JEKT 7 [2] : 183 - 191

ISSN : 2301 - 8968

Pengaruh Beberapa Variabel Moneter Terhadap Harga Saham di Lima Negara Asean

Dwi Wulandari*

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel moneter yaitu inflаѕ, suku bunga,nilai tukar dan jumlah uang beredar terhadap harga saham di lima negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura. Negara-negara ini memiliki karakteristik pasar modal yang berbeda dibanding negara-negara lain karena pasar modalnya telah mengalami dua krisis besar. Kebijakan moneter dari pemerintah di negara-negara ini memiliki dampak penting terhadap bagaimana negara-negara ini mengelola pasar modalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan variabel yang mempengaruhi harga saham di negara-negara ini. Di Indonesia, harga sahamnya dipengaruhi oleh harga saham masa lalu. Di Malaysia, harga sahamnya dipengaruhi oleh nilai tukar. Sedangkan di Thailand, harga saham dipengaruhi oleh suku bunga.Di Filipina, harga saham dipengaruhi oleh suku bunga dan harga saham masa lalu.Di Singapura, harga saham dipengaruhi oleh tingkat inflasi

Kata kunci: harga saham, nilai tukar, suku bunga, пflasi, jumlah uang beredar, negaras ASEAN

The Influence of Monetary Variables to Stock Price in ASEAN Countries

ABSTRACT

The purpose of this research is to understand the impact of monetary variables namely inflation, interest rate, exchange rate and money supply on stock prices in five ASEAN countries namely Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipinnes and Singapore. These countries has different characteristic than stock market in other countries because their stock market has experienced two big crises. Monetary policy of their government has serious impact on how these countries managed their financial markets. It was found that there were different variables affecting stock price in these countries. In Indonesia, stock prices are affected by stock prices in the past. In Malaysia, stock prices are affected by exchange rate. While in Thailand, stock prices are affected by interest rate. In Philipinnes, stock prices are affected by interest rate and stock prices in the past. In Singapore, stock prices are affected by the inflation rate.

Keyword: stock price, пflation, interest rate, exchange rate, money supply, ASEAN countries

PENDAHULUAN

Penelitian tentang faktor-faktor apakah yang mempengaruhi harga saham di ASEAN sampai saat ini belum banyak dilakukan, kecuali pada saat periode krisis moneter tahun 1997. Hasil penelitian terdahulu pun sangat bervariasi dan belum dapat menjelaskan sebenarnya faktor-faktor apakah yang mempengaruhi harga saham di pasar -modal yang ada di ASEAN. Atmadja (2004 yang meneliti hubungan kausalitas antara variabel ekonomi makro dan harga saham di ASEAN pada periode krisis moneter di Indonesia, menyatakan bahwa tidak ada hubungan kausalitas

antara variabel ekonomi makro dan harga saham di ASEAN. Sedangkan Harjito (2004 menemukan adanya kausalitas antara nilai tukar dan harga saham di ASEAN di mana nilai tukar Singapura adalah yang sifatnya paling dominan. Kirativanich (2000) juga tidak menemukan hubungan antara variabel ekonomi makro dan harga saham di ASEAN kecuali untuk Indonesia yang harga sahamnya dipengaruhi oleh inflasi dan jumlah uang beredar. Setelah berakhirnya krisis moneter, belum ada lagi penelitian yang membahas tentang variabel apakah yang berpengaruh terhadap harga saham di ASEAN.

Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi

pergerakan harga saham sangat penting bagi seorang investor. Apabila ingin mendapatkan keuntungan, seorang investor harus pandai membaca pasar dan memahami faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap harga saham, sehingga investor tersebut bisa memprediksikan harga saham dan memperoleh keuntungan.

Pertanyaan tentang faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap harga saham, coba dijelaskan dengan sejumlah teori oleh sejumlah ekonom, misalnya dengan teori The one period valuation model, Generalized Divided Valuation Model, The Gordon Growth Model, The Efficient Market Hypothesis yang lalu ditentang dengan sejumlah argumen. Tetapi model-model ini kurang bisa menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di ASEAN, salah satu cara awal yang bisa dilakukan adalah melihat karakteristik pasar modal di ASEAN. Karakteristik bursa saham di ASEAN, tentu saja berbeda dengan negara-negara lain di dunia, sehingga teori konvensional mungkin tidak bisa menjelaskan pola pergerakan harga saham di negara-negara yang sudah dua kali mengalami krisis yang cukup berat ini.

Liberalisasi pasar keuangan di lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapore dan Thailand pada tahun 1980an menghasilkan aliran modal masuk yang cukup besar di negara-negara tersebut. Terjadilah ekspansi pasar keuangan dan pasar modal. Tetapi liberalisasi ini tidak didukung dengan regulasi dan pengawasan sistem keuangan yang kuat, sehingga justru memicu krisis moneter pada tahun 1997. Krisis yang terjadi ini tidak hanya menyerang pasar keuangan dan pasar saham di ASEAN, tetapi juga menyerang fundamental ekonomi makro negara-negara tersebut yang ditandai dengan inflasi dan suku bunga yang tinggi, nilai tukar yang terdepresiasi dan pasar saham berada dalam kondisi resesi (Atmadja, 2004 .

Kondisi pasar modal dan pasar keuangan sejak 1999 mulai membaik. Terjadi apresiasi mata uang serta penurunan inflasi dan suku bunga pada negara-negara ini. Pada 2008, sekali lagi terjadi krisis global yang dimulai di Amerika Serikat dan menyebar ke seluruh dunia termasuk ke negara-negara ASEAN, meskipun secara kasat mata, dampaknya tidak seluas krisis moneter 1997. Pada setiap krisis yang terjadi, setiap kali terjadi pelemahan di pasar keuangan dan pasar modal, maka terjadi pula pelemahan pada variabel-variabel ekonomi makro di negara-negara tersebut. Ini mengindikasikan adanya hubungan antara pasar saham dan variabel-variabel ekonomi makro negara-

negara ASEAN.

