Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Fungsi Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia Penerapan: Absolute Income Hypothesis
on
pISSN : 2301 - 8968
eISSN : 2303 - 0186
JEKT ♦ 11 [1] : 137-144
Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Fungsi Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia
Penerapan: Absolute Income Hypothesis
Birgitta Dian Saraswati* *birgitta.saraswati@staff.uksw.edu Satya Wacana Christian University
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana konsumsi rumah tangga yang diwakili dengan teori konsumsi pendapatan absolut dipengaruhi oleh krisis ekonomi pada tahun 1997. Menggunakan Uji Chow dan Model Penyesuaian Parsial, penelitian ini memberikan beberapa hasil, pertama: telah terjadi perubahan structural dalam perilaku konsumsi tumah tangga di Indonesia sebagai akibat krisis ekonomi di tahun 1997; kedua, Marginal Propensity to Consume sebelum krisis lebih besar dibandingkan dengan setelah krisis; dan ketiga krisis ekonomi berpengaruh terhadap perilaku konsumsi rumah tangga di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalan jangka panjang.
Kata Kunci : Konsumsi Rumah Tangga, Hipotesis Pendapatan Absulut, Pendapatan, Krisis Ekonomi, Marginal Propensity to Consume
Klasifikasi JEL
The Effect of Economy Crisis on Household Consumption in Indonesia Using Absolut Income Hypothesis
ABSTRACT
This study aimed to identify how household consumption is influenced by economic crises in 1997 according to Keynes absolute income hypothesis. Using Chow Test and Partial Adjustment Models, the result show that the economic crisis in 1997 resulted in a structural change in household consumption in Indonesia clearly visible from MPC value before the economic crisis is bigger than the MPC after the crisis. The economic crisis has an effect on household consumption in Indonesia in both the short term and in the long term.
Keyword : Household Consumption, Absolute Income Hypothesis, Income, Economic Crises, Marginal Propensity to Consume
PENDAHULUAN
Rumah tangga merupakan salah satu pelaku ekonomi yang paling dominan dalam suatu perekonomian di semua Negara. Hal ini bisa dibuktikan dengan besarnya sumbangan pengeluaran rumah tangga terhadap produk domestic bruto (PDB). Pada periode tahun 2000 sampai dengan 2015 rata-rata sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap total produk domestic bruto adalah sebesar 60,82 persen (gambar 1).
Besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap total Produk Domestik bruto tersebut akan berimplikasi pada besarnya pengaruh perilaku konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian. Dengan dominannya konsumsi rumah tangga dalam komponen permintaan agregat maka konsumsi rumah tangga menjadi variable yang berpotensi besar mendorong inflasi dalam perekonomian. Sehingga sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap produk

domestic bruto merupakan variable yang harus dipantau di dalam suatu perekonomian. Ada banyak factor yang berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga, salah satunya adalah factor pendapatan sesuai dengan teori konsumsi Absolute Income Hypothesis yang dikemukakan oleh Keynes. Penelitian Nicklaus (2015); Ezeji (2015); Verter (2014); Ofwana (2013); Varlamova (2015) dan Tapsin (2014) membuktikan teori konsumsi Keynes bahwa pendapatan mempunyai pengaruh kuat terhadap konsumsi rumah tangga. Factor ekonomi lain yang berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga adalah tingkat bunga, inflasi dan nilai tukar seperti ditunjukkan oleh hasil penelitian Ezeji (2015) bahwa factor tersebut terbukti berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga di Nigeria. Sementara hasil penelitian Verter (2014) menunjukkan bahwa pendapatan berpengaruh secara positif terhadap konsumsi rumah tangga namun demikina tingkat inflasi dan tabungan berpengaruh secara negative terhadap konsumsi di Republik Czech. Bukan hanya variable makro ekonomi, variable mikro ekonomipun juga berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga. Penelitian Mignouna (2015) terhadap konsumsi rumah tangga di Ghana memberikan hasil bahwa variable pendidikan, umur, anggota keluarga dan keikutsertaan pada lembaga berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga. Selain faktor-faktor tersebut faktor krisis ekonomi yang dialami oleh suatu perekonomian juga berpengaruh terhadap pola konsumsi rumah tangga, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Teppa (2014) dan Varmalova (2015).
