Analisis Tingkat Keuntungan Usaha Peternak Ayam Ras Petelur Berdasarkan Skala Usaha (Studi Kasus: Kecamatan Manggis, Karangasem)
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 11, No. 2, Desember 2022
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i02.p08
Analisis Tingkat Keuntungan Usaha Peternak Ayam Ras Petelur Berdasarkan Skala Usaha
(Studi Kasus: Kecamatan Manggis, Karangasem)
NI KOMANG AYU LENNY KOMALA DEWI, I GUSTI AGUNG AYU AMBARAWATI*,
I GEDE BAGUS DERA SETIAWAN
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Analysis of The Profitability Level of Laying Chicken Farmers Based on Business Scale (Case Study: Manggis District, Karangasem)
Livestock is one of the sub-sectors that plays a critical role in supplying food needs, particularly for animals. Laying hens are one of the farms that the community has created, with eggs as the major product. Manggis District, Karangasem, is one of the ideal regions for the development of laying hens. The goal of this research is to define and assess the business earnings of laying hens based on their size of operation. The information was gathered by the distribution of questionnaires to 30 laying hen breeders. Secondary information gleaned from linked literature. The study's findings include a description of the laying hen business, which is conducted on dry land with a population of chickens ranging from 1,000 to 50,000 heads, and the workers employed are from their own families as well as from outside the community. The benefits of laying hens range depending on the size of the business. Farmers with a business scale of more than 10,000 heads get the highest profit of Rp 4,179,976,688, while farmers with a business size of fewer than 5,000 heads earn the lowest profit of Rp. 1,287,538,708. As a result, farmers in each business scale earn by 12% of overall revenue and costs incurred throughout a period of chicken growing.
Keywords: laying chickens, breeders, profit, business scale
Peternakan merupakan salah satu subsektor yang tidak terpisahkan dari sektor pertanian dalam arti luas dan memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan terutama pangan hewani. Meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan perkembangan sektor perekonomian baik pedesaan maupun perkotaan
telah mengakibatkan peningkatan pendapatan, kesadaran akan gizi, serta perbaikan tingkat pendidikan mengakibatkan permintaan produk peternakan (telur, daging dan susu) terus meningkat (Nawawi et al., 2017). Membuka usaha perternakan ayam merupakan salah satu usaha yang dapat mengatasi pegangguran dan mengurangi kemiskinan. Selain itu, upaya meningkatkan gizi masyarakat merupakan manfaat lainnya (Nur, 2019). Salah satu peternakan yang dikembangkan di masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani adalah ayam ras petelur. Perkembangan peternakan ayam ras petelur ini mampu memenuhi keperluan akan nilai gizi yang tinggi terutama bahan pangan yang mengandung protein yang bersumber dari hewani seperti daging, susu, telur, dan ikan. Salah satu sumber protein hewani yang umum dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat adalah telur. Telur merupakan sumber protein hewani, yang mempunyai gizi tinggi, diantaranya yaitu sumber vitamin A, vitamin B, niasin, timin, riboflavin, vitamin E dan vitamin D (Nursandhi., 2018). Telur dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat karena harga telur ayam relatif lebih murah bila dibandingkan dengan harga daging atau sumber protein hewani lainnya sehingga masyarakat yang mempunyai daya beli rendah masih dapat mengkonsumsi telur ayam.
Peningkatan permintaan akan produk peternakan menunjukkan adanya prospek pengembangan bisnis ayam ras petelur di Provinsi Bali. Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Bali memiliki wilayah cukup luas dan iklim yang sesuai untuk peternakan. Masyarakat di Kecamatan Manggis merupakan sentra penghasil telur yang sangat prospektif untuk memenuhi kebutuhan telur di Kabupaten Karangasem khususnya dan di Provinsi Bali umumnya. Usaha peternakan ayam petelur merupakan usaha yang dapat menghasilkan telur dengan harga yang relatif murah sehingga semua lapisan masyarakat dapat menjangkau. Usaha yang telah dilakukan oleh peternak masih bersifat mandiri dengan populasi ayam dan tenaga kerja yang digunakan masih bervariasi. Produktivitas perusahaan yang semakin meningkat membutuhkan juga informasi yang semakin meningkat (Dewi et al, 2018). Pendapatan yang diperoleh peternak sangat beragam, hal ini disebabkan peternak mengusahakan dalam skala yang beragam. Skala usaha yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda. Peningkatan produksi ternak dapat meningkatkan pendapatan masyarakat peternak dari waktu ke waktu dengan cara mendorong peternak agar mampu bersaing secara lokal, regional, nasional, internasional (Saragih, 2010).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