Pergerakan indeks harga saham sangat sensitif terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi dan perubahan ekspektasi tentang prospek di masa depan. Ekspektasi akan dipengaruhi oleh fundamental mikro dan makro yang bisa terbentuk secara rasional atau adaptif terhadap fundamental ekonomi dan bersifat subyektif yang tidak bisa diduga dan dihitung (Ahmad dan Ahmed, 2006 .

Variabel ekonomi makro dapat dihubungkan dengan harga saham melalui Arbitrage Pricing Theory (APT (Ross, 1976), di mana beberapa faktor resiko dapat menjelaskan return asset. Studi empiris yang berdasar pada APT menghubungkan variabel ekonomi makro dengan harga saham, menggunakan model hubungan jangka pendek misalnya penelitian yang dilakukan oleh Fama (1981), Fama dan French (1989), Schwert (1981 , Ferson dan Harvey (1991 dan Fraser dan Power (1997 . Secara umum penelitian-penelitian ini menemukan hubungan signifikan antara harga saham dengan perubahan variabel-variabel ekonomi makro (Humpe dan Mc Millan, 2007 .

Kelemahan model ini adalah karena dasarnya adalah data historis, maka model ini hanya cocok apabila kondisi relatif stabil, sedangkan pada saat kondisi tidak stabil, maka koefisien beta yang diestimasi mungkin tidak berhubungan dengan nilai yang diharapkan (Goetzmann, 2006 . Selain itu dalam model ini tidak dijelaskan variabel ekonomi yang mana yang akan mempengaruhi harga saham (DeStefano, 2000, Kim, 1987).

K ebija ka n moneter d a pa t mempenga ruhi perekonomian melalui dampaknya pada penilaian saham. Hal ini dijelaskan oleh Tobin’s theory. Kebijakan moneter mempengaruhi harga saham dengan cara ketika kebijakan moneter bersifat ekspansioner, masyarakat akan memiliki uang lebih dan meningkatkan pengeluaran. Salah satu tempat mengeluarkan uang adalah pasar modal (dengan membeli saham . Hal ini akan meningkatkan permintaan saham dan menaikkan harga saham.

Pendekatan alternatif lain adalah Discounted Cash Flow (DCF) atau Present Value Model (PVM). Secara formal, metode DCF ini pertama kali digunakan oleh John Burr Williams pada 1938 pada karyanya yang berjudul “The Theory of Investment Value”. Model ini menghubungkan harga saham dengan expected cash flow dan discount rate dari aliran kas ini, sehingga variabel-variabel yang mempengaruhi expected cash flow atau mempengaruhi discount rate akan berpengaruh terhadap harga saham (Humpe dan Mc Millan, 2007 .

Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi,

ketika saham diklaim sebagai asset keuangan dan alat menabung bagi konsumen, sangat mungkin ada hubungan antara harga saham dengan variabel ekonomi makro (DeStefano, 2000). Hubungan ini telah banyak diteliti di negara-negara ma ju. Namun di negara-negara berkembang yang pasar modalnya masih baru tumbuh, sangat sedikit penelitian tentang hal ini karena ukuran pasar yang kecil dan lokasi geografisnya. Beberapa tahun terakhir ini, sudah dimulai penelitian tentang hal ini di negara- negara berkembang misalnya di India, Ghana, Srilanka dan Turki. Meskipun hubungan antara harga saham dan variabel ekonomi makro telah banyak diteliti, hasilnya tidak konsisten dan hubungannya tidak dimengerti dengan baik (DeStefano, 2000). Pengaruh variabel moneter terhadap harga saham di negara-negara Asia yang pasar modalnya tidak semaju negara-negara maju juga tidak begitu jelas (Kwon, 1999), sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut di area ini.

Ada banyak penelitian terdahulu yang menghubungkan variabel-variabel ekonomi makro dengan harga saham. Dimulai oleh Fama pada 1981, yang menemukan bahwa pergerakan variabel ekonomi makro dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham. Tiap peneliti menggunakan variabel-variabel ekonomi makro yang berbeda-beda karena memang belum ada konsensus variabel ekonomi makro mana yang berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian pada emerging markets terutama disebabkan karena ekspansi perdagangan internasional dan adanya liberalisasi. Selain itu adanya kebutuhan untuk diversifikasi oleh manajer portofolio internasional. Liberalisasi pada negara- negara ini diharapkan meningkatkan integrasi negara-negara ini dengan perekonomian dunia dan mengurangi biaya modal. Proses integrasi akan sangat berhubungan dengan kebijakan ekonomi makro yang diadopsi di negara-negara tersebut. Kebijakan ekonomi makro yang dijalankan juga berhubungan dengan tingkat integrasi global dari suatu negara, sehingga hubungan antara variabel ekonomi makro dan harga saham penting untuk memahami emerging markets (Muradoglu et al. 2001 .

Salah satu variabel ekonomi makro yang sering digunakan adalah inflasi. Beberapa penelitian menemukan hubungan signifikan antara inflasi dengan harga saham. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fama (1981), Schwert (1981), Gultekin (1983 , Geske dan Roll (1983 , Mukherjee dan Naka (1995 , Adrangi (2000 di Brazil, Udegbunam et al. (2001 di Nigeria, Wongbangpo dan Sharma (2002 di negara-negara ASEAN, Gunasekarage et al. (2004 di South Asia, Maysami et al. (2004 di Singapura, Islam et al. (2004 di Thailand, Chakravarty (2005

di India, Haruman et al.(2005 di Indonesia, Nishat dan Shaheen (2005 di Pakistan, Erbaykal et al. (2006 di Turki. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rapach (2001 di enam belas negara industri tidak menemukan hubungan yang signifikan antara inflasi dan harga saham. Hubungan yang tidak stabil ditemukan oleh Graham (2006 yang meneliti di Amerika Serikat pada periode 1953-1990. Hubungan bersifat negatif sebelum 1976 dan setelah 1982, tetapi bersifat positif antara kedua tahun tersebut. Instabilitas ini mungkin disebabkan karena pergeseran dari kebijakan moneter counter cyclical ke pro cyclical pada 1976 dan kembali ke counter cyclical pada 1982. Laopodis (2006) menemukan hubungan negatif lemah antara inflasi dan harga saham di AS pada periode 1970-1980.