Krisis ekonomi yang dialami oleh Indonesia pada tahun 1997 memberikan dampak yang cukup besar terhadap variable ekonomi makro seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi dimana pada tahun 1998 inflasi Indonesia mencapai 75,27%. Ini merupakan inflasi tertinggi setelah masa orde baru. Pada tahun 1998 itu juga pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah yaitu menembus angka -13%. Besarnya dampak krisis ekonomi tersebut diduga akan merubah pola konsumsi rumah tangga. Sehingga penelitian ini bertujuan mengidentifikasi apakah terjadi perubahan structural dalam perilaku konsumsi rumah tangga di Indonesia sebagai akibat krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1997, dan yang kedua adalah untuk mengidentifikasi bagaimana dampak krisis ekonomi terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini tidak hanya melihat pengaruh krisis terhadap konsumsi rumah tangga tetapi juga mengidentifikasi terjadinya perubahan structural sebagai akibat krisis ekonomi.
Teori konsumsi Absolut Income Hypthesis dikembangkan oleh Keynes. Dalam teorinya tersebut dinyatakan bahwa pendapatan saat ini (current income) adalah faktor penentu utama konsumsi rumah tangga, sedangkan faktor tingkat bunga dianggap sebagai faktor yang tidak penting (Mankiw, 2016). Fungsi konsumsi berdasarkan teori absolut income hypothesis dituliskan sebagai berikut:
C = C + cY C > O don O < c < 1
Dimana:
C adalah konsumsi;
Y adalah pendapatan disposable;
C adalah konsumsi otonomus yang nilainya konstan
c adalah marginal propensity to consume (MPC)
menurut Keynes, nilai MPC lebih besar dari nol namun kurang dari satu. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendapatan maka akan mendorong konsumsi semakin besar dan juga akan mendorong tabungan semakin besar pula. Keynes juga menjelaskan adanya average propensity to consume (APC). APC menunjukkan porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi.
^PC = c∕γ = ⅛ ÷ ^
Pada saat pendapatan meningkat maka
C∕γ akan turun dan average propensity to consume juga akan turun. Dengan kata lain teori ini menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka APC akan semakin kecil.
Penelitian yang berkaitan dengan konsumsi yang telah dilakukan sebelumnya seperti yang telah dilakukan oleh Verter (2014) meneliti konsumsi rumah tangga di Republik Czech pada tahun 1993-2012 dengan pendekatan regresi dan juga Granger causality test. Hasil penelitian Verter menunjukkan ahwa pendapatan berpengaruh secara positif terhadap konsumsi sedangkan inflasi dan tabungan berpengaruh secara negative terhadap konsumsi di Republik Czech. Selain itu penelitian ini juga menginvestigasi adanya hubungan kausalitas dia arah antara tabungan dengan konsumsi rumah tangga dan antara tingkat inflasi dengan konsumsi rumah tangga. Mendukung hasil penelitian Verter, Varmalova (2015) meneliti pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor demografi terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di 34 negara OECD pada tahun 2012 dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan disposable, pengeluaran pemerintah, inflasi, tingkat bunga, jumlah penduduk dan tingkat pendidikan terbukti berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga. Selain
itu penelitian tersebut juga memberikan hasil bahwa terjadi perubahan pola pengeluaran konsumsi di 34 negara OECD pada periode setelah krisis global pada tahun 2008. Ezeji (2015) juga meneliti pengaruh faktor ekonomi makro terhadap konsumsi di Nigeria dengan pendekatan Error Corection Model (ECM). Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa faktor pendapaan, tingkat bunga dan nilai tukar berpengaruh terhadap konsumsi di Nigeria. Masih melihat pengaruh variable ekonomi makro terhadap konsumsi namun berbeda dengan penelitian sebelumnya, Leon (2015), meneliti pengaruh dari goncangan moneter yang diwakili oleh variable tingkat bunga terhadap konsumsi di Spanish. Hasil penelitian tersebut adalah perubahan tingkat bunga berdampak pada konsumsi rumah tangga dengan porsi efek residensial lebih besar dibandingkan dengan efek kekayaan. Penelitian yang mengkhususkan pengaruh faktor pendapatan saja terhadap konsumsi telah dilakukan sebelumnya oleh Teppa (2014) meneliti pengaruh dari pendapatan dan asset keuangan terhadap konsumsi rumah tangga di Belanda. Dengan menggunakan data panel periode 2009-2012 memberikan hasil bahwa MPC pada model konsumsi dengan mengeluarkan variable pendapatan lebih besar daripada MPC dengan mengeluarkan variable asset keuangan. Itu artinya asset keuangan yang dimiliki lebih besar pengaruhnya terhadap konsumsi debandingan dengan pendapatan. Berbeda dengan hasil peneltian Teppa(2014), Mignouna(2015) meneliti pengaruh pendapatan terhadap konsumsi di China. Hasil dari penelitian tersebut adalah pendapatan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap konsumsi di China. Hampir sama dengan yang telah dilakukan oleh Mignouna (2015), penelitian tentang pengaruh pendapatan terhadap konsumsi juga dilakukan oleh Tapsin (2014) di Negara EA-18 pada periose 2000-2012 dengan hasil pendapatan berpengaruh secara positif terhadap konsumsi rumah tangga.
Adanya pengaruh antara pendapatan terhadap konsumsi telah lama dinyatakan oleh Keynes dalam teori absolute income hypothesis. Penelitian mengenai konsumsi
rumah tangga dengan penerapan absolute income hypothesis dilakukan oleh Ofwona (2013) di Negara Kenya. Hasil penelitian tersebut konsumsi rumah tangga di Kenya dipengaruhi cukup kuat oleh variable pendapatan dan teori absolute income hypothesis bekerja sangat baik di Kenya. Menguatkan hasil penelitian Ofwona(2013), penelitian Ioan (2015) juga memberikan hasil bahwa konsumsi rumah tangga di Romania juga dipengaruhi oleh faktor pendapatan. Dampak kenaikan pendapatan tarhadap konsumsi lebih besar untuk kebutuhan kenyamanan dan rekreasi.
DATA DAN METODOLOGI
JENIS DATA DAN SUMBER DATA
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang menurut aras pengukurannya termasuk ke dalam data rasio yaitu data konsumsi rumah tangga dan data pendapatan nasional. Disamping itu digunakan juga data dengan aras pengukuran nominal yaitu data krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1997. Sedangkan menurut waktu, data ini menggunakan data runtut waktu (time series) dengan periode waktu 1990-2015.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data:
Konsumsi rumah tangga. Data diperoleh dari International Financial Statistic (www. data.imf.org).
Data pendapatan nasional yang dipakai dalam penelitian ini adalah data produk domestic bruto . Data diperoleh dari International Financial Statistic (www.data. imf.org).
Tahapan Analisis.
Hubungan antara variable konsumsi dengan pendapatan yang akan diestimasi dalam penelitian ini mengacu pada teori konsumsi pendapatan absolut (Absolute Income Hypothesis) dari Keynes. Hubungan antara konsumsi rumah tangga dengan pendapatan di Indonesia dalam penelitian ini dirumuskan dalam sebuah fungsi sebagai berikut : CONSt = f(Yt)
(…1).…………………………………………….. Fungsi di atas dituliskan sebagai persamaan
ekonometrika sebagai berikut :
COiVSt = p9 + βiYt + wi
(…2)……..………………………
Dimana :
CONSt : Konsumsi Rumah Tangga
Yt : Pendapatan Rumah Tangga
ut : residual
β0 : konstanta
β1, : koefisien regresi
Uji Chow
Dalam rangka menjawab tujuan penelitian yang pertama yaitu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan structural akibat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, maka dalam penelitian ini digunakan Uji Chow (Chow Test). Uji Chow dilakukan dengan sebelumnya menentukan tiga model konsumsi rumah tangga yang mewakili tiga periode waktu yaitu : periode sebelum krisis, periode setelah krisis dan gabungan kedua periode tersebut.
