Pengaruh Operasi Pasar Perum BULOG terhadap Stabilitas Harga Beras di Provinsi Bali
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p25
Pengaruh Operasi Pasar Perum BULOG terhadap Stabilitas Harga Beras di Provinsi Bali
MADE MANIKA PUSPAKA, I MADE SUDARMA*, WIDHIANTHINI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
The Effect of Perum BULOG’s Market Operation towards Rice Price Stability in the Province of Bali
Rice as a strategic food commodity has an important role in improving food security and stabilizing the economic, social, and political aspects of the Bali Province people. The stability of rice price is one of the problems considered and finds a way out by the government. To stabilize the rice price, the Government through The Division of Regional Logistics Agency of Bali (BULOG Divre Bali) conducted Rice Market Operations. The purpose of this study was to perceive, (1) the condition of retail price stability of medium quality rice and (2) the effect of BULOG’s Rice Market Operation in 2015-2017. The method of data collection in this study used the study literature, interview, and documentation. The data analysis method used coefficient of variation and descriptive analysis. The results showed that in 20152017 the price stability of medium rice in The Province of Bali was quite stable. BULOG’s Rice Market Operations had effect on stabilizing the rice price at the consumer level in Province of Bali. In order to increase the effectiveness of the Rice Market Operations activities in stabilizing the rice price in Bali Province, BULOG needs to be more selective in choosing the location of Rice Market Operations and there needs to be good coordination between the government and BULOG so the Rice Market Operation activities is effective in stabilizing rice prices in The Province of Bali.
Keywords: consumers, staple food, rice, supply
Komoditas pertanian memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan primer manusia. Bagi masyarakat Indonesia komoditas pangan utama identik dengan beras karena besarnya sumbangan beras dalam pemenuhan energi masyarakat dan alokasi pendapatan yang dikeluarkan untuk membeli beras. Selain sebagai pangan utama masyarakat, beras memiliki peranan penting dalam pengendalian laju inflasi
dan tingkat kemiskinan di Indonesia. Meninjau peran krusial beras bagi masyarakat Indonesia, menjadikan beras ditetapkan sebagai komoditas pangan strategis yang berbagai permasalahannya selalu menjadi perhatian utama pemerintah.
Terdapat empat indikator yang dapat digunakan untuk menilai peran strategis beras menurut Suryana dan Kariyasa (dalam Setyoaji et al., 2014), Pertama, usahatani padi menghidupi lebih dari dua puluh juta petani dan buruh tani, serta menjadi urat nadi perekonomian pedesaan. Kedua, permintaan terhadap beras terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Ketiga, produksi beras di Indonesia masih memperlihatkan kecenderungan yang fluktuatif akibat bencana alam, serangan hama penyakit, dan kenaikan harga pupuk serta pestisida. Keempat, usahatani padi masih menjadi andalan dalam menyerap tenaga kerja di pedesaan.
Stabilitas harga ditingkat konsumen menjadi permasalahan yang selalu diperhatikan dan dicarikan jalan keluarnya. Harga beras penting bagi konsumen sebagai jaminan akses terhadap pangan. Terwujudnya swasembada pangan belum cukup menjamin ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Hal ini dikarenakan ketahanan pangan dan gizi masyarakat tercermin dari tercukupinya akses pangan pada tingkat rumah tangga atau perseorangan. Akses pangan ditentukan oleh daya beli atau pendapatan rumah tangga, sehingga guna mewujudkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat, pemerintah perlu menjaga agar harga pangan khususnya beras terjangkau dan stabil pada tingkat konsumen (Sulaiman et al., 2018).
