Penentu Kesejahteraan pengusaha 'Pemindangan' di Kabupaten Tabanan
on
plSSΝ : 2301 - 8968
elSSΝ : 2303 -0186
JEKT^10 [1] : 85-94
Penentu Kesejahteraan pengusaha “Pemindangan” di Kabupaten Tabanan
I Dewa Gede Anom Widya Widnyana* Made Kembar Sri Budhi Ida Ayu Nyoman Saskara
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ABSTRAK
Ikan pindang merupakan salah satu hasil pengolahan dengan kombinasi perlakuan antara penggaraman dan perebusan. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung menggunakan kuisioner kepada 99 responden. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis dekriptif dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan sebanyak 83 responden berada UMK Kabupaten Tabanan Tahun 2016. Hasil analisis statistik diperoleh bahwa variabel sosial demografi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel input produksi (X2) dan kesejahteraan (Y2) sedangkan output produksi (Y1) berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Variabel sosial demografi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap output produksi (Y1) melalui melalui input produksi (X2), atau dengan kata lain bahwa input produksi (X2) berperan sebagai mediasi sempurna hubungan antara variabel sosial demografi dengan output produksi.
Kata kunci : Sosial Demografi, Input Produksi, Output Produksi, Kesejahteraan, Pelaku Usaha Pemindangan
The Determinants of “Pemindangan” businessman’s Welfare in Kabupaten Tabanan
ABSTRACT
Boiled fish is one result of processing with combination treatments of salting and boiling. The sources of data in this study are primary data obtained from direct interview using questionnaires to 99 respondents. data analysis technique of this research is descriptive analysis and path analysis. The results showed that the welfare condition of pemindangan business in Tabanan as many as 83 respondents are under the minimum wage Tabanan District 2016. Statistical analysis shows that socio-demographic variables (X1) and a significant positive effect on the variable inputs (X2) and welfare (Y2), while production output (Y1) negative and not significant. Socio-demographic variables (X1) positive and significant impact on production output (Y1) through inputs (X2), or in other words that the inputs (X2) serves as the perfect mediating the relationship between socio-demographic variables with production output.
Keywords : Social Demography, Production Input, Output Production, Welfare, business communities, Pemindangan
PENDAHULUAN
Sektor perikanan sebagai sektor yang paling menggantungkan pada kekayaan sumber daya alam dan merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional. Hal ini bukan saja karena sektor perikanan diharapkan mampu meningkatkan devisa negara serta menyerap tenaga kerja (Irwandi Idris, 2007). Amin (2015) dalam artikelnya menyatakan masyarakat miskin di kawasan pesisir dan kawasan tertinggal menghadapi permasalahan yang sangat khusus. Penduduk di kawasan pesisir
umumnya menggantungkan hidup dari pemanfaatan sumberdaya laut dan pantai yang membutuhkan investasi besar, sangat bergantung musim, dan rentan terhadap polusi dan perusakan lingkungan pesisir. Mereka hanya mampu bekerja sebagai nelayan kecil, buruh nelayan, pengolah ikan skala kecil dan pedagang kecil karena memiliki kemampuan investasi yang sangat kecil.
Proses transformasi input sumberdaya ikan dan manfaat ekonomi yang dihasilkan ini harus dilakukan melalui proses produksi (Fauzi, 2010). Faktor produksi atau input merupakan hal yang mutlak
85
harus ada untuk menghasilkan suatu produksi. Dalam proses produksi, seorang pengusaha dituntut untuk mengkombinasikan beberapa faktor produksi sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang optimal dan efisien. Untuk mencapai tingkat output tertentu, dalam jangka pendek hanya bisa dilakukan pengkombinasian input tetap dengan mengubah-ubah jumlah input variabel. Dalam usaha pemindangan ikan, terdapat beberapa faktor produksi (input) yang mempengaruhi produksi (output) antara lain ikan segar, garam, tungku dan kayu bakar dan tenaga kerja (Wiwit Setiawati, 2006).
Kegiatan pemindangan merupakan usaha skala kecil yang dilaksanakan oleh unit rumah tangga, dikelola secara tradisional dan secara geografis berada atau dekat dengan sumber bahan baku yaitu di lingkungan pemukiman masyarakat nelayan atau pengepul ikan. Ikan pindang merupakan salah satu hasil pengolahan dengan kombinasi perlakuan antara penggaraman dan perebusan. Dengan adanya garam, maka produk ini bisa tahan lebih lama, sehingga dapat dipasarkan ke daerah yang cukup jauh. Ikan pindang merupakan produk yang banyak disukai oleh masyarakat, karena yang rasanya khas dan dapat diolah dengan berbagai cara, tergantung jenis ikan dan wadah yang digunakan (Darmorejo, 1992).
