Pemberdayaan Petani Kelapa dalam Mengolah Gula Merah di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p36
Vol. 11, No. 1, Juli 2022
Pemberdayaan Petani Kelapa dalam Mengolah Gula Merah di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
SHINTA RODAME SITUMORANG, I DEWA PUTU OKA SUARDI*, NYOMAN PARINING
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB Sudirman-Denpasar, 80232, Bali
Email: shintarodames@gmail.com *okasuardi@unud.ac.id
Abstract
Empowerment of Coconut Farmers in Brown Sugar Processing in Besan Village, Dawan District, Klungkung Regency
Besan Village is a village that has few human resources despite its good natural resource potential. This can be seen from the brown sugar processing business which still uses traditional methods and limited marketing, hence farmers do not get much income from brown sugar production. This study aims to determine the potential of coconut farming and brown sugar processing business and to analyze the empowerment efforts of coconut farmers in the brown sugar processing business in Besan Village, Dawan District, Klungkung Regency. This study uses descriptive qualitative method. Eight informants were selected by using purposive method, namely the entire population of farmers who are still producing brown sugar. The result of this study indicates that brown sugar processing resources in Besan Village which includes natural resources, human resources, financial resources, and technological resources are sufficient. The efforts to empower brown sugar producer farmers, which include human development, business development, institutional development, and environmental development has been sufficient.
Keywords: empowerment, coconut farmers, brown sugar processing
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Menurut Anwar (2006) pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu untuk bersenyawa dengan individu-individu lain dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Secara sederhana, Sumodiningrat (1999) mendefenisikan pemberdayaan masyarakat (society empowerment) adalah agenda konsep dan pembangunan yang mendukungan kemampuan masyarakat.
Menurut Malian, (2004) bahwa Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa terbesar kedua di dunia, dengan pangsa pasar sebesar 1 8 persen dari produk yang diperdagangkan dipasar dunia. Desa Besan termasuk wilayah Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Provinsi Bali. Desa Besan memiliki potensi Sumber Daya Alam yang sangat baik untuk menunjang pembuatan gula merah dan petani terbilang mampu mengolah dengan cara dan alat tradisional serta menghasilkan kualitas gula merah yang sangat baik.
Dwianti dkk (2003) menyatakan pembuatan gula merah dapat dilakukan dengan memfortifikasi dengan vitamin A. Namun, petani pengolah gula di Desa Besan masih hanya menjual hasil olahannya secara mentahan dan menjualnya hanya kepada pengepul di daerah tersebut. Sedangkan apabila petani tidak mengembangkan pengolahan pembuatan gula merah yang dilakukan dapat menimbulkan resiko menurunnya produktivitas gula merah. Menurut Soekartawi, (1993) mengatakan bahwa produksi dibidang pertanian sangat lekat dengan risiko, yang dapat diketahui dari adanya variasi produksi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun. Gula merah yang dihasilkan pada musim penghujan jumlah produksinya lebih tinggi dibandingkan saat musim kemarau, namun memiliki harga jual yang lebih rendah. Fluktuasi harga gula merah ini merupakan salah satu risiko yang dihadapi produsen dalam kegiatan usahanya (Muhroil, dkk., 2015).
Petani pengolah gula merah di Desa Besan tidak memiliki lembaga yang mampu membantu baik dalam proses memberi informasi maupun akses sarana dan prasarana. Menurut Firmansyah (1998) menyatakan bahwa salah satu peran sosial dalam budidaya kelapa yaitu adanya peran dari lembaga yaitu bahwa mata rantai saluran pemasaran dan lembaga yang terkait didalamnya harus diketahui agar penyaluran produk yang dihasilkan oleh petani kepada konsumen melalui perantara mampu memberikan pembagian keuntungan yang adil terhadap semua pelaku pemasaran.
Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sunyoto, 2004). Untuk itu, terdapat 4 bina yang dilakukan untuk menganalisis pemberdayaan masyarakat khususnya petani pengolah gula di Desa Besan yang meliputi Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Kelembagaan, dan Bina Lingkungan (Mardikanto, 2010).
Berdasarkan latar belakang yang sudah dicantumkan oleh peneliti maka ada beberapa hal yang sangat difokuskan yaitu :
-
1. Bagaimana potensi usahatani kelapa dalam pengolahan gula merah yang dimiliki petani di Desa Besan
-
2. Bagaimana upaya pemberdayaan petani kelapa dalam pengolahan gula merah di Desa Besan?
Tujuan dilakukannya penelitian tersebut untuk beberapa hal yaitu :
-
1. Mengetahui potensi usahatani kelapa dalam pengolahan gula merah yang dimiliki oleh petani di desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.