Provinsi Bali meruapakan salah satu provinsi dengan jumlah konsumsi beras per kapita yang tinggi. Berdasarkan hasil kajian bahan pangan pokok tahun 2017 yang dilakukan oleh BPS, Provinsi Bali berada pada peringkat ke-4 (empat) sebagai provinsi dengan konsumsi beras tertinggi setelah Jawa Barat, Sulawesi Barat, dan Aceh. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya ketergantungan masyarakat Bali terhadap beras. Selama tahun 2015-2017 harga eceran beras medium di Provinsi Bali mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat. Harga eceran beras medium mengalami peningkatan harga sebesar Rp 600/kg atau sebesar 6,11% yang dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif terhadap konsumen.
Dalam upaya menstabilkan harga beras, Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan berbagai kebijakan diantaranya, intensifikasi pemantauan dan penyampaian infomasi harga beras; penyerapan gabah/beras; dan operasi pasar beras (OPB). Pemprov Bali bekerja sama dengan Bank Indonesia meluncurkan Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis (SiGapura) dalam pemantauan dan penyampaian informasi harga pangan pokok baik pada tingkat produsen dan konsumen untuk menghindari informasi yang asimetris (Wiguna, 2015).
Melakukan kegiatan Operasi Pasar Beras (OPB) yang dilakukan oleh BULOG. OPB merupakan kegiatan penambahan stok beras ke pasaran untuk meredam kenaikan harga eceran beras karena kurangnya stok beras yang beredar di pasaran oleh BULOG dengan cara menjual beras dibawah harga pasar. BULOG Divre Bali dalam kurun waktu 2015-2017 telah beberapa kali melakukan kegiatan OPB. Salah
satunya kegiatan OPB pada bulan Desember 2015 yang diselenggarakan di Pasar Badung dalam rangka menstabilkan harga beras menjelang akhir tahun. BULOG Divre Bali menggelontorkan sekitar 10 ton beras dengan harga jual sebesar Rp 8.300/kg dan Rp 124.500 untuk beras per 15kg (Wiguna, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian terhadap pengaruh operasi pasar terhadap stabilitas harga eceran beras di Provinsi Bali perlu dilakukan guna mengetahui kondisi harga eceran beras medium dan pengaruh program Operasi Pasar Beras BULOG dalam menstabilkan harga beras di Provinsi Bali.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
-
1. Bagaimanakah stabilitas harga eceran beras di Provinsi Bali tahun 2015-2017?
-
2. Apakah Operasi Pasar Beras yang dilakukan oleh Perum BULOG Divisi Regional (Divre) Bali berpengaruh dalam menstabilkan harga eceran beras di Provinsi Bali?
Mengacu pada rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
1. Untuk mengkaji kondisi stabilitas harga eceran beras di Provinsi Bali dalam kurun waktu 2015-2017.
-
2. Untuk mengkaji pengaruh Operasi Pasar Beras yang dilakukan Perum BULOG Divre Bali terhadap stabilitas harga eceran beras di Provinsi Bali.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sesuatu yang berguna dan manfaat antara lain: bagi pemerintah dalam hal ini BULOG Divre Bali dapat bermanfaat sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan stabilitas harga pangan, khususnya komoditas beras di Provinsi Bali. Bagi pembaca dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan sebagai sumber informasi serta refrensi bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dilaksanakan di Perum BULOG Divre Bali yang beralamat di Jalan Niti Mandala No. 35 Denpasar. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa BULOG merupakan badan yang ditunjuk langsung oleh pemerintah untuk melaksanakan pengendalian harga bahan pangan, khususnya beras. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2018 mulai dari persiapan, pengumpulan data hingga pengolahan data.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka (Sugiyono, 2015). Data kuantitatif yang dipergunakan, yaitu rata-rata harga eceran beras medium per bulan di Provinsi Bali dan jumlah penyaluran beras Operasi Pasar (OP) BULOG Divre Bali per bulan dari bulan Januari 2015 hingga Desember 2017.