Industri perikanan merupakan industri yang menggunakan ikan sebagai bahan baku untuk diolah melalui transformasi dan pengawetan dengan cara melakukan proses perubahan fisik, atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Namun, selama ini ikan tradisional masih mempunyai citra buruk di mata konsumen, karena rendahnya mutu dan nilai nutrisi, tidak konsistennya nilai fungsional, serta tidak adanya jaminan mutu dan keamanan bagi konsumen (Heruwati, 2002).
Kegiatan pemindangan merupakan produk unggulan pengolahan hasil perikanan di Provinsi Bali. Produksi ikan pindang di Provinsi Bali pada tahun 2015 sebesar 7.934,3 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 228.899.617.900,00. Pengolahan ikan pindang di Provinsi Bali tersebar di 8 (delapan) Kabupaten/Kota (Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, Buleleng dan Denpasar). Kabupaten Tabanan merupakan penghasil terbesar produksi ikan pindang di Provinsi Bali. Tabel 1 menyajikan data produksi ikan pindang pada tahun 2015 per kabupaten/kota.
Tabel 1. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Pindang di Provinsi Bali Tahun 2015
No |
Kabupaten atau Kota |
Volume (Ton) |
Produksi | ||
Nilai (Rp. 1.000) |
Persentase terhadap Produksi |
Persentase terhadap Nilai | |||
01 |
Jembrana |
851,2 |
24.808.000,0 |
10,73 |
10,84 |
02 |
Tabanan |
2.022,7 |
56.484.897,0 |
25,49 |
24,68 |
03 |
Badung |
886,0 |
22.748.400,0 |
11,17 |
9,94 |
04 |
Gianyar |
333,8 |
8.101.938,5 |
4,21 |
3,54 |
05 |
Klungkung |
1.574,3 |
40.093.006,5 |
19,84 |
17,52 |
06 |
Karang Asem |
1.195,7 |
36.257.142,9 |
15,07 |
15,84 |
07 |
Buleleng |
242,5 |
4.221.324,0 |
3,06 |
1,84 |
08 |
Denpasar |
828,2 |
36.184.909,1 |
10,44 |
15,81 |
Jumlah |
7.934,3 |
228.899.617,9 |
100,00 |
100,00 |
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2015.
Produksi ikan pindang di Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 sebanyak 2.022,7 ton dengan nilai sebesar Rp. 56.484.897.000,00, sedangkan Kabupaten Buleleng menghasilkan produksi ikan pindang paling sedikit untuk di Provinsi Bali, dengan produksi sebesar 242,5 ton dengan nilai Rp. 4.221.324.000,00 sepanjang tahun 2015. Perbedaan produk ikan pindang Kabupaten Tabanan dengan kabupaten/kota di Provinsi Bali terletak pada perbedaan tekstur daging dan cita rasa yang lebih gurih. Usaha pemindangan merupakan usaha pengolahan rakyat berskala kecil yang dalam prakteknya banyak dikerjakan oleh unit rumah tangga dengan menggunakan peralatan sederhana. Dilihat dari segi demografri, kebutuhan bahan baku bagi pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan sudah sangat terpenuhi mengingat lokasi pemindangan di Kabupaten Tabanan berada pada wilayah pesisir pantai. Disamping itu pula, untuk menjaga ketersediaan bahan baku ikan pada musim paceklik ikan, pengepul ikan di Kabupaten Tabanan telah memeiliki tempat penyimpanan ikan atau collstorage.
Produksi ikan pindang mengalami peningkatan sebesar 4,42 persen dari tahun 2011 sampai tahun 2015, dimana produksi ikan pindang pada tahun 2011 sebesar 1.766,0 ton dan pada tahun 2015 sebesar 2.022,7 ton, dengan nilai produksi mengalami peningkatan sebesar 11,58 persen dimana pada tahun 2011 nilai produksi ikan pindang sebesar Rp. 37.347.505.570,00 dan pada tahun 2015 sebesar Rp. 56.484.897.000,00. Peningkatan produksi ikan pindang juga diikuti oleh perubahan perilaku sosial masyarakat khususnya di Kabupaten Tabanan didalam mengkonsumsi ikan. Pemerintah
Daerah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan setiap tahun melakukan gerakan gemar makan ikan melalui kegiatan sosialisasi maupun pengenalan menu ikan bagi anak-anak balita, anak sekolah dasar dan ibu-ibu rumah tangga. Dimana pada tahun 2011 tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Tabanan mencapai 25,7 Kg/Kapita/Tahun dan pada tahun 2015 menjadi 29,3 Kg/Kapita/Tahun (DPK Tabanan, 2015).
