasil analisis kesenjangan IKM Ekonomi kreatif dapat diuraikan sebagai berikut, atribut yang yang perlu menjadi prioritas utama bagi IKM Ekonomi Kreatif Sub sektor Kerajinan, untuk mendapatkan perhatian dan penanganan oleh Pemkot Denpasar. Putri dan Jember (2016) juga menjelaskan hasil penelitiannya bahwa modal pinjaman juga sangat menentukan pendapatan UMKM di Kabupaten Tabanan. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan peran pemerintah dalam memfasilitasi bantuan keuangan bagi UMKM. Terdapat 6 (enam) atribut yang perlu mendapat prioritas utama Pemkot Denpasar adalah sebagai berikut: (i) bantuan kelancaran operasional (X_1); (ii) bantuan pemasaran hasil produksi (X_2); (iii) bantuan untuk meningkatkan kualitas SDM (X_4); (iv) bantuan memenuhi kebutuhan pendanaan melalui hutang (X_5); (v) membantu mempertahankan kelangsungan aktivitas (X_6); dan (vi) bantuan dalam pendistribusian hasil produksi (X_8).
SIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil analisis penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Potensi investasi berbasis ekonomi kreatif teridentifikasi adalah IKM subsektor kerajinan, penerbitan dan percetakan, fesyen, kuniler, dan musik. Masing-masing dilihat dari jumlah usaha, penyerapan tenaga kerja Nilai investasi, keuntungan per Kecamatan di Kota Denpasar. Potensi pengembangan Investasi berbasis ekonomi kreatif ini diimplementasikan dalam Sistem Informasi Geografis.
Iklim Usaha Investasi berbasis ekonomi kreatif dapat dilihat dari interaksi sosial dan karakteristiknya. (1) Interaksi sosial IKM berbasis ekonomi kreatif, menunjukkan bahwa: pertama, tingkat kebersamaan IKM kerajinan dan fesyen sangat tinggi bisa dilihat dari: saling berbagi informasi tentang kebutuhan pasar, disain produk, dan pembuatan produk melalui asosiasi yang dibentuk (Asosiasi Produk Tekstil, Asosiasi Kerajinan Kayu, Asosiasi Kerajinan Perak, Asosiasi Tekstil dan Produk Tekstil). Sedangkan IKM Penerbitan dan Percetakan; Kuliner dan Musik masih relatif rendah, yang dilihat dari tingkat keperdulain dalam membantu mengatasi permasalahannya dalam aspek bantuan mengatasi masalah dan bantuan dalam mengatasi kegagalan usaha. Kedua, tingkat kepercayaan IKM berbasis Ekonomi Kreatif dalam mengembalikan Pinjaman dan Tingkat Kepercayaan dan Kepatuhan terhadap aturan dan pemerintah pembuat aturan sangat tinggi untuk Subsektor-subsektor Kerajinan, Percetakan, Fesyen, Kuliner dan Musik; (2) Karakteistik IKM berbasis ekonomi kreatif, menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan pada subsektor kerajinan, percetakan dan kuliner; investasi dan nilai ekonomis berpengaruh signifikan berpengaruh signifikan pada subsektor kerajinan, fesyen dan kuliner.
Dinas Perindustrian, Perdagangan Kota Denpasar sebagai pembinan IKM berbasis Ekonmi kreatif memiliki Mutu Pelayanan B, yang berarti Kinerja Unit Pelayanan
dikatagorikan Baik. Penilaian dianalisis berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor: 25/M.PAN/2/2004.
SARAN
Bagi pelaku IKM berbasis ekonomi kreatif subsektor kerajinan, percetakan, fesyen, kuliner dan musik di Kota Denpasar untuk mengoptimalkan potensi investasinya, karena usaha ini sangat menjanjikan dilihat dari nilai ekonomis dan tenaga kerja yang diserap. Berdasarkan analisis peran institusi terhadap IKM ekonomi kreatif, terdapat beberapa prioritas penanganan yang disarankan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar yaitu: (1) bantuan kelancaran operasional; (2) bantuan pemasaran hasil produksi; (3) bantuan untuk meningkatkan kualitas; (4) bantuan pendanaan melalui hutang; (5) membantu mempertahankan kelangsungan aktivitas; dan (6) bantuan pendistribusian hasil produksi.
REFERENSI
Agyapong, Daniel. (2010). Micro, Small and Medium Enterprises’ Activities, Income Level, and Poverty Reduction in Ghana – A Synthesis of Related Literature. International Journal of Business and Management.Vol. 5, No.
12; December 2010, hal: 196-205. Avalable at: http://www. proquest. umi.com/ pqdweb? index pada 23 Maret 2011.
Badan Pusat Statistik. (2008). Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik No.
28/05/Th XI, 30 Mei 2008. Diunduh dari: http://www.depkop.go.id/ documents/ cat_view/35-statistik/37-statistik-ukm/186-statistik-ukm-2008.
Keputusan Walikota Denpasar No.
188.45/669/HK/2010.Penetapan Data Base Kemiskinan di Kota Denpasar Tahun 2010.Pemerintah Kota Denpasar, 2010.
Murjana Yasa, I G.W. (2007).
Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat di Propinsi Bali. Makalah dalam Seminar BKFE-Unud Tahun 2007.
Raharja, Prathama dan Mandala Manurung. (2008). Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sukirno, Sadono. (2000). Makroekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Thodaro, Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlanga.
Putri, Ni Made Dwi Maharani dan I Made Jember. (2016). Pengaruh Modal Sendiri dan Lokasi Usaha Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Tabanan (Modal Pinjaman sebagai Variable Intervening). Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. Volume 9 (2), p.89-176. Available at: https:// ojs.unud.ac.id/index.php/jekt/article/ view/27432.
Tambunan, Tulus. (1993). Kontribusi Industri Skala Kecil Terhadap Ekonomi Lokal. Prisma. Vol. XXII, No. 3: 83-92.
www.depkop.go.id/statistik-umkm
173
Discussion and feedback