Keunggulan Komparatif Produk Alas Kaki Indonesia Ke Negara ASEAN Tahun 2013
on
JEKT ♦ 8 [2] : 172 - 178
ISSN : 2301 - 8968
Keunggulan Komparatif Produk Alas Kaki Indonesia ke Negara ASEAN Tahun 2013
Kadek Mega Silvia Andriani*)
I Komang Gde Bendesa
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ABSTRAK
Produk ekspor alas kaki Indonesia memiliki potensi yang cukup kuat untuk bersaing dengan negara lain di ASEAN. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengukur seberapa besar daya saing produk alas kaki Indonesia di ASEAN pada tahun 2013 dan menganalisis pengaruh produktivitas tenaga kerja, kurs, dan inflasi terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia tahun 2000-2013. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 1994-2013 dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis RCA, RCDA, RTA, ISP, dan teknik analisis linier berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa produk alas kaki Indonesiamemiliki keunggulan komparatifmenurun, yang dianalisis dengan RCA untuk mengukur di sisi ekspor, RCDA di sisi impor, RTA di sisi ekspor maupun impor, dan ISP untuk mengukur tahap pertumbuhan produk alas kaki,serta hasil analisis linear berganda untuk masing-masing variabel yaitu produktivitas tenaga kerja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki, kurs yang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki, dan inflasi yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki.
Kata kunci:ekspor alas kaki, produktivitas tenaga kerja, kurs, ⅰпflasi
Comparative Advantage of Footwear Product of Indonesia To Other Countries in ASEAN in 2013
ABSTRACT
Export of footwear products Indonesia has potential that is strong enough to compete with other countries in ASEAN. The purpose in this research to measure the competitiveness of Indonesia’s footwear products the ASEAN in 2013 and analyze the effect of labor productivity, inflation and exchange rate, the export value of footwear to Indonesia 2000-2013. In this study uses secondary data from 1994-2013 and analyzed using the analysis technique of RCA, RCDA, RTA, ISP, and multiple linear analysis techniques. Results of this study stated that Indonesia has a footwear product comparative advantage decreases, which is analyzed by RCA to measure on the export, import side by RCDA, RTA on side of exports and imports, and ISP’s to measure the stage of growth products footwear, as well multiple linear analysis results for each of the variables that affect labor productivity positively and significantly to the export value of footwear, exchange rate effect is positive but not significant to the export value of footwear, and inflation effect is negative and not significant to the export value of footwear.
Keyword: footwear export, labor productivity, inflation, exchange rates
PENDAHULUAN
Indonesia selalu berupaya untuk meningkatkan ekspor agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil, sehingga nilai ekspor Indonesia kini semakin
meningkat karena banyaknya permintaan dari negara lain (Safitri, 2014). Kinerja ekspor suatu negara tergantung pada daya saing produk ekspor di pasar dunia. Kemampuan daya saing dan keunggulan komparatif produk ekspor memegang peran penting
Tabel 1. Total Nilai Ekspor Alas Kaki di Indonesia Tahun 1994-2013 Atas Dasar Harga Konstan (juta US$)
Tahun |
Ekspor Alas Kaki |
Perkembangan (%) |
Tahun |
Ekspor Alas Kaki |
Perkembangan (%) |
1994 |
1.737 |
- |
2004 |
1.155 |
2,76 |
1995 |
1.882 |
8,34 |
2005 |
1.218 |
5,51 |
1996 |
2.015 |
7,04 |
2006 |
1.394 |
14,38 |
1997 |
1.419 |
-29,57 |
2007 |
1.127 |
-19,14 |
1998 |
1.090 |
-23,19 |
2008 |
1.455 |
29,08 |
1999 |
1.482 |
35,96 |
2009 |
1.508 |
3,63 |
2000 |
1.359 |
-8,28 |
2010 |
2.250 |
49,25 |
2001 |
1.446 |
6,41 |
2011 |
2.905 |
29,10 |
2002 |
1.098 |
-24,08 |
2012 |
3.014 |
3,75 |
2003 |
1.124 |
2,36 |
2013 |
3.230 |
7,14 |
Sumber: UN Comtrade, 2014
dalam kesuksesan produk dari negara tersebut (Pat-nasari, 2005). Terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan tingkat daya saing perdagangan ekspor suatu negara yaitu perubahan relatif tingkat nilai tukar, komposisi produk, struktur industri, dan tingkat pertumbuhan (Mofrad, 2012). Perdagangan internasional berfokus untuk membantu mengembangkan negara-negara dengan mempromosikan pengembangan produknya di pasar luar negeri (Palley, 2011). Perdagangan internasional juga dapat membantu suatu negara untuk mendapatkan bahan baku pembuatan produk dalam negeri yang diimpor dari luar negeri (Shahab, 2013).