Peningkatan produksi ikan pindang di Kabupaten Tabanan tidak sejalan dengan jumlah pelaku usaha pemindangan. Dimana pelaku usaha pemindangan terus mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai tahun 2015, jumlah penurunan pelaku usaha pemindangan sebesar 7,12 persen. Tahun 2011 pelaku usaha pemindangan ikan sebanyak 196 orang dan pada tahun pelaku usaha pemindangan ikan 2015 sebanyak 132 orang. Penurunan jumlah pelaku usaha pemindangan disebabkan oleh adanya peluang pekerjaan yang memberikan pendapatan yang lebih menjanjikan antara lain sebagai pengepul udang lobster, menekuni usaha penyewaan rumah dan sektor perdagangan. Disamping adanya peluang kerja tersebut diatas, penyebab lain berkurangnya jumlah pelaku usaha pemindangan adalah tidak adanya regenerasi sebagai pelaku usaha pemindangan.
Melihat fenomena di atas, maka penelitian terkait usaha pemindangan masih sangat menarik untuk dilakukan. Secara umum informasi terkait kesejahteraan dari pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan belum tersedia. Agar tidak terjadi ketimpangan informasi maka riset tentang analisis pengaruh faktor sosial demografi, penggunaan input produksi, output produksi terhadap kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan menjadi penting untuk dilakukan.
Pokok permasalahan penelitian ini yaitu bagaimanakah kondisi kesejahteraan pelaku usaha pemindangan ikan di Kabupaten Tabanan ; bagaimanakah pengaruh faktor sosial demografi terhadap input produksi, output produksi, kesejahteraan?; apakah faktor sosial demografi berpengaruh secara tidak langsung melalui input produksi terhadap ouput produksi?; apakah faktor sosial demografi berpengaruh secara tidak langsung melalui input produksi terhadap kesejahteraan?.; apakah faktor sosial demografi berpengaruh secara tidak langsung melalui input produksi dan ouput produksi terhadap kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi kesejahteraan pelaku usaha pemindangan ikan di Kabupaten Tabanan; untuk menganalisis pengaruh faktor sosial demografi terhadap input produksi, output produksi, kesejahteraan; untuk menganalisis pengaruh faktor sosial demografi secara tidak langsung melalui input produksi terhadap output produksi; untuk menganalisis pengaruh faktor sosial demografi secara tidak langsung melalui input produksi terhadap kesejahteraan; untuk menganalisis pengaruh faktor sosial demografi secara tidak langsung melalui input produksi dan ouput produksi terhadap kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi pelaku usaha pemindangan didalam mengelola serta mengembangkan usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan. Manfaat lainnya penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam meningkatakan pendapatan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan masukan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Tabanan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berkaitan kontribusi usaha pemindangan untuk kepentingan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesejahteraan pekerja sektor informal khususnya pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan.
DATA DAN METODOLOGI
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka yang diperoleh dari penelitian, yaitu umur, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman kerja, jam kerja, modal, nilai bahan baku, produksi, pendapatan, kesehatan, keamanan dan pengeluaran rumah tangga. Data kualitatif diperoleh dari responden yang tidak berbentuk angka melainkan hanya berupa keterangan dan informasi untuk melengkapi dalam interprestasi data.
Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh langsung melalui sumbernya. Data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan oleh pihak lain disebut dengan data sekunder, dalam penelitian ini diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan.
Penelitian dilakukan di lokasi usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan atas pertimbangan bahwa Kabupaten Tabanan sampai saat ini menghasilkan produksi pemindangan ikan terbesar di Provinsi Bali. Ruang lingkup penelitian adalah variabel sosial demografi i yang direfleksikan oleh umur, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman kerja, variabel input produksi yang direfleksikan oleh jam kerja, modal, nilai bahan baku, variabel output produksi dan variabel kesejahteraan yang direfleksikan oleh pendapatan, kesehatan, keamanan dan pengeluaran rumah tangga.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha pemindangan ikan di Kabupaten Tabanan yang berjumlah 132 orang. Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan metode Slovin (e = 5%), sehingga sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 99 orang. Penentuan sampel menggunakan simple random sampling, metode ini digunakan untuk memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi. Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan tiga cara yaitu observasi non partisipasi (pengamatan langsung yang dilakukan di daerah penelitian), wawancara terstruktur (teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan dan memberikan beberapa daftar pertanyaan tertulis), wawancara mendalam (merupakan proses mencari informasi secara mendalam, terbuka, bebas dengan masalah yang difokuskan dalam penelitian).
