ISSN 1907-9850

PENGARUH KONSENTRASI ASAM FOSFAT DAN BERAT SEMEN PUTIH SEBAGAI ADSORBEN DALAM PEMURNIAN CRUDE GLISEROL

Lestari*, Made Arsa, dan I Wayan Suirta

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali

*Email : [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pemurnian crude gliserol dengan menggunakan asam fosfat dan semen putih sebagai adsorben. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam fosfat dan berat semen putih terhadap kemurnian gliserol. Penelitian ini dilakukan dengan cara penambahan asam fosfat pada crude gliserol dan di adsorpsi menggunakan semen putih. Parameter kualitas gliserol ditentukan melalui uji kadar gliserol, densitas, dan viskositas serta identifikasi senyawa gliserol menggunakan Kromatografi Gas Spektroskopi Massa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam fosfat 5% dan berat semen putih 5 gram pada pemurnian crude gliserol diperoleh kadar kemurnian tertinggi yaitu 84,20%. Beberapa parameter kualitas uji gliserol diperoleh massa jenis gliserol sebesar (1,2595 ± 3,1622 x 10-5) g/mL dan viskositas sebesar (1,4372 ± 5,4472 x 10-5) Pa.s serta hasil analisis dengan kromatografi Gas Spektroskopi Massa menunjukkan kesamaan pola fragmentasi senyawa sampel dan waktu retensi yang sesuai dengan gliserol standar.

Kata kunci : Crude gliserol, adsorpsi, Kromatografi Gas Spektroskopi Massa

ABSTRACT

The research of purification process of crude glycerol using phosphoric acid and white cement as adsorbent has been carried out. The aim of this research was to study the effect of phosphoric acid concentration and weight of white cement used as adsorbent in the purification process to the purity of glycerol. The research was done by the addition phosphoric acid in crude glycerol followed by adsorption with white cement. Glycerol quality parameters were determined by assesment of glycerol density, viscosity, and by comparing its GC-MS spectra to GC-MS spectra of standard glycerol. The result showed that purification process of glycerol using 5 % phosphoric acid and 5 grams of white cement gave the highest level of glycerol which was 84.20%. The density of purified glycerol obtained in this research was 1.2595 ± 3.1622 x 10-5 g/mL, the viscosity was 1.4372 ± 3.8333 x 10-3 Pa.s, and the GC_MS spectra purified glycerol showed similar fragmentation pattern and retention time with the glycerol standard.

Keywords : Crude glycerol, adsorption, Gas Chromatography Mass Spectroscopy

PENDAHULUAN

Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui sehingga penggunaan secara berlebihan akan menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber energi (Maceiras, 2011). Pengembangan energi alternatif diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya adalah pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku dalam pembuatan energi

alternatif. Energi alternatif yang dimaksud adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dan ketersediaan bahan baku pembuatannya melimpah (Hambali, 2007).

Meningkatnya produksi biodisel sebagai bahan bakar mengakibatkan meningkatnya jumlah crude gliserol sebagai hasil samping (Haryono, 2010). Crude gliserol memiliki kemurnian yang rendah sehingga perlu dilakukan proses pemurnian. Pemurnian dapat dilakukan dengan

melalui beberapa tahapan yaitu destilasi, penambahan asam dan proses adsorpsi. Tahap pertama adalah destilasi yang bertujuan menghilangkan metanol yang terdapat dalam crude gliserol. Tahap berikutnya adalah penambahan asam. Asam yang digunakan adalah asam fosfat dengan pertimbangan, asam fosfat lebih efektif digunakan dalam menguraikan sabun yang terdapat dalam crude gliserol dibandingkan jenis asam lainnya seperti HCl dan H2SO4. Hal tersebut dikarenakan kekuatan asam fosfat lebih lemah dibandingkan jenis asam lain sehingga mampu mengikat lemak lebih tinggi. Selain itu, asam fosfat banyak digunakan dalam industri pangan dalam proses penghilangan gum pada minyak goreng (Rahmi, 2006).

Pemurnian dengan penambahan asam belum menghasilkan gliserol dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Proses pemurnian dilanjutkan dengan proses adsorpsi. Pada umumnya, adsorben yang digunakan adalah arang aktif dan bentonit. Pada penelitian ini adsorben yang digunakan adalah semen putih. Kandungan senyawa yang terdapat dalam semen putih adalah Kalsium Oksida (CaO), Besi Oksida (Fe2O3), Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3) dan Magnesium Oksida (MgO). Manfaat lain dari semen putih adalah sebagai pemucat warna (Mutia, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan variasi konsentrasi asam fosfat dan berat semen putih untuk mengetahui pengaruh terhadap kadar kemurnian gliserol tersebut. Selanjutnya, dilakukan pengujian kualitas gliserol yang dihasilkan meliputi kadar kemurnian, massa jenis, viskositas dan senyawa diidentifikasi dengan GC-MS serta dibandingkan dengan gliserol standar.

MATERI DAN METODE

Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : crude gliserol yang diperoleh dari Yayasan Lengis Hijau dan semen putih yang digunakan sebagai adsorben.

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : asam fosfat 85% p.a, gliserol 87% p.a, asam asetat glasial, asam oksalat,

propanol p.a, NaOH 1 N dan 3N, HCl 0,5 N, fenolftalein 1 % dan akuades.

Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : batang pengaduk, botol semprot, corong gelas, corong pisah, erlenmeyer, gelas beaker, labu ukur, neraca analitik, kertas saring Wharman 42, pH meter, pipet tetes, pipet volum, termometer, stopwatch, penangas air, piknometer, viskometer ostwald, buret, klem dan statif, seperangkat alat destilasi dan seperangkat alat kromatografi gas.

Cara Kerja

Pemurnian Crude Gliserol dari Metanol

Sebanyak 200 mL crude gliserol dan beberapa batu didih dimasukkan ke dalam labu destilasi. Alat dirangkai dengan menghubungkan labu destilasi, kondensor, dan water bath sehingga membentuk rangkaian alat destilasi. Crude gliserol di destilasi pada suhu 65 – 70oC sampai metanol habis terdestilasi. Diperoleh destilat berupa metanol dan residu berupa crude gliserol yang bebas metanol.

Pemurnian Gliserol dengan Penambahan Asam Fosfat

Sebanyak 100 mL crude gliserol yang bebas metanol dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditambahkan dengan asam fosfat. Masing – masing crude gliserol yang bebas metanol ditambahkan asam fosfat dengan variasi konsentrasi dari konsentrasi 5% sampai dengan konsentrasi 85%, kemudian di aduk dan dimasukkan ke dalam corong pisah. Campuran tersebut akan membentuk 3 lapisan yaitu lapisan atas merupakan asam lemak, lapisan tengah merupakan garam dan lapisan bawah merupakan gliserol. Lapisan bawah ditampung pada gelas beker dan kadar gliserol dianalis. Penentuan kadar gliserol dengan menggunakan metode acetin. Kadar kemurnian tertinggi dilanjutkan dengan proses adsorpsi.

Pemurnian Gliserol dengan Penambahan Semen Putih

Disiapkan 5 buah gelas beker. Masing – masing gelas beker dimasukkan 10 mL gliserol. Masing – masing gliserol ditambahkan semen putih dengan berat semen putih yang divariasikan yaitu (1, 2, 3, 4 dan 5) gram. Gliserol diaduk

kemudian didiamkan selama 1 jam. Gliserol disaring dan kadar gliserol di analisis kembali dengan menggunakan metode acetin. Setelah di peroleh gliserol dengan kadar kemurnian tetinggi dilanjutkan dengan pengujian kualitas gliserol hasil pemurnian dan dibandingkan dengan gliserol standar. Pengujian kualitas gliserol yang dilakukan meliputi densitas, viskositas dan identifikasi senyawa gliserol dengan GC-MS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemurnian Crude Gliserol dari Metanol

Crude gliserol yang dihasilkan dari proses transesterifikasi masih mengandung senyawa lain. kandungan senyawa tersebut adalah metanol dan sabun sehingga crude gliserol tidak dapat dimanfaatkan. Penghilangan metanol dilakukan dengan cara di destilasi. Dari proses tersebut di peroleh metanol yang terdestilasi sebesar 10% dari volume crude gliserol. Crude gliserol bebas metanol memiliki warna hitam dengan kadar kemurnian sebesar 13,30%.

Pemurnian Crude Gliserol dengan Penambahan Asam Fosfat

Agar dapat dimanfaatkan maka kadar gliserol perlu ditingkatkan kemurniannya dengan penambahan asam fosfat sampai pada pH 6. Pada pH 6 proses hidrolisis menjadi asam lemak berjalan dengan maksimal (Azis, 2009). Penambahan asam fosfat tersebut bertujuan untuk menguraikan sabun – sabun yang terdapat dalam gliserol. Sabun dalam gliserol akan diubah menjadi asam lemak. Sabun tersebut berasal dari proses pembuatan biodiesel yang melibatkan reaksi transesterifikasi yaitu reaksi antara asam lemak dengan alkohol dan katalis basa (Rahmi, 2006). Adapun mekanisme reaksi yang terjadi dilihat pada Gambar 1.

Pada reaksi transesterifikasi tersebut juga terjadi reaksi saponifikasi yang membentuk sabun. Adapun mekanisme reaksi ditunjukkan pada Gambar 2.

Penambahan asam fosfat pada crude gliserol menyebabkan terbentuk tiga lapisan. Lapisan tersebut terdiri dari lapisan atas (asam lemak bebas), lapisan tengah (garam) dan lapisan bawah (gliserol). adapun hasil dan mekanisme reaksi ditunjukkan pada Gambar 3.

H2C O C R1


+     3 CH 3OH


3OH


HC O C R 2

O

H2C O C R3


H2C O C R1


OCH 3


H C OH

2

I             + 3 R ----C OCH

HCOH

H 2 COH


HC O C R 2


OCH 3


+


3H 2 O


H2C O C R3

OCH 3

Gambar 1. Mekanisme Reaksi Transesterifikasi

Gambar 2. Mekanisme Reaksi Saponifikasi


O


R C OK + H2O


O

.                         . ττ

R C O K + H 3 PO 4

Gambar 3. Reaksi pada Proses Penambahan Asam

O

Il

R C OH + KH 2 PO 4

Tabel 1. Hasil perhitungan kemurnian gliserol rata-rata

KonseiHiasiAsaii 5      K B     20     25     30     35     40     45     50     55     63     5 5     70     75     8 3 if

Fosfat (%)

KadaiGlisaolCi)   77,25   ’4,79   ’3,77   69,98   63,44  57,71   55,35   50,04  45,64   33,05   26,91   23,74  21,06   19,54   18,21   1750   14,22

Variasi konsentrasi asam fosfat yang ditambahkan berpengaruh terhadap kemurnian gliserol. hal tersebut dapat dilihat dari data yang diperoleh pada Tabel 1.

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam fosfat yang di tambahkan maka kadar gliserol yang di peroleh semakin rendah yaitu 14,22% dan kadar kemurnian gliserol tertinggi yaitu pada penambahan asam fosfat 5% dengan kadar kemurnian gliserol sebesar 77,25%. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi asam fosfat menyebabkan proses asidifikasi tidak berjalan maksimal sehingga sabun pada crude gliserol tidak terurai yang mengakibatkan gliserol tidak dapat dipisahkan dari garam dan asam lemaknya ( Rahmi,2006).

Pemurnian Gliserol dengan Penambahan Semen Putih

Kadar kemurnian gliserol tertinggi yang di peroleh dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu proses adsorpsi. Adsorben yang digunakan adalah semen putih yang bertujuan sebagai pemucat warna agar gliserol yang di peroleh memiliki warna yang lebih jernih. Semen putih ditambahkan dengan variasi berat semen 1, 2, 3, 4 dan 5 gram.

Adapun data hasil perhitungan kadar kemurnian gliserol setelah proses adsorpsi pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil perhitungan kemurnian gliserol rata-rata setelah di adsorpsi

Berat semen putih (g)

Kadar gliserol (%)

1

77,72

2

79,91

3

81,04

4

82,75

5

84,20

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin banyak semen putih yang ditambahkan maka kadar gliserol yang di peroleh semakin meningkat yaitu 84,20% sedangkan kadar gliserol terendah pada penambahan semen putih 1 gram 77,72% serta pengaruh terhadap warna, pada penambahan semen putih 1, 2 dan 3 gram tidak terlihat adanya perubahan warna. Hal ini disebabkan jumlah berat semen putih yang terlalu kecil dan kandungan senyawa yang terdapat dalam semen putih dalam jumlah sedikit sehingga proses penyerapan warna tidak berjalan optimal. Pada penambahan semen putih 4 dan 5 gram terdapat sedikit perubahan warna dari warna sebelumnya.

Hal tersebut disebabkan oleh kandungan senyawa yang terdapat pada semen tersebut. Kandungan senyawa yang terdapat pada semen putih adalah Kalsium Oksida (CaO), Besi Oksida (Fe2O3), Alumunium Oksida (Al2O3), Magnesium Oksida (MgO) dan Silika Oksida (SiO2). Kandungan senyawa tersebut juga dimiliki oleh lempung alam (bentonit) sehingga semen putih mampu digunakan sebagai pemucat warna (Mutia, 2013). Daya pemucat pada adsorben disebabkan oleh adanya mineral pada permukaan adsorben yang dapat mengadsorpsi partikel zat warna maupun asam lemak bebas seperti adanya SiO2 pada adsorben yang memiliki gugus Si-OH (silanol) yang mampu menyerap asam lemak bebas pada gliserol (Yang,

2003). Atom hidrogen pada gugus silanol akan membentuk ikatan hidrogen. Hidrogen dari gugus silanol akan berikatan dengan gugus oksigen-karbonil (-C=O) dari asam lemak bebas. Asam lemak akan teradsorbsi pada permukaan adsorben (Kinanthi, 2008).

Uji Kualitas Gliserol

Massa jenis

Massa jenis merupakan perbandingan massa per satuan volume. Menentukan massa jenis gliserol digunakan piknometer pada pengukuran pada suhu 25oC. Adapun data dan hasil perhitungan massa jenis crude gliserol, gliserol hasil permunian dan gliserol standar.

Table 3. Data dan hasil perhitungan penentuan massa jenis crude gliserol

Ulangan

Massa Piknometer kosong (g)

Massa piknometer + sampel (g)

Volume piknometer (mL)

Massa jenis (g/mL)

1

11,5496

23,0384

10,0

1,1489

2

11,5497

23,0381

10,0

1,1488

3

11,5495

23,0382

10,0

1,1489

Massa jenis rata-rata pada suhu 25 oC

1,1487

Standar Deviasi (SD)

1,2247 x 10-4

Table 4. Data dan hasil perhitungan penentuan massa jenis gliserol pemurnian

Ulangan

Massa Piknometer Massa piknometer

Volume piknometer (mL)

Massa Jenis (g/mL)

kosong (g)

+ sampel (g)

1

11,5496

24,1452

10,0

1,2596

2

11,5498

24,1451

10,0

1,2594

3

11,5496

24,1451

10,0

1,2595

Massa jenis rata-rata pada suhu 25 oC

1,2595

Standar Deviasi (SD)

3,1622 x10-5

Table 5. Data dan hasil perhitungan penentuan massa jenis gliserol standar

Ulangan

Massa Piknometer kosong (g)

Massa piknometer + sampel (g)

Volume piknometer (mL)

Massa Jenis (g/mL)

1

11,5496

24,1652

10,0

1,2615

2

11,5497

24,1652

10,0

1,2615

3

11,5496

24,1653

10,0

1,2616

Massa jenis rata-rata pada suhu 25oC

1,2615

Standar deviasi

1,2903 x 10-5

Berdasarkan Tabel 3, 4, dan 5 diperoleh massa jenis crude gliserol sebesar 1,1487 ± 1,2247x10-4 g/mL menunjukkan bahwa massa jenisnya lebih kecil dibandingkan gliserol yang telah dimurnikan yaitu 1,2595 ± 3,1622 x 10-5 g/mL. Hal ini disebabkan pada crude gliserol mengandung air dan metanol. Air dan metanol memiliki massa jenis yang lebih kecil dibandingkan massa jenis gliserol. Adanya zat lain seperti air dan metanol dalam crude gliserol mengakibatkan massa jenis crude gliserol sangat rendah karena crude gliserol semakin encer (Bird,1987). Massa Jenis gliserol hasil pemurnian mendekati dengan gliserol standar yaitu 1,2615 ± 1,2903 x 10-5.

Viskositas

Air dan metanol sangat berpengaruh terhadap viskositas gliserol. air dan metanol memiliki viskositas yang relatif kecil daripada viskositas gliserol. Adanya metanol dan air mengakibatkan gliserol semakin encer dan waktu alirnya semakin cepat sehingga mengakibatkan viskositas yang diperoleh lebih kecil (Bird,1987). Viskositas crude gliserol yang diperoleh lebih kecil dibandingkan gliserol hasil pemurnian dan gliserol standar yaitu 1,2449 ± 4,2842 x 10-3 Pa.s. Viskositas gliserol hasil pemurnian yang diperoleh adalah 1,4372 ± 5,4472 x 10-5 Pa.s. Viskositas gliserol hasil pemurnian mendekati dengan gliserol standar yaitu 1,4691 ± 3,8333 x 10-3 Pa.s. Adapun data hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 6, 7, dan 8.

Table 6. Data dan hasil perhitungan penentuan viskositas crude gliserol

Ulangan

Waktu alir pembanding (air) (detik)

Waktu alir crude gliserol (detik)

Viskositas crude gliserol

1

22,18

3725

1,2431

2

22,20

3715

1,2386

3

22,21

3760

1,2531

Viskositas rata-rata

1,2449

Standar Deviasi (SD)

4,2842 x 10-3

Table 7. Data dan hasil perhitungan penentuan viskositas gliserol hasil pemurnian

Ulangan

Waktu alir pembanding (air) (detik)

Waktu alir gliserol (detik)

Viskositas gliserol

1

22,18

3925

1,4373

2

22,20

3928

1,4371

3

22,21

3930

1,4372

Viskositas rata-rata

1,4372

Standar Deviasi (SD)

5,4472 x 10-5

Table 8. Data dan hasil perhitungan penentuan viskositas gliserol standar

Ulangan

Waktu alir pembanding (air) (detik)

Waktu alir gliserol (detik)

Viskositas gliserol

1

22,18

3985

1,4616

2

22,20

4015

1,4713

3

22,21

4025

1,4743

Viskositas rata-rata

1,4691

Standar Deviasi (SD)

3,8333 x 10-3

Gambar 7. Kromatogram Gliserol Hasil pemurnian


Gambar 8. Kromatogram Gliserol Standar


Identifikasi senyawa dengan GC-MS

Kromatogram yang di peroleh menunjukkan kesamaan antara sampel dengan gliserol standar dengan waktu retensi yang mendekati gliserol standar yaitu 8,89 menit dan 8,78 menit. Adapun hasil analisis dengan GC-MS dari gliserol hasil pemurnian dan gliserol standar ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8.

Analisis GC-MS dilakukan untuk memastikan kembali bahwa senyawa hasil pemurnian yang dilakukan merupakan senyawa

gliserol. Hasil analisis tersebut tidak menunjukkan adanya M+ pada spektra. Hal ini disebabkan, alkohol merupakan senyawa yang memberikan puncak ion amat lemah dan mudah melepas molekul H2O (Silverstein,1981). Hasil analisis kromatogram dengan menggunakan spektroskopi massa menghasilkan pola fragmentasi yang identik dengan spektra massa gliserol standar yang menunjukkan puncak dasar berada pada m/z 61. Pola fragmentasi yang identik tersebut dapat dilihat pada gambar 9 dan 10.

Gambar 9. Spektrum Senyawa Gliserol Hasil Pemurnian


Gambar 10. Spektrum Gliserol Standar


Pendekatan struktur ini dikonfirmasi senyawa gliserol seperti dipaparkan sebagai dengan pola pemenggalan yang terjadi pada Gambar 11.



H

H     C

H     COH

H     COH

H

m/z =92


H       C +.

H C OH

H    C OH

H

m/z= 74





C OH


HCH


m/z=43


Gambar 11. Fragmentasi Senyawa Gliserol dengan database NIST (http://webbook.nist.gov/chemistry)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kadar kemurnian gliserol dipengaruhi oleh konsentrasi asam fosfat dan berat semen putih. Kadar kemurnian gliserol tertinggi diperoleh sebesar 84,20% dengan penggunaan asam fosfat 5% dan berat semen putih 5 gram dengan kualitas pengujian gliserol yang meliputi densitas sebesar (1,2595 ± 3,1622 x 10-5) g/mL, viskositas sebesar ( 1,4372 ± 5,4472x 10-5) Pa.s.

Saran

Gliserol hasil pemurnian masih memiliki hasil samping berupa garam fosfat dan asam lemak bebas maka perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pemanfaatan hasil samping gliserol hasil pemurnian serta perlu dilakukan optimasi konsentrasi asam fosfat dan berat semen putih untuk mendapatkan kadar kemurnian gliserol yang tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pua Muhammad Saleh dan Bapak Tri Hermawan selaku Direktur dan Manajer Yayasan Lengis Hijau yang telah membantu memfasilitasi dalam penelitian serta terima kasih kepada Bapak Dr. Drs.Manuntun Manurung, M.S., Ibu Dr. Dra. Ni Made Suaniti, M.Si dan Ibu Sri Rahayu Santi, S.Si., M.Si yang telah memberikan saran- saran dalam penulisan sehingga dapat terselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Azis, I., Nurhayati, S., dan Luthfiana, F., 2008, Pemurnian Gliserol dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel Menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng Bekas, Tesis, Program Studi Kimia dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Bird, T., 1994, Kimia Fisik untuk Universitas, Gramedia Pustaka, Jakarta

Hambali, Erliza., 2007, Jarak Pagar: Tanaman Penghasil Biodiesel, Penebar Swadaya, Bogor

Haryono, S., 2010, Pengolahan Minyak Goreng Kelapa Sawit Bekas menjadi Biodiesel, studi kasus : Minyak Goreng Bekas dari KFC Dago Bandung, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia, Bandung, 1-5

Kinanthi, A., 2008, Pengaruh Perlakuan Awal Sekam Padi dan Ampas Tebu sebagai Adsorben untuk Meningkatkan Kualitas Miyak Goreng Bekas, AKIN, Semarang

Mutia, Y., Evi, A., dan Susila, A,R., 2013, Pengaruh Kandungan CaO dari Jenis Adsorben Semen terhadap Kemurnian Gliserol, Jurnal Teknik Kimia,19 (2) : 3342

Nist., 2011, Gliserol, http://webbook.nist.gov/cgi/ cbook /cgi? Name= glycerol &Units= SI&cMS= on# Mass - Spec, 24 Desember 2014

Silverstein, D.F., Atkins, P.W., and Morrill, T.C., 1981, Penyelidikan Spektrometrik Senyawa Organik, 4th ed., a.b. Hartomo. A.J., Anny, V.C., Erlangga, Jakarta

Maceiras, R., Vega, M., Costa, C., Ramos, P., and Marquez, M.C.,    2011, Enzyme

Deactivation during Biodiesel Production, J.Chem. Eng, 166 : 358-361

Rahmi, U., 2006, Pengaruh JenisAsam dan pH pada Pemurnian Residu Gliserol dari Hasil Samping Produksi Biodiesel, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan

Yang, T.R., 2003, Adsorbents Fundamentals and Applications, John Wiley and Sons Inc., USA

288