P e rtumbuhan e konomi yang be rkelanjutan merupakan syarat yang diperlukan untuk proses pembangunan ekonomi dan sebagai gambaran perekonomian yang mengalami perkembangan (Novianingsih, 2011). Pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa (Silvia dkk, 2013). Jika nilai ekspor suatu negara cenderung meningkat maka akan mempengaruhi peningkatan penduduk yang bekerja dan peningkatan PDB. Kesempatan kerja yang tinggi akan menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi untuk mengeluarkan barang dan jasa (Ashraf, 2013). Dengan adanya Produk Domestik Bruto (PDB), maka dapat dilihat seberapa besar peran industri dalam negeri.
Peran sektor industri merupakan sektor yang dapat mempengaruhi perkembangan pendapatan negara pada saat ini (Keane, 2008). Industrialisasi kini telah menjadi sebuah usaha yang umum pada industry barang konsumen padat karya (Gerrefi, 1999). Untuk memenuhi permintaan yang semakin bertambah, perusahaan-perusahaan akan menambah produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional riil menjadi meningkat pula. Kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh akan menyebabkan kenaikan harga yang lebih cepat (Sukirno, 2006:334).
Pada Tabel 1 terlihat bahwa terjadi penurunan drastis pada tahun 1997 sebesar -29,57 persen dan 1998 sebesar -23,19 persen akibat krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Penurunan nilai ekspor alas kaki pada tahun 2002 sebesar -24 persen dan pada tahun 2007 sebesar -19 persen disebabkan karena penurunan impor bahan baku pembuatan alas kaki Indonesia.
Produk alas kaki Indonesia sudah berkembang pesat di negara-negara ASEAN. Singapura adalah negara tujuan terbesar produk ekspor alas kaki Indonesia karena Singapura termasuk negara yang sangat mudah melakukan bisnis, maka dari itu Singapura memilih mengimpor produk alas kaki Indonesia dengan harga yang cukup terjangkau untuk nantinya dijual kembali di Singapura atau ke negara lain. Secara tidak langsung Indonesia mendapat keuntungan yang cukup besar karena kerjasamanya dengan Singapura (Bendesa, 2014).
Menurut Mankiw (2006:145), inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi dimana permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung naik. Tingkat inflasi yang tinggi sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated) yang berarti kondisi ekonomi tersebut mengalami permintaan produk yang melebihi kapasitas penawaran produkny, sehingga harga cenderung mengalami kenaikan (Clark, 2004).Tingkat inflasi Indonesia periode 1994-2013 cukup berfluktuasi. Tingkat inflasi tertinggi yang terjadi pada tahun 1998 dimana krisis moneter yang melanda Indonesia yang terbilang cukup parah yang kemudian terjadi kembali di tahun 2005 karena kepimpinan presiden yang menikkan harga BBM sebab anggran pemerintah terlalu membengkak dan sekaligus untuk mengalihkan dana subsidi BBM untuk dikompensasikan kepada
kesehatan gratis dan pendidikan. Naiknya tingkat inflasi suatu negara akan meningkatkan harga barang dalam negeri sehingga menyebabkan produksi barang semakin tinggi dan eksportir tidak mampu lagi berproduksi maksimal atau ekspor menjadi menurun. Maka dari itu inflasi memiliki hubungan negatif dengan ekspor (Wardhana, 2011).
Dapat dikatakan bahwa nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya nilai ekspor Indonesia (Lopez, 2005). Menurut Salvatore (1997:10) menyebutkan bahwa nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda atau lebih dikenal dengan kurs. Perubahan nilai tukar dapat mengubah harga relatif suatu produk menjadi lebih mahal atau pun lebih murah, sehingga nilai tukar terkadang digunakan sebagai alat untuk meningkatkan daya saing (Ginting, 2013). Nilai mata uang rupiah yang semakin menguat beberapa tahun terakhir ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi di Amerika Serikat (McKinnon, 2013).