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka atau dengan kata lain data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar (Sugiyono, 2015). Data kualitatif yang digunakan meliputi gambaran umum perusahaan, pengertian dan mekanisme penyaluran beras melalui Operasi Pasar Perum Beras (OPB) BULOG Divre Bali.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sumber data primer dan sekunder yang berasal dari instansi pemerintahan terkait, yaitu BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Bali, Dinas Pertanian Provinsi Bali, dan Perum BULOG Divre Bali.
Dalam memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Pertama, metode library research (studi kepustakaan), yaitu dengan mempelajari literatur dan sumber data tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Kedua, metode field research yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui peninjauan secara langsung pada objek penelitian dengan melakukan wawancara dan dokumentasi.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, (1) variabel harga eceran beras medium dengan pengukuran rata-rata harga eceran beras medium per kilogram bulanan (Rp/Kg), dan (2) jumlah penyaluran Operasi Pasar Beras BULOG dengan pengukuran jumlah penyaluran beras OPB kilogram per bulan (Kg/Bulan).
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan dua metode analisis. Pertama, metode Analisis Koefisien Variasi (Coeficient of Variation) untuk melihat kondisi stabilitas harga eceran beras medium di Provinsi Bali selama periode waktu Januari 2015 sampai dengan Desember 2017. Menurut Walpole (dalam Jusar, 2017), koefisien variasi merupakan rasio antara standar deviasi dengan nilai rata-rata. = ^ 72 ! " — ..................(1)
Keterangan :
σ : standar deviasi
µ : rata-rata harga eceran beras
Kedua, metode Analisis Deskriptif untuk melihat pengaruh volume Operasi
Pasar Beras (OPB) BULOG terhadap stabilitas harga eceran beras medium di Provinsi Bali selama periode waktu Januari 2015 sampai dengan Desember 2017. Menurut Nazir (2011) metode analisis deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyelidiki hubungan satu faktor dengan faktor lainnya yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada tanpa bermaksud membuat kesimpulan untuk umum atau generalisasi.
Perkembangan harga eceran beras medium di Provinsi Bali dari tahun 20152017 memperlihatkan kondisi yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data harga eceran beras yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali yang tersaji pada Gambar 1., dapat dilihat bahwa pada awal tahun 2015 rata-rata harga eceran beras medium di Provinsi Bali masih berada pada kisaran harga Rp 9.824/kg dan pada akhir tahun 2017 naik menjadi Rp 10.424/kg. Harga eceran beras medium di Provinsi Bali pada akhir tahun 2017 naik sebesar 6,11% atau setara dengan mengalami kenaikan sebesar Rp 600/kg dibandingkan dengan harga eceran beras pada awal tahun 2015, dengan rata-rata mengalami kenaikan harga sebesar 0,17% per bulannya.
Gambar 1.
Perkembangan Harga Eceran Beras Medium di Provinsi Bali Tahun 2015-2017 (Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali diolah, 2020)
Pola pergerakan harga eceran beras medium di Provinsi Bali dalam kurun waktu 2015-2017 bila dilihat setiap tahunnya memiliki pola yang hampir sama, meskipun terdapat perbedaan arah dibeberapa bulan tertentu. Secara umum harga eceran beras mengalami kenaikan pada awal tahun yang merupakan efek dari kenaikan harga beras di akhir tahun sebelumnya dan belum masuknya musim panen, kemudian mengalami penurunan pada bulan Februari hingga bulan April yang merupakan puncak musim panen padi di Provinsi Bali berlangsung dan kembali mengalami kenaikan harga secara perlahan dari bulan Mei hingga akhir tahun seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2.
Perkembangan Pola Pergerakan Harga Eceran Beras Medium di Provinsi Bali Tahun 2015-2017
(Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali diolah, 2020)
Untuk mengetahui kondisi stabilitas harga beras di Provinsi Bali digunakan indikator koefisien variasi harga antar waktu. Besarnya koefisien variasi harga eceran beras medium ditingkat konsumen selama tahun 2015-2017 adalah 2,81%. Bila dibandingkan dengan target Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019 yang menetapkan harga eceran beras ditingkat konsumen dikatakan stabil apabila nilai koefisien variasi harganya < 9%, maka dapat disampaikan bahwa harga eceran beras medium ditingkat konsumen di Provinsi Bali selama tahun 2015-2017 relatif stabil.
