Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p33

Vol. 11, No. 1, Juli 2022

Analisis Efisiensi Usahatani Ikan Nila pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta di Banjar Abang Desa Abangsongan Kintamani Bangli

NI WAYAN RUSTARINI, NI LUH PRIMA KEMALA DEWI*, I DEWA AYU SRI YUDHARI

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232

Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Analysis of The Efficiency of nile Tilapia Fish Farming in The Fishing Group of Keramba Ulam Dewi Segara Tirta in Banjar Abang Abangsongan Village Kintamani Bangli

Nile tilapia (Oreochromis Niloticus) is a type of freshwater fish that is widely cultivated in Indonesia, one of which is in Bali. Nile Tilapia has good growth so that many are cultivated in Bali, especially those conducted in this study, namely in the area of Lake Batur, Kintamani, Bangli. The purpose of the study was to identify the amount of income, efficiency, profitability and identify the profit sharing system reccepted by nile tilapia farmers in the Fishing Group Keramba Ulam Dewi Segara Tirta. The data analysis method used is quantitative data and data collection is done by census technique involving 12 respondents. The data used is primary and secondary data. The results showed the acceptance of the Fishing Group Keramba Ulam Dewi Segara Tirta amounted to Rp209.100.000 with a total cost of Rp63.285.499 and the income of the keramba group of Rp145.814.501 R/ C Ratio has a value of 3.30 which means the farmer experienced a profit and profitability value of 230% which shows nile tilapia farming is worth developing. While the profit sharing system that is evenly distributed from 80% of the income earned by individual farmers amounted to Rp9.720.966, plus the wages of group farmers' workers paid at the end of the production period amounted to Rp560.625. The total income received by individual farmers amounted to Rp10.281.591 in one production process of 6 to 7 months.

Keywords: analysis, revenue, efficiency, profitability, tilapia, group

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Indonesia sebagai negara maritim, memiliki potensi dalam pengembangan budidaya ikan air tawar. Salah satu jenis ikan air tawar yang tingkat permintaan

dipasaran cukup tinggi adalah jenis ikan nila (Oreochromis niloticus) Jenis ikan ini cocok di kembangkan di Indonesia, dengan suhu optimal berkisar 25-30 dengan pH air 7-8 (Khairuman 2013).

Provinsi Bali salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi mengembangkan budidaya perikanan melalui sistem tambak (Keramba jaring apung) terletak di kawasan Danau Batur, Khususnya di Banjar Abang, Desa Abangsongan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Danau Batur memiliki peranan penting dalam upaya peningkatan produksi perikanan budidaya sistem keramba jaring apung karena ketika terjadi penurunan produksi akan mempengaruhi total produksi pada usaha budidaya perikanan Bangli. Budidaya perikanan di Danau Batur bukanlah tanpa kendala, letaknya yang berada di pesisir Gunung Batur membuat perairan yang dimanfaatkan rentan terhadap penurunan kualitas air akibat adanya aktifitas gunung dan aktivitas pertanian.

Akibat terjadinya fenomena tersebut produksi perikanan di Kabupaten Bangli menurun setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dari sumber (BPS. Provinsi Bali 2020) di mulai dari tahun 2016 produksi ikan nila semula 7.204.50, di tahun 2017 menjadi 6.021.80, di tahun 2018 menjadi 5.181.50 dan di tahun 2019 kembali menurun menjadi 4.844.13. Hal ini berarti usahatani ikan nila di Kabupaten Bangli belum mampu memenuhi kebutuhan pasar. Disisi lain (Budiasa et al., 2018) kualitas air Danau Batur yang ditunjukkan dengan nilai TDS, NO2, BOD, Total-P, NH3, dan P-PO4 melebihi ambang batas kriteria kualitas air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 Tahun 2001. Dengan demikian, secara tidak langsung petani dihimbau untuk tidak memperluas usahatani ikan nila dengan sistem keramba jaring apuang (KJA). Sehingga mengakibatkan adanya persaingan kualitas ikan nila yang di produksi di Danau Batur dengan produksi ikan di wilayah lain di Provinsi Bali. Dilihat dari tujuan usahatani menurut (Comer,1973:213) dalam (Darisalim, 2005), adalah memaksimalkan pendapatan dan meminimumkan biaya. Namun melihat petani di Danau Batur yang belum mampu mengoptimalkan pendapatan dan menganalisis efisiensi usahataninya, maka menarik untuk dilakukan penelitian mengenai “Analisis Efisiensi Usahatani Ikan Nila pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta Banjar Abang Desa Abangsongan Kintamani Bangli”.