DATA DAN METODOLOGI
Indonesia merupakan lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian dengan menggunakan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik mengenai produktivitas tenaga kerja, kurs, dan inflasi serta data yang dipublikasi oleh UN Comtrade mengenai nilai ekspor alas kaki Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Penelitian ini mengukur tingkat daya saing produk alas kaki menggunakan teknik analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), RCDA (Revealed Comparative Disadvantage), RTA (Relative Revealed Comparative Trade Advantage), dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).
RCA Revealed Comparative Advantage)
Untuk mengukur besarnya daya saing produk alas kaki Indonesia di pasar ASEAN di sisi ekspor, digunakan teknik analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) dengan rumus sebagai berikut:
...........................(1)

Dimana Wik= nilai ekspor alas kaki Indonesia di ASEAN,^im^im= nilai ekspor total Indonesia di ASEAN,Xwk%wk= nilai ekspor alas kaki ASEAN di dunia, dan ^wm^vtrm= nilai ekspor total ASEAN di dunia. Nilai indeks RCA > 1 menunjukkan bahwa daya saing alas kaki Indonesia kuat, sedangkan nilai
indeks RCA < 1 menunjukkan bahwa daya saing alas kaki Indonesia lemah.
RCDA Revealed Comparative Disadvantage)
Produk ekspor alas kaki Indonesia juga diukur daya saingnya dari sisi impor di pasar ASEAN dengan menggunakan teknik analisis RCDA (Revealed Comparative Disadvantage) sebagai berikut:
/^ .............................(2)
RCDA = ⅛-l X IOO
Dimana MijMij= nilai impor alas kaki Indonesia dari ASEAN,MiM1= nilai impor alas kaki negara anggota ASEAN dari ASEAN,MajMaj= nilai impor total Indonesia dari ASEAN, danMaMa= nilai impor total negara anggota ASEAN dari ASEAN (intraASEAN). Nilai indeks RCDA > 0 menunjukkan bahwa produk alas kaki Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di sisi impor, sedangkan nilai indeks RCDA < 0 menunjukkan bahwa produk alas kaki Indonesia memiliki keunggulan komparatif di sisi impor.
RTA Relative Revealed Comparative Trade Advantage)
Dengan teknik analisis RTA (Relative Revealed Comparative Trade Advantage) juga dapat menunjukkan keunggulan komparatif produk alas kaki Indonesia dari sisi impor maupun dari sisi ekspor yang dirumuskan sebagai berikut:
RTA = RCA -RCDARTA = RCA -RCDA ......(3)
Nilai indeks RTA > 0 menunjukkan bahwa produk ekspor alas kaki Indonesia memiliki keunggulan komparatif dari sisi ekspor maupun impor, sedangkan jika nilai indeks RTA < 0 menunjukkan bahwa produk alas kaki Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif dari sisi impor maupun ekspor.
Indeks Spesialisasi Perdagangan ISP)
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk melihat suatu jenis produk, sebuah negara/ wilayah cenderung menjadi negara eksportir atau importir. Secara sistematis, indeks ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 2. Total Nilai Ekspor Negara Anggota ASEAN ke ASEAN dan ke Dunia (juta US$)
No. |
Negara |
Nilai Ekspor ke ASEAN |
Nilai Ekspor ke Dunia | ||
2008 |
2013 |
2008 |
2013 | ||
1 |
Malaysia |
130.068 |
64.076 |
198.702 |
228.515 |
2 |
Indonesia |
21.467 |
40.876 |
137.020 |
182.551 |
3 |
Kamboja |
315 |
1.293 |
4.358 |
9.248 |
4 |
Filipina |
7.058 |
8.615 |
49.077 |
53.978 |
5 |
Singapura |
128.860 |
108.458 |
338.175 |
410.249 |
6 |
Thailand |
59.329 |
39.664 |
175.907 |
228.527 |
Total |
347.100 |
262.984 |
903.242 |
1.113.071 |
Sumber: UN Comtrade, 2014
Tabel 3. Nilai Ekspor Alas Kaki Negara Anggota ASEAN ke ASEAN (US$)
No. |
Negara |
Nilai Alas Kaki ke ASEAN |
Nilai Ekspor ke Dunia | ||
2008 |
2013 |
2008 |
2013 | ||
1 |
Malaysia |
36.098.672 |
51.131.648 |
118.386.892 |
107.666.512 |
2 |
Indonesia |
55.861.506 |
112.687.928 |
1.455.210.476 |
3.230.161.460 |
3 |
Kamboja |
39 |
541.351 |
1.682.397 |
71.454.067 |
4 |
Filipina |
588.889 |
1.090.315 |
23.646.293 |
6.985.340 |
5 |
Singapura |
57.134.439 |
125.632.785 |
142.991.449 |
204.590.725 |
6 |
Thailand |
33.197.526 |
59.089.919 |
910.698.576 |
568.059.188 |
Total |
182.881.071 |
350.173.946 |
2.652.616.083 |
4.188.917.292 |
Sumber: UN Comtrade, 2014
ISp ^⅛^ Mjg)ιsp — ^°~ Mig) ~ (Xia+Mia) ~ <,Xia+Mia)
................(4)
Dimana X = ekspor, M = impor, i = jenis produk, dan a = negara/wilayah. Nilai indeks ISP -1,0 s.d. -0,5 berarti tingkat pertumbuhan produk alas kaki Indonesia masih berada pada tahap pengenalan, nilai ISP -0,5 s.d. 0,0 berarti produk alas kaki berada pada tahap substitusi impor, nilai ISP 0,0 s.d. 0,8 berarti produk alas kaki berada pada tahap pertumbuhan (potensial), dan nilai ISP 0,8 s.d. 1,0 berarti produk alas kaki Indonesia sudah masuk pada tahap kematangan.