Dalam studi ini metode analisis yang dilakukan, yaitu statistik deskriptif dan analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat melalui variabel mediasi. Penerapan statistik deskriptif dalam studi ini yaitu menganalisa data dengan cara mendeskripsikannya dari hasil pengumpulan data responden dilapangan. Pendeskripsian dilakukan berlaku umum dan sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan (Juliansar Noor, 2015). Pendeskripsian penelitian ini dilengkapi dengan tabel-tabel, gambar-gambar, dan sebagainya. Proses pembuatan dan perhitungan statistik deskriptif dilakukan dengan bantuan
program Excel. Analisis ini dipergunakan untuk mendeskripsikan kondisi kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan.
Analasis jalur dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan alternative Partial Least Square PLS (component based Structural Equation Model). Penggunaan teknik analisis ini dipergunakan untuk menjawab permasalah pengaruh faktor sosial demografi (umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman kerja), pengaruh faktor input produksi (jam kerja, modal kerja dan nilai bahan baku), pengaruh output produksi terhadap faktor kesejahteraan (pendapatan, kesehatan, keamanan dan pengeluaran rumah tangga).
Model persamaan struktural atau Structural Equation Model (SEM) adalah teknik-teknik statistika yang memungkinkan pengujian suatu rangkaian hubungan yang relatif kompleks secara simultan dan berjenjang. Hubungan yang kompleks dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Dalam Structural Equation Model (SEM) kemungkinan suatu variabel merupakan variabel konstruk atau variabel laten yang dibentuk oleh beberapa indikator, dan kemungkinan juga terdapat suatu variabel yang berperan ganda yaitu sebagai variabel independen pada suatu hubungan, namun menjadi variabel dependen pada hubungan lain mengingat adanya hubungan kausalitas yang berjenjang (Suyana, 2015).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Pengaruh Langsung Faktor Sosial Demografi terhadap Input Produksi, Output Produksi, Kesejahteraan
Tabel 2. menunjukkan bahwa variabel sosial demografi (X1) terhadap input produksi (X2) dengan koefisien jalur sebesar 0,177, nilai T-statistik 2,089 > 1,96 dengan nilai p sebesar 0,037 ˂ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa sosial demografi(X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap input produksi (X2). Variabel sosial demografi (X1) terhadap output produksi (Y1) dengan koefisien jalur sebesar -0,038, nilai T-statistik 0,777 < 1,96 dengan nilai p sebesar 0,437 ˃ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa sosial demografi (X1) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap output produksi (Y1). Sedangkan variabel sosial demografi (X1) terhadap kesejahteraan (Y2) dengan koefisien jalur sebesar
0,621, nilai T-statistik 10,424 > 1,96 dengan nilai p sebesar 0,000 ˂ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa sosial demografi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan (Y2).
Hasil uji hipotesis pengaruh langsung seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Pengaruh Langsung Sosial
Demografi, Input Produksi, Output Produksi dan Kesejahteraan Pelaku Usaha Pemindangan di Kabupaten Tabanan Tahun 2016
Standard | |||||
Variabel Konstruk |
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Deviation (STDEV) |
T-statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
X1 -> X2 |
0.177 |
0.180 |
0.085 |
2.089 |
0.037 |
X1 -> Y1 |
-0.038 |
-0.028 |
0.049 |
0.777 |
0.437 |
X1 -> Y2 |
0.621 |
0.633 |
0.060 |
10.424 |
0.000 |
X2 -> Y1 |
0.875 |
0.871 |
0.035 |
24.674 |
0.000 |
X2 -> Y2 |
0.459 |
0.464 |
0.092 |
5.011 |
0.000 |
Y1 -> Y2 |
0.103 |
0.086 |
0.120 |
0.861 |
0.390 |
Sumber: Hasil Penelitian
Variabel input produksi (X2) terhadap output produksi (Y1) dengan koefisien jalur sebesar 0,875, nilai T-statistik 24,674 > 1,96 dengan nilai p sebesar 0,000 ˂ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa input produksi (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap output produksi (Y1). Variabel input produksi (X2) terhadap kesejahteraan (Y2) dengan koefisien jalur sebesar 0,459, nilai T-statistik 5,011 ˃ 1,96 dengan nilai p sebesar 0,000 ˂ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa input produksi (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan (Y2). Sedangkan Variabel output produksi (Y1) terhadap kesejahteraan (Y2) dengan koefisien jalur sebesar 0,103, nilai T-statistik 0,861< 1,96 dengan nilai p sebesar 0,390 ˃ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa output produksi (Y1) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan (Y2).
