Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p42

Vol. 11, No. 1, Juli 2022

Potensi Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Jembrana

NI KOMANG WIDYA YUNDARI, I MADE SUDARMA*, NI WAYAN PUTU ARTINI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar, 80232 Email: * imadesudarma@unud.ac.id wyundari@gmail.com

Abstract

The Potential of the Agricultural Sector in the Economic Development of Jembrana Regency

The agricultural sector in Jembrana Regency is the sector that provides the largest contribution to the regional domestic product of the Province of Bali, amounting to Rp 1,810,266.32 million. Based on the available resources, Jembrana Regency has an agricultural land area of 38.5% and most of the population work as farmers (28.01%). However, the agricultural sector has not been able to become a driving force to develop the potential of the agricultural sector in Jembrana Regency to the fullest. This study aims to analyze: (1) the position of Jembrana Regency in the regional economy in Bali Province, (2) the position of the agricultural sector in the regional economy in Jembrana Regency and (3) the types of agricultural commodities which are the leading commodities in Jembrana Regency. The results show that the position of Jembrana Regency in the regional economy in Bali Province is within quadrant IV, meaning that it is a relatively underdeveloped area. The position of the agricultural sector in Jembrana Regency is within quadrant I, meaning that the sector is progressing and growing rapidly. The results of the Location Quotient analysis show that the leading commodities in Jembrana Regency for the food crop sub sector are rice, soybeans and green beans, while in the horticultural crop sub sector are long beans, large chilies, cucumbers, eggplants, watermelons, melons, bananas, rambutan, pineapple, duku and soursop. This research is expected to help the local government in determining priorities and policies in developing the agricultural sector in the Jembrana Regency so that it could transform Jembrana Regency into a developed and growing region.

Keywords: klassen typology, location quotient, inequality, leading commodity

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Semenjak digulirkannya Otonomi Daerah melalui Undang-Undang No. 22 pada tahun 1999 dan kemudian mengalami perubahan menjadi Undang-Undang

Pemerintah Daerah No. 32 tahun 2004, yang menjelaskan bahwa kesempatan yang luas diberikan kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota dalam melaksanakan pembangunan. Melalui perencanaan pembangunan yang baik dapat dirumuskan kegiatan pembangunan secara efisien dan efektif, sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal dalam pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan potensi yang ada (Patarai, 2016). Dalam proses pelaksanaan pembangunan daerah, seringkali ditemukan ketimpangan atau ketidakmerataan pembangunan diantar wilayahnya. Ketimpangan terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu perbedaan sumberdaya alam; faktor demografis termasuk kondisi tenaga kerja; alokasi dana pembangunan antar wilayah baik investasi pemerintah maupun investasi swasta; konsenstrasi kegiatan ekonomi wilayah; dan mobilitas barang dan jasa (Sjafrizal, 2012).

Hasil pembangunan daerah di Provinsi Bali menunjukkan ketidakmerataan atau ketimpangan antar kabupaten/kota dengan nilai sebesar 0,26 menggunakan nilai Indeks Williasom (Luthfiyah, 2020). Pembanguan daerah yang menunjukkan ketidakmerataan salah satunya terlihat pada Kabupaten Badung dan Kabupaten Jembrana yang memiliki selisih yang cukup besar dalam pembentukkan PDRB Provinsi Bali yakni sebesar Rp 27.914,4 miliar (BPS Provinsi Bali, 2019). Kabupaten Jembrana memiliki sektor yang menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Provinsi Bali yaitu sektor pertanian yang mencapai Rp 1.810.266,32 juta (BPS Kabupaten Jembrana, 2019).