Meskipun banyak penelitian yang menemukan signifikansi antara inflasi dan harga saham, arah hubungan dari inflasi dan harga saham masih perlu diteliti lebih lanjut. Secara teoritis, inflasi yang tidak diantisipasi berpengaruh negatif terhadap harga saham melalui perubahan tingkat harga yang tidak diantisipasi. Ketidakpastian inflasi juga mempengaruhi discount rate yang akan mengurangi present value dari aliran kas perusahaan. Menurut DeFina (1991 , kenaikan inflasi memiliki dampak negatif terhadap pendapatan perusahaan karena naiknya biaya perusahaan dan lambatnya penyesuaian harga output, mengurangi keuntungan dan lalu menurunkan harga saham. Tetapi ada juga penelitian yang menemukan hubungan positif antara inflasi dan harga saham, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Bulmash dan Trivoli (1991), Abdullah dan Hayworth (1993). Variabel lain yang sering digunakan adalah tingkat bunga. Secara teoritis perubahan tingkat bunga secara langsung merubah discount rate dan mempengaruhi arus kas perusahaan saat ini dan masa depan. Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Peningkatan tingkat bunga mungkin menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada instrumen investasi yang lain. Beberapa penelitian yang menemukan signifikansi antara tingkat bunga dan harga saham antara lain Wongbangpo dan Sharma (2002 di negara-negara ASEAN, Islam et al. (2004 di Thailand, Gunasekarage et al. (2004 di South Asia. Hinda dan Kuroki (2006 menemukan adanya hubungan antara kebijakan suku bunga di Jepang dengan harga saham. Secara rata-rata penurunan suku bunga sebesar 1% akan memicu kenaikan harga saham sebesar 3%. Beberapa peneliti juga menemukan arah hubungan positif antara suku bunga dan harga saham. Ini cukup bertentangan dengan teori awal sehingga

masih dimungkinkan penelitian lebih lanjut pada variabel ini. Peneliti-peneliti tersebut diantaranya adalah Fama (1981 , Wongbangpo dan Sharma (2002 di Malaysia, Islam et al. (2004 di Thailand. Beberapa peneliti menemukan juga signifikansi antara nilai tukar dengan harga saham. Diantaranya adalah Wongbangpo dan Sharma (2002 di negara-negara ASEAN, Maysami (2004 di Singapura. Muradoglu dan Metin (1998) menemukan bahwa nilai tukar mata uang asing sangat berpengaruh terhadap harga saham ketika pasar semakin berkembang. Tetapi beberapa peneliti juga tidak menemukan signifikansi antara nilai tukar dengan harga saham diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Chakravarty (2005 di India, nilai tukar sangat penting karena tiga alasan. Yang pertama, jumlah uang beredar digunakan untuk menstabilkan nilai tukar, pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi hubungan antara uang dan inflasi dan nilai tukar adalah variabel penting bagi investor untuk memutuskan untuk berinvestasi dalam pasar valuta asing atau pasar modal.

Hubungan negatif antara nilai tukar dan harga saham lebih dominan, tetapi ada juga penelitian-penelitian yang menemukan hubungan positif antara nilai tukar dengan harga saham misalnya Islam et al. (2004 di Thailand, Wongbangpo dan Sharma (2002 di Malaysia dan Filipina. Maka masih terbuka untuk dilakukan penelitian pada variabel nilai tukar.

Peruba han jumla h uang beredar mungkin berhubungan dengan kenaikan inflasi yang tidak diantisipasi dan ketidakpastian inflasi di masa depan dan berpengaruh negatif terhadap harga saham. Perubahan jumlah uang beredar mungkin berpengaruh positif pada harga saham melalui dampaknya terhadap aktivitas ekonomi. Laopodis (2006 menyatakan bahwa perubahan jumlah uang beredar akan mempengaruhi suku bunga yang akan membuat investor mengevaluasi saham yang dimilikinya dan ini akan berpengaruh pada harga saham. Perubahan jumlah uang beredar akan membuat investor menilai kembali pasar modal. Karena nilai saham adalah gabungan dari discounted future dividends, maka kebijakan moneter ketat/longgar dapat mempengaruhi harga saham melalui expected future earnings. Tidak signifikannya pengaruh jumlah uang beredar terhadap harga saham juga bisa dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Chakravarty (2005 . Arah hubungan jumlah uang beredar dan harga saham juga bisa positif ataupun negatif. Hubungan positif ditemukan pada penelitian Fama (1981 , Ibrahim et al. (2001 dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, Ibrahim et al. (2001) menemukan hubungan negatif antara jumlah uang beredar dengan harga saham.

Ada pula penelitian-penelitian yang tidak menemukan hubungan signifikan antara antara variabel-variabel ekonomi makro dengan harga saham diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Atmadja (2004 pada lima negara ASEAN. Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh variabel ekonomi makro terutama variabel makro moneter dengan harga saham masih sangat diperlukan untuk mengisi kekosongan penelitian terutama di kawasan ASEAN.

DATA DAN METODOLOGI

Obyek penelitian ini adalah negara-negara ASEAN yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina dan Thailand. Sampel data dimulai pada tahun 20002012. Data harga saham di masing-masing negara digunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG atau Jakarta Composite Index, (JCI), Kuala Lumpur Composite Index (KLCI), Stock Exchange of Thailand (SET Index, PSE Composite Index Straits Times Index mewakili kinerja saham-saham yang terdaftar di pasar modal Singapura. Sedangkan variabel tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga pasar uang di masing-masing negara. Variabel inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi bulanan yang merupakan perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus, yang dihitung dari perubahan Harga Konsumen Gabungan di masing-masing negara dan dinyatakan dalam persen. Sedangkan variabel nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar mata uang ma sing-ma sing nega ra terhadap dollar AS dinyatakan dalam mata uang/US$. Variabel jumlah uang beredar adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2 atau likuiditas perekonomian dalam satuan milyar mata uang. Data yang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, ya ng diperoleh dari situs resmi International Monetary Fund Statistics , World Development Indicators, Heritage Foundation, Pasar Modal di masing-masing negara, bank Sentral di masing-masing negara dan Biro Statistik di masing-masing negara.

Metode Analisis yang digunakan adalah Vector Auto Regression (VAR). Ada beberapa keuntungan dari VAR (Gujarati, 1995:387) yaitu : VAR mampu melihat lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang, VAR mampu mengkaji konsistensi model empirik dengan teori ekonometrika, VAR mampu mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stasionary dan regresi lancung (spurious regresion atau korelasi lancung (spurious correlation dalam analisis ekonometrika.

Data penelitian sebelum digunakan untuk estimasi

perlu dilakukan serangkaian tahapan pengujian, yaitu: uji stasioneritas, penentuan panjang lag, uji kausalitas Granger, Impulse Response Function dan Variance Decomposition. Penentuan jumlah lag dalam model VAR ditentukan pada kriteria informasi yang direkomendasikan oleh Final Prediction Error (FPE atau Aike Information Criterion (AIC atau Schwarz Criterion (SC atau Hanna -Quinn (HQ). Uji Kausalitas Granger digunakan untuk melihat arah hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain. Estimasi Model untuk 5 Negara ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia

Y1t = α1+β1jY1t-j+λ1jY2t-j

+γ1jY3t-j+ω1jY4t-j+δ1jY5t-j+ε1  

Y2t = α2 + ∑β2jY2t-j + ∑ λ 2jY1t-j

+ γ2jY3t-j + ω2jY4t-j + δ2 jY5t- j +ε1  (2

Y3t = α3+∑β3jY3t-j + ∑ λ3jY1t-j

+γ3jY2t-j+ω3jY4t-j+δ3jY5t-j+ε1  (3

Y4t = α4 + ∑β4jY4t-j + ∑ λ 4jY1t-j

+γ4jY2t-j+ω4jY3t-j+δ4jY5t-j+ε1  (4

Y5t = α5 + β5jY5t-j +λ5jY1t-j

+γ5jY2t-j+ω5jY3t-j+δ5jY4t-j+ε1  

Di mana: Y1 adalah Indeks Harga Saham (IHS di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia; Y2 adalah Suku Bunga (SB) di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia; Y3 adalah Inflasi (INF) di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia; Y4 adalah Jumlah Uang Beredar (JUB) di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia; Y5 adalah Nilai Tukar Mata Uang (KURS di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia; εi adalah error dengan i = 1, 2, 3, 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pengaruh Variabel Moneter terhadap Harga Saham di Singapura

VAR Model - Substituted Coefficients:

BUNGA =

0.9177310382*BUNGA(-1 - 0.01584290888*INFLASI(-1 + 0.0001119245788*SAHAM(-1) - 0.2537301411*TU-KAR(-1) - 1.464444989e-06*UANG(-1) + 0.6671620385

INFLASI =

  • -    0.1969708603*BUNGA(-1) + 0.9203748296*INFLASI(-1) + 0.0007426423398*SAHAM(-1) - 0.4941933095*TU-KAR(-1) - 5.089274516e-06*UANG(-1) + 0.8733467862

SAHAM =

5.983727577*BUNGA(-1) - 35.75651169*INFLASI(-1) + 0.965820961*SAHAM(-1) - 335.8687219*TUKAR(-1) + 0.0001724526232*UANG(-1) + 631.293406

TUKAR =

  • -    0.0009921730094*BUNGA(-1 - 7.578677964e-05*INFLASI(-1) - 1.484152027e-05*SAHAM(-1) + 0.8348764853*TUKAR(-1 - 2.461872735e-07*UANG(-1 + 0.3582992406

UANG =

596.1318973*BUNGA(-1 - 437.5886257*INFLASI(-1 - 1.624710148*SAHAM(-1) - 21096.5169*TUKAR(-1) + 0.9935196066*UANG(-1) + 40894.95168

Untuk Singapura, hasil menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh inflasi satu periode sebelumnya dan harga saham satu periode sebelumnya, sedangkan suku bunga dipengaruhi oleh suku bunga satu periode, Inflasi dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya, inflasi satu periode sebelumnya serta harga saham satu periode sebelumnya. Nilai tukar dipengaruhi oleh nilai tukar satu periode sebelumnya, sedangkan jumlah uang beredar dipengaruhi oleh inflasi satu periode sebelumnya, harga saham satu periode sebelumnya, nilai tukar satu periode sebelumnya serta jumlah uang beredar satu periode sebelumnya. Di Singapura, harga sahamnya ditentukan oleh inflasi satu periode sebelumnya. Selain itu harga saham di Singapura juga dipengaruhi oleh harga saham periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa investor cenderung menanamkan modalnya dalam jangka pendek dan mengharapkan keuntungan dari perubahan pasar, sehingga investor lebih cenderung melihat harga saham di masa lalu untuk mengestimasi harga saham di masa depan

Analisis Pengaruh Variabel Moneter terhadap Harga Saham di Malaysia

VAR Model - Substituted Coefficients:

BUNGA =

0.9194489056*BUNGA(-1) + 0.2402472936*BUNGA(-2) -0.01648009615*BUNGA(-3 - 0.2470010752*BUNGA(-4 -0.0194411689*INFLASI(-1) + 0.02089794566*INFLASI(-2) + 0.0002581425983*INFLASI(-3) - 0.003029043473*IN-FLASI(-4) + 1.314736301e-07*SAHAM(-1) - 1.917018391e-06*SAHAM(-2 - 4.645772556e-06*SAHAM(-3 -3.173392681e-06*SAHAM(-4 - 0.2596005074*TUKAR(-1 + 0.04085372625*TUKAR(-2) + 0.03493101357*TUKAR(-3) + 0.07425555904*TUKAR(-4) + 9.471094274e-07*UANG(-1) -4.803095415e-07*UANG(-2) + 3.404349075e-07*UANG(-3) - 7.39423e-07*UANG(-4) + 0.6816379376

INFLASI =

- 1.466868058*BUNGA(-1) + 0.5120266423*BUNGA(-2) - 1.509166252*BUNGA(-3 - 0.753036246*BUNGA(-4 + 0.9597036782*INFLASI(-1) - 0.07769966744*INFLA-SI(-2) + 0.04003530131*INFLASI(-3) - 0.1123896579*IN-FLASI(-4 - 7.117488444e-05*SAHAM(-1 - 8.33949957e-05*SAHAM(-2 - 4.812102808e-05*SAHAM(-3 -6.682334695e-05*SAHAM(-4 - 1.483204051*TUKAR(-1 - 1.800309289*TUKAR(-2) - 2.716002738*TUKAR(-3) + 5.273798868*TUKAR(-4) + 1.280962564e-05*UANG(-1) -1.124235699e-05*UANG(-2 - 7.887950386e-06*UANG(-3 + 1.325962315e-05*UANG(-4) + 9.535308379

SAHAM =

  • -    4266.582167*BUNGA(-1) + 5573.121535*BUNGA(-2) - 3427.474951*BUNGA(-3 - 406.8411296*BUNGA(-4 - 7.013453627*INFLASI(-1 - 165.2190138*INFLA-SI(-2) + 234.2370468*INFLASI(-3) - 162.3198865*IN-FLASI(-4) - 0.02172763621*SAHAM(-1) + 0.003857721707*SAHAM(-2 - 0.216749998*SAHAM(-3 - 0.1604041527*SAHAM(-4 - 16981.23213*TUKAR(-1 - 1437.062688*TUKAR(-2) + 30467.27682*TUKAR(-3) - 12576.03714*TUKAR(-4) - 0.01328319426*UANG(-1) + 0.007315443755*UANG(-2 - 0.007615237934*UANG(-3 + 0.02243951262*UANG(-4) + 6852.692589

TUKAR =

0.127347647*BUNGA(-1) - 0.03170615655*BUNGA(-2) + 0.04396235513*BUNGA(-3 - 0.1343628212*BUNGA(-4 + 0.001166275343*INFLASI(-1) + 0.008054056611*IN-F LASI(-2 - 0 .0 0 13 65643 624*INF LASI(-3 -0.002399149567*INFLASI(-4 - 2.330609263e-0 6*SAHAM (-1 - 7.0 25866799e-06*SAHAM (-2 - 5.751328563e-06*SAHAM(-3 - 2.133708075e-06*SAHAM(-4) + 0.7156803332*TUKAR(-1) + 0.03272777794*TUKAR(-2) + 0.1727940595*TUKAR(-3) -0.2616689436*TUKAR(-4) - 5.515432927e-07*UANG(-1) + 1.946381518e-08*UANG(-2) + 8.36584148e-08*UANG(-3) + 1.16305948e-07*UANG(-4) + 1.409727259

UANG =

  • -    10813.71232*BUNGA(-1) + 82877.22229*BUNGA(-2) - 90555.49815*BUNGA(-3) + 6043.915685*BUNGA(-4) - 155.2058401*INFLASI(-1 - 1042.455931*INFLASI(-2 -4989.840765*INFLASI(-3) + 6232.172055*INFLASI(-4) + 0.7459088428*SAHAM(-1) + 2.281808407*SAHAM(-2) + 0.6039608303*SAHAM(-3) + 0.6694342375*SAHAM(-4) + 34925.06804*TUKAR(-1) + 8881.343952*TUKAR(-2) - 29506.79201*TUKAR(-3) + 21797.40926*TUKAR(-4) + 1.013270494*UANG(-1) - 0.01221904445*UANG(-2) - 0.1839818566*UANG(-3) + 0.2503771217*UANG(-4) -127890.46

Untuk Malaysia menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh nilai tukar satu periode sebelumnya, nilai tukar tiga periode sebelumnya serta nilai tukar empat periode sebelumnya sedangkan suku bunga dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya, suku bunga empat periode sebelumnya, inflasi satu periode sebelumnya, inflasi dua periode sebelumnya dan jumlah uang beredar satu periode sebelumnya. Inflasi dipengaruhi oleh inflasi satu periode sebelumnya. Nilai tukar dipengaruhi oleh harga saham dua periode sebelumnya dan nilai tukar satu periode sebelumnya. Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh suku bunga dua periode sebelumnya, suku bunga tiga periode sebelumnya, inflasi tiga periode sebelumnya, inflasi empat periode sebelumnya, harga saham dua periode sebelumnya, jumlah uang beredar satu periode sebelumnya, jumlah uang beredar empat periode sebelumnya. Di Malaysia, harga sahamnya dipengaruhi oleh nilai tukar satu, tiga dan empat periode sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adrangi (2000 di Brazil, Wongbangpo dan Sharma (2002 di negara-negara ASEAN, Mura-doglu dan Metin (1998) menemukan bahwa nilai tukar mata uang asing sangat berpengaruh terhadap harga saham ketika pasar semakin berkembang. Di sisi lain, nilai tukar tiga periode sebelumnya berpengaruh positif terhadap harga saham di Malaysia. Ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Islam et al. (2004 , Wongbangpo dan Sharma (2002 . Depresiasi mata uang menyebabkan penurunan harga saham yang didorong adanya ekspektasi inflasi. Investor tidak ingin memegang asset di negara yang mata uangnya mengalami depresiasi karena akan mengikis pengembalian investasi.