-
1. Bagaimana gambaran usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Manggis, Karangasem?
-
2. Berapa besar keuntungan usaha peternak ayam ras petelur berdasarkan skala usaha di Kecamatan Manggis, Karangasem?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
-
1. Mengetahui gambaran usaha peternak ayam ras petelur di Kecamatan Manggis, Karangasem.
-
2. Menganalisis besar keuntungan usaha peternak ayam ras petelur berdasarkan skala usaha di Kecamatan Manggis, Karangasem.
Hasil penelitian ini diharapkan secara praktis, dapat memberikan informasi terhadap peternak ayam ras petelur di Kecamatan Manggis khususnya dan di Kabupaten Karangasem umumnya. Secara manajemen, dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan oleh pihak pengambil kebijakan dalam pengembangan peternak ayam ras petelur. Secara teoritis, diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dalam usaha peternak ayam ras petelur dan dapat dijadikan dasar oleh peneliti dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem selama 6 bulan mulai bulan Mei sampai dengan November 2020 terhitung mulai dari proposal sampai skripsi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa gambaran usaha, lokasi usaha, perawatan ayam ras petelur dan kegiatan usaha. Data kuantitatif dalam penelitian ini terdiri dari populasi unggas, produksi, biaya tetap seperti penyusutan kandang, peralatan dan biaya pajak bumi bangunan (PBB) dan biaya variabel seperti biaya bibit, pakan, tenaga kerja, biaya obat dan vaksin, biaya listrik, air bersih.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari peternak yang meliputi identitas dari pemilik usaha, hasil usaha dan biaya-biaya. Data sekunder bersumber dari berbagai instansi, literatur, jurnal, publikasi, dan sumber lainnya yang mendukung penelitian ini.
Data yang diperlukan pada penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara dan studi dokumentasi. Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pemilik usaha peternak ayam petelur
berdasarkan skala usahanya. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dari berbagai laporan, publikasi dan catatan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Populasi adalah semua peternak ayam ras petelur berjumlah 53 orang yang ada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Pada penelitian ini skala usaha dibagi menjadi tiga yaitu skala usaha <5000 ekor, skala usaha 5.000-10.000 ekor dan skala usaha >10.000 ekor. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan kerangka sampling yaitu metode penetapan sampel dengan melihat dari daftar yang berisikan elemen/anggota populasi yang bisa diambil sebagai sampel (Setiawan, 2005). Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional sampling yaitu sampel yang dihitung berdasarkan perbandingan. Jumlah anggota sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara proporsional dengan rumus alokasi proportional. Pada penelitian ini jumlah sampel diambil pada skala <5.000 ekor sebanyak 15 sampel, skala 5.000-10.000 ekor sebanyak 11 sampel dan skala >10.000 ekor sebanyak 4 sampel, sehingga terdapat 30 sampel.
Usaha peternak ayam ras petelur adalah suatu usaha yang menghasilkan produk utamanya berupa telur ayam. Skala usaha adalah jumlah ayam ras petelur yang dipelihara oleh peternak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem adalah <5000 ekor, 5000-10.000 ekor, dan >10.000 ekor. Penelitian ini menggunakan variabel keuntungan yaitu selisih antara total penerimaan dengan total biaya, dinyatakan dalam rupiah (Rp. /Periode). Analisis usaha peternak ayam ras petelur dalam penelitian ini adalah satu siklus pemeliharaan yaitu dari proses pemeliharaan anak ayam sampai ayam afkir.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini, adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif tentang gambaran umum peternak ayam ras petelur dan analisis kuantitatif tentang keuntungan peternak ayam petelur. Keuntungan usaha dihitung berdasarkan rumus Rahim, et al (2007) sebagai berikut.
π = TR - TC................................................(1)
Dimana:
π = Profit (Keuntungan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
-
3. Hasil dan Pembahasan
Peternakan ayam petelur di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem rata-rata menggunakan bangunan kandang semi permanen yang dibuat dari bambu dan kayu yang bisa bertahan sampai 10 tahun. Bentuk kandang rata-rata berjenis kandang baterai yaitu kandang yang berbentuk sangkar persegi empat panjang yang disusun berderet-deret memanjang bertingkat dua atau tiga, dan setiap ruangan pada kandang baterai hanya menampung 1-2 ekor ayam (Putri, 2017).
Populasi ayam yang dipelihara berkisar 1.000 sampai 50.000 ekor dan tenaga kerja yang digunakan berasal dari keluarga sendiri dan atau luar keluarga tetapi masih dalam satu desa. Setiap orang tenaga kerja luar keluarga dibebani mengurus 1.000 ekor dengan waktu kerja delapan jam. Tugas tenaga kerja luar adalah pembersihan kandang, memberikan pakan dan minum, melihat kesehatan ayam sampai dengan mengumpulkan telur. Tenaga kerja dalam keluarga membantu pemilik usaha untuk mengawasi para pekerja, menyediakan pakan, vaksin dan obat– obatan yang dibutuhkan oleh ayam serta menghitung telur yang sudah dikumpulkan oleh pekerja.
Tipe ayam ras petelur yang digunakan oleh peternak kebanyakan tipe medium dengan bobot ayam lebih besar, memiliki bulu berwarna coklat dan dapat menghasilkan telur lebih banyak. Usaha ayam petelur ini sebagian bibit yang digunakan yaitu bibit atau DOC layer (ayam remaja) yang berumur 17-18 minggu. Para peternak biasanya membeli di tempat penjual bibit yang telah dipercaya dengan harga sekitar Rp 14.000/ekor. Ayam ras mulai menghasilkan telur pada umur 18-19 minggu dan akan berproduksi secara efisien sampai ayam berumur dua tahun. Peternak mengumpulkan telur ayam menggunakan tray. Satu tray berisi 30 butir telur ayam dan dijual dengan harga Rp 34.400 per tray.
Pakan yang digunakan oleh peternak di Kecamatan Manggis dalam memelihara ayam jenis ras petelur merupakan pakan campuran yang terdiri dari beberapa jenis seperti konsentrat, jagung giling, dedak, dan mineral. Pakan diberikan 2 kali dalam sehari, yaitu di waktu pagi dan siang hari. Dalam satu hari ayam membutuhkan pakan berkisar 120 kg/1000 ekor. Peternak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem rata–rata menggunakan tempat pakan dan tempat minum model baterai, tempat pakan terbuat dari bambu sedangkan tempat minum rata-rata di buat dengan bilahan pipa peralon.
Pemberian vaksin yang teratur akan menjadikan kekebalan tubuh pada ayam, jadi ayam tidak mudah terserang penyakit. Peternak membeli vaksin dan obat–obatan dengan harga yang berbeda–beda dari harga Rp 50.000 - Rp 500.000 per unit tergantung vaksin yang akan diperlukan, sedangkan obat–obatan dari harga Rp 25.000 - Rp 50.000.