Sektor pertanian di Kabupaten Jembrana memiliki sumber daya yang melimpah yaitu sumber daya manusia yang dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani dan memiliki sumber daya lahan pertanian yang lebih luas dibandingkan Kabupaten Badung yaitu seluas 32.481 ha (BPS Provinsi Bali, 2017). Namun, kontribusi sektor pertanian Kabupaten Jembrana masih lebih kecil dibandingkan Kabupaten Badung. Hal ini berarti, potensi sektor pertanian Kabupaten Jembrana perlu untuk dikembangkan secara maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Besarnya kontribusi sektor pertanian di tingkat kabupaten ditentukan oleh besarnya produksi komoditi pertanian di setiap subsektornya, sehingga penelitian mengenai potensi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Jembrana menjadi penting untuk dilakukan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

  • 1.    Bagaimana posisi Kabupaten Jembrana dalam perekonomian wilayah di Provinsi Bali?

  • 2.    Bagaimana posisi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Jembrana?

  • 3.    Komoditi pertanian apa saja yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Jembrana?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

  • 1.    Untuk menganalisis posisi Kabupaten Jembrana dalam perekonomian wilayah di Provinsi Bali.

  • 2.    Untuk menganalisis posisi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Jembrana.

  • 3.    Untuk menganalisis komoditi pertanian apa saja yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Jembrana.

  • 2.     Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Penentuan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara purposive artinya suatu teknik penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu (Antara dalam Sugaepi, 2013). Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Maret tahun 2021.

  • 2.2    Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang mengguakan data time series yaitu data dari tahun 2015-2019. Sumber data yang digunakan bersumber dari data sekunder yang diperoleh dari BPS Kabupaten Jembrana dan Provinsi Bali; Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana; Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali dan literatur tertulis dari instansi ataupun penelitian-penelitian terkait. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni metode dokumentasi yang merupakan mengumpulkan data-data yang digunakan dalam permasalahan penelitian kemudian ditelaah sehingga dapat mendukung pembuktian suatu kejadian (Satori, 2011).

  • 2.3    Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel yang diukur yaitu posisi Kabupaten Jembrana dalam perekonomian wilayah di Provinsi Bali dengan indikator laju pertumbuhan dan PDRB perkapita ADHK di Kabupaten Jembrana dan Provinsi Bali; posisi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Jembrana dengan indikator laju pertumbuhan dan PDRB 17 sektor menurut lapangan usaha ADHK di Kabupaten Jembrana dan Provinsi Bali; dan komoditi unggulan di Kabupaten Jembrana dengan indikator nilai produksi komoditi subsektor tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Jembrana dan Provinsi Bali.

  • 2.4    Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis Tipologi Klassen untuk menganalisis posisi Kabupaten Jembrana dalam perekonomian wilayah di Provinsi Bali dan posisi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Jembrana. Menurut Sjafrizal (2016), analisis Tipologi Klassen memperoleh empat

karakteristik yang berbeda yaitu kuadran I daerah cepat maju dan tumbuh dengan pesat, kuadran II daerah maju tapi tertekan, kuadran III daerah berkembang dan kuadran IV daerah relatif tertinggal. Analisis Location Quotient untuk menganalisis komoditi pertanian apa saja yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Jembrana. Dalam analisis Location Quotient terdapat hasil yang dimana bila nilai menunjukkan LQ > 1 artinya sektor tersebut merupakan sektor basis atau unggulan, sektor tersebut dapat memenuhi kebutuhan di daerahnya ataupun diluar daerahnya; nilai LQ=1 artinya sektor tersebut merupakan sektor non basis atau tidak unggulan, sektor tersebut hanya mampu memenuhi dan menyediakan barang dan jasa di daerahnya sendiri; nilai LQ < 1 maka disebut sektor non basis atau tidak unggulan, sektor ini tidak dapat menyediakan dan memenuhi barang dan jasa di daerahnya sendiri sehingga perlu untuk memasok dari luar daerahnya (Widodo dalam Usman, 2016).