Uji Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi melalui Input Produksi terhadap Ouput Produksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh sosial demografi (X1) terhadap input produksi (X2) adalah berpengaruh positif dan signifikan sementara pengaruh input produksi (X2) terhadap output produksi (Y1) adalah berpengaruh positif dan signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sosial demografi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap output produksi (Y1) melalui input produksi (X2), atau dengan kata lain bahwa input produksi (X2) memediasi secara sempurna hubungan antara
sosial demografi dengan output produksi.
Uji Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi melalui Input Produksi terhadap Kesejahteraan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh sosial demografi (X1) terhadap input produksi (X2) adalah berpengaruh positif dan signifikan sementara pengaruh input produksi (X2) terhadap kesejahteraan (Y2) adalah berpengaruh positif dan signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sosial demografi (X1) berpengaruh positif terhadap kesejahteraan pelaku usaha pemindangan (Y2) melalui input produksi (X2), atau dengan kata lain bahwa input produksi (X2) memediasi secara parsial hubungan antara sosial demografi dengan kesejahteraan.
Uji Pengaruh Tidak Langsung Faktor Sosial Demografi melalui Input Produksi dan Ouput Produksi terhadap Kesejahteraan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh sosial demografi (X1) terhadap kesejahteraan (Y2) adalah berpengaruh positif dan signifikan melalui input produksi (X2) dan berpengaruh positif dan tidak signifikan melalui output produksi (Y1) atau dengan kata lain bahwa output produksi (Y1) tidak berperan sebagai mediasi dalam hubungan antara sosial demografi dengankesejahteraan.
Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan yang dihasilkan cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Seperti petikan hasil wawancara dengan Ibu Ni Ketut Nariani selaku responden tanggal 7 Oktober 2016 di Br. Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan berikut :
“Kerjaan mengolah ikan merupakan satu pilihan pekerjaan, karena keterbatasan jenis pekerjaan di desa, hasilnya lumayan untuk membantu pendapatan kelaurga dan memenuhi kebutuhan keluarga. Cukuplah untuk membeli keperluan rumah tangga dan anak sekolah. Dalam meningkatan pendapatan dari usaha penjualan ikan pindang sangat sulit, karena saya berjualan dipasar desa. Pernah saya meningkatkan jumlah produksi ikan pindang namun tersisa, daripada saya rugi, lebih baik saya jualan sesuai dengan permintaan rata-rata”.
Pernyataan responden di atas tersebut mengindikasikan bahwa responden jenis pekerjaan pengolahan ikan pindang merupakan salah satu pilihan pekerjaan karena keterbatasan jenis pekerjaan yang terdapat di Desa Yeh Gangga. Disamping itu pula pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan ikan pindang sangat membantu perekonomian keluarga didalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Disamping itu pula responden menyatakan bahwa pengembangan usaha pemindangan sangat sulit dilakukan karena permintaan ikan pindang hanya sedikit mengalami peningkatan bila dibandingkan dari tahun sebelumnya disamping dibatasi oleh tempat penjualan ikan pindang.
Faktor keamanan saat bekerja ikut menjadi alasan responden tetap menjalankan profesi ini. Tempat kerja yang tidak didukung dapat menimbulkan perasaan cemas dan tidak aman saat melakukan proses pemindangan ikan. Seperti petikan hasil wawancara dengan salah satu responden, yaitu Ni Made Sulandri pada tanggal 14 Oktober 2016 di Br. Cengolo, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan sebagai berikut :
“biasanya dalam melakukan pencucian ikan, air yang digunakan biasanya dibuang kesaluran sungai yang airnya lumanya deras, belum ada tetangga yang keberatan. Jadi menurut saya pekerjaan ini aman, lagipula mau kerja jam berapa terserah saya dan saya merasa nyaman melaksanakan pekerjaan ini”.
Pendapatan responden di atas mengindikasikan bahwa meskipun responden terkadang merasa tidak nyaman terhadap tata cara pengelolaan limbah buangan pencucian ikan, karena tidak sesuai dengan standar kelayakan pengolah ikan, namun hal tersebut tidak mengganggu aktivitas responden sebagai pelaku usaha pemindangan. Selain itu hasil survey juga mengungkapkan bahwa selama menjalankan usaha pemindangan, responden belum pernah berselisih dengan tetangga maupun warga sekitar maupun profesi yang sama ditempat jualan.
Persepsi responden terhadap indikator keamanan tersebut tidak didukung oleh persepsi mengenai tingkat kesehatan yang dirasakan. Sebabkan meskipun responden cenderung memilih sangat setuju dan setuju untuk persepsi mengenai tingkat kesehatan, namun dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata responden mengeluh sakit masuk angin. Berikut petikan wawancara salah satu responden bernama Ni Wayan Narka tanggal 12
Oktober 2016 di Br. Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan.