  • 1.2    Rumusan masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Berapa pendapatan yang diterima Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta dalam melakukan usahatani ikan nila?

  • 2.    Seberapa besar tingkat efisiensi usahatani ikan nila pada Kelompok Nelayan Keraba Ulam Dewi Segara Tirta?

  • 3.    Berapa besar tingkat profitabilitas usahatan pada tahun 2020 Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta?

  • 4.    Bagaimana sistem bagi hasil yang di terima petani dalam usahatani ikan nila pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi,

  • 1.    Besarnya pendapatan yang diterima Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta dalam melakukan usahatani ikan nila.

  • 2.    Besarnya tingkat efisiensi usahatani ikan nila pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta

  • 3.    Besarnya tingkat profitabilitas usahatani pada tahun 2020 Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta

  • 4.    Sistem bagai hasil yang di terima petani ikan nila pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta.

  • 1.4   Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi:

  • 1.    Petani ikan di Banjar Abang, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk membudidayakan ikan nila dan menjadi informasi mengenai tingkat efisiensi usahatani ikan nila.

  • 2.    Pemerintah terkait, sebagai bahan referensi dalam bahan kajian menentukan tingkat efisiensi usahatani ikan dengan sistem keramba jaring apung

  • 3.    Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi literatur maupun acuan untuk penelitian lanjutan, atau yang terkait dalam memberikan gambaran mengenai pendapatan, efisiensi, profitablitas dan sistem bagi hasil pada usahatani perikanan khususnya Ikan nila di Banjar Abang, Desa Abangsongan, Kinatamani, Bangli.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu pada Banjar Abang, Desa Abangsongan, Kintamani, Bangli. Penentuan kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta ditentukan secara kebetulan (Insidental), penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2021.

  • 2.2    Jenis Data, Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif antara lain gambaran umum tempat penelitian, karakteristik petani, sistem bagi hasil dan data kuantitatif adalah penerimaan, biaya usahatani, pendapatan kelompok usahatani, efisiensi usahatani dan profitabilitas. Sumber data yaitu data primer dan sekunder.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam memperoleh data pada penelitian ini adalah wawancara, studi pustaka dan dokumentasi.

  • 2.4    Populasi dan Sampe

Menurut (Sugiyono, 2019) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk menarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 12 orang populasi meliputi: Seluruh anggota Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta di Banjar Abang Desa Abangsongan Kintamani Bangli. Teknik pengambilan sampel menggunakan sensus (sampling total). Menurut Sugiyono (2019) sensus atau sampling total merupakan Teknik pengambilan sampel yang mana seluruh populasi dijadikan sampel karena populasi di bawah 100 orang, sampel penelitian adalah seluruh anggota Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta.

  • 2.5    Variabel dan Pengukuran

Variabel pertama yang digunakan adalah variabel pendapatan dan efisiensi usahatani dengan indikator total penerimaan usahatani dengan parameter jumlah produksi, dan harga jual ikan nila. Indikator selanjutnya yaitu total biaya usahatani dengan indikator biaya input usahatani, dan indikator pendapatan dengan parameter keuntungan dan kelayakan kedua variabel di ukur dengan skala rasio.

  • 2.6    Metode Analisis Data

    2.6.1    Penerimaan usahatani ikan nila

Penerimaan usahatani yaitu bersarnya jumlah produksi dan harga satuan produksi yang dihasilkan. Total Penerimaan (TR) yang diproleh produsen dari hasil penjualan output. Dengan memperhitungkan output dikalikan dengan harga jual, dengan rumus:

TR = P X Q……….………………………………….(1) Keterangan:

TR   = Penerimaan total (Rp)

P     = Harga produk (Rp/Kg)

Q    = Jumlah produksi (Kg)

  • 2.6.2    Biaya usahatani ikan nila

  • 1.   Biaya tetap

Biaya tetap terdiri atas biaya upacara merupakan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan sarana upacara selama melakukan usahatani ikan nila. Biaya penyustutan bangunan yaitu keramba dan rumah jaga, dan biaya penusutan alat pendukung yaitu perahu yang digunakan dalam usahatani ikan nila dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Metode ini digunakan dengan asumsi alat-alat usahatani ikan nila menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya.

  • 2.    Biaya variabel

Biaya variabel dihitung dari biaya bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja yang di gunakan dalam usahatani ikan nila. Biaya bibit yang dikeluarkan dihitung

dari harga per ekor bibit yaitu sebesar Rp500. biaya pakan yang yang dikeluarkan dalam usahatani ikan nila terdiri dari tiga jenis pakan yaitu 781-1, 888-2 dan 7813,888-3. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ikan nila terdiri tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja kelompok. Biaya total dihitung dengan rumus:

TC = TFC +TVC………………………………….… (2) Keterangan

TC = Total cost (biaya total (Rp))

TFC = Total fixed cost (biaya tetap total (Rp))

TVC = Total variabel cost (biaya variabel total (Rp))

  • 2.6.3    Pendapatan usahatani

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani ikan nila dapat dihitung dengan mengurangi totalpenerimaan petani dengan total biaya selama melakukan usahatani ikan nila dapat meggunakan rumus berikut:

π = TR – TC …………………………………….… (3) Keterangan

π     = Pendapatan usahatani (Rp)

TR   = Total penerimaan (Rp)

TC   = Total biaya (Rp)

  • 2.7   Sistem bagi hasil

Bagi hasil adalah suatu pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem bagi hasil usaha kelompok perikanan merupakan sistem yang diberlakukan kelompok yang sudah di sepakati oleh seluruh anggota dalam suatu organisasi. Ketua dan anggota memiliki hak yang sama dalam pembagian hasil usaha, karena semua tanggung jawab yang di lakukan dalam usahatani ikan nila sama, mulai dari persiapan lahan, sampai proses panen. Sistem bagi hasil dari 100% pendapatan yang dihasilkan terlebih dahulu disimpan sebagai pendapatan non tunai (kas) yang sebesar 20%, sisa 80% baru di bagi kepada masing-masing individu kelompok sebagai pendapatan tunai.

  • 2.8    Efisiensi usahatani

Menurut Soekartawi (1987) dalam (Agustin et al., 2018) efisiensi merupakan penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh produksi yang sebesar-besarnya. Metode yang digunakan untuk mengetahui efisiensi usahatani dapat dihitung dengan rumus:

R/C Ratio


Total pβnerimaaιτ

Total biaya


(4)


Keterangan:

Apabila R/C Ratio >1 maka usahatani bisa dibilang mengalami keuntungan

Apabila R/C Ratio = 1 maka usahatani berada dalam kondisi impas BEP

Apabila R/C Ratio < 1 maka usahatani mengalami kerugian.

  • 2.9    Profitabilitas

Profitabilitas digunakan dalam menentukan keberlanjutan usahatani apakah layak atau tidak untuk dikembangkan dapat dihitung dengan profit rate dengan rumus:

o        =  × 100%

Profitabilitas         ……………………………………………(5)

Keterangan: π      = Pendapatan bersih (profit)

TC     = Biaya total (total cost)

Profitabilitas (profit rate) dapat ditentukan berdasarkan tingkat inflasi didaerah setempat, dengan kreteria sebagai berikut:

  • a) Profit RateInflation Rate, maka usahatani layak untuk dilanjutkan b) Profit RateInflation Rate, maka usahatani tidak layak untuk dilanjutkan.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Penerimaan

Penerimaan usahatani yaitu bersarnya jumlah produksi dan harga satuan produksi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian penerimaan yang diterima Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1.