Regresi Linear Berganda
Teknik analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh produktivitas tenaga kerja, kurs, dan inflasi terhadap nilai ekspor alas kaki yang ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut (Wirawan, 2002:293):
Yi = α + β1Xi1 + β2Xi2 – β3Xi3 + µi ...............(5)
Dimana Y = nilai ekpor alas kaki Indonesia, α = konstanta, X1 =produktivitas tenaga kerja, X2 = kurs dollar AS, X3 = inflasi, β1, β2, β3, = koefisien regresi dari X1, X2, X3 , dan µ =variabel pengganggu (residual error) yang mewakili faktor lain berpengaruh terhadap Y namun tidak dimasukkan dalam model.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk alas kaki kini semakin mendunia. Banyak negara yang mulai memproduksi alas kakinya untuk dipakai di dalam negeri atau pun untuk di jual ke negara lain. Produk ekspor alas kaki Indonesia adalah salah satu produk ekspor Indonesia yang mulai diminati oleh pasar internasional. Dengan semakin ketatnya persaingan berbagai produk ekspor di pasar internasional, maka diperlukan perhitungan untuk produk Indonesia sendiri sebagai acuan perkembangan ekspornya di pasar internasional.
Hasil Analisis RCA Revealed Comparative Advantage)
Tabel 2 mendeskripsikan total nilai ekspor Negara-negara anggota ASEAN dalam juta dolar. Berdasarkan Tabel 2 Indonesia terbilang memiliki nilai ekspor yang rendah dibandingkan negara lain karena nilai mata uang rupiah Indonesia yang cukup rendah. Terlihat bahwa Singapura merupakan eksportir terbesar karena dengan pendapatan per kapita yang sangat besar sehingga negara yang menggantungkan perdagangannya pada negara lain tidak mendapatkan banyak halangan dalam hal biaya. Nilai ekspor alas kaki di negara-negara ASEAN selama periode 20082013 diuraikan pada Tabel 3.