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Posisi Kabupaten Jembrana dalam Perekonomian Wilayah di Provinsi Bali Berdasarkan analisis Tipologi Klassen pada tabel 1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Jembrana merupakan salah satu kabupaten yang berada di posisi daerah relatif tertinggal. Hal ini dapat terjadi karena tidak dapatnya Kabupaten Jembrana bersaing dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan PDRB di Provinsi Bali yang menjadi faktor utama Kabupaten Jembrana termasuk ke daerah relatif tertinggal. Kabupaten Jembrana sangat mengandalkan sektor pertanian dalam meningkatkan perekonomian wilayahnya, namun pengembangan sektor pertaniannya masih belum maksimal dibandingkan Kabupaen Badung sebagai salah satu daerah maju dan tumbuh dengan pesat. Hal ini dikarenakan, sektor pertanian Kabupaten Badung selain berbasis produksi juga berbasis ekonomi yang berfokus kepada pengolahan hasil pertanian, promosi dan pameran yang bertujuan untuk menciptakan pasar serta pengembangan tempat agrowisata.

Pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Jembrana masih memiliki beberapa kelemahan seperti lemahnya Sumber Daya Manusia dalam segi ilmu usahatani, terbatasnya modal, lemahnya kelembagaan petani, kurangnya inovasi teknologi dan terbatasnya akses pasar dan lain-lain. Perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah harus lebih ditingkatkan lagi seperti bantuan modal, alsintan, penyuluhan dan pengembangan industri pengolahan hasil pertanian yang sangat membantu para petani Kabupaten Jembrana dalam meningkatkan produktivitas komoditi pertaniannya, khususnya tanaman pangan dan tanaman hortikultura yang belum mencapai tahap ekspor hingga keluar negeri. Secara rinci, klasifikasi daerah berdasarkan Tipologi Klassen disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.

Hasil Klasifikasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Berdasarkan Tipologi Klassen

Kuadran I

Daerah Maju dan Tumbuh Dengan Pesat Badung, Denpasar dan Gianyar

Kuadran II

Daerah Maju Tapi Tertekan Tabanan dan Buleleng

Kuadran III Daerah Berkembang Cepat

-

Kuadran IV Daerah Relatif Tertinggal Jembrana, Klungkung, Bangli, dan Karangasem

Sumber: Data Sekunder, Diolah

  • 3.2    Posisi Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Jembrana

Berdasarkan analisis Tipologi Klassen pada Tabel 2 dibawah ini dapat dilihat bahwa, sektor pertanian di Kabupaten Jembrana merupakan satu-satunya sektor yang berada di kuadran I yakni sektor maju dan tumbuh dengan pesat. Hal ini disebabkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB merupakan nilai paling tertinggi dibandingkan sektor lainnya dan rata-rata kontribusinya memiliki nilai lebih besar dibandingkan rata-rata kontribusi sektor pertanian di Provinsi Bali. Ditinjau dari laju pertumbuhannya, sektor pertanian Kabupaten Jembrana memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dibandingkan Provinsi Bali. Potensi sektor pertanian didukung oleh sumber daya manusia dan sumber daya lahan yang ada di Kabupaten Jembrana terbukti dengan beberapa komoditi pertanian unggulan yang sudah diekspor ke luar wilayah hingga luar negeri seperti subsektor perkebunan dan perikanan.

Kebijakan-kebijakan terkait proses produksi harus lebih ditingkatkan dan diperhatikan agar sumber daya yang ada dapat dimaksimalkan terutama dalam segi ekspor yang dapat mendorong perekonomian baik bagi petani sebagai masyarakat maupun Kabupaten Jembrana itu sendiri serta dapat mempertahankan posisi sektor pertanian sebagai sektor maju dan tumbuh dengan pesat di Kabupaten Jembrana. Lebih jelasnya, klasifikasi sektor berdasarkan Tipologi Klassen disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2.

Hasil Klasifikasi Sektor Perekonomian di Kabupaten Jembrana Berdasarkan Tipologi Klassen

Kuadran I

Sektor Maju dan Tumbuh Dengan Pesat Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.