-
3.2 Analisis Keuntungan Usaha Peternak Ayam Ras Petelur Berdasarkan
Skala Usaha di Kecamatan Manggis, Karangasem
-
3.2.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)
Berikut biaya tetap usaha ayam ras petelur di Kecamatan Manggis
berdasarkan skala usaha dalam penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1
Biaya Tetap Usaha Ayam Ras Petelur di Kecamatan Manggis Berdasarkan Skala Usaha
No |
Skala Usaha (Ekor) |
Komponen Biaya Rata -Rata |
Total Biaya Tetap (Rp /Periode) | ||
Penyusuan Kandang (Rp/Periode) |
Penyusutan Peralatan (Rp/Periode) |
PBB (Rp/Periode) | |||
1 |
< 5000 |
23.583.333 |
3.658.500 |
45.100 |
27.286.933 |
2 |
5000 - 10.000 |
60.012.987 |
6.346.023 |
96.136 |
66.455.146 |
3 |
>10.000 |
231.325.000 |
14.250.000 |
209.063 |
245.784.063 |
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2020
Total biaya tetap usaha ternak ayam ras petelur yang dikeluarkan dihitung dalam masa waktu satu periode atau dalam masa waktu 18 bulan. Berdasarkan Tabel 1 terlihat total biaya tetap terendah terdapat pada skala usaha <5.000 ekor yaitu sebesar Rp 27.286.93 kemudian meningkat pada skala usaha 5.000-10.000 ekor sebesar 143,54% atau Rp 66.455.146 dan tertinggi terdapat pada skala usaha >10.000 ekor sebesar 800,74% atau Rp 245.784.063. Semakin besar skala usaha maka semakin besar juga biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh peternak ayam ras petelur.
Biaya variabel usaha peternak ayam ras petelur Kecamatan Manggis dihitung dalam masa waktu satu periode atau 18 bulan. Berdasarkan Tabel 2 di bawah ini, terlihat biaya variabel usaha terendah terdapat pada skala usaha <5.000 ekor yaitu sebesar Rp 1.260.244.000 kemudian meningkat pada skala usaha 5.000-10.000 ekor sebesar 213,46% atau Rp 3.950.386.545 dan tertinggi terdapat pada skala usaha >10.000 ekor sebesar 1.120,13% atau Rp. 15.376.639.250. Biaya variabel usaha menunjukkan semakin besar skala usaha maka akan diikuti oleh semakin besar pula biaya variabel yang akan dikeluarkan. Hal ini disebabkan semakin besar skala usaha maka semakin besar pula pengeluaran terhadap komponen biaya variabel berupa pengeluaran DOC, pakan, gaji tenaga kerja, vaksin, obat-obatan, listrik dan air bersih. Berikut biaya variabel usaha ayam ras petelur di Kecamatan Manggis berdasarkan skala usaha dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Biaya Variabel Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Kecamatan Manggis Berdasarkan Skala Usaha
Komponen Biaya Rata-Rata (Rp)
No |
Variabel |
Skala Usaha (Ekor) | ||
< 5000 |
5.000-10.000 |
> 10.000 | ||
1 |
Bibit |
34.533.333 |
108.181.818 |
423.500.000 |
2 |
Pakan |
1.189.920.000 |
3.727.636.364 |
14.592.600.000 |
3 |
Vaksin dan Obat-obatan |
6.790.667 |
14.368.364 |
84.839.250 |
4 |
Tenga Kerja |
13.440.000 |
79.854.545 |
241.200.000 |
5 |
Listrik |
6.840.000 |
10.200.000 |
18.900.000 |
6 |
Air Bersih |
8.720.000 |
10.145.455 |
15.600.000 |
Total Biaya Vaiabel (Rp / Periode) |
1.260.244.000 |
3.950.386.545 |
15.376.639.250 | |
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2020 |
Total biaya usaha merupakan gabungan dari total biaya tetap dan total biaya variabel yang dikeluarkan untuk produksi dalam masa waktu satu periode usaha. Total biaya usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Manggis berdasarkan skala usaha dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.
Total Biaya Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Berdasarkan Skala Usaha
No |
Skala Usaha (Ekor) |
Total Biaya Tetap (Rp /Periode) |
Total Biaya Variabel (Rp / Periode) |
Total Biaya (Rp/Periode) |
1 |
< 5000 |
27.286.933 |
1.260.244.000 |
1.287.538.708 |
2 |
5000 - 10.000 |
66.455.146 |
3.950.386.545 |
4.016.841.692 |
3 |
>10.000 |
245.784.063 |
15.376.639.250 |
15.622.423.313 |
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa total biaya produksi peternak ayam ras petelur di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem yang terendah terdapat pada skala usaha <5.000 ekor mencapai Rp 1.287.538.708 kemudian meningkat pada skala usaha 5000-10.000 ekor sebesar 211,98% atau Rp 4.016.841.692 dan tertinggi terdapat pada skala usaha >10.000 ekor yaitu sebesar 1113,36% atau Rp 15.622.423.313. Biaya variabel semakin besar mengindikasikan semakin besarnya skala usaha, hal ini disebabkan semakin besar skala usaha maka semakin besar pula biaya tetap dan biaya variabel usaha yang harus dikeluarkan. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan biaya tetap dan biaya variabel semakin meningkat dengan meningkatnya skala usaha.