-
2. Menganalisis upaya pemberdayaan petani kelapa dalam pegolahan gula merah di Desa Besan Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.
Penelitian ini dilakukan di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung dan dilakukan selama kurang lebih dua bulan. Desa Besan dipilih sebagai lokasi penelitian karna Desa Besan memiliki potensi Sumber Daya Alam yang sangat memadai dalam pembuatan gula merah namun masih minimnya Sumber Daya Manusia.
Jenis data yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik petani, jenis kelamin, dan pendidikan. Data kuantitatif yaitu umur, modal usahatani, luas lahan yang digarap, serta data yang mendukung pengolahn gula merah di Desa Besan. Sumber data yang dikaji dalam penelitian ini yaitu data primer data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani pengola gula, dan data sekunder yaitu dokumentasi dan kuesioner yang diberikan kepada petani pengolah gula.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan sumber informasi yang telah diperoleh dari pemerintah setempat di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, terdapat 8 kepala keluarga yang masih aktif mengolah gula merah hingga saat ini sebagai mata pencaharian. Maka dengan teknik sensus seluruh populasi dijadikan responden dalam penelitian ini sehingga jumlah responden penelitian ini sebanyak 8 kepala keluarga.
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, potensi usaha tani serta upaya pemberdayaan. Dan metode penelitian yang digunakan
adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dimana kuantitatif dilakukan dengan cara mengolah data menggunakan program Microsoft Excel.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, bahwa petani yang mengolah kelapa menjadi gula merah termasuk dalam kategori muda dengan rentang umur 4247 tahun sebanyak 3 orang petani.
Tabel 1.
Kategori Umur Responden Pengolah Gula Merah di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
No 1 |
Rentang 36-41,8 |
Kategori Sangat muda |
Frekuensi | |
Orang 2 |
(%) 25 | |||
2 |
42-47,6 |
Muda |
3 |
37,5 |
3 |
48-53,4 |
Sedang |
1 |
12,5 |
4 |
53,5-59,2 |
Tua |
1 |
12,5 |
5 |
59,3-65 |
Sangat Tua |
1 |
12,5 |
Jumlah |
8 |
100 |
Rata-rata tingkat pendidikan formal responden yaitu 12 tahun.
Tabel 2.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Tahun 2020
No |
Pendidikan terakhir (Tahun) |
Kategori |
Jumlah | |
Orang |
(%) | |||
1 |
6 |
SD |
3 |
37,5 |
2 |
12 |
SMA |
3 |
37,5 |
3 |
9 |
SMP |
2 |
25 |
Jumlah |
8 |
100 |
Petani pengolah kelapa di Desa Besan, rata rata tidak memiliki lahan sendiri karna merupakan tanah warisan dan pohon kelapa tumbuh di sekitar pekarangan rumah masyarakat.
Tabel 3.
Distribusi Responden berdasarkan luas lahan garapan petani pengola gula merah di
Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Tahun 2020
Luas Lahan Garapan (Are)
No |
Milik Sendiri |
Milik Orang Lain |
Jumlah Garapan |
1 |
0 |
1 |
1 |
2 |
0 |
0,75 |
0,75 |
3 |
0 |
1 |
1 |
4 |
0 |
1 |
1 |
5 |
0 |
1 |
1 |
6 |
0,75 |
0 |
0,75 |
7 |
0 |
0,75 |
0,75 |
8 |
0,75 |
0 |
0,75 |
Mean |
0,19 |
0,69 |
0,88 |
Status usaha tani digolongkan menjadi dua yaitu pemilik penggarap dan penyakap. Pemilik penggarap artinya petani itu sendiri yang mengusahakan lahan miliknya sendiri.
Tabel 4.
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Petani di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Tahun 2020
No |
Pekerjaan Utama |
Jumlah | |
Orang |
(%) | ||
1 |
Petani |
7 |
87,5 |
2 |
Pegawai |
1 |
12,5 |
Jumlah |
8 |
100 |
Tabel 4 merupakan tabel pekerjaan utama petani dari ke 8 responden yang masih aktif mengolah gula merah hingga saat ini. Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar bahkan hampir seluruh responden memiliki pekerjaan utama sebagai petani yaitu mencapai 7 orang sebesar 87,5 % dan hanya 1 orang sebesar 12,5 % yang memiliki pekerjaan utama sebagai pegawai namun juga mengolah gula merah sebagai tambahan pemasukan. Penentuan pekerjaan utama ditentukan berdasarkan pendapatan paling banyak yang diterima oleh petani dibandingkan pekerjaan samping lainnya misalnya menjadi buruh harian, petani penggarap dan lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 5 bahwa sebanyak 75% Sumber Daya Alam yang ada di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung tergolong dalam kategori sangat baik.