Periode sebelum krisis tahun 1990-1996 :
CONS1 = y1 4 γzYi + ulf n=7 …… (3)
Periode setelah krisis tahun 1997-2015 :
CON^ - q - CT7K 4 u2f n = 19 ….. (4) Gabungan kedua periode tahun 1990-2015 : □ C0N5t = F1 4 ⅞K 4u3f n=26 ….. (5) Setelah itu tahapan uji chow adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003) :
Mengestimasi persamaan (5) sehingga diperoleh nilai restricted residual sum of squares (RSSR).
Mengestimasi persamaan (3) dan persamaan (4) sehingga diperoleh nilai unrestricted residual sum of square (RSSUR), dimana RSSUR = RSSUR pers 3 + RSSUR pers 4.
Menghitung nilai F dengan rumus :
RSSli - RSSlfli r j.' * --—£_
fW¾√(*+⅛-3E
Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel maka Ha ditermima yang berarti terjadi perubahan structural, namun jika Fhitung < Ftabel makan Ho diterima yang berarti tidak terjadi perubahan structural.
Selanjutnya untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua yaitu untuk mengidentifikasi pengaruh krisis ekonomi terhadap perilaku konsumsi rumah tangga baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dilakukan estimasi model regresi Partial Adjustment Model (PAM). Hubungan antara variable konsumsi yang diharapkan dengan pendapatan dan krisis ekonomi dirumuskan dalam model ekonometrika sebagai berikut :
CO VS^ =^+^1η + fi~ DUMMYt + uc ……………………………… (6)
Dimana :
D adalah dummy krisis ekonomi 1997
Cons' = konsumsi rumah tangga yang diharapkan
Rasionalisasi Model Koyck : Partial Adjustment Model
Variable tingkat konsumsi rumah tangga yang diinginkan pada persamaan (6) tidak dapat diobservasi secara langsung, sehingga digunakan postulate dari Nirlove yang dikenal dengan Partial Adjustment, yaitu (Gujarati,2003: Hal 673-674) :
-S5⅛- = l'-SSUL? O J ≤ 1
0 <δ≤1 ……………………….. (7)
Selisih (discrepancy) antara actual dengan yang diinginkan akan dihilangkan dalam satu periode waktu (misal: tahun). Seperti ditunjukkan oleh persamaan di bawah ini.
COiVfc - COVft.1 = fl CONf; - C0N5t.1) ………………………… (8)
Dimana:
δ adalah koefisien penyesuaian
CW5t - C ONft-1 adalah perubahan actual
C0N5; - COiVft-1 adalah perubahan yang diinginkan
Persamaan (6) disubstitusikan ke dalam
persamaan (8) sehingga menjadi:
COVft = fβ0 + β1^h + PiSKUMMYt +
(.1 -fκov∖ . 4 ‰.…… (9)
Jika dianggap bahwa :
α_0= δβ_0
α_1= β_1 δ
α_2= β_2 δ
α_3= (1-δ)
Maka persamaan (9) dapat disederhanakan/
dituliskan kembali menjadi seperti dibawah ini :
COVft = π⅛ ÷β1Fc4 <ιaθuw∣myt
4 α3 COJVft-1 4 Sttl ……………… (10)
Persamaan (9) dan (10) tersebut yang dikenal dengan persamaan jangka pendek Partial Adjustment Model. Sedangkan persamaan (6) merupakan persamaan jangka panjang Partial Adjustment Model.