Kuadran II

Sektor Maju Tapi Tertekan Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda; Tranposrtasi dan Pergudangan; dan Real Estate.

Kuadran III

Sektor Berkembang Cepat Pertambangan dan Penggalian; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Jasa Keuangan dan Asuransi; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya.

Kuadran IV

Sektor Relatif Tertinggal

Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Informasi dan Komunikasi; dan Jasa Perusahaan.

Sumber: Data Sekunder, Diolah

  • 3.3    Komoditi Unggulan

    Subsektor Tanaman Pangan

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk menentukan komoditi unggulan subsektor tanaman pangan Kabupaten Jembrana tahun 2015-2019 pada Tabel 3 dibawah yang menunjukkan komoditi yang memiliki nilai rata-rata LQ lebih besar satu atau yang dikategorikan sebagai komoditi unggulan atau basis adalah padi, kedelai dan kacang hijau. Tiga komoditi tersebut mampu memenuhi kebutuhan di Kabupaten Jembrana dan cenderung mampu mengekspor ke luar wilayah serta komoditi tersebut dapat dikembangkan untuk mendorong perekonomian Kabupaten Jembrana. Komoditi kedelai memiliki nilai rata-rata LQ terbesar, hal ini karena produksi kedelai di Kabupaten Jembrana merupakan produksi terbanyak di Provinsi Bali. Komoditi jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar memiliki nilai rata-rata LQ lebih kecil dari satu atau yang dikategorikan komoditi bukan unggulan atau non basis di Kabupaten Jembrana. Secara rinci, disajikan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3.

Hasil Analisis LQ Tanaman Pangan di Kabupaten Jembrana tahun 2015-2019

No

Jenis Komoditi

Hasil LQ

Rata-rata

Klasifikasi Komoditas

2015

2016

2017

2018

2019

1.

Padi

1,147

1,185

1,132

1,104

1,138

1,141

Basis

2.

Jagung

0,188

0,121

0,506

0,503

0,610

0,386

Non Basis

3.

Kedelai

4,951

5,537

5,716

6,997

3,308

5,302

Basis

4.

Kacang Tanah

0,270

0,550

0,275

0,288

0,228

0,322

Non Basis

5.

Kacang Hijau

1,220

6,798

6,009

6,198

2,567

4,558

Basis

6.

Ubi Kayu

0,079

0,032

0,089

0,093

0,074

0,073

Non Basis

7.

Ubi Jalar

0,000

0,003

0,000

0,016

0,000

0,004

Non Basis

Sumber: Data Sekunder, Diolah

Subsektor Tanaman Hortikultura

Hasil analisis LQ komoditi unggulan subsektor tanaman hortikultura sayuran Kabupaten Jembrana tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.

Hasil Analisis LQ Tanaman Hortikultura Sayuran di Kabupaten Jembrana tahun 2015-2019

No

Jenis Komoditi

Hasil LQ

Rata-rata

Klasifikasi Komoditas

2015

2016

2017

2018

2019

1

Kacang

Panjang

9,222

0,832

2,131

4,358

7,068

4,722

Basis

2

Cabe Besar

2,314

5,804

4,418

0,754

2,202

3,098

Basis

3

Cabe Rawit

0,182

0,007

0,670

1,015

0,374

0,450

Non Basis

4

Ketimun

0,000

2,039

0,415

2,357

0,426

1,047

Basis

5

Tomat

0,000

0,000

0,000

0,341

1,783

0,425

Non Basis

6

Terong

25,207

8,330

7,208

0,271

1,739

8,551

Basis

7

Bawang Merah

0,000

0,000

0,265

0,923

0,351

0,308

Non Basis

Sumber: Data Sekunder, Diolah

Tabel 5.