“Biasanya saya masuk angin karena harus berangkat ke pasar untuk berjualan mulai pukul 2 pagi, disamping kondisi fisik yang sudah tua”.
Petikan penyataan di atas dapat menggambarkan bahwa kondisi kesehatan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan cukup rentang terserang penyakit terutama pada mereka yang melakukan aktivitas berjualan di pagi hari. Hal ini disebabkan oleh pelaku usaha pemindangan bekerja pada waktu yang tidak normal.
Pengeluaran rumah tangga pelaku usaha pemindangan untuk pembelian padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, sayur, minuman, bumbu, perumahan, aneka barang jasa, biaya pendidikan dan upacara. Rata-rata pengeluaran rumah tangga responden sebesar Rp. 2.614.000,00, besar kecilnya pengeluaran rumah tangga sangat ditentukan oleh jumlah tanggungan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Putra (2015) yang mengatakan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga berarti semakin besar pula beban tanggungan memotivasi untuk lebih giat lagi bekerja agar kebutuhan hidup yang ditanggung dapat terpenuhi.
Hasil analisis kondisi kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan dapat dikatakan tidak sejahtera. Hal ini diketahui dengan melihat jumlah pendapatan pelaku usaha pemindangan sebesar 83,84% berada dibawah batasan UMK yang ditetapkan di Kabupaten Tabanan tahun 2016 yaitu sebesar Rp. 1.902.970,00.
Pengaruh Langsung Faktor Sosial Demografi terhadap Input Produksi, Ouput Produksi dan Kesejahteraan
Tabel 2 menunjukkan bahwa sosial demografi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap input produksi (X2). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman kerja (X14) memiliki nilai loading tertinggi yakni sebesar 0,957 dibandingkan dengan indikator lainnya yang terdapat pada variabel sosial demografi (X1). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman kerja pelaku usaha pemindangan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi penggunaan input produksi. Hal ini menunjukan bahwa dengan banyaknya pengalaman kerja yang dimiliki pelaku usaha pemindangan dapat memprediksi jumlah penggunaan input produksi
yang digunakan baik itu jumlah modal yang diperlukan dalam rangka pembelian bahan baku untuk menunjang proses pembutan ikan pindang dan asumsi lamanya waktu melakukan pengolahan ikan pindang dalam satu kali proses produksi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pandey (2012), dimana pada penelitiannya menyatakan bahwa pengalaman yang cukup dalam budidaya ikan harus diperhitungkan untuk merancang dan keberhasilan kegiatan budidaya ikan.
Berdasarkan hasil analisis, faktor sosial demografi (X1) memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap output produksi (Y1). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman kerja tidak menentukan jumlah produksi yang dihasilkan, sebab hasil produksi yang dihasilkan oleh pelaku usaha pemindangan masih sedikit. Hal ini menunjukan bahwa semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh pelaku usaha pemindangan tidak akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dikarenakan pelaku usaha pemindangan tidak berani menaikan kapasitas produksinya. Menurut responden yaitu Ni Made Suji dalam hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2016 di Banjar Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan menyatakan bahwa :
“Ikan yang saya beli dari pengepul di wilayah Br. Cengolo, sesampainya dirumah langsung saya pilah, ikan yang tidak baik tidak saya gunakan. Konsumen tidak mau membeli ikan pindang dengan kualitas yang tidak baik. Jumlah ikan yang saya beli dipengempul, saya sesuai dengan kebutuhan pasar, sebab bila saya terlalu banyak produksi takutnya saya rugi”.
Berdasarkan hasil analisis, pengaruh faktor sosial demografi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan. Pengalaman kerja menjadi faktor dominan yang mempengaruhi variasi dari variabel sosial demografi (X1). Hal ini menunjukan bahwa pengalaman kerja sangat menentukan pendapatan seseorang, karena pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian riil yang dialami oleh seseorang yang bekerja. Semakin lama pengalaman kerja atau semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi melalui Input Produksi terhadap Output Produksi
Hasil analisis menunjukan bahwa variabel sosial demografi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap output produksi (Y1) melalui input produksi (X2), atau dengan kata lain bahwa input produksi (X2) mediasi secara sempurna hubungan antara sosial demografi dengan output produksi. Variabel input produksi (X2) nilai loading tertinggi dimiliki oleh indikator nilai bahan baku (X23) yaitu sebesar 0,945. Artinya faktor nilai bahan baku menjadi faktor dominan yang mempengaruhi variasi dari variabel input produksi (X2). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bertambahnya jumlah nilai bahan baku secara langsung dapat menambah jumlah produksi. Hal ini mengindikasi bahwa besarnya jumlah modal yang dimiliki oleh pelaku usaha pemindangan, akan memberikan peluang kepada pelaku usaha pemindangan untuk dapat memproduksi ikan pindang dalam jumlah yang banyak. Mulyadi (2004), bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian impor atau dari pengolahan sendiri. Penelitian ini didukung oleh penelitian Aldira (2015), bahwa nilai bahan baku memiliki hubungan yang positif terhadap output industri tekstil.