Tabel 1.
Perkembangan Stabilitas Harga Eceran Beras Medium (Rp/Kg) di Provinsi Bali Tahun 2015-2017
Tahun |
2015 |
2016 |
2017 |
Rata-rata |
9.952 |
10.144 |
10.008 |
Maksimal |
10.537 |
10.670 |
10.424 |
Minimal |
9.342 |
9.907 |
9.902 |
KoefisienVariasi (%) |
4,01 |
2,26 |
1,43 |
Laju Pertb/bln (%) |
0,64 |
(0,60) |
0,41 |
(Sumber: Diolah oleh penulis, 2020)
Perkembangan stabilitas harga dari tahun 2015-2017 sebagaimana yang tersaji pada Tabel 1., menunjukkan kondisi yang stabil meski dengan nilai rupiah yang semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata harga eceran beras medium per tahun yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 rata-rata harga eceran beras berada pada kisaran harga Rp 9.952/kg yang kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2017, sehingga harga eceran beras berada pada kisaran Rp 10.008/kg. Bila dilihat berdasarkan nilai koefisien variasinya, perkembangan harga beras per tahunnya masih tergolong stabil, bahkan cenderung semakin stabil. Hal ini terlihat dari nilai koefisien variasi harga per tahunnya yang tidak ada yang lebih dari 9% dan semakin kecil nilai koefisien variasi dari tahun ke tahunnya.
-
3.2 Pengaruh Operasi Pasar Beras (OPB) BULOG terhadap Stabilitas Harga Beras
Menstabilkan harga terutama harga komoditas pangan pokok khususnya beras menjadi suatu hal yang penting karena stabilitas harga beras akan mempengaruhi keberlangsungan hidup dan kegiatan perekonomian masyarakat. Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, kenaikan harga suatu komoditas sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran (pasokan) komoditas itu sendiri. Bila terjadi peningkatan permintaan tapi tidak dibarengi dengan peningkatan penawaran (pasokan), maka akan mengakibatkan terjadinya kelangkaan komoditas tersebut di pasaran. Hal ini nantinya akan menyebabkan harga komoditas tersebut menjadi naik, sehingga untuk menurunkan kembali harga komoditas tersebut maka diperlukan cara untuk menambah pasokan komoditas tersebut di pasaran. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk menambah pasokan komoditas beras adalah melalui pengadaan OPB oleh BULOG (Yanuarti dan Afsari, 2016)
Sepanjang tahun 2015-2017, Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan BULOG Divre Bali telah melakukan kegiatan OPB diberbagai titik di seluruh wilayah Provinsi Bali. OPB BULOG biasanya diadakan di pasar sentra daerah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali dan daerah padat penduduk. Operasi Pasar Beras BULOG biasanya dilakukan antara bulan November hingga bulan Februari karena pada bulan ini merupakan bulan rawan terjadinya lonjakan harga akibat meningkatnya permintaan masyarakat menjelang libur Natal dan Tahun Baru serta dari segi pasokan akhir tahun memiliki pasokan yang rendah akibat baru dimulainya musim tanam padi di Provinsi Bali. Selain bulan yang telah disebutkan sebelumnya, kegiatan OPB juga dilakukan pada bulan-bulan yang memiliki hari besar keagaaman seperti Bulan Puasa, Hari Raya Galungan dan Kuningan, dan/atau berdasarkan permintaan dari pemerintah pusat maupun masing-masing daerah.
Tabel 2.