Persamaan (10) tersebut yang akan diestimasi dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh variable pendapatan dan krisis ekonomi terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Krisis Ekonomi terhadap Perubahan Struktural Konsumsi Rumah Tangga
Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan structural pada konsumsi rumah tangga di Indonesia sebagai akibat krisis ekonomi yang dialami pada tahun 1997, maka dilakukan estimasi model regresi untuk periode sebelum krisis, periode setelah krisis dan gabungan kedua periode. Hasilnya adalah sebagai berikut :
Dari hasil estimasi ketiga model tersebut, dapat diperoleh nilai dari Fhitung sebesar 12,69 sedangkan nilai Ftabel(2,22) adalah sebesar 7,72. Sehingga dalam hal ini Fhitung lebih besar daripada Ftabel yang berarti Ha diterima yang berarti terjadi perubahan struktural konsumsi rumah tangga sebagai akibat terjadinya krisis pada tahun 1997. Perubahan struktural dalam konsumsi rumah tangga dapat terlihat dari koefisien variabel GDP. Koefisien ersebut merupakan marginal propensity to consume (MPC). Pada tabel 1 dapat terlihat bahwa besarnya MPC sebelum krisis adalah sebesar 0,693, sedangkan dari table 2 dapat terlihat besarnya MPC setelah krisis ekonomi adalah sebesar 0,546326. MPC ini menunjukkan perubahan konsumsi sebagai akibat perubahan pendapatan. Sebelum krisis apabila pendapatan berubah sebesar 1 juta Rupiah maka konsumsi akan berubah sebesar 0,693 juta rupiah. Sedang setelah krisis apabila pendapatan berubah sebesar I juta Rupiah maka konsumsi akan berubah
LaLIc 1. HasiL Estimasi Model Konsunisl Kumah Langga ScbcIuni Krisls Lkonomi
Variabel |
Koetisien |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob |
C |
-372∞1.4B |
778S,7W |
-5,1O37AR |
OrLXBS |
Y |
0.693329 |
0.019978 |
34,704 39 |
0,0000 |
K Squdiu |
Oj99⅛06 | |||
Sum square |
1Λ9E+M | |||
i ebid | ||||
F-s⅛tistie |
120⅝395 | |||
PiubiE |
0,00000 0 | |||
statistic) | ||||
Dpppndpnt Variabnl : Knnsumoi |
Kumah 'I angg^ (C ) |
Tιbl⅛ι 2. Hasil EbLiuLasi Mudu] KurLbuiiisi Ruxuali Tailed Seleldli Krisin Ekuituiiii
Variahnl Korticirn Std. Errar t Statistic |
Pmh |
C 192513 11766,10 4,607100 Y 05^26 0007264 7 5,714 9 9 |
0,0003 OQOOO |
R-Square 0,997004
Sum square 2jU⅛E+11 resid
F statistic 565 7,9 95
Prob(F- 0,000000
StatoHc)
Dependent Yariabel; KuiLbuiiLbi RuiiLaii LanggA (C)
sebesar 0,546 juta Rupiah. Hal ini diduga dikarenakan setelah periode krisis tingkat bunga di Indonesia cenderung meningkat, sehingga masyarakat ketika mempunyai tambahan pendapatan akan dialokasikan untuk menambah tabungan (saving) dengan harapan mendapat penghasilan bunga yang lebih tinggi dibanding masa sebelum krisis. Pada saat tingkat bunga tinggi maka opportunity cost dari memegang uang untuk tujuan transaksi menjadi lebih besar, sehingga lebih menguntungkan untuk menyimpan uang dalam bentuk tabungan. Hal ini yang penelitian Fikri (2014) yang menyatakan bahwa MPC masyarakat Indonesia menurun setelah adanya krisis ekonomi pada tahun 1997.