Sudarman, (2001), teori produksi mempelajari berbagai macam input ada tingkat teknologi tertentu yang menghasilkan sejumlah output tertentu. Sasaran dari teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang optimal dengan sumber daya yang ada. Banyak jenis aktivitas yang terjadi dalam proses produksi, meliputi perubahan bentuk, tempat dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Output perusahaan yang berupa barang-barang produksi tergantung pada jumlah input yang digunakan dalam produksi. Hubungan antara input dan output ini dapat diberi ciri dengan menggunakan suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan suatu cara dimana jumlah dari hasil produksi tertentu tergantung pada jumlah input tertentu yang digunakan (Bishop & Toussaint, 1986). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwit Setiawati, (2006) yaitu produksi industri pengasapan ikan sangat ditentukan oleh jumlah modal untuk pembelian input produksi (bahan baku ikan beku, bakan bakar tempurung kelapa dan tenaga kerja yang digunakan dalam proses pengasapan).
Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi melalui Input Produksi terhadap Kesejahteraan
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa input produksi (X2) memediasi secara parsial pengaruh hubungan faktor sosial demografi (X1) terhadap kesejahteraan (Y2) pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan, sehingga dapat diartikan bahwa tingkat sosial demografi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan pelaku usaha pemindangan ikan di Kabupaten Tabanan melalui input produksi. Pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan (Manulang, 2005).
Mubyarto, (2007), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Menurut Hernanto (1993), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru. Mulyadi (2004) menyebutkan bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Nilai bahan baku dapat dikelompokkan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tak langsung. Penelitian ini didukung oleh Aldira (2015), bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan nilai bahan baku terhadap output industri tekstil di Indonesia.
Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Nanang Yusroni. 2009, bahwa besar kecilnya biaya produksi dipengaruhi oleh : harga bahan baku, skala produksi, biaya transportasi, upah buruh dan biaya lain-lain. Besar kecilnya biaya produksi dipengaruhi oleh : harga bahan baku, skala produksi, biaya transportasi, upah buruh dan biaya lain-lain.
Pengaruh Tidak Langsung Sosial Demografi melalui Input Produksi dan Output Produksi terhadap Kesejahteraan
Hasil analisa menunjukan bahwa pengaruh sosial demografi (X1) terhadap kesejahteraan (Y2) adalah berpengaruh positif dan signifikan melalui input produksi (X2) dan berpengaruh positif dan tidak signifikan melalui output produksi (Y1) atau dengan kata lain bahwa output produksi (Y1) tidak berperan sebagai mediasi dalam hubungan antara sosial demografi dengan kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya hasil produksi ikan pindang yang dihasilkan oleh responden serta dibatasi oleh area
pemasaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Edward (2012), bahwa pendapatan utama rumah tangga buruh nelayan berasal dari sektor perikanan, hal ini sangat rentan terhadap penurunan pendapatan. Dampak dari kerentanan ini tercermin dari jumlah hasil tangkapan ikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
-
1. Kondisi kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan sebanyak 83 responden berada dibawah UMK Kabupaten Tabanan Tahun 2016.
-
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel sosial demografi (X1) terhadap variabel input produksi (X2) dan kesejahteraan (Y2) sedangkan output produksi (Y1) berpengaruh negatif dan tidak signifikan.
-
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel sosial demografi (X1) terhadap output produksi (Y1) melalui input produksi (X2), atau dengan kata lain bahwa input produksi (X2) berperan sebagai mediasi sempurna hubungan antara variabel sosial demografi dengan output produksi.
-
4. Terdapat pengaruh positif dansignifikan variabel sosial demografi (X1) terhadap kesejahteraan (Y2) melalui input produksi (X2), atau dengan kata lain bahwa input produksi (X2) memediasi secara parsial hubungan antara variabel sosial demografi dengan kesejahteraan.
