Jurnal Agribisnis dan Agrowisata       ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p18

Vol. 11, No. 1, Juli 2022

Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani melalui Pemanfaatan Pekarangan

(Studi Kasus di KWT Madu Serati, Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur Tabanan)

IDA AYU TRISNAYANTI SAVITRI, I KETUT SUAMBA*, IDA AYU LISTIA DEWI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali

Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Increasing household income of farmers through the utilization of yards (Case study of Madu Serati Women Farmer Group, Mambang Village, East Selemadeg District, Tabanan)

Food is a basic need and has an important role in life. The government seeks to improve food security through various programs, such as the Sustainable Food House Program that utilizes house yards. This study aims to: (1) calculate the income of female farmers from the sustainable food house program, (2) calculate the contribution of female farmers' income from the sustainable food house program to the total income of farmer households, and (3) determine the motivation of female farmers to manage his yard.This research was conducted in Mambang Village, East Selemadeg District, Tabanan Regency, Bali Province from July to August 2020. The data collected were quantitative and qualitative data with primary and secondary data sources. The collected data were analyzed using both descriptive quantitative and qualitative methods. The determination of 30 samples of members of the women farmer group was conducted using non probability technique with census method. The variables measured in this study were income, contribution of income from yard and the motivation of members of the women farmer group in farming. The result shows that the average income that resulted from yard farming is IDR 2,666,196.67 with a very low contribution to total income, namely 2.75% and the motivation of the women farmer group members in working is to meet physiological needs, security needs, social needs, and appreciation needs. It is necessary to increase the number and types of vegetable crops that have high economic value.

Keywords: income, farmer household, yard and women farmer group

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Pangan sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Permasalahan dalam penyediaan pangan dalam keadaan cukup diantaranya adalah kompetisi dalam pemanfaatan lahan seperti alih fungsi lahan pertanian untuk penggunaan nonpertanian. Luas lahan sawah yang semakin sempit menghambat terjadinya peningkatan produksi pangan. Alih fungsi lahan sawah dapat menimbulkan dampak negatif yang kurang menguntungkan bagi penduduk di pedesaan, diantaranya mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian ke nonpertanian.

Jumlah penduduk di Kabupaten Tabanan dengan jenis kelamin perempuan yang berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian secara luas lebih rendah bila dibandingkan dengan penduduk jenis kelamin laki-laki, yaitu 42,86 % (BPS, 2018). Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja wanita tani dalam usahatani perlu terus dilakukan, karena memiliki peluang kerja yang sangat luas. Bentuk pemberdayaan perempuan dalam kelembagaan adalah dengan dibentuknya Kelompok Wanita Tani (KWT).

Peran wanita tani dalam meningkatkan kecukupan pangan sangat dibutuhkan terutama dalam hal penganekaragaman hasil pertanian dan pemanfaatan sumber daya lahan yang ada di pedesaan seperti lahan sekitar rumah yaitu lahan pekarangan. Pemanfaatan pekarangan melalui partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) melalui program rumah pangan lestari (RPL), diharapkan mampu meningkatkan penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga sebagai penghasil sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein untuk konsumsi keluarga.

Pemanfaatan pekarangan untuk memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada melalui program rumah pangan lestari (RPL), selain dapat menghasilkan pangan yang beragam juga dapat meningkatkan pendapatan anggota kelompok wanita tani tersebut. Jumlah kelompok KRPL yang melibatkan kelompok wanita tani (KWT) di Provinsi Bali sebanyak 70 kelompok, dimana KWT Madu Serati yang berlokasi di Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, merupakan salah satu bagian dari KWT tersebut (BPS, 2019). KWT Madu Serati merupakan salah satu dari empat KRPL penumbuhan yang menjadi binaan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan.

Anggota KWT Madu Serati sebelumnya sebagian besar berkerja di sektor pertanian, baik sebagai petani maupun sebagai buruh tani dan sebagian kecil berdagang. Pendapatan anggota KWT ini di sektor pertanian bersifat musiman dan tidak menentu. Sejak tahun 2018 hingga saat ini Kelompok Wanita Tani Madu Serati selain pekerjaan utamanya sebagai petani, juga mulai mengembangkan kegiatan lain yaitu memanfaatkan pekarangan melalui program Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan beragam motivasi dibalik kegiatan tersebut.