Peneriman hasil penjualan peternak ayam petelur terdiri dari hasil penjualan telur ayam, ayam afkir dan kotoran ayam. Penerimaan peternak pada penelitian ini dihitung selama satu periode pemeliharaan atau 18 bulan. Selama periode waktu tersebut, hasil penjualan telur diperoleh dari hasil kali antara jumlah produk dengan harga jual telur yang rata-rata adalah Rp 34.400/tray yang dalam satu tray berisi 30 butir telur. Apabila dianalisis tiap rentang skala usaha, maka pada skala usaha <5.000 sebesar Rp 1.433.333.333, skala usaha 5000–10.000 sebesar Rp 4.540.800.000 dan skala usaha >10.000 ekor sebesar Rp 16.770.000.000. Perolehan hasil penjualan tersebut berbeda-beda pada tiap rentang skalanya tergantung banyaknya telur yang dapat diproduksi.
Pemeliharaan ayam afkir rata–rata memiliki tingkat kematian sebanyak 5%, sehingga tentu dapat mempengaruhi jumlah ayam afkir yang diproduksi peternak yang nantinya juga akan mempengaruhi keuntungan usaha. Hasil penjualan ayam afkir diperoleh dari hasil kali antara jumlah ayam afkir yang dijual dengan harga jual ayam afkir adalah Rp 48.000/ekor dalam kondisi ayam hidup.
Peternakan ayam ras petelur memiliki produk sampingan berupa kotoran ayam yang dijual di akhir periode pemeliharaan dengan satuan jual per truk. Peternakan pada skala usaha <5.000 ekor rata–rata mampu menghasilkan 0,73 truk kotoran ayam dengan hasil penjualan rata-rata sebanyak Rp 413.333. Hasil produksi meningkat sebanyak 95,75% pada peternak skala usaha 5.000-10.000 ekor yang rata-rata menghasilkan 1,45 truk dengan hasil penjualan rata-rata sebanyak Rp 809.091 dan meningkat 335,48% pada peternak dalam skala usaha lebih dari 10.000 ekor yang rata-rata menghasilkan 3,75 truk dengan rata-rata hasil penjualan sebanyak Rp 1.500.000.
Tabel 4/ |
Penerimaan Penjualan Peternakan Ayam Ras Petelur di Kecamatan Manggis Berdasarkan Skala Usaha
Skala Usaha No (Ekor) |
Komponen Penjualan Rata -Rata Telur Ayam Ayam Afkir Kotoran Penerimaan (Rp/Periode) (Rp/Periode) (RpA/Pyearmiode) (Rp /Periode) |
1 < 5000 |
1.433.333.333 93.733.333 413.333 1.527.480.000 |
2 5000 - 10.000 |
4.540.800.000 352.363.636 809.091 4.893.972.727 |
3 >10.000 |
16.770.000.000 1.379.400.000 1.500.000 18.150.900.00 |
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa total peneriman rata-rata penjualan produk dari peternakan ayam ras petelur selama satu periode dipengaruhi oleh tiga komponen yakni hasil penjualan telur ayam, hasil penjualan ayam afkir dan hasil penjualan kotoran ayam. Pada skala <5.000 ekor adalah sebesar Rp 1.527.480.000
dengan dominan penerimaan berasal dari hasil penjualan telur ayam sebanyak Rp 1.433.333.333. Pada peternakan dalam skala usaha 5.000–10.000 ekor memperoleh total penerimaan sebesar Rp 4.893.972.727 yang dominan berasal dari hasil penjualan telur ayam sebanyak Rp 4.540.800.000 dan peternakan dalam skala usaha >10.000 ekor memperoleh total penerimaan sebesar Rp 18.150.900.000 yang dominan berasal dari hasil penjualan telur ayam sebanyak Rp 16.770.000.000.