Realisasi Penyaluran OPB BULOG Divre Bali Tahun 2015-2017
Bulan |
Penyaluran OPB BULOG (kg) |
2015: Januari Maret Desember 2016: Januari Februari Juni 2017: Oktober Desember |
1.030.305 98.000 6.535 4,385 9.675 25.000 15.000 115.500 |
(Sumber: Perum BULOG Divre Bali diolah, 2020)
Sepanjang tahun 2015-2017 kegiatan OPB BULOG dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali, seperti yang terlihat pada Tabel 2., Penyaluran OPB BULOG terbesar terjadi pada bulan Januari 2015 yaitu sebesar 1,03 juta kilogram. Besarnya
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022 penyaluran OPB BULOG pada bulan ini dikarenakan selain untuk meredam kenaikan harga juga sebagai upaya menjaga daya beli masyarakat berpendapatan rendah akibat dari tidak adanya penyaluran Rastra selama tiga bulan (November 2014-Januari 2015).
Menurut hasil kajian Kementerian Perdagangan (2015), tentang efektivitas operasi pasar, dapat diketahui bahwa pengaruh dari OPB BULOG baru akan terlihat satu bulan setelah kegiatan OPB BULOG dilakukan. Hal ini dikarenakan OPB BULOG dilakukan kerap kali ketika harga beras telah mengalami kenaikan dan atau atau atas permintaan dari pemerintah daerah. Adanya OPB BULOG mengindikasikan bahwa pasar dalam kondisi yang belum stabil sehingga mempengaruhi keputusan pelaku pasar untuk menunggu dan mempertahankan harga beras pada tingkat yang sama (tetap tinggi) sehingga harga beras tidak serta merta turun ketika OPB BULOG dilakukan. Ketika OPB BULOG dilakukan pada bulan Januari maka pengaruh dari kegiatan tersebut baru dapat dilihat pada bulan berikutnya yaitu bulan Februari.
Kegiatan OPB BULOG sebagai salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam menstabilkan harga beras di tingkat regional dapat disampaikan berpengaruh dalam menjaga stabilitas harga eceran beras medium Provinsi Bali. Pengaruhnya dari segi harga dapat dilihat dari nilai koefisien variasi harga eceran beras medium di Provinsi Bali selama tahun 2015-2017 berada dibawah target Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019, yaitu < 9% dan perkembangan rata-rata harga eceran beras medium yang berada pada kisaran level harga yang sama pada waktu setelah dilakukannya kegiatan OPB BULOG. Menurut Resnia (2009), kegiatan OPB BULOG pada dasarnya tidak terlalu berpengaruh terhadap total pasokan beras di pasaran, namun mampu memberikan dampak psikologis yang signifikan kepada pasar. Adanya kegiatan OPB ke pasar menjadikan konsumen dan pedagang mempunyai persepsi bahwa terjadi peningkatan volume beras di pasar sehingga ketersedian beras meningkat yang menyebabkan harga beras menjadi turun.
Kemudian dilihat dari segi waktu pelaksanaan OPB, menunjukkan bahwa kegiatan OPB BULOG memberikan pengaruh dalam memstabilkan harga beras. Hal ini ditunjukkan dari waktu dilakukannya OPB BULOG tepat pada bulan dimana harga beras sudah mulai ngalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan hasil kajian Kementerian Perdagangan (2015), yang menyatakan bahwa dalam kondisi normal dimana tidak terjadi gagal panen, waktu OPB yang paling tepat adalah pada bulan November-Februari yang merupakan masa paceklik dan pada bulan yang memiliki hari besar keagamaan seperti bulan puasa.
Setelah dilakukan penelitian pengaruh Operasi Pasar BULOG terhadap stabilitas harga beras di Provinsi Bali, maka dapat diambil kesimpulan yaitu sepanjang tahun 2015-2017 perkembangan harga eceran beras medium memiliki pola pergerakan harga yang sama dimana harga beras akan mengalami kenaikan di
awal tahun, kemudian mengalami penurunan pada bulan Februari-April dan mengalami kenaikan secara perlahan hingga akhir tahun. Sepanjang tahun 20152017, harga eceran beras medium tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016 dan terendah terjadi pada bulan Mei 2015. Dilihat berdasarkan hasil perhitungan koefisien variasi, dapat diketahui bahwa harga eceran beras medium di Provinsi Bali cukup stabil dengan perkembangan angka koefisien variasi yang mengecil namun nilai rupiah yang meningkat. Kegiatan OPB BULOG selama kurun waktu 2015-2017 memiliki pengaruh dalam menstabilkan harga eceran beras medium ditingkat konsumen di Provinsi Bali. Pengaruh OPB BULOG tidak segara dapat dilihat saat OPB dilakukan melainkan baru dapat dilihat pada satuan waktu berikutnya. Jadi bila OPB dilakukan pada Januari, pengaruh OPB baru akan terlihat pada bulan Februari. OPB BULOG dilakukan biasanya antara bulan November hingga bulan Februari karena pada bulan ini merupakan bulan rawan terjadinya lonjakan harga akibat meningkatnya permintaan dan rendah pasokan beras di Provinsi Bali, bulan-bulan yang memiliki hari besar keagaaman dan atau OPB dilakukan atas permintaan dari pemerintah pusat maupun masing-masing daerah.
Berdasarkan pada hasil penelitian diatas maka dapat diberikan saran yaitu dalam menanggulangi gejolak kenaikan harga dan menstabilkan harga beras medium di tingkat konsumen melalui kegiatan OPB, BULOG perlu lebih selektif dalam pemilihan tempat kegiatan seperti daerah yang memiliki rata-rata harga beras tinggi. Perlu adanya sistem koordinasi yang baik antara pemerintah dan BULOG sehingga efektifitas kegiatan OPB BULOG ini dapat tercapai, mengingat BULOG baru bisa melakukan OPB apabila ada rekomendasi dari Pemerintah yang sering kali menyebabkan OPB dilakukan ketika harga beras telah mengalami kenaikan. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait efektivas operasi pasar agar kegiatan ini lebih adaptif dan antisipatif terhadap gejolak kenaikan harga di pasaran.
Penelitian ini tidak mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu sehingga penyusunan jurnal ini dapat selesai. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya
Daftar Pustaka
Jusar, D., Backe, D., dan Eliza. 2017. Analisis Variasi Harga Beras di Provinsi Riau dan Daerah Pemasok. Jurnal Dinamika Pertanian 33 (2), 137-144.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. 2015. Laporan Akhir Analisis Efektivitas Operasi Pasar Beras. Jakarta: Kementerian Perdagangan.
Resnia, Renni dan Wirastuti, Astari. 2009. Kebijakan Stabilitas Harga Beras. Buletin
Ilmiah Litbang Perdagangan 3 (1).
Setyoaji, S. B., Hani, E. S., dan Sunartomo, A. F. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Beras IR-64 Premium 2015-2020 di Jawa Timur. Jurnal Berkala Ilmiah Pertanian1(1), 1-11.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sulaiman, Andi, A., dkk. 2018. Jurus Stabilisasi Harga Pangan Ala Kabinet
Jokowi-Jk. Jakarta: IAARD Press.
Wiguna, Dewa. 2015. Bali Gelontor 10 Ton Beras Operasi Pasar.
https://bali.antaranews.com/berita/83633/bali-gelontor-10-ton-beras-operasi-pasar. Diakses 9 Juni 2020.
Wiguna, Dewa. 2015. Bali Luncurkan “SiGapura” Tekan Lonjakan Harga.
https://bali.antaranews.com/berita/67867/bali-luncurkan-sigapura-tekan-lonjakan-harga. Diakses 9 Juni 2020.
Yanuarti, A. R. dan Afsari, M. D. 2016. Profil Komoditas Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Komoditas Beras. Jakarta: Kementerian Perdagangan.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
763
Discussion and feedback