Survey pendahuluan yang dilakukan, diketahui bahwa anggota KWT telah mengelola lahan pekarangan secara produktif dengan basis komoditas yang ditaman bervariasi yaitu sayuran (kangkung, bayam, tomat, cabai, pare, dan terong) dan tanaman obat keluarga (kunyit, jahe, lengkuas, dan kencur). Pengelolaan lahan pekarangan untuk penanaman sejumlah tanaman mempunyai nilai ekonomi, dimana pada saat panen anggota KWT dapat menjualnya. Pendapatan tambahan yang diterima oleh anggota KWT dari memanfaatkan pekarangan, diharapkan mampu memperkuat ekonomi keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suputra et al. (2016) di KWT Tunas Sejahtera menunjukkan bahwa persentase kontribusi pendapatan kegiatan KRPL sebesar 0,3 % dengan dampak ekonomis yang dirasakan responden dalam kegiatan ini tergolong kategori sedang dengan skor 66,9 %. Penelitian lain tentang

pemanfaatan pekarangan menunjukkan bahwa penerimaan anggota KWT berkisar antara Rp 150.000 per bulan/anggota (Wulandari, 2018) sampai dengan Rp 193.492/bulan (Syam et al., 2018).

Besarnya peningkatan pendapatan rumah tangga yang diterima anggota KWT, kontribusi terhadap pendapatan total dan motivasi anggota KWT dalam memanfaatkan pekarangan belum banyak diteliti. Menyikapi permasalahan di atas, maka dipandang penting untuk melakukan penelitian mengenai peningkatan pendapatan rumah tangga petani melalui pemanfaatan pekarangan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut:

  • 1.    Berapa besar pendapatan anggota wanita tani dari program rumah pangan lestari di KWT Madu Serati, Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Bali?

  • 2.    Berapa kontribusi pendapatan anggota wanita tani dari program rumah pangan lestari terhadap pendapatan total rumah tangga di KWT Madu Serati, Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Bali?

  • 3.    Apa motivasi yang mendorong anggota wanita tani dalam mengelola pekarangannya?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian adalah:

  • 1.    Menghitung besar pendapatan anggota wanita tani dari program rumah pangan lestari di KWT Madu Serati, Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Bali.

  • 2.    Menghitung kontribusi pendapatan anggota wanita tani dari program rumah pangan lestari terhadap pendapatan total rumah tangga di KWT Madu Serati, Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Bali.

  • 3.    Mengetahui motivasi yang mendorong anggota wanita tani dalam mengelola pekarangannya.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Madu Serati, Desa Mambang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Penelitian dilakukan selama satu bulan, yaitu mulai dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2020. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (non probability sampling), dengan pertimbangan 1) anggota KWT memiliki aktivitas dalam memanfaatkan pekarangan di lokasi penelitian, 2) adanya keterbukaan dari pengurus dan anggota KWT terhadap penelitian yang akan dilaksanakan, 3) belum ada penelitian serupa mengenai topik yang diangkat pada KWT Madu Serati dan 4) KWT ini merupakan binaan dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif yang dicari dalam penelitian ini meliputi penerimaan yang diperoleh dari produksi tanaman yang dibudidayakan di pekarangan dikalikan harga jual ditingkat petani dan biaya yang terdiri dari biaya tetap (rata-rata peningkatan pembayaran PAM) dan biaya variabel (benih, bibit, dan polybag) yang dikeluarkan ibu rumah tangga anggota KWT di pekarangan, penghasilan suami, penghasilan anak, penghasilan total rumah tangga, umur dan jumlah anggota keluarga. Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka, tetapi berbentuk kata, kalimat, gambar atau bagan. Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi motivasi anggota KWT dalam memanfaatkan pekarangan, deskripsi daerah yang diteliti, sejarah berdirinya KWT dan struktur organisasi KWT Madu Serati.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain data primer dan data sekunder.

  • 2.4    Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan sampel untuk mengetahui pendapatan, kontribusi dan motivasinya dalam memanfaatkan pekarangan dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobabilitas (non probability sampling) dengan menggunakan metode sampel jenuh atau disebut dengan sensus. Sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota KWT yang populasinya 30 anggota.

  • 2.5    Variabel Penelitian dan Metode Analisis Data

Variabel dalam penelitian ini yaitu pendapatan KWT, kontribusi dan motivasi dalam bekerja. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2013 dengan metode penelitian yaitu metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Teknik analisis dari pendapatan KWT dan kontribusi yaitu deskriptif kuantitatif, sedangkan motivasi dalam bekerja dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Pendapatan Anggota KWT dari Program Rumah Pangan Lestari Per Tahun

      • 3.1.1    Penerimaan

Penerimaan merupakan perkalian antara total produksi sayuran yang dihasilkan dengan harga jual sayuran di tingkat petani. Besarnya penerimaan di tingkat petani berbeda antar masing-masing anggota KWT, tergantung dari jumlah tanaman yang dibudidayakan dan sistem penjualannya.