Hasil Estimasi Model Konsumsi Rumah Tangga Dalam Jangka Pendek
Dari hasil uji chow di atas terbukti bahwa
adanya krisis ekonomi tahun 1997 telah mengakibatkan adanya perubahan structural dalam fungsi konsumsi rumah tangga di Indonesia. Pertanyaannya adalah seberapa besar krisis ekonomi pada tahun 1997 itu berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka dilakukan estimasi model konsumsi dengan menggunakan pendekatan Partial Adjustment Model (PAM).
Hasil estimasi model jangka pendek persamaan (10) memberikan hasil sebagai berikut:
Hasil estimasi tersebut telah lolos tahapan asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas dan otokorelasi) sehingga hasil estimasi sudah bisa dinyatakan sahih atau tidak bias. Dari table 4 di atas dapat terlihat bahwa semua variable independent yaitu pendapatan dan
Tiiblu 3. Hasil Esliiiixisi Mudul Kuiuiiinsi RnuidEi Tdtijrfjj puriude 1990 2015
Vaiidbi.'! |
KiuufisiuiL Std.Eiiui t Sldtisliu Piub |
c: Y |
1D2 2⅜6 3U3‰22 3,213657 0,0037 0,5 56528 0. OOu lu? 8 6,3 5 522 OfMOO |
K-Sqnaff1 Stun Sqiunv Ttibid F-Slalisiiu Fιulι(F- |
Q,99ft79? 3.Ξ0Ξ + ll 74 57.224 OfDOOOM |
Dependent Vaiiabel; Kuiisuiiisi Ruiciali Tailed (C)
krisis ekonomi terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Pendapatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia. Koefisien variable pendapatan sebesar 0,209858 mempunyai arti bahwa jika pendapatan rumah tangga naik sebesar I juta rupiah, maka konsumsi akan naik sebesar 0,209 juta rupiah. Nilai koefisien tersebut juga disebut sebagai marginal propensity to consume. Nilai MPC yang tersebut tergolong rendah, MPC yang rendah merupakan salah satu indikasi bahwa semakin bagus kesejahteraan masyarakat. Karena tambahan pendapatan yang mereka peroleh hanya sedikit menambah konsumsi dan lebih banyak menambah saving.
Krisis ekonomi sebagai variable dummy berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga. Nilai koefisien dummy krisis ekonomi sebesar 115632,6 mempunyai arti bahwa karena adanya krisis, cateris paribus (dengan pendapatan rumah tangga konstan), maka kecenderungan secara rata-rata konsumsi rumah tangga akan lebih tinggi sebesar 115632,6 rupiah. Konsumsi yang lebih tinggi setelah krisis diduga akibat inflasi yang tinggi akibat krisis mengharuskan masyarakat mengeluarkan uang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya.
Pengaruh variabel CONS(-1) terbukti berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga. Nilai dari Koefisien variable
CONS(-1) adalah sebesar 0,676179. Hal ini berarti besarnya nilai koefisien penyesuaian δ adalah sebesar (1 - 0,676179) = 0,323821. Hal ini mempunyai impliksi bahwa sebesar 32,38% selisih (discrepancy) antara konsumsi aktual dengan konsumsi yang diinginkan akan dieliminasi dalam satu tahun.
Estimasi Model inflasi Dalam Jangka Panjang Estimasi model Konsumsi dalam jangka panjang dengan pendekatan Partial Adjustment Model dapat dilakukan dengan membagi semua koefisien dalam model jangka pendek dengan nilai koefisien penyesuaian (δ) seperti ditunjukkan oleh table 5 dibawah ini.
Dari tabel 5 di atas dapat dituliskan hasil estimasi persamaan jangka panjang Madel Konsumsi di Indonesia.