Keuntungan dihitung melalui pengurangan antara total penerimaan yang diperoleh dengan total biaya yang telah dikeluarkan oleh peternak ayam ras petelur selama satu periode pemeliharaan atau 18 bulan. Berdasarkan Tabel 5 di bawah ini terlihat bahwa keuntungan diperoleh dari hasil selisih antara total penerimaan dengan total biaya usaha. Besarnya keuntungan peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem berdasarkan skala disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5.
Keuntungan Usaha Peternak Ayam Ras Petelur Berdasarkan Skala Usaha
No |
Skala Usaha (Ekor) |
Rata-rataTotal Penerimaan (Rp/Peiode) |
Rata-rataTotal Biaya (Rp/Periode) |
Keuntungan (Rp / Periode) |
1 |
< 5000 |
1.527.480.000 |
1.287.530.933 |
239.949.067 |
2 |
5000 - 10.000 |
4.893.972.727 |
4.016.841.692 |
877.131.036 |
3 |
>10.000 |
18.150.900.000 |
15.622.423.313 |
2.528.476.688 |
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2020
Dengan demikian peternak pada masing–masing skala usaha memperoleh keuntungan sebesar 12% dari total penerimaan dan pembiayaan yang dikeluarkan selama satu periode pemeliharaan.
Break Event Point (BEP) menunjukkan titik impas dimana kondisi usaha tidak untung dan tidak rugi. Kondisi seperti ini jumlah penerimaan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Analisis BEP digunakan untuk mengetahui berapa jumlah produk minimal yang harus di produksi atau dijual dan berapa pada harga jual agar suatu usaha tidak untung dan tidak rugi. BEP pada peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6.
BEP peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem
No Skala Usaha (Ekor) BEP (Tray) BEP (Rp)
1 |
< 5000 |
749 |
28.985.975 |
2 |
5000 - 10.000 |
1.790 |
72.162.376 |
3 |
>10.000 |
5.812 |
318.880.527 |
Sumber :Diolah dari Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa untuk mencapai kondisi BEP peternak harus menjual produknya yaitu telur sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan semakin banyak pula produk yang harus dijual, demikian juga sebaliknya. Peternakan ayam ras petelur masing-masing memiliki jumlah produk dan pendapatan yang berbeda untuk mencapai kondisi BEP (Suparno, 2017). Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh besarnya jumlah biaya tetap usaha itu sendiri. Semakin besar jumlah biaya tetap maka penjualan produknya juga semakin banyak guna menutup biaya tetap yang dikeluarkan. Jadi jika suatu usaha sudah melewati angka BEP tersebut maka usaha tersebut sudah bisa balik modal. Keterangan tersebut dapat diartikan bahwa peternakan ayam ras petelur mampu menghasilkan keuntungan dikarenakan penghasilan produk maupun rupiah nya mampu diatas nilai BEP.
R/C Ratio adalah suatu pengujian analisa kelayakan dengan perbandingan antara total pendapaan dengan total biaya yang di keluarkan (Asnidar, 2017). Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah apabila R/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan untung dan layak nuntuk diusahakan, hal tersebut dikarenakan pendapatan lebih besar dari biaya yang di keluarkan, begitu sebaliknya. Apabila R/C =1 maka usaha tersebut dikatakan Break Event Point atau tidak untung dan tidak rugi. Berdasarkan hasil analisis R/C Ratio usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.