Tabel 1.

Rata-Rata Penerimaan Anggota KWT Madu Serati per Tahun

No

Jenis Tanaman

Rata-rata Produksi (Ikat dan Kg)

Rata-rata Penerimaan per Tahun (Rp)

1

Kangkung

262,00

251.150,00

2

Bayam

154,67

210.533,33

3

Tomat

13,13

10.923,33

4

Cabai

14,97

15.816,67

5

Pare

141,50

583.000,00

6

Terong

149,67

382.666,67

7

Kunyit

4,67

9.683,33

8

Jahe

16,17

1.298.433,33

9

Lengkuas

13,00

59.350,00

10

Kencur

4,67

48.066,67

Total

2.869.623,33

Sumber. data primer (diolah) 2020.

Pada Tabel 1 penerimaan dari tanaman sayuran di pekarangan di tengah pandemi sangat rendah. Rendahnya penerimaan dari tanaman sayuran disebabkan oleh harga sayuran yang anjlok, banyak sayuran yang dihasilkan oleh petani tidak terserap oleh pasar. Pada Tabel 1 juga terlihat sumbangan penerimaan terbesar dari pekarangan dihasilkan oleh tanaman jahe dan penerimaan terendah dihasilkan oleh tanaman kunyit.

Tanaman jahe di tengah pandemi Covid-19 saat penelitian, memberikan banyak manfaat guna menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh. Rimpang tanaman jahe banyak dicari masyarakat dan keberadaannya langka di pasar

sehingga harganya melambung di petani. Tanaman jahe selain bisa menghiasi pekarangan juga merupakan salah satu tanaman yang dibutuhkan sebagai obat alternatif untuk meningkatkan daya tahan tubuh di saat pandemi Covid-19 (Wibowo et al., 2020).

  • 3.1.2    Pengeluaran

Pengeluaran yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh anggota KWT Madu Serati dalam kaitannya dengan pemanfaatan pekarangan. Pengeluaran ini terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rata-rata peningkatan pembayaran PAM dan biaya variabel terdiri atas biaya benih, bibit dan biaya polybag.

Tabel 2.

Rata-rata Pengeluaran Anggota KWT di Madu Serati per Tahun

No

Pengeluaran

Rata-rata Pengeluaran per Tahun (Rp)

1

Biaya tetap

1. Peningkatan pembayaran rata-rata PAM

72.000,00

2

Biaya variabel

1. Benih dan bibit

118.560,00

2. Polybag

12.866,67

Total

203.426,67

Sumber. data primer (diolah) 2020.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa pengeluaran yang berupa biaya tetap yaitu peningkatan pembayaran rata-rata PAM Desa, jumlahnya Rp 72.000,00 per anggota KWT per tahun. Pengeluaran biaya variabel dalam penelitian ini berupa biaya benih dan pembelian polybag. Pengeluaran untuk biaya benih dan bibit adalah Rp 118.560,00 dan pengeluaran untuk biaya polybag sebesar Rp 12.866,67. Pengeluaran untuk biaya benih dan bibit serta polybag merupakan kesepakatan bersama antara anggota kelompok dengan pengurus, dimana jumlah uang yang terkumpul akan digunakan untuk suguhan bila ada kunjungan tamu baik dari Desa maupun instansi pendamping yang terkait dengan kegiatan.

  • 3.1.3    Pendapatan

Pendapatan anggota KWT Madu Serati dari pemanfaatan pekarangan yang diperoleh merupakan pengurangan dari rata-rata penerimaan dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam memanfaatkan pekarangan.

Tabel 3.

Rata-rata Pendapatan Anggota KWT Madu Serati per Tahun

No

Uraian

Rata-rata/Tahun (Rp)

1

Penerimaan Pekarangan

2.869.623,33

2

Pengeluaran Polybag

12.866,67

3

Pengeluaran Benih dan Bibit

118.560,00

4

Tambahan Biaya PAM Pekarangan

72.000,00

Pendapatan Bersih Pekarangan

2.666.196,67

Sumber. data primer (diolah) 2020.