Pada Tabel 3 terlihat bahwa nilai ekspor alas kaki Negara Kamboja terbilang sangat kecil dikarenakan pada tahun 2008 Kamboja megalami krisis ekonomi
Tabel 4. Hasil Perhitungan RCA (Revealed Comparative Advantage) |
Tabel 6. Hasil Perhitungan RCDA (Revealed Comparative Disadvantage) | ||||||
No |
. Negara |
RCA 2008 |
2013 |
No. |
Negara |
Nilai Impor 2008 |
2013 |
1. |
Malaysia |
0,4658 |
1,6936 |
1 |
Malaysia |
38,48 |
9,66 |
2. |
Indonesia |
0,2450 |
0,1558 |
2 |
Indonesia |
-73,18 |
-46,13 |
3. |
Kamboja |
0,0003 |
0,0541 |
3 |
Kamboja |
-81,74 |
82,76 |
4. |
Piliphina |
0,1731 |
0,9779 |
4 |
Filipina |
-3,31 |
34,76 |
5. |
Singapura |
1,0486 |
2,3227 |
5 |
Singapura |
41,30 |
29,21 |
6. |
Thailand |
0.1080 |
0,5993 |
6 |
Thailand |
-40,33 |
-9,01 |
Rata-rata |
0,3401 |
0,9672 |
Rata-rata |
-19,80 |
-10,71 | ||
Sumber: Data Diolah (2015) |
Sumber: Data Diolah, 2015 |
Tabel 5. Nilai Impor Total dan Alas Kaki Negara Anggot ASEAN ke ASEAN
No. Negara |
Nilai Impor Total (juta US$) |
Nilai ImporAlas Kaki (US$) | ||
2008 |
2013 |
2008 |
2013 | |
1 Malaysia |
37.682 |
54.827 |
53.110.242 |
79.954.299 |
2 Indonesia |
40.974 |
58.851 |
11.183.370 |
42.160.651 |
3 Kamboja |
1.695 |
2.832 |
315.035 |
649.376 |
4 Filipina |
12.294 |
14.171 |
12.098.532 |
25.394.664 |
5 Singapura |
74.759 |
78.068 |
107.509.863 |
134.144.709 |
6 Thailand |
33.721 |
39.291 |
20.479.764 |
47.542.100 |
Rata-rata |
33.521 |
41.340 |
34.116.134,33 |
54.974.299,8 |
Sumber : UN Comtrade, 2014
yang cukup parah. Dengan rumus RCA, maka keunggulan komparatif produk ekspor alas kaki Indonesia, sehingga didapatkan hasil perhitungan RCA seperti dijabarkan pada Tabel 4.
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai indeks RCA Indonesia pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,245 yakni berada pada urutan kedua setelah Negara Malaysia. Nilai 0,245 tersebut berarti bahwa produk ekspor alas kaki Indonesia pada tahun 2008 memiliki keunggulan komparatif yang kuat namun nilainya menurun.
Hasil Analisis RCDA Revealed Comparative Disadvantage)
Tabel 5 menggambarkan nilai impor total alas kaki Negara-negara anggota ASEAN. Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa Singapura termasuk negara yang mengimpor semua komoditi dari ASEAN termasuk alas kaki terbesar dibandingkan negara lainnya. Indonesia juga termasuk negara yang cukup besar mengimpor barang dari ASEAN. Untuk melihat keunggulan komparatif produk alas kaki dari sisi impor digunakan teknik analisis RCDA (Revealed Comparative Disadvantage), yang hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai indeks RCDA pada tahun 2008 yaitu sebesar -73 dan pada tahun 2013 yaitu sebesar -46. Angka-angka ini memiliki arti bahwa jika dilihat dari sisi impor,
Tabel 7. Hasil Perhitungan RTA (Relative Revealed Comparative Trade Advantage)
No. |
Negara |
RTA | |
2008 |
2013 | ||
1 |
Malaysia |
-38,019 |
-7,968 |
2 |
Indonesia |
73,427 |
46,283 |
3 |
Kamboja |
81,744 |
82,813 |
4 |
Filipina |
3,487 |
-33,778 |
5 |
Singapura |
-40,252 |
-26,892 |
6 |
Thailand |
40,434 |
9,609 |
Rata-rata |
20,137 |
11,678 |
Sumber: data diolah, 2015
keunggulan komparatif produk alas kaki Indonesia memiliki daya saing yang melemah.
Hasil Analisis RTA Relative Revealed Comparative Trade Advantage)
Keunggulan komparatif juga dapat sekaligus dilihat dari sisi impor maupun ekspornya yang dapat dihitung dengan menggunakan indeks RTA (Relative Revealed Comparative Trade Advantage), dan didapatkan hasil perhitungan seperti dijabarkan pada Tabel 7. Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai indeks RTA Indonesia pada tahun 2008 sebesar 73,4 yang berarti bahwa alas kaki Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang kuat baik dari sisi impor maupun ekspor, sedangkan nilai indeks RTA pada tahun 2013 sebesar 46,3 berarti keunggulan komparatif alas kaki
Tabel 8. Hasil Perhitungan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
No. |
Negara |
ISP | |
2008 |
2013 | ||
1. |
Malaysia |
-0,182 |
0,436 |
2. |
Indonesia |
0,666 |
0,455 |
3. |
Kamboja |
-0,999 |
-0,091 |
4. |
Piliphina |
-0,907 |
-0,918 |
5. |
Singapura |
-0,306 |
-0,043 |
6. |
Thailand |
0,193 |
0,108 |
Rata-rata |
-0,256 |
-0,009 |
Sumber: data diolah, 2015
Indonesia dari sisi impor maupun ekspor menurun dibandingkan pada tahun 2008.