Analisis Pengaruh Variabel Moneter terhadap Harga Saham di Thailand

VAR Model - Substituted Coefficients:

BUNGA =

0.9337614375*BUNGA(-1) + 0.01952213452*BUNGA(-2) - 0.0841288375*INFLASI(-1) + 0.08398877204*INFLA-SI(-2) + 0.00204521486*SAHAM(-1) - 0.001051112151*SA-HAM(-2) + 0.07870482287*TUKAR(-1) -0.01385264217*TUKAR(-2) + 0.0002851106954*UANG(-1 - 0.0002541595492*UANG(-2 - 3.18952639

INFLASI =

0.8843571061*BUNGA(-1 - 0.7704140317*BUN-GA(-2) + 1.156328678*INFLASI(-1) - 0.248602873*IN-FLASI(-2) + 0.00445406161*SAHAM(-1) -0.003199194574*SAHAM(-2) + 0.2564294921*TUKAR(-1) - 0.3560651176*TUKAR(-2 - 9.932338332e-05*UANG(-1 - 0.0002354816592*UANG(-2) + 5.287956798

SAHAM =

  • -    34.18219956*BUNGA(-1) + 32.66264672*BUNGA(-2) -3.329734293*INFLASI(-1) - 8.379119595*INFLASI(-2) + 1.032538721*SAHAM(-1) + 0.08585464773*SAHAM(-2) + 11.39140741*TUKAR(-1) - 1.13244771*TUKAR(-2) + 0.03168227965*UANG(-1 - 0.01501304948*UANG(-2 - 542.0535886

TUKAR =

0.06259555032*BUNGA(-1) + 0.06398358425*BUN-GA(-2) + 0.1000497247*INFLASI(-1) + 0.0007571413934*INFLASI(-2 - 0.002317992647*SA-HAM(-1) + 0.0007425689392*SAHAM(-2) + 0.9566996249*TUKAR(-1) - 0.2232380754*TUKAR(-2) + 0.0002368718277*UANG(-1 - 0.0009296780723*UANG(-2) + 15.18638551

UANG =

56.6679683*BUNGA(-1) - 88.16435051*BUNGA(-2) + 4.554331076*INFLASI(-1) + 20.77413848*INFLASI(-2) - 0.5169447391*SAHAM(-1) + 0.4417735173*SAHAM(-2) - 32.41807034*TUKAR(-1) + 42.52100701*TUKAR(-2) + 0.8939545577*UANG(-1) + 0.1427223302*UANG(-2) -499.262084

Untuk Thailand, hasil menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya.suku bunga dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya. Sedangkan inflasi dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya, suku bunga dua periode sebelumnya, inflasi satu periode sebelumnya, inflasi dua periode sebelumnya. Nilai tukar dipengaruhi oleh nilai tukar satu periode sebelumnya. Sedangkan jumlah uang beredar dipengaruhi: oleh jumlah uang beredar satu periode sebelumnya. Di Thailand, harga sahamnya dipengaruhi oleh suku bunga. Perubahan tingkat bunga secara langsung merubah discount rate dan mempengaruhi arus kas perusahaan saat ini dan masa depan.

Analisis Pengaruh Variabel Moneter terhadap Harga Saham di Filipina

VAR Model - Substituted Coefficients:

BUNGA =

0.8191547777*BUNGA(-1 - 0.06677204964*BUN-GA(-2) + 0.05987448325*INFLASI(-1) -0.02080877593*INFLASI(-2) + 0.0003693041875*SA-HAM(-1) - 0.0001273340847*SAHAM(-2) + 0.2128784629*TUKAR(-1 - 0.2153599391*TUKAR(-2 -0.0008559516324*UANG(-1) + 0.0002790157616*UANG(-2) + 2.76911624

INFLASI =

0.01512753744*BUNGA(-1 - 0.1527448557*BUNGA(-2 + 1.590793301*INFLASI(-1) - 0.6091097199*INFLA-SI(-2) + 0.000294479467*SAHAM(-1) + 4.172355013e-05*SAHAM(-2) + 0.04278664482*TUKAR(-1) -0.05537919125*TUKAR(-2) + 0.00044178106*UANG(-1) - 0.001019808523*UANG(-2) + 2.645499776

SAHAM =

63.32233993*BUNGA(-1) - 20.26548752*BUNGA(-2) + 11.42626522*INFLASI(-1) - 31.47701745*INFLASI(-2) + 0.8701602783*SAHAM(-1) + 0.1519474305*SAHAM(-2) + 28.01734223*TUKAR(-1) - 9.376619715*TUKAR(-2) -0.007507928262*UANG(-1) + 0.09454614685*UANG(-2) - 1425.736535

TUKAR =

0.09763406206*BUNGA(-1 - 0.3238050681*BUN-GA(-2) - 0.101144336*INFLASI(-1) + 0.1871751579*IN-FLASI(-2) - 0.001006203171*SAHAM(-1) + 0.0008299204527*SAHAM(-2) + 1.081344671*TUKAR(-1) - 0.1765959071*TUKAR(-2) + 0.001775194551*UANG(-1) - 0.002528011326*UANG(-2) + 8.394627923