Hasil panen sayuran dan toga sebagian besar dijual ke pedagang pengumpul dan sebagian kecil dikonsumsi. Hasil panen sayuran dan toga yang dikonsumsi dalam penelitian ini diperkirakan sekitar 20 %. Anggota KWT yang panen, menaruh hasil panennya di depan rumah dan sore harinya diambil oleh pedagang pengumpul dengan harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul, untuk dijual di pasar-pasar yang ada bersama hasil pertanian lainnya yang dihasilkan oleh petani setempat. Anggota KWT yang berprofesi sebagai pedagang, menaruh hasil panen di warungnya.

Pada Tabel 3 dapat dilihat anggota KWT Madu Serati memperoleh rata-rata penghasilan tambahan dari usahatani pekarangan sebesar Rp 2.666.196,67 per tahun. Total penerimaan anggota KWT Madu Serati bersumber dari pemanfaatan pekarangan melalui program rumah pangan lestari berupa tanaman sayuran yaitu : kangkung, bayam, tomat, cabai, pare, dan terong serta toga yaitu : kunyit, jahe, lengkuas, dan kencur yang semuanya ditanam pada polybag. Penelitian sejenis tentang pendapatan pekarangan yang rendah, hanya dengan tanaman sayuran saja, yaitu sebesar Rp 1.650.237/tahun disampaikan juga oleh Susanti et al. (2017) dan Rp 1.200.000/tahun dikemukakan oleh Suaedi et al. (2013).

  • 3.2    Total Pendapatan Berdasarkan Status dalam Rumah Tangga Petani Per Tahun

Pendapatan total merupakan pendapatan yang diperoleh sebagian besar keluarga responden yang menjadi anggota KWT Madu Serati yang berasal dari pekarangan, non usahatani dan usahatani. Sumber pendapatan rumah tangga petani dalam penelitian berasal dari tiga sumber yaitu kepala keluarga (suami), dari ibu rumah tangga anggota KWT dan anak. Total pendapatan keluarga rumah tangga petani anggota KWT Madu Serati bisa dilihat pada di Tabel 4.

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2685-3809

Vol. 11, No. 1, Juli 2022

Tabel 4.

Rata-Rata Pendapatan Total Rumah Tangga Responden KWT Madu Serati per Tahun

Jenis Pendapatan

Status Responden

Total

Istri

Suami

Anak

Pekarangan

2.666.196,67

-

-

2.666.196,67

Non Usahatani

22.581.818,18

29.810.526,32

22.472.727,27

74.865.071,77

Usahatani

6.757.894,74

12.499.000,00

-

19.256.894,74

Total

32.005.909,59

42.309.526,32

22.472.727,27

96.788.163,17

Sumber. data primer (diolah) 2020.

Rata-rata pendapatan total rumah tangga respoden ini merupakan penjumlahan dari rata-rata pendapatan istri dari kegiatan non usahatani yang jumlahnya 11 (sebelas) orang, yaitu Rp 22.581.818,18 per tahun, ditambah rata-rata pendapatan istri yang jumlahnya 19 (sembilan belas) orang dari sektor usahatani, yaitu sebesar Rp 6.757.894,74 per tahun, ditambah rata-rata pendapatan suami dari kegiatan non usahatani yang jumlahnya 19 (sembilan belas) orang, yaitu sebesar Rp 29.810.526,32 per tahun, ditambah rata-rata pendapatan suami dari sektor usahatani yang jumlahnya 30 (tiga puluh) orang, yaitu sebesar Rp 12.499.000,00 per tahun, dan ditambah rata-rata pendapatan anak dari kegiatan non usahatani yang jumlahnya 11 (sebelas) orang, yaitu sebesar Rp 22.472.727,27 per tahun.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat pendapatan total keluarga anggota KWT Madu Serati ialah Rp 96.788.163,17 per tahun, atau Rp 8.065.680,26 per bulan, sehingga dengan demikian apabila dalam satu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan dua anak rata-rata pendapatannya menjadi Rp 2.016.420,07 per orang per bulan.

  • 3.3    Kontribusi Pendapatan Rata-Rata Ibu Rumah Tangga dalam Kelompok

    Wanita Tani Madu Serati dari Program Rumah Pangan Lestari per Tahun

Kontribusi merupakan besarnya sumbangan yang diberikan dari suatu kegiatan atau pekerjaan terhadap total pendapatan rumah tangga petani. Pemanfaatan pekarangan melalui program Rumah Pangan Lestari telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga petani. Besarnya kontribusi pendapatan anggota KWT Madu Serati terhadap pendapatan total rumah tangga dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.