Tabel 5. Sumber Daya Alam di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung | ||||
No |
Rentang |
Kategori |
Frekuensi | |
Orang |
(%) | |||
1 |
17-17,5 |
Sangat Tidak Baik |
1 |
12,5 |
2 |
17,6-18,1 |
Tidak Baik |
0 |
0 |
3 |
18,2-18,7 |
Cukup |
0 |
0 |
4 |
18,8-19,3 |
Baik |
1 |
0 |
5 |
19,4-19,9 |
Sangat Baik |
7 |
75 |
Jumlah |
8 |
100 |
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel dibawah, bahwa petani pengolah kelapa di Desa Besan tergolong dalam kategori tidak baik. Hal ini dikarenakan mereka hanya mampu mengolah gula merah secara tradisional saja dan petani masih kurang berminat dalam mengreasikan gula merah menjadi produk baru yang lebih menarik.
Tabel 6. Sumber Daya Manusia di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung | ||||
No |
Rentang |
Kategori |
Frekuensi | |
Orang |
(%) | |||
1 |
20-20,7 |
Sangat Tidak Baik |
1 |
12,5 |
2 |
20,8-21,5 |
Tidak Baik |
4 |
50 |
3 |
21,6-22,3 |
Cukup |
2 |
25 |
4 |
22,4-23,1 |
Baik |
0 |
0 |
5 |
23,2-23,9 |
Sangat Baik |
1 |
12,5 |
Jumlah |
8 |
100 |
Berdasarkan data yang diperoleh, masyarakat di Desa Besan menggunakan modal sendiri dalam mengolah gula merah. Modal yang dimaksud adalah modal untuk membeli peralatan sederhana yang tergolong dalam kategori cukup.
Tabel 7.
Sumber Daya Finansial di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
No |
Rentang |
Kategori |
Frekuensi | |
Orang |
(%) | |||
1 |
11-11,5 |
Sangat Tidak Baik |
1 |
12,5 |
2 |
11,6-12,1 |
Tidak Baik |
2 |
25 |
3 |
12,2-12,7 |
Cukup |
0 |
0 |
4 |
12,8-13,3 |
Baik |
3 |
37,5 |
5 |
13,4-13,9 |
Sangat Baik |
2 |
25 |
Jumlah |
8 |
100 |
Melalui data yang diperoleh setelah penelitian, oleh karena masyarakat masih berkutat dalam cara tradisional, maka teknologi yang digunakan meskipun masih minim namun sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 50% .
Tabel 8.
Sumber Daya Teknologi di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
No |
Rentang |
Kategori |
Frekuensi | |
Orang |
(%) | |||
1 |
5-6,4 |
Sangat Tidak Baik |
3 |
37,5 |
2 |
6,5-7,9 |
Tidak Baik |
0 |
0 |
3 |
8-9,4 |
Cukup |
1 |
12,5 |
4 |
9,5-10,9 |
Baik |
4 |
50 |
5 |
11-12,4 |
Sangat Baik |
0 |
0 |
Jumlah |
8 |
100 |
Berdasarkan hasil penelitian, aspek bina manusia di Desa Besan termasuk dalam kategori tidak baik. Hal ini dikarenakan petani di Desa Besan belum pernah diberdayakan sebelumnya dan minimnya minat masyarakat dalam mengembangkan pengolahan gula merah yang mereka miliki. Masyarakat cenderung nyaman dengan pengolahan gula merah yang mereka jalankan selama ini dan minimnya kemauan untuk mengakses informasi sehingga hasil yang diperoleh minim.
Tabel 9.
Aspek Bina Manusia di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
No |
Rentang |
Kategori |
Frekuensi | |
Orang |
(%) | |||
1 |
19-19,7 |
Sangat Tidak Baik |
2 |
25 |
2 |
19,8-20,5 |
Tidak Baik |
4 |
50 |
3 |
20,6-21,3 |
Cukup |
1 |
12,5 |
4 |
21,4-22,1 |
Baik |
0 |
0 |
5 |
22,2-22,9 |
Sangat Baik |
1 |
12,5 |
Jumlah |
8 |
100 |
Sesuai dengan data penelitian yang dilakukan, bina usaha yang ada di Desa Besan masih tergolong tidak baik atau rendah. Hal ini karena petani hanya mengolah usaha gula merah dalam kemasan yang sangat sederhana sehingga harganya pun tidak terlalu tinggi.
Tabel 10.