Hasil Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan ISP)
Tabel 8 menunjukkan nilai indeks ISP Indonesia pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,67 dan pada tahun 2013 sebesar 0,46 yang berarti bahwa keunggulan komparatif produk ekspor alas kaki Indonesia masih berada pada tahap pertumbuhan (potensial).
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk menunjukkan pengaruh produktivitas tenaga kerja, kurs, dan inflasi terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia dapat dilihat melalui persamaan regeresi linier berganda sebagai berikut:
Y = -2980,012 + 0,207X1 + 0,080X2 – 13,767X3 Prob = (0,007) (0,773) (0,674)
Thitung = (3,404) (-0,296) (0,433)
R2 = 0,729
Fhitung = 8,959
Prob (F-Statistic) = 0,003
Dimana, Y adalah N ilai E kspor Alas Kaki Indonesia; X1 adalah Produktivitas Tenaga Kerja; X2 adalah Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat; dan X3 adalah Inflasi
Dari hasil uji regresi linier berganda dengan program eviews 6 maka diperoleh nilai Fhitung (8,959) >Ftabel(3,71) dengan tingkat signifikansi 0,003 yang berarti bahwa produktivitas tenaga kerja (X1), kurs (X2), dan inflasi (X3) berpengaruh signifikan secara serempak terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia tahun 2000-2013.
Diperoleh nilai R2 = 0,729, ini berarti 72,9 persen nilai ekspor alas kaki Indonesia tahun 2000-2013 secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel produktivitas tenaga kerja, kurs, dan inflasi, sedangkan 27,1 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian.
Pengaruh produktivitas tenaga kerja X1) terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia Y) tahun 2000-2013.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien regresi dari variabel produktivitas tenaga kerja diperoleh hasil sebesar 0,207 dengan nilai thitung = 3,404. Nilai tersebut lebih besar darittabel = 1,812. Pada variabel produktivitas tenaga kerja dengan tingkat signifikansi 0,007 < 0,05 berarti bahwa variabel produktivitas tenaga kerja (X1) berpengaruh positif terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia tahun 2000-2013. Penelitian ini sesuai dengan Teori Klasik oleh David Richardo (1817) dalam teori keunggulan komparatif yang menyebutkan bahwa produktivitas tenaga kerja relatif menentukan pola pasar sehingga jika produktivitas tenaga kerja meningkat, maka ekspor negara tersebut juga meningkat. Dengan penelitian yang dilakukan oleh Kustanto dkk (2012) yang mengatakan produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif terhadap ekspor.
Pengaruh kurs X2) terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia Y) tahun 2000-2013
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien regresi dari variabel kurs diperoleh hasil sebesar 0,773 dengan nilai thitung = -0,296. Nilai tersebut lebih kecil dari ttabel =1,812. Pada vaiabel kurs dengan tingkat signifikansi 0,773 > 0,05 berarti bahwa variabel kurs (X2) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia tahun 2000-2013. Penelitian ini sesuai dengan yang disebutkan dalam Sukirno (2002:319) bahwa apabila nilai kurs dolar Amerika Serikat meningkat, maka ekspor juga meningkat. Dengan penelitian yang dilakukan oleh Randy (2013) yang menyatakan kurs berpengaruh positif terhadap ekspor.
Pengaruh inflasi X3) terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia Y) tahun 2000-2013
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien regresi dari variabel kurs diperoleh hasil sebesar 0,674 dengan nilai thitung = 0,433. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai ttabel =1,812. Pada variabel inflasi dengan tingkat signifikansi 0,433 > 0,05 berarti bahwa variabel inflasi (X3) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia tahun 2000-2013.Sesuai dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Wardhana (2012) yang menyatakan inflasi mempunyai hubungan negatif dengan ekspor.
SIMPULAN
Keunggulan komparatif produk alas kaki Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang cukup kuat baik dilihat dari sisi impor maupun ekspornya pada tahun 2008, namun nilainya semakin menurun pada lima tahun ke depannya yaitu pada tahun 2013. Tingkat pertumbuhan produk alas kaki Indonesia juga sudah sangat baik yaitu berada pada tahap pertumbuhan. Produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. Kurs berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. Inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia.