Penerimaan Usahatani Ikan Nila Pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta, Tahun 2020

No

Produksi (kg)

Jumlah ikan (Kg)

Harga (Rp/Kg)

Jumlah (Rp/ Kg)

1

5.950

a) 3-4

28.000

166.600.000

2

1.700

b) 4-5

25.000

42.500.000

Total

7.650

-

209.100.000

Sumber: diolah dari data primer (2020)

Penerimaan usahatani ikan nila dari jumlah keramba sebanyak 13 pelong dengan jumlah produksi perkilogram sebanyak 7.650 menghasilkan penerimaan sebesar Rp209.100.000 dari dua perbandingan harga ikan Rp28.000 (3-4 ekor/kg) dan harga Rp25.000 (4-5 ekor/kg).

  • 3.2    Biaya usahatani

Menurut Mubyarto (1989) dalam (Sulistiyono, 2019) membedakan biaya menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap diantaranya biaya upacara, biaya penyusutan rumah jaga dan biaya penyusutan

alat-alat. Sedangkan biaya variabel seperti biaya bibit, biaya pakan dan biaya tenaga kerja. Biaya total dalam usahatani ikan nila dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2.

Biaya Total dalam Usaatani Ikan Nila pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta, Tahun 2020

No    Luas

lahan (Ha)

Jumlah keramba/ pelong

Biaya tetap (Rp)

Biaya variabel (Rp)

Biaya Total (Rp)

1       0,08

13

12.857.999

50.427.500

63.285.499

Persentase (%)

20

80

100

Sumber: diolah dari data primer (2020)

Berdasarkan tabel 2 Biaya total usahatani ikan nila di peroleh dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel sehingga biaya total yang dikeluakan Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta dalam melakukan usahatani ikan nila sebesar Rp63.285.499 (100%) untuk satu kali proses produksi tahun 2020.

  • 3.3    Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan ditentukan oleh besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan pendapatan yang diterima Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3.

Pendapatan Usahatani Ikan Nila Pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta, Tahun 2020

No

Luas lahan

Luas keramba

Jumlah Produksi (Kg)

Penerimaan usahatani (Rp)

Biaya total (Rp)

Pendapatan (Rp)

1

0,08

13

7.650

209.100.000

63.285.499

145.814.501

Persentase (%)

100

30

70

Sumber: diolah dari data primer (2020)

Berdasarkan Tabel 3 diatas Pendapatan Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta Sebesar Rp145.814.501, hasil ini diperoleh dari perbandingan jumlah penerimaan dengan total biaya usahatani dalam satu kali proses produksi di tahun 2020.

  • 3.4    Efisiensi usahatani

    3.4.1    R/C Ratio

R/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar R/C Ratio maka semakin besar keuntungan yang didapatkan. Menurut soekartawi 1987 dalam (Agustin et al., 2018) apabila R/C Ratio lebih besar dari 1 maka usaha tersebut dikatakan menguntungkan. Total penerimaan usahatani sebesar Rp209.100.000 dengan total biaya sebesar Rp63.285.499, sehingga menghasilkan nilai R/C Ratio sebesar 3,30 > 1 maka diartikan usahatani ikan nila menguntungkan.

  • 3.5    Profitabilitas

Profitabilitas digunakan dalam menentukan keberlanjutan usahatani apakah layak atau tidak untuk dikembangkan dapat dihitung dengan profit rate. Profit RateInflation Rate, maka usahatani tersebut layak untuk dilanjutkan. Perbandingan pendapatan yang sebesar Rp145.814.501 dengan total biaya sebesar Rp63.285.499 dikali 100% menghasilkan nilai profitabilitas sebesar 230% sedangkan inflasi menurut (BPS. Provinsi Bali,2020) dengan menggunakan tingkat inflasi Kota Denpasar yaitu sebesar 0,55%. Hal ini menunjukkan usaha ikan nila pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta layak untuk dikembangkan.

  • 3.6    Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil ini dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota kelompok dalam usahatani ikan nila. Pendapatan dibagi menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan non tunai, Pendapatan usahatani ikan nila sebesar Rp145.814.501 (100%) pendapatan ini akan di simpan sebagai kas kelompok dengan jumlah Rp29.162.900 (20%) yang disebut sebagi pendapatan non tunai. Sisanya sebesar Rp116.651.601 (80%) yang disebut sebagai pendapatan tunai. Rata-rata pendapatan individu petani sebesar Rp9.702.966, untuk pembagian hasil dari 80% petani juga menerima upah dalam melakukan kegiatan usahatani sebesar Rp560.625 dalam satu kali produksi 6-7 bulan sehingga pendapatan total petani sebesar Rp10.281.591. Rata-rata pendapatan petani sebulan sebesar Rp.1.468.798, pendapatan ini dibandigkan dengan UMK (Upah Minimum Kabupaten), (BPS. Provinsi Bali, 2020) nilai UMK sebesar Rp2.949.810/bulan, hal ini diartikan bahwa pendapatan petani perbulan belum mampu dalam mensejahtrakan petani.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (L Rolandow. dkk, 2014) terkait sistem bagi hasil nelayan menganut sistem sama rata sama rasa. Aktifitas melaut akan mendapatakan bagian yang sama atas hasil tangkapan maupun jumlah rupiah yang sama untuk ikan hasil penjualan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Putri & Yusdita, 2021), sistem bagi hasil yang dijelaskan dengan sistem sama rata, usahatani yang dilakukan mulai dari pengelolaan lahan hingga panen dilakukan secara bersama-sama (gotong royong). Pendapatan kelompok tani akan di bagi sama rata setelah pendapatan dari penjualan diambil dari modal awal. Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian (Efani & Manzilati, 2018),

sistem bagi hasil dijelaskan dengan sistem penggajian dan tiga bentuk sistem bagi hasil yaitu take home pay minimal,bonus dan profit sharing. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan sistem bagi hasil sharing atas keuntungan.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasaran penelitian yang telah diuraikan pada bab di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Usahatani ikan nila dalam jangka waktu satu kali proses produksi dengan jumlah keramba 13 pelong yang menghasilkan 7.650kg ikan nila, mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp209.100.000. Pengluaran berupa biaya total sebesar Rp63.285.499 Pendapatan total yang diterima Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta sebesar Rp145.814.501 per satu kali proses produksi. (2) Hasil analisis R/C ratio menunjukkan usahatani ikan nila yang dilakukan pada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta menguntungkan dengan hasil 3,30. (3) Nilai profitabilitas 230% yang berarti usaha tersebut layak untuk dikembangkan. (4) Sistem bagi hasil yang diterima petani dalam Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota kelompok dengan Fenomena bagi hasil sama rata dari 80% pendapatan dan tambahan dari upah kerja kelompok yang diterima di akhir masa produksi.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian ada pun saran yang dapat diberikan diantaranya kepada petani dalam Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta Banjar Abang, Desa Abangsongan, Kintamani, Bangli dengan hasil analisis, R/C ratio yang dilakukan bahwa usaha tersebut menguntungkan dan analisis Profitabilias menunjukkan usaha ikan nila layak untuk dikembangkan, namun terkait dengan penurunan kualitas air dan tercemarnya air danau akibat aktivitas pertanian di sekitar pinggiran Danau Batur, perlu adanya konsultasi kepada pemerintah supaya diberikan sosialisasi dan solusi kepada petani-petani terkait. Kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian kembali terkait keberlanjutan usahatani dikarenakan saat ini Danau Batur sudah masuk kategori tidak layak untuk memperluas usahatani ikan nila dengan sistem keramba jaring apung. Kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait agar tetap mendampingi usahatani ikan nila, terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta kendala yang dihadapi tidak hanya pada lahan usahatani, namun ikan juga perlu pengawasam karena sering terjadi kendala seperti penyakit ikan (mata bengkak merah). Sistem bagi hasil sama rata yang sudah dijalankan di Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta dapat dijadikan sebagai contoh atau panduan untuk kelompok-kelompok usaha lain supaya dapat mempererat suatu organisasi. Kepada Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta agar dapat mempertahankan sistem bagi hasil tersebut karena dinilai sangat efisien.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih penulis ditunjukkan kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penelitian ini yaitu seluruh anggota Kelompok Nelayan Keramba Ulam Dewi Segara Tirta dalam memberikan informasi sehingga karya ilmiah ini dapat di publikasikan di e-jurnal.

Daftar Pustaka

Agustin, J., Ambarawati, I. G. A. A., & Budiasa, I. W. 2018. Analisis Pendapatan Usahatani Pisang Klutuk di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Jurnal Agribisnis Dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism), 7(4), 504. https://doi.org/10.24843/jaa.2018.v07.i04.p05

BPS. Provinsi Bali. 2020. Badan Pusat Statistika.2020. Produksi Perikanan Menurut Kabupaten/Kota         di         Provinsi         Bali.         2020.

https://bali.bps.go.id/dynamictable/2018/01/31/204/produksi-ikan-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-bali-2010-2019.html.

BPS.     Provinsi     Bali.     2020.Tingkat     Inflasi     Provinsi     Bali.

https://bali.bps.go.id/indicator/3/1/1/inflasi-tahunan-kota-denpasar-singaraja dan-nasional.html

BPS. Provinsi Bali. 2020. Umah Minimum Kabupaten/Kota Provinsi. https://bali.bps.go.id/indicator/13/61/1/upah-minimum-kabupaten-kota.html

Budiasa, I. W., Santosa, I. G. N., Ambarawati, I. G. A. A., Suada, I. K., Sunarta, I. N., & Shchegolkova, N. 2018. Feasibility study and carrying capacity of lake batur ecosystem to preserve tilapia fish farming in Bali, Indonesia. Biodiversitas, 19(2), 568–575. https://doi.org/10.13057/biodiv/d190232

Darisalim, M. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Budidaya Ikan Koi Di Desa Sumberingin Kecamata Sanakulon Kabupaten Blitar Tahun 2004. In skripsi. http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul Latifah-101810401034.pdf?sequence=1

Efani, A.,  & Manzilati, A. 2018. Implikasi Sistem Bagi Hasil Terhadap

Keberlanjutan Usaha (Studi Kasus di Tambak Udang, Pantai Bayeman, Probolinggo). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 13(1), 125. https://doi.org/10.15578/jsekp.v13i1.6860

Khairuman,     K.      2013.     Budidaya     Ikan     Nila.     E-Book.

https://books.google.co.id/books?id=rcMQAgAAQBAJ&pg=PA10&dq=klasi fikasi+ikan+nila+menurut+Khairuman&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiLwPL

RnI7uAhWXfn0KHWEDDfEQ6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=klasifi kasi ikan nila menurut Khairuman&f=false

L Rolandow. dkk. 2014. Analisis Pendapatan dan Sistem Bagi Hasil Nelayan Jaring Insang (GILL NET) Malos 3 di Kelurahan Melalayang Satu Timur Kecamatan Melalayang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan 2337-4195, 2(2), 189–196. http://ejournal.untrat.ac.id/index.php/akulturasi

Putri, V. H., & Yusdita, E. E. 2021. Analisis pengelolaan keuangan kelompok tani untuk meningkatkan kesejahteraan petani porang. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 6(2), 520–530.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sulistiyono, E. 2019. Sistem Pertanian Terpadu yang Berkelanjutan. E-Book.

https://books.google.co.id/books?id=7bLpDwAAQBAJ&pg=PA17&dq=KO NSEP+BIAYA+USAHATANI&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjz2bqIl47uAh UHWCsKHRQeBFIQ6AEwAXoECAUQAg#v=onepage&q=Konsep Biaya Usahatani&f=false

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

369