-
5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel sosial demografi (X1) terhadap kesejahteraan (Y2) melalui input produksi (X2) dan berpengaruh positif dan tidak signifikan melalui output produksi (Y1) atau dengan kata lain bahwa output produksi (Y1) tidak berperan sebagai mediasi dalam hubungan antara sosial demografi dengan kesejahteraan.
Saran
-
1. Dalam rangka meningkatkan produksi dan memperluas peluang usaha produk olahan ikan pindang, Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan khususnya Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan perlu membuat suatu program pengembangan
produk olahan dengan bahan baku dasar dari ikan pindang.
-
2. Pengadaan program standar kelayanan pengolahan, untuk dapat memperbaiki kualitas lingkungan disekitar pelaku usaha pemindangan ikan.
-
3. Faktor kesehatan merupkan salah satu bagian terpenting dalam menentukan derajat kesejahteraan pelaku usaha pemindangan di Kabupaten Tabanan. Melihat kondisi pelaku usaha pemindangan yang rentang terserang penyakit, maka perlu perhatian khusus oleh pemerintah seperti mengadakan program baik dalam bentuk sosialisasi penggunaan masker saat bekerja, pemeriksaan kesehatan secara berkala dan sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan.
REFERENSI
Amin Makruf. 2015. “Analisis Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan dan Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Melalui Moral Ekonomi dan Derajat Kewirausahaan Nelayan Kabupaten Sampang Jawa Timur”. Surabaya. JMM17 Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen. Vol. 2 No.2. hal. 11 – 26.
Aldira Hapsari. 2015. “Pengaruh Nilai Bahan
Baku, Bahan Bakar dan Jumlah Tenaga Kerja terhadap Outpur Industri Tekstil di Indonesia Periode 1982 – 2012”. Jakarta. Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aryani. F. 1994. “Analisis Sosial Ekonomi
Wanita di dua Area Pengembangan wilayah Sulawesi: Sanrego dan Gir Mawangle”. Kerjasama Lembaga Pengabdian pada Masyarakat IPB dengan Universitiy of Gualph Canada.
Bishop, CE, dan Toussaint, WD. 1986. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. diterjemahkan oleh Wisnuadji, Harsojono, Suparmoko. Team Fakultas Ekonomi UGM. Surakarta. Mutiara Sumber Widya.
Darmorejo S, dkk. 1992. Pengolahan Pindang Ikan yang Digarami di Laut. Jurnal Penelitian Tehnologi Perikanan. Jakarta : LPTP.
Simanjuntak, Payaman J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LPFE-UI.
Sudarman. 2001. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Widyastuti, Astrianan. 2012. “Analisis Hubungan
Antara Produktivitas ekerja dan Tingkat Pendidikan Pekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Jawa Tengah Tahun 2009”. Economics Development Analysis Journal, 1 (1),p:1-11.
-
D. K. Pandey and A. D. Upadhayay. 2012.
“Socio-Economic Profile ofFish Farmers of an
Adopted Model Aquaculture Village: Kulubari, West Tripura”. College of Fisheries, Central Agricultural University, Tripura. Indian Research Journal of Extension Education, Special Issue (Volume II), 2012.
DPK Provinsi Bali. 2015. Laporan Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Tahun 2015, Denpasar : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali.
Edward Olale and Spencer Henson. 2012. “Socio-economic characteristics of fish workers in Western Kenya”. New Brunswick Department of Agriculture, Aquaculture and Fisheries. International Journal of Fisheries and Aquaculture Vol. 4(7), pp. 139-153, August 2012.
Fauzi, A. 2010. Ekonomi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gumbira, E. dan A. Harizt Intan, 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Hernanto. F 1993. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: PS Penebar Swadaya.
Heruwati, ES. 2002. Pengolahan Ikan
Secara Tradisional: Prospek dan Peluang Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian, 21(3): 92-99.
Irwandi Idris, Sapta Putra Ginting, Budiman. 2007. Membangun Raksasa Ekonomi Sebuah Kajian Terhadap Perundang-Undangan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Bogor : Buku Ilmiah Populer.
Lincolin, Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.
Manulang, M. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Yogyakarta: Gajah Mada Univ. Press.
Mubyarto. 2007. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.
Mulyadi Subri. 2004. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Nanang Yusroni. 2009. “Analisis Profit Margin
Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Pendapatan Antar Pengrajin Pengasapan Ikan Mayung, Ikan Tongkol dan Ikan Pari di Bandarharjo Semarang”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 4 No 8, Oktober 2009.
Nuswantari, Dyah. (1998). Kamus saku kedokteran. Jakarta : EGC.
Wiwit Setiawati. 2006. “Analisis Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Industri Pengasapan Ikan di Kota Semarang”. Tesis Program Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
93
Discussion and feedback