C∣∏⅛ =
337008 Dimwyf
Dari table 5 tersebut dapat terlihat bahwa pengaruh pendapatan terhadap konsumsi rumah tangga dalam jangka panjang lebih besar dibandingkan dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari nilai MPC dalam jangka panjang adalah sebesar 0,648068 lebih besar dibanding MPC dalam jangka pendek yang hanya sebesar 0,209858. Hal ini diduga karena dalam jangka penjang perubahan pendapatan akan disikapi sebagai perubahan
pendapatan yang sifatnya permanen sehingga akan merubah pola konsumsi masyarakat. Selain itu pengaruh krisis ekonomi terhadap konsumsi rumah tangga dalam jangka panjang juga lebih besar dibandingkan dalam jangka pendek dan dengan arah yang sama.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya krisis ekonomi pada tahun 1997 mengakibatkan terjadinya perubahan structural konsumsi rumah tangga di Indonesia yang terlihat jelas dari nilai MPC sebelum krisis yang lebih besar dibandingkan MPC setelah krisis. Krisis ekonomi mempunyai pengaruh terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pengaruh krisis ekonomi pada konsumsi rumah tangga dalam jangka panjang lebih besar dibandingkan dalam jangka pendek. Selain itu MPC dalam fungsi konsumsi rumah tangga dalam jangka panjang lebih besar dibandingkan MPC dalam fungsi konsumsi rumah tangga jangka pendek. Hal ini mengindikasikan dalam jangka panjang terjadinya krisis ekonomi telah menyebabkan MPC meningkat yang berarti kesejahteraan masyarakat menurun. Oleh sebab itu implikasi kebijakan yang disarankan adalah: kebijakan makro prudensial dan mikro prudensial pada pasar keuangan sangat mutlak dilakukan pada masa liberalisasi keuangan saat ini dalam rangka penguatan perekonomian dari kemungkinan shock eksternal yang dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya krisis ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Ezeji, E, Chigbu and Emmanuel I. Ajudua. 2015. Determinant of Aggregate Consumption Expenditure in Nigeria. Journal of Economics and Sustainable Development. ISSN 2222 Vo. 6. No. 5.
Fikri, M. dan Amri Amir. 2014. Analisis Konsumsi Masyarakat Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis. Jurnal Prespektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah. Vo. 1, No.3 Januari-Maret 2014
Gujarati, Damodar (2003), “Basic
Econometrics”, McGraw Hill 2003.
Ioan, Horia Tulai. 2015. Consideration Regarding the Evolution of Incomes, Expenditure and Consumption of Household in Romania. Procedia Economics and Finance 32 (2015) 1469-1476.
Leon, Manuel and Rafael Flores, 2015. Residential versus Financial Wealth Effect on Consumption from Shock in Interest Rate. Economic Modelling Journal 2015 , page 8190.
Mignouna, DB.et.al. 2015. Microeconometric Analysis of Household Consumption Expenditure Determinant in Yam Growing Area of Nigeria and Ghana. Tropicultura Journal No. 33 Page. 226-237.
Mankiw, Gregory. 2016. Macro Economics. Nine edition. Worth Publisher 2016.
Nicklaus, Christoph. 2015. The Effect of Household Income on Household Consumption in China. Thesis Lund University Juni 2015.
Ofwana, C. Alice. 2013. An Estimation of The Consumption Function for Kenya using Keynes Absolute Income Hypothesis for The Period 1992-2011. Journal of Emerging Trends in Economics and Management Science.
Teppa, Federica. 2014. Consumption Behaviour and Financial Crises in The Netherland. DNB Working Paper No.453, 200 (2014).
Tapsin, Gulcin and Aycan Hepsay. 2014. An Analysis of Household Consumption Expenditure in EA-18. European Scientific Journal, June 2014 Vol. 10. No. 16.
Verter, Nahanga. 2014. A Time Series Analysis of Macroeconomic Determinant of Household Spending in The Era of Cross-Cultural Dynamic : Czech Republic as a Case Study. Procedia Economics and Finance 12 (2014) 733-742.
Varlamova, J. and Larionova. 2015. Macroeconomics and Demographic determinants of Household Expenditure in OECD Countries. Procedia Economics and Finance 24 (2015) 727-733
144
Discussion and feedback