SARAN
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan yaitu pemerintah hendaknya melakukan kebijakan yang mendukung pengusaha dalam mempertahankan kualitas dan kuantitas produk alas kaki Indone sia se rta melakukan pengembangan yang lebih inovatif lagi untuk produk alas kaki Indonesia agar produktivitasnya lebih tinggi sehingga ke depannya mampu bersaing lebih baik dengan negara-negara ASEAN lainnya dan pemerintah mampu menekan laju inflasi dan menjaga kestabilan kurs valuta asing sehingga dapat mempermudah perusahaan untuk memproduksi dan menentukan harga produk ekspor di pasar internasional.
REFERENSI
Ashraf, Quamrul, Boris Gershman, and Peter Howitt. 2013. How Inflation Affects Macroeconomic Performance An Agent-Based Computational Investigation.
Bendesa, I Komang Gde. 2014. Kesiapan Indonesia Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Sosialisasi ASEAN Economic Community. Disperindag. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Uadayana.
Clark, Todd E. 2004. An Evaluation of the Decline in Goods Inflation. Economic Review-Federal Reserve Bank of Kansas. 89(2): h:19-51.
Gereffi, Gary. 1999. International Trade and Industrial Upgrading in The Apparel Commodity Chain. Journal of International Economics. 48: h:37-70.
Ginting, Ari Mulianta. 2013. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Ekspor Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. 7(1): h:1-18.
Keane, Jodie, Dirk Willem te Velde. 2008. The Role of Textile and Clothing Industries in Growth and Development
Strategies. Investment and Growth Programme Overseas Development Institute.
Kustanto, Heru, Rina Oktaviani, Bonar M. Sinaga, dan Muh. Firdaus. 2012. Reindustrialisasi dan Dampaknya terhadap Ekonomi Makro serta Kinerja Sektor Industri di Indonesia. APP, Kementrian Perindustrian RI. 6(1): h:97-115
Lopez, Ricardo A. 2005. Trade and Growth: Reconciling The Macroeconomic Evidence. Department of Economics. Indiana University.19(4): h:623-648.Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.
McKinnon, Ronald. 2013. The U.S. Saving Deficiency, Current Account Deficits, and Deindustrialization: Implications for China. Journal of Policy Modeeling.
Mofrad, Mahmoud Abolpour. 2012. The Relationships Between GDP, Export, and Investment: Case Study Iran. Business Intelligence Journal. 5(2): h:401-405.
Novianingsih, Dini Ayu. 2011. Analisis Hubungan Antara Ekspor dan PDB di Indonesia Tahun 1999-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Palley, Thomas I. 2011. The Rise and Fall of Export-led Growth. New America Foudation. Levy Economics Institute of Bard College.
Patnasari, Yenny. 2005. Implikasi Liberalisasi Perdagangan Terhadap Daya Saing Ekspor Produk Pertanian Indonesia ke Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Atmajaya. Yogyakarta.
Safitri, Haniyah, dkk. 2014. Analisis Neraca Perdagangan Migas dan Non Migas Indonesia terhadap Volatilitas Cadangan Devisa 2003-2013. Jurnal Universitas Negeri Semarang. 3(2): h:353-361.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.
Shahab, Sadaf, Muhammad Tariq Mahmood. 2013. Comparative Advantage of Leather Industry in Pakistan with Selected Asian Economies. International Journal of Economics and Financial Issues. 3(1): h:133-139.
Silvia, Engla Desnim, Yunia Wardi, Hasdi Aimon. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi. 1(02): h:224-243.
Tambunan, Tulus T.H. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Bogor: Ghalia Indonesia.
UN Comtrade. 2014. Nilai Ekspor Alas Kaki Negara Anggota ASEAN ke ASEAN dan ke Dunia. [online] diunduh dari http://comtrade.un.org/db/ [5 Novermber 2014, Pukul 15.06 WITA].
UN Comtrade. 2014. Nilai Total Ekspor Negara Anggota ASEAN ke ASEAN dan ke Dunia. [online] diunduh dari http://comtrade.un.org/db/ [5 Novermber 2014, Pukul 15.06 WITA].
UN Comtrade. 2014. Nilai Impor Total dan Nilai Impor Alas Kaki dari Negara Anggota ASEAN. [online] diunduh dari http://comtrade.un.org/db/ [5 Novermber 2014, Pukul 15.06 WITA].
Wardhana, A li. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Nonmigas Indonesia ke Singapura Tahun 1990-2010. Jurnal Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, 12(2): h:99-102.
178
Discussion and feedback