Hasil Analisis LQ Tanaman Hortikultura Buah-buahan di Kabupaten Jembrana tahun 2015-2019

No

Jenis Komoditi

Hasil LQ

Rata-Rata

Klasifikasi Komoditas

2015

2016

2017

2018

2019

1

Semangka

2,929

6,033

4,268

12,246

15,996

8,294

Basis

2

Melon

5,025

5,429

9,883

25,604

21,235

13,435

Basis

3

Mangga

0,989

0,811

0,316

0,039

0,814

0,594

Non Basis

4

Durian

0,418

1,805

0,324

0,525

0,634

0,741

Non Basis

5

Pisang

1,509

1,161

1,697

1,385

1,298

1,410

Basis

6

Rambutan

3,341

1,934

0,038

4,873

3,218

2,681

Basis

7

Pepaya

0,095

0,263

0,110

0,152

0,140

0,152

Non Basis

8

Jambu Air

0,106

0,369

0,048

0,041

0,098

0,132

Non Basis

9

Jambu Biji

0,602

0,640

0,123

1,391

0,644

0,680

Non Basis

10

Nanas

3,232

3,442

0,309

2,492

0,064

1,908

Basis

11

Alpukat

0,014

0,036

0,015

0,103

0,246

0,083

Non Basis

12

Salak

0,003

0,061

0,011

0,055

0,144

0,055

Non Basis

13

Sawo

0,313

0,477

0,221

0,719

0,030

0,352

Non Basis

14

Duku

1,460

3,247

0,000

0,542

3,641

1,778

Basis

15

Jeruk

0,201

0,098

0,060

0,054

0,001

0,083

Non Basis

Kaprok

16

Sirsak

4,078

1,630

0,007

0,189

0,497

1,280

Basis

17

Manggis

0,487

0,170

0,037

0,611

0,502

0,361

Non Basis

18

Belimbing

0,139

0,489

0,201

0,567

1,332

0,546

Non Basis

19

Nangka

0,009

0,016

0,027

0,134

0,071

0,051

Non Basis

20

Melinjo

0,127

0,074

0,006

0,063

0,169

0,088

Non Basis

21

Sukun

0,377

0,347

0,440

1,892

0,932

0,798

Non Basis

22

Jeruk Besar

1,262

0,197

0,206

0,854

2,196

0,943

Non Basis

Sumber: Data Sekunder, Diolah

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk tanaman hortikultura sayuran Kabupaten Jembrana pada Tabel 4, menunjukkan bahwa komoditi yang memiliki nilai rata-rata LQ lebih besar dari satu atau yang dikategorikan sebagai komoditi unggulan atau basis adalah kacang panjang, cabe besar, ketimun dan terong. Komoditi unggulan yang memiliki nilai rata-rata LQ terbesar adalah komoditi terong sebesar 8,551 artinya tingkat konsentrasi produksi terong Kabupaten Jembrana sebesar 8,551 kali lebih tinggi dibandingkan produksi terong di Provinsi Bali. Komoditi cabe rawit, tomat dan bawang merah termasuk kedalam komoditi bukan unggulan atau non basis. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata Location Quotient ketiga komoditi tersebut benilai dibawah satu.

Hasil analisis LQ untuk menentukan komoditi unggulan subsektor tanaman hortikultura buah-buahan Kabupaten Jembrana tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 5. Berdasarkan hasil analisis LQ, menunjukkan bahwa komoditi semangka, melon, pisang, rambutan, nanas, duku dan sirsak memiliki nilai rata-rata LQ lebih dari satu hal ini berarti komoditi-komoditi tesrsebut merupakan komoditi unggulan atau basis di Kabupaten Jembrana. Komoditi melon memiliki nilai rata-rata LQ terbesar karena petani Kabupaten Jembrana melihat prospek yang menguntungkan dalam membudidayakan komoditi melon, dan melon memiliki harga jual yang cukup tinggi dibandingkan komoditi lainnya. Komoditi yang memiliki nilai rata-rata LQ kurang dari satu yaitu komoditi mangga, durian, pepaya, jambu air, jambu biji, alpukat, salak, sawo, jeruk kaprok, manggis, belimbing, nangka, melinjo, sukun dan jeruk besar.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai penelitian ini yaitu posisi Kabupaten Jembrana dalam perekonomian wilayah di Provinsi Bali termasuk pada kuadran IV artinya Kabupaten Jembrana termasuk daerah relatif tertinggal di Provinsi Bali. Posisi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Jembrana termasuk kedalam kuadran I artinya sektor pertanian Kabupaten Jembrana merupakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat. Komoditi yang menjadi unggulan di Kabupaten Jembrana untuk subsektor tanaman pangan adalah komoditi padi, kedelai dan kacang hijau. Komoditi unggulan subsektor tanaman hortikultura adalah komoditi kacang panjang, cabe besar, ketimun, terong, semangka, melon, pisang, rambutan, nanas, duku dan sirsak.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu kepada pemerintah daerah Provinsi Bali diharapkan dapat memprioritaskan kebijakan pembangunan daerah kepada Kabupaten/Kota yang berada kedalam daerah relatif tertinggal agar dapat menurunkan tingkat ketidakmerataan. Pengalokasian anggaran pembangunan,

dialokasikan dengan sasaran dan tujuan yang tepat sehingga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Kepada pemerintah daerah Kabupaten Jembrana diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih serius dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, khususnya sektor pertanian, serta dapat mempertahankan dan meningkatkan sektor pertanian sebagai sektor maju dan tumbuh dengan pesat di Kabupaten Jembrana. Pengembangan sektor pertanian dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah produksi, kualitas komoditi pertanian, bantuan alsintan, pembangunan sarana dan prasarana serta pabrik pengolahan hasil pertanian. Kepada pemerintah daerah Kabupaten Jembrana diharapkan dapat mengembangkan komoditi unggulan diantaranya komoditi padi, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, cabe besar, ketimun, terong, semangka, melon, pisang, rambutan, nanas, duku dan sirsak hingga menembus pasar internasional serta mempertahankan komoditi unggulan saat ini agar tetap unggul dan tidak mengalami penurunan dimasa mendatang. Dengan begitu dapat meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten Jembrana dan membawa Kabupaten Jembrana menjadi daerah maju dan tumbuh dengan pesat kedepannya. Pada penelitian ini menggunakan data tahun 2015 sampai 2019, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan time series terbaru dan menggunakan metode analisis Dinamic Location Quotient agar dapat mengetahui apakah komoditi unggulan saat ini tetap bisa unggulan di masa yang akan datang dan ada kemungkinan harapan komoditi bukan unggulan saat inimenjadi unggulan pada masa yang akan datang.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian hingga karya ilmiah ini dapat dipublikasikan dalam e-jurnal ini.

Daftar Pustaka

BPS Kabupaten Jembrana. 2019. Jembrana Dalam Angka 2019. BPS Kabupaten Jembrana.

BPS Provinsi Bali. 2017. Luas Lahan per Kabupaten/Kota Menurut Penggunaannya. Dipublikasikan oleh BPS Provinsi Bali.

BPS Provinsi Bali. 2019. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha. Dipublikasikan oleh BPS Provinsi Bali.

Luthfiyah, Ukhti. 2020. Analisis Ketimpangan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2019. Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal. 6(3): 241-247.

Patarai, M.I. 2016. Perencanaan Pembangunan Daerah (Sebuah Pengantar). Makasar: De La Macca

Satori, D. dan Komariah, A. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sjafrizal. 2016. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugaepi. 2013. “Pengaruh Pendekatan Point Of Reward dan Sikap Demokratis

Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik dalam Mata Pelajaran PKN”. Fakultas Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Usman. 2016. Analisis Sektor Basis dan Subsektor Pertanianbasis Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. SEPA. 13(1): 10-21.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

465