UANG =

  • -    0.3267550181*BUNGA(-1 - 6.313230242*BUNGA(-2 -18.52693093*INFLASI(-1) + 23.23888497*INFLASI(-2) + 0.02109939929*SAHAM(-1 - 0.0447309536*SAHAM(-2 - 5.894721739*TUKAR(-1) + 1.243121619*TUKAR(-2) + 0.88120109*UANG(-1) + 0.1470731287*UANG(-2) + 258.4550498

Untuk Filipina, menunjukkan bahwa suku bunga dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya, nilai tukar satu periode sebelumnya dan nilai tukar dua periode sebelumnya. Inflasi dipengaruhi oleh suku bunga dua periode sebelumnya, inflasi satu periode sebelumnya dan inflasi dua periode sebelumnya. Harga saham dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya dan harga saham satu periode sebelumnya. Nilai tukar dipengaruhi oleh suku bunga dua periode sebelumnya. Jumlah uang beredar dipe^ngaruhi oleh inflasi dua periode sebelumnyadan jumlah uang beredar satu periode sebelumnya. Di Filipina, harga sahamnya dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya. Tingkat bunga yang tinggi juga akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan investasi yang ada tidak menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat

Analisis Pengaruh Variabel Moneter terhadap Harga Saham di Indonesia

VAR Model - Substituted Coefficients:

BUNGA =

1.383511672*BUNGA(-1 - 0.4311737832*BUNGA(-2 + 0.06989914522*INFLASI(-1) - 0.05636412858*IN-FLASI(-2) - 0.0004576889121*SAHAM(-1) + 0.0008720212453*SAHAM(-2) + 0.0001431713706*TU-KAR(-1) + 5.125413219e-05*TUKAR(-2) + 6.743761013e-07*UANG(-1 - 1.93935141e-06*UANG(-2 - 0.520888798

INFLASI =

1.473651053*BUNGA(-1) - 1.367930799*BUNGA(-2) + 0.888855741*INFLASI(-1 - 0.09715288326*INFLASI(-2 - 0.000578777408*SAHAM(-1) + 0.000610760612*SA-HAM(-2) - 8.033568194e-05*TUKAR(-1) + 0.0002659863539*TUKAR(-2) + 4.86427826e-06*UANG(-1 - 4.553964287e-06*UANG(-2 - 1.24945732

SAHAM =

- 37.33960327*BUNGA(-1) + 29.0443012*BUNGA(-2) -9.8970976*INFLASI(-1) + 11.44072877*INFLASI(-2) + 1.293688434*SAHAM(-1) - 0.282299908*SAHAM(-2) + 0.06043094177*TUKAR(-1 - 0.01636995099*TUKAR(-2 -0.001045226037*UANG(-1) + 0.0009539847424*UANG(-2 - 229.4621718

TUKAR =

365.9900981*BUNGA(-1 - 322.7792132*BUNGA(-2 -7.506625674*INFLASI(-1 - 10.69008517*INFLASI(-2 -1.150669848*SAHAM(-1) + 1.208552844*SAHAM(-2) + 0.9023374064*TUKAR(-1) - 0.2967707153*TUKAR(-2) + 0.001889346414*UANG(-1 - 0.001832817872*UANG(-2 + 3270.35302

UANG =

14145.34261*BUNGA(-1 - 12915.23769*BUNGA(-2 -860.927118*INFLASI(-1) + 644.9706076*INFLASI(-2) + 17.6177423*SAHAM(-1) - 22.82075275*SAHAM(-2) + 10.99263923*TUKAR(-1) - 17.80372184*TUKAR(-2) + 0.8255284226*UANG(-1) + 0.2173868152*UANG(-2) + 24928.54679

Untuk Indonesia dapat disimpulkan bahwa dalam jangka panjang di Indonesia, harga saham dipengaruhi oleh harga saham satu periode sebelumnya dan harga saham dua periode sebelumnya sedangkan suku bunganya dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya, suku bunga dua periode sebelumnya, inflasi satu periode sebelumnya, inflasi dua periode sebelumnya dan harga saham dua periode sebelumnya. Sedangkan Inflasi dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumya, suku bunga dua periode se-

belumnya serta inflasi satu periode sebelumnya. Nilai tukar dipengaruhi oleh suku bunga satu periode sebelumnya, suku bunga dua periode sebelumnya, harga saham satu periode sebelumnya, harga saham dua periode sebelumnya, nilai tukar satu periode sebelumnya dan nilai tukar satu periode sebelumnya. Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh nilai tukar dua periode sebelumnya dan jumlah uang beredar satu periode sebelumnya. Harga saham di Indonesia ternyata tidak dipengaruhi sama sekali oleh variabel moneter. Harga saham justru dipengaruhi oleh harga saham di masa lampau. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi perekonomian Indonesia yang kurang bagus dan stabil sehingga investor cenderung menanamkan modalnya dalam jangka pendek dan mengharapkan keuntungan dari perubahan pasar. Sehingga investor lebih cenderung melihat harga saham di masa lalu untuk mengestimasi harga saham di masa depan. Hal ini juga mengimplikasikan bahwa variabel moneter bukan merupakan indikator yang tepat untuk memprediksi indeks harga saham. Ini juga mengindikasikan bahwa investor di pasar modal Indonesia tidak secara intensif menggunakan informasi tentang perubahan variabel-variabel moneter ketika memutuskan untuk bertransaksi di pasar modal.

SIMPULAN

Ada perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di lima negara ASEAN. Di Indonesia, harga sahamnya lebih dipengaruhi oleh harga saham masa lalu. Hal ini menunjukkan bahwa investor di Indonesia cenderung melakukan analisis teknikal dalam melihat harga saham serta cenderung berorientasi pada keuntungan jangka pendek. Di Malaysia, harga sahamnya sangat dipengaruhi oleh nilai tukar. Hal ini menunjukkan kuatnya campur tangan investor asing dalam mempengaruhi pergerakan pasar modal di Malaysia. Sedangkan di Thailand, harga saham lebih dipengaruhi oleh suku bunga. Ini menunjukkan kuatnya campur tangan pemerintah di pasar modal Thailand karena suku bunga merupakan salah satu instrumen dalam kebijakan moneter. Di Filipina, harga saham dipengaruhi oleh suku bunga dan harga saham sebelumnya. Ini menunjukkan pengaruh pemerintah yang kuat di pasar modal dan investor yang melakukan investasi jangka pendek di pasar modal Filipina. Di Singapura, harga sahamnya dipengaruhi oleh inflasi. Ini menunjukkan bahwa investor Singapura sangat memperhatikan stabilitas makroekonomi Singapura sebelum melakukan investasi di pasar modal Singapura. Di Singapura, harga sahamnya juga dipengaruhi oleh harga saham periode sebelumnya, ini menun-

jukkan bahwa investor melakukan analisis teknikal terhadap pasar modal di Singapura.

SARAN

Pemerintah lima negara ASEAN perlu untuk meningkatkan stabilitas moneternya karena stabilitas moneter bisa mempengaruhi persepsi investor dan mempengaruhi fluktuasi harga saham.

REFERENSI

Abdullah, A.D.,Hayworth,S.C. 1993, Macroeconometrics of stock price fluctuations, Quarterly Journal of Business and Economics vol 32.

Adrangi, B. 2000. Inflation, Output and Stock Prices: Evidence from Brazil. The Journal of Applied Business Research

Ahmad, N., Ahmed, F. 2006. The long-run and short-run endogeneity of money supply in Pakistan: An empirical investigation, State Bank of Pakistan Research Bulletin, 2.

Atmadja, A. 2004. The Granger causality Tests for The Five ASEAN Countries Stock Markets and Macroeconomic Variables During and Post the 1997 Asian Financial Crisis. Jurnal Universitas Petra

Bulmash, S.B., Trivoli, G.W., 1991. Time Lagged Interactions between Stock Prices and Selected Economic variables.

Journal of Portfolio Management

Chakravarty, S. 2005. Stock Market and Macroeconomic Behavior in India

DeFina, R. H. 1991. Does Inflation Depress the Stock Market.

Federal Reserve Bank of Philadelphia Business Review.

DeStefano, M.R. 2000. Macroeconomic Determinants of US Stock Prices: Are the Business Cycle and the Level of Economic Activity Moderating factors.

Erbaykal, E. 2006. Real Macroeconomic Variables and Stock Prices: Test of Proxy Hypothesis in Turkey

Fama, E.F. 1981. Asset Returns and Inflation. Journal of Financial Economics vol 5

Geske, R., Roll, R. 1983. The Fiscal and Monetary Linkage Between Stock Returns and Inflation. Journal of Finance vol 38.

Graham, F.C. 2006. Inflation, Real Stock Returns and Monetary Policy. Applied Financial Economics vol 6

Gujara ti, D. 1995. Basic Econometrics. 3rd edition.

Singapore:McGraw-Hill Book Co.

Gultekin, N. 1983. Stock market Returns and Inflation: Evidence from other Countries. The Journal of Finance vol 38.

Gunasekarege, A. 2004. Macroeconomic Influence on the Stock Market : Evidence from an Emerging Market in South Asia. Journal of Emerging Market Finance.

Gwartney, J., and Lawson, R. 2004. Economic Freedom of the World: 2004 Annual Report. Vancouver, B.C.: Fraser Institute.

Haruman, T. 2005. Pengaruh faktor Fundamental dan Resiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham BEJ. Usahawan no 11

Hinda, Y. Kuroki, Y. 2006. Financial and capital Market’s Responses to Changes in the Central Bank’s Target Interest rate: The Case of Japan. The Economic Journal vol 116

Humpe, A. 2007. Can macroeconomic variables explain long term stock market movements? A comparison of the US and Japan. Centre for Dynamic Macroeconomic Analysis Working paper Series

Islam. 2004. A Time Series Analysis and Modelling of The Thai Stock Market. International Business Management Conference

Laopodis, N. 2006. Dynamic Interactions among the Stock Market, Federal Funds Rate, Inflation and Economic Activity. The Financial Review 41

Li, K. 2002. What Explains the Growth of Global Equity Markets?Canadian Investment Review

Maysami, R.C. 2004. Relationship between macroeconomic variables and stock market indices: Cointegration Evidence from Stock Exchange of      S i n g a p o r e ’ s

All-S Sector Indices. Jurnal Pengurusan

Mukherjee, T. K. , Naka, A. 1995. Dynamic Relations between Macroeconomic Variables and the Japanesse Stock market: An Application of a VECM. The Journal of Financial Research vol 18

Muradoglu. 2001. Is there a long run relationship between stock returns and monetary variables: evidence from an emerging market. Applied Financial Economics vol 11

Muradoglu , Metin. 1998. Are there trends toward efficiency for emerging markets? Cointegration between stock prices and monetary variables at Istanbul Stock Exchange. Applied Financial Economics

Nishat, M and Shaheen, R. 2005. Macroeconomic Factors and Pakistani Equity Market.

Rapach, D.E. 2001. The Long Run Relationship between Inflation and Real Stock Prices. Journal of Macroeconomics

Schwert, W.G. 1981. The Adjustment of Stock Prices to Information about Inflation. The Journal of Finance vol 36

Stocker, M. 2005. Equity Returns and Economic Freedom.

Cato Journal Vol 25

Udegbunam, R, Eriki, P.O. 2001. Inflation and Stock Price Behaviour: Evidence From Nigerian Stock Market. Journal of Financial Management and Analysis vol 14 no 1

Wongbangpo, P., Sharma, S.C. 2002. Stock Market and Macroeconomic Fundamental Dynamic Interactions: ASEAN Countries. Journal of Asian Economics vol 13

191