Kontribusi Pendapatan Pemanfaatan Pekarangan Anggota KWT Madu Serati per Tahun

No Sumber Pendapatan

Rata-Rata/Tahun

Kontribusi (%)

1   Pendapatan Pekarangan

2.666.196,67

2,75

2   Pendapatan Total

96.788.163,17

-

Data Primer (diolah) 2020.

Rata-rata kontribusi pendapatan anggota KWT setelah memanfaatkan pekarangan terhadap pendapatan keluarga petani sangat rendah. Rendahnya kontribusi pendapatan pekarangan disebabkan karena anggota KWT hanya memelihara tanaman sebanyak 10-20 polybag dengan 10 jenis tanaman sayuran dan toga, sehingga pekarangan yang luas belum termanfaatkan secara optimal. Penelitian sejenis tentang kontribusi pendapatan pekarangan yang sangat rendah, yaitu sebesar 1,20 % juga dihasilkan oleh Lubis (2016) dan Wardani (2017) yang dalam penelitiannya menghasilkan kontribusi pendapatan pekarangan sebesar 1,90 %.

  • 3.4    Motivasi Anggota KWT Madu Serati dalam Memanfaatkan Pekarangan

Motivasi merupakan alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Penelitian untuk mengetahui motivasi anggota KWT dalam memanfaatkan pekarangan menggunakan pendekatan teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hirarki lima kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan dan sosial dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat rendah (faktor eksternal), sedangkan kebutuhan penghargaan (faktor internal).

Hasil wawancara untuk mengetahui motivasi anggota KWT dalam memenuhi kebutuhan fisiologis yang diantaranya terdiri dari pangan, kesehatan dan kebutuhan jasmani lainnya seperti hiburan semua responden menyampaikan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dengan menanam tanaman sayuran di pekarangan sebagian besar menyatakan belum cukup dilihat dari jenis tanaman yang ditanam. Alasan yang disampaikan oleh anggota KWT diantaranya adalah tanaman yang ditanam di pekarangan jenisnya terbatas, sedangkan kebutuhan anggota KWT tidak hanya sebatas tanaman yang ada di pekarangan, anggota menginginkan bahan masakan sayuran yang lain di luar tanaman yang dihasilkan oleh KWT, kebutuhan pangan rumah tangga petani beragam seperti bawang putih, bawang merah, seledri dan lainnya. Sebagian kecil anggota KWT yang menyatakan kebutuhan pangan mencukupi memberikan jawaban kalau keadaan terdesak seperti perlu cabai bisa langsung panen dari tanaman yang ada di pekarangan.

Motivasi terhadap kebutuhan keamanan responden dilakukan dengan mengajukan dua pertanyaan yaitu berkaitan dengan rasa aman responden dalam

mengkonsumsi sayuran dari pengaruh pestisida dan fluktuasi harga sayuran. Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut adalah semua responden memberi jawaban merasa aman mengkonsumsi sayuran hasil panen di pekarangan sendiri, karena budidaya dari persiapan tanam, tanam, pemeliharaan dan panen dominan dilakukan sendiri. Rasa aman terhadap fluktuasi harga disebabkan karena kalau harga sayuran di pasar naik, seperti harga cabai yang melonjak maka responden yang mempunyai cabai siap panen tinggal memetiknya saja dan bisa membantu tetangga yang tidak memiliki tanaman cabai.

Motivasi untuk memenuhi kebutuhan sosial diketahui dengan mengajukan tiga buah pertanyaan terhadap responden. Pertanyaan tersebut menyangkut kegiatan bersama dalam mengisi waktu luang, sarana komunikasi dan interaksi untuk menambah pengalaman diantara sesama anggota, dan perlunya memberi kelebihan produksi sayuran ke tetangga. Jawabannya adalah semua responden menyatakan memanfaatkan pekarangan dengan sayuran dan toga bisa dijadikan sarana untuk kegiatan bersama dalam mengisi waktu luang. Kegiatan bersama ini biasanya dilakukan pada hari yang telah ditetapkan bersama, di sore hari terutama pada saat persiapan pembuatan bibit di Kebun Bibit Desa (KBD) yang tempatnya di belakang rumah ketua KWT. Kegiatan bersama di KBD oleh anggota KWT juga dijadikan sarana komunikasi dan interaksi untuk menambah pengalaman. Kegiatan di masing-masing anggota KWT seperti persiapan tanam, tanam, pemeliharaan dan panen di dilakukