SENYAWA ANTIMAKAN PADA MINYAK BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
on
JURNAL KIMIA 8 (2), JULI 2014: 226-230
SENYAWA ANTIMAKAN PADA MINYAK BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)
Sri Rahayu Santi
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran Email : [email protected]
ABSTRAK
Isolasi senyawa aktif antimakan telah dilakukan pada minyak biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dengan menggunakan larva Epilachna sparasa sebagai bioindikator. Uji aktivitas antimakan dilakukan pada crude ekstrak, fraksi maupun isolat. Serbuk kering biji nyamplung sebanyak 1 Kg diekstraksi secara maserasi dengan 6 L metanol menghasilkan 186,38 g ekstrak kental metanol yang berwarna coklat tua. Ekstraksi 50,24 g ekstrak kental metanol dengan n-heksana menghasilkan 19,27 g minyak yang berwarna kuning Pemisahan 2 g ekstrak minyak secara kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak kloroform : n-heksana (2;1) menghasilkan 5 kelompok fraksi, dimana fraksi F5 yang berwarna hijau bening dengan noda tunggal sebanyak 0,15 g dan bersifat paling aktif sebagai antimakan (aktivitas antimakan 27,89% pada konsentrasi 200 ppm). Identifikasi fraksi F5 dengan kromatografi gas-spektroskopi massa melalui pendekatan data base NISTO2 L. diduga mengandung minimal 8 senyawa yaitu: meti-14-metil-pentadekanoat, asam heksadekanoat, metil-9,12-oktadekanoat, metil-9-oktadekanoat, metil-oktadekanoat, asam oktadekanoat, asam-9-oktadekanoat, dan senyawa dengan berat molekul 341.
Kata kunci : Calophyllum inophyllum L., Antimakan
ABSTRACT
Isolation of antifeedant active compound from sarcocarp of Calophyllum inophyllum L. with Epilachna sparsa larvae were use as bioindicator was conducted. The antifeedant assay was performed on crude extract, fraction, and isolate. Dried sarsocarp powder of nyamplung was extraction with 6L metanol to yield 186,38 g dark brown extract. This Active extract was then fractionated into n-hexane to yield 19,27 g yellow oil.. Separation of 2 g oil was done using silica gel column chromatography with chloroform n-hexane (2:1) as eluent and five group of fraction were obtained with F5 the most active isolat wich showed 27,89% antifeedant activity at 200 ppm was found and relatively pure . Base on analysis of Gas chromatography-mass spectroscopy and data base NISTO2.L the antifeedant active isolat were identify as methyl-14-methyl-pentadecanoid acid, n-hexanedecanoid acid, methyl-9,12-octadecadienoic, methyl-9-octadecenoic acid, methyl-octadecanoic, 9-octadecenoic acid, octadecanoic acid, and the last peak has a moleculer ion at 341.
Keywords : Calophyllum inophyllum L., Antifeedant
PENDAHULUAN
Hama merupakan masalah utama yang sering dihadapi oleh para petani sejak lama. Petani melakukan berbagai usaha dan cara untuk melindungi tanaman dari gangguan hama baik secara fisik maupun secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida sintetik. Pestisida sintetik
memberikan peranan penting di bidang pertanian dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman, namun penggunaannya yang tidak selektif serta tidak sesuai dengan dosis dapat memberikan dampak negatif terhadap kelestarian ekosistem pertanian seperti dapat menyebabkan resistensi hama terhadap pestisida tersebut, terbunuhnya berbagai predator pada ekosistem
pertanian, pencemaran lingkungan dan akhirnya menyebabkan gangguan kesehatan manusia. Dampak negatif ini, dapat dihindari dengan mengganti penggunaan pestisida sintetik dengan pestisida alami yang relatif murah serta aman bagi kesehatan dan lingkungan (Sudarmo, S., 1992).
Pestisida alami adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang, dan buah serta telah terbukti lebih efektif penggunaanya dalam pengendalian hama tanaman karena bersifat selektif dan ramah lingkunghan (Meinwald et.al., 1978). Pestisida nabati berdasarkan sifatnya berfungsi sebagai pembunuh, pengusir, penolak, penarik, feromon, penolak peletakan telur (oviposisisi), dan antimakan (antifeedant). Feromon dan antimakan dianggap memiliki prospek komersial yang lebih baik (Ruslan et al., 1989)
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) atau di Bali lebih dikenal dengan nama punaga atau camplong sering dijumpai di daerah pesisir pantai. Biji dari tanaman ini berminyak dan diketahui mengandung asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam stearat, asam palmitat, stigmasterol, dan β stigmasterol yang bersifat antioksidan dan sitoprotektif (Sylvie crane et. al., 2005, T.Said et. al., 2007); mengandung 5% minyak yang mempunyai efek toksikologi pada makanan tikus (Ibironke A. et al., 2008), serta mempunyai sifat racun (toksik) terhadap larva Artemia salina L (LC50 = 154,8 ppm). Sifat toksik suatu bahan sering dapat dikembangakan sebagai obat anti kanker, anti tumor dan pestisida, sehingga penelusuran senyawa pestisida didasarkan atas mekanisme kerjanya (mode of action) seperti pembunuh, pengusir dan antimakan.(Anonim, 2009)
Antimakan adalah aktivitas yang dimiliki oleh suatu senyawa yang bersifat tidak membunuh, mengusir, atau menjerat serangga hama, namun menghambat aktifitas nafsu makan serangga sehingga tanaman dapat dilindungi. Pestisida nabati antimakan spesifik digunakan terhadap hama serangga jenis belalang dan ulat (Tjokronegoro, 1987)
Hasil uji pendahuluan menunjukan bahwa minyak biji nyamplung pada konsentrasi 0,1% b/v memiliki aktivitas antimakan sebesar 58,32% terhadap larva Epilachna sparsa sehingga
dipandang perlu untuk melakukan penelusuran untuk mengetahui senyawa aktifnya.
MATERI DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji buah nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) yang dikumpulkan dari daerah pantai sekitar negara. Penyiapan bahan meliputi determinasi tanaman yang dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Raya Eka Karya Bali.
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol, n-heksana, aquades, silika gel GF254, silika gel 60, NaOH, Aseton, HCl, H2SO4, Pereaksi Mayer, Pereaksi Dragendorff, Pereaksi Willstatter, dan Pereaksi Lieberman-Burchard.
Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: seperangkat alat gelas, blender, pisau, kuas, pipet tetes, cawan petri, corong, kain kasa, tisue, kertas saring, botol semprot, gelas ukur, neraca analitik, corong pisah, botol vial, rotary vacum evaporator, seperangkat alat kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom, dan spektrofotometer GC-MS.
Cara Kerja
Serbuk kering biji nyamplung sebanyak 1 kg diekstraksi secara maserasi dengan menggunakan 6 L metanol sampai semua senyawa terekstraksi dengan sempurna. Ekstrak yang didapat diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator dan ditimbang sehingga didapatkan suatu ekstrak kental metanol, kemudian dipartisi dengan n-heksana. Ekstrak n-heksan diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental n-heksana dan metanol. Kedua ekstrak kental kemudian diuji antimakan dan ekstrak dengan aktivitas antimakan terbesar dilanjutkan pada proses pemisahan dan pemurnian dengan teknik kromatografi kolom menggunakan silika gel G dan fase gerak kloroform : n-heksana (2:1). Setiap fraksi hasil kromatografi kolom diuji aktivitas antimakan dan fraksi yang paling aktif diidentifikasi dengan GC-MS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Senyawa Aktif Antimakan Biji Nyamplung
Hasil maserasi dari 1 kg serbuk kering biji nyamplung menghasilkan sekitar 186,38 g ekstrak kental metanol yang berwarna coklat tua. Hasil partisi 50,24 g ekstrak kental metanol dengan 1 L n-heksana menghasilkan 19,27 g minyak yang berwarna kuning, yang selanjutnya diuji aktivitas antimakannya terhadap larva kepik (Epilachna sparsa). Hasil uji aktivitas antimakan menunjukkan ekstrak minyak biji nyamplung mempunyai aktivitas antimakan 58,32% pada konsentrasi 0,1% b/v seperti dipaparkan pada Tabel 1. Aktivitasnya yang lebih besar dari 25%
menyebabkan minyak biji nyamplung berpotensi untuk dikembangkan sebagai pestisida alami (Mikolajezak and Weisleder, 1988) sehingga dilanjutkan pada proses pemisahan dengan kromatografi kolom.
Pemisahan minyak yang terkandung pada ekstrak n-heksana menghasilkan 5 kelompok fraksi yang selanjutnya diuji aktivitasnya. Hasil uji antimakan menunjukkan bahwa fraksi F5 dengan noda tunggal mempunyai aktivitas yang lebih besar dibandingkan fraksi yang lain sebesar 71,83% pada konsentrasi 800 ppm. Data selengkapnya dipaparkan pada Tabel 2 berikut. Fraksi F5 selanjutnya diidentifikasi dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa.
Tabel 1. Hasil uji aktivitas antimakan ekstrak n-heksana biji Nyamplung
Ekstrak kental |
Konsentrasi (% b/v) |
Aktivitas Antimakan (%) | |||
Percobaan 1 |
Percobaan 2 |
Percobaan 3 |
Rata-rata | ||
n-Heksana |
0,1 |
81,8 |
71,42 |
21,73 |
58,32 |
5 |
100 |
66,66 |
33,33 |
66,66 | |
10 |
50 |
77,77 |
90,47 |
72,74 |
Tabel 2. Aktivitas Antimakan
No |
Fraksi |
Konsentrasi (ppm) |
Aktivitas Antimakan (%) | |||
Percobaan 1 |
Percobaan 2 |
Percobaan 3 |
Rata-rata | |||
1 |
F1 |
200 |
-15,78 |
55,55 |
20,37 |
20,05 |
(18-32) |
400 |
66,66 |
-10,34 |
33,93 |
30,08 | |
800 |
20,93 |
42,83 |
21,33 |
28,36 | ||
2 |
F2 |
200 |
7,69 |
85,71 |
50,33 |
47,91 |
(33-44) |
400 |
60 |
100 |
-33.33 |
42,22 | |
800 |
5,26 |
-44,44 |
10,73 |
-9,48 | ||
3 |
F3 |
200 |
-20 |
-100 |
-10,38 |
-43,46 |
(45-67) |
400 |
4,76 |
-5,26 |
10,33 |
3,27 | |
800 |
52,94 |
12 |
33,40 |
32,78 | ||
4 |
F4 |
200 |
23,40 |
16,12 |
19,26 |
19,6 |
(68-77) |
400 |
16,12 |
23,40 |
14,12 |
17,88 | |
800 |
2,43 |
3,84 |
-2,08 |
1,40 | ||
5 |
F5 |
200 |
16,12 |
39,13 |
28,42 |
27,89 |
(78-117) |
400 |
62,96 |
71,42 |
64,83 |
66,40 | |
800 |
33,33 |
100 |
82,16 |
71,83 |
Hasil analisis isolat aktif( fraksi F5) dengan kromatografi gas menunjukkan adanya 8 puncak serapan dengan waktu retensi (tR) dan kelimpaha (%) berturut-turut sebagai berikut: puncak 1 tR 19,95 menit (1,20%); puncak 2 tR 20,31 menit (6,58%); puncak 3 tR 21,59 menit (2,98%); puncak 4 tR 21,63 menit (8,15%); puncak 5 tR 21,85 menit (1,50 %); puncak 6 tR 22,02 menit (49,32%); puncak 7 tR 22,20 menit (23,23%); puncak 8 tR 24,21 menit (7,05%) seperti ditunjukkan pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Kromatogram gas dari isolate
Hasil spektroskopi massa menunjukkan senyawa puncak 1 memiliki ion molekuler pada m/z 270. Berdasarkan pendekatan data base diduga senyawa puncak 1 adalah metil-14-metil pentadekanoat dengan rumus molekul C17H34O2. Senyawa puncak 2 memiliki ion molekuler pada m/z 256 diduga adalah senyawa asam heksadekanoat atau asam palmitat dengan rumus molekul C16H32O2. Senyawa puncak 3 memiliki ion molekuler pada m/z 294 diduga adalah senyawa metil-9,12-oktadekadienoat dengan rumus molekul C19H34O2. Senyawa puncak 4 memiliki ion molekuler pada m/z 296 diduga adalah senyawa metil-9-dekenoat dengan rumus molekul C19H36O2. Senyawa puncak 5 memiliki ion molekuler pada m/z 298 diduga adalah senyawa metil-oktadekanoat dengan rumus molekul C19H38O2. Senyawa puncak 6 memiliki ion molekuler pada m/z 280 diduga adalah senyawa 9-oktadekanoat dengan rumus molekul
C18H34O2. Senyawa puncak 7 memiliki ion molekuler pada m/z 284 diduga adalah senyawa asam oktadekanoat dengan rumus molekul C18H36O2. Senyawa puncak 8 memiliki ion molekuler pada m/z 341, namun dari pendekatan data base tidak ditemukan adanya senyawa yang sesuai sehingga tidak dapat diduga senyawanya.
Mekanisme kerja dari senyawa aktif antimakan adalah senyawa aktif yang terkandung pada daging biji nyamplung bila dimakan oleh larva maka senyawa aktif tersebut akan bereaksi pada usus larva yang menyebabkan otot usus menjadi tegang sehingga motalitasnya menurun. Akibatnya makanan menjadi tertahan pada usus sehingga nafsu makan larva menjadi berkurang . Berkurangnya nafsu makan larva bisa bersifat sementara maupun permanen tergantung dari kandungan senyawa aktifnya (Maria, et al., 2003; Miles, et al., 1985).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Senyawa aktif antimakan dari isolat ekstrak n-heksana yang diidentifikasi dengan GC-MS mengandung 8 komponen senyawa yaitu meti-14-metil-pentadekanoat, asam heksadekanoat, metil-9,12-oktadekanoat, metil-9-oktadekanoat, metil-oktadekanoat, asam oktadekanoat, asam-9-oktadekanoat, dan senyawa dengan berat molekul 341.
Saran
Penelitian ini baru menghasilkan fraksi aktif yang terdiri dari beberapa komponen senyawa, sehingga perlu dilakukan pemisahan dan analisis lebih lanjut dengan teknik spektroskopi lain sehingga dapat diketahui senyawa aktif antimakan yang terkandung pada ekstrak n-heksana daging biji nyamplung terhadap larva Epilachna sparsa.
DAFTAR PUSTAKA
Maria C. Carpinella, Maria A T. Defago, Graciela Valladares, and Sara M. Palacios., 2003, Antifeedant and Insecticide Properties of a limonoid from Melia azedarach
(Meliaceae) with Potential use for Pest management, J.Agric. Food Chem., 51 : 369-374
Meinwald, J.G.D., Prestwich, K. Nakanishi, I. Kubo, 1978, Chemical Ecology: Studies from East Africa, Science, 199 (4325) : 1167-1173
Mikolajkzak, K. L. and Wiesleder, D., 1988, A limonoid Antifeedant from Seed of Carapa Procera, J. Nat. Prod., 51 (3) : 606-610
Miles, D. H., B.L. Hankinson, and S.A Randle, 1985, Insect Antifeedant from The Peruvian plant Alchrnea triplinerva, dalam Paul Hedin (Editor): Bioregulator for Pest Control, Washington DC: America Chemical Society
Ruslan, K. S., Soetarno, dan S. Sastrodihardjo, 1989, Insektisida dari Produk Alami, PAU Bidang Ilmu Hayati, ITB, Bandung.
Sylvie Crane, Guylene Aurore, Henry Joseph, Zeprin Mouloungui, and Paul Bourgeois, 2005, Composition of Fatty Acid triacylglycerol and Unsaponifiable Matter in Coalopyllum calaba L. oil from
Guadeloupe, Pytochemistry, 66 (15) : 1825-1831
Sudarmo, S., 1992, Pestisida Untuk Tanaman, Kanisius, Yogyakarta
T.said, M Dutot, C. Martin, J. L. Beaudeux, C. Boucher, E. Enee, C. Baudouin, J. M. Warnet, p. Rat, 2007, Cytoprotective Effect against UV-induce DNA Damage and Oxidative stress: role of new biologica UV filter, European Journal of Pharmaceutical Sciences, 30 (3-4) : 203210
Ibironke A. Ajyi, Rotimi A. Oderinde, Victor O. Taieo, Emmanuel O, Agbedana, 2008, Short-Term Toxicological Evaluation of Terminalia catappa, Pentacletra Macrophylla and Calopyllum inophylum seed oils in rats, Food Chemistry, 106 (2) : 458-465
Tjokonegoro, R, K., 1987, Penelusuran Senyawa Kandungan Tumbuhan Indonesia Bioaktif Terhadap Serangga, Disertasi, Unpad, Bandung
230
Discussion and feedback