Aspek Bina Usaha di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
No |
Rentang |
Kategori |
Frekuensi | |
Orang |
(%) | |||
1 |
19-19,7 |
Sangat Tidak Baik |
2 |
25 |
2 |
19,8-20,5 |
Tidak Baik |
4 |
50 |
3 |
20,6-21,3 |
Cukup |
1 |
12,5 |
4 |
21,4-22,1 |
Baik |
0 |
0 |
5 |
22,2-22,9 |
Sangat Baik |
1 |
12,5 |
Jumlah |
8 |
100 |
Berdasarkan data yang didapat, aspek kelembagaan di Desa Besan tergolong dalam kategori sangat tidak baik, hal ini karena tidak pernah ada lembaga yang menaungi usaha gula merah di Desa Besan sebelumnya, selain itu petani juga lebih nyaman dengan membuat gula merah sendiri tanpa adanya kelompok. Padahal dengan adanya pembentukan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial ekonomis dapat membantu sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat. (Sumaryadi, 2005).
Tabel 11.
Aspek Bina Kelembagaan di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
No |
Rentang |
Kategori |
Frekuensi | |
Orang |
(%) | |||
1 |
6-7,1 |
Sangat Tidak Baik |
3 |
37,5 |
2 |
7,2-8,3 |
Tidak Baik |
0 |
0 |
3 |
8,4-9,5 |
Cukup |
3 |
37,5 |
4 |
9,6-10,7 |
Baik |
1 |
12,5 |
5 |
10,8-11,9 |
Sangat Baik |
1 |
12,5 |
Jumlah |
8 |
100 |
Berdasarkan data yang telah diperoleh diatas, sebanyak 5 orang petani atau 62,5 % belum mampu menjaga kebersihan lingkungan pembuatan gula merah yang mereka lakukan. Hal ini terjadi karena petani tidak menjaga kebersihan sekitar pengolahan dengan berkala dan juga tidak adanya penanaman kembali pohon yang sudah rusak/ pohon yang sudah tidak dapat digunakan.
Tabel 12.
Aspek Bina Lingkungan di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
No |
Rentang |
Kategori |
Frekuensi | |
Orang |
(%) | |||
1 |
18-18,7 |
Sangat Tidak Baik |
1 |
12,5 |
2 |
18,8-19,5 |
Tidak Baik |
5 |
62,5 |
3 |
19,6-20,3 |
Cukup |
1 |
12,5 |
4 |
20,4-21,1 |
Baik |
0 |
0 |
5 |
21,2-21,9 |
Sangat Baik |
1 |
12,5 |
Jumlah |
8 |
100 |
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang potensi pengolahan gula merah oleh petani di Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung yaitu untuk sumber daya alam tergolong sangat baik, sumber daya manusia tergolong tidak baik, sumber daya finansial tergolong cukup, dan sumber daya teknologi tergolong baik. Sedangkan untuk upaya pemberdayaan dalam pengolahan gula merah yang meliputi bina manusia, bina usaha, bina kelembagaan, dan bina lingkungan tergolong cukup. Untuk aspek pemberdayaan bina manusia tergolong
tidak baik, bina usaha tidak baik, bina kelembagaan cukup, dan bina lingkungan baik.
Melihat uraian dari simpulan sebelumnya, penulis menyarankan agar petani yang mengolah nira menjadi gula merah diharapkan lebih kreatif dalam mengolah nira kelapa menjadi berbagai macam jenis olahan sehingga pengolahan gula merah dapat berkelanjutan.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan jurnal ini sehingga jurnal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan dapat digunakan dengan sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Anwar. 2006. Deptan Targetkan Peremajaan Kelapa 380 ribu Ha http://www
hupelita.com/bali (Diakses pada 20 Oktober 2019).
Dwianti,dkk. 2003. Buku Pintar dan Potensi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Probolingga, Probolingga.
Firmansyah. 1998. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Malian. 2004. Analisis Pendapatan Usaha Gula Aren Pada Masyarakat yang Tinggal di Dalam dan di Sekitar Hutan. Jurnal Parrenntial. 11(2):61-65.
Mardikanto. 2010. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif kebijakan Publik.
Alfabeta. Surakarta.
Muhroil. 2015. Strategi Pengembangan Industri Kecil Gula Aren di Kecamatan
Limbangan Kabupaten Kendal. Diakses pada 20 Juli 2020.
Soekartawi. 1993. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sunyoto. 2004. Industri Rumah Tangga Gula Semut sebagai Wahana Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Keluarga. Jurnal PKS. 16(2): 151-172.
Sumaryadi. 2005. Defenisi Pemberdayaan masyarakat. Jakarta.
Sumodiningrat. 1999. Pemberdayaan masyarakat melalui PENKES (Pendidikan dan
Kesehatan). Jurnal Abdimas Mahakam. 2(1): 17-23.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
402
Discussion and feedback