R/C Ratio Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem
No |
Skala Usaha (Ekor) |
R/C Ratio |
1 |
< 5000 |
1.186 |
2 |
5000 - 10.000 |
1.218 |
3 |
>10.000 |
1.162 |
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2020
Seluruh peternak dari tiga skala usaha tersebut memiliki nilai R/C ratio yang lebih dari satu, sehingga dapat dinyatakan bahwa usaha peternakan tersebut dinyatakan menguntungkan. Jadi dapat dijelaskan bahwa pada peternak dalam skala usaha <5.000 ekor dengan setiap penggunaan biaya Rp 1000 akan menghasilkan keuntungan Rp 1.186. Pada peternak dalam skala usaha dalam rentang 5.000–10.000 ekor dengan setiap penggunaan biaya Rp 1000 akan menghasilkan keuntungan Rp 1.218.dan pada peternak dalam skala usaha >10.000 ekor dengan setiap penggunaan biaya Rp 1000 akan menghasilkan keuntungan Rp 1.162.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu usaha ayam petelur sebagian bibit yang digunakan yaitu bibit atau DOC layer (ayam remaja) yang berumur 17-18 minggu. Pakan yang digunakan oleh peternak di Kecamatan Manggis merupakan pakan campuran yang terdiri dari beberapa jenis seperti konsentrat, jagung giling, dedak, dan mineral. Peternak menggunakan jenis kandang baterai dengan lokasi usaha di lahan tegalan yang telah berumur rata-rata 17 tahun dengan pola mandiri. Populasi ayam sangat bervariasi di setiap skala usaha dan tenaga kerja berasal dari keluarga sendiri dan luar keluarga tetapi masih dalam satu desa. Keuntungan peternak ayam ras petelur dalam satu periode pemeliharaan terendah terdapat pada skala usaha <5.000 ekor yaitu sebesar Rp 239.949.067 kemudian pada skala usaha 5.000-10.000 ekor Rp 877.131.036 dan tertinggi terdapat pada skala > 10.000 ekor sebesar Rp 2.528.476.688.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai yaitu kepada pengusaha ayam ras petelur untuk meningkatkan skala usahanya. Peneliti, sebagai informasi dan bahan pengembangan penelitian selanjutnya. Pengambil kebijakan, sebagai informasi dan bahan untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan peternakan ayam ras petelur.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu baik secara moril maupun materiil dalam penyusunan naskah jurnal ini sehingga naskah jurnal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Daftar Pustaka
Asnidar., Asrida. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Home Industry Kerupuk Opak Di Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu Kabupaten Aceh Utara. Jurnal S. Pertanian. Vol 1 (1) : 39 – 47
Dewi, Mike Kusuma dan Vebyola Restika. 2018. Skala Usaha Dan Umur Usaha Yang Mempengaruhi Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (Studi Empris
Pada Toko Kue dan Roti di Kota Padang). Jurnal Pundi. Vol. 2 (3): 241 – 245.
Nawawi Arif Muhamad, Sri Ayu Andayani, Dinar. 2017. Analisis Usaha Peternakan Ayam Petelur. (Studi Kasus Pada Peternakan Ayam petelur Cihaur, Maja, Majalengka, Jawa Barat). Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. Vol 05 (1): 15 – 29.
Nur. 2019. Analisis Finansial Dan Sensitivitas Usaha Ayam Ras Petelur Berdasarkan Skala Usaha Di Kabupaten Jember. Jurnal Artikel Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Jember
Nursandhi G., H. Subagja, U. Suryadi. 2018. Analisis Pendapatan Usaha Ayam Broiler Pada Pola dan Skala yang Berbeda di Peternakan Rakyat Kabupaten Lumajang. Jurnal Ilmiah Inovasi. Vol. 18 (1): 1 – 9.
Putri, Budi Rahayu Tanama. Sukanata, I Wayan. Partama, Ida Bagus Gaga. 2017. Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.
Rahim, Abd., Hastuti, Diah Retno Dwi. 2007. Ekonomika Pertanian, Pengantar Teori dan Kasus. Jakarta: Penebar Swadaya
Saragih, B. 2010. Pengembangan Agribisnis Ayam dalam MEA. Penerbit Permata Wancana Lestari. Jakarta.
Setiawan, Nugraha. 2005. Teknik Sampling. Departemen Pendidikan Nasional Inspektorat Jendral.
Suparno, 2017. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Kecamatan Abunten, Kabupaten Sumenep. Jurnal Maduranch Vol 2 (1).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
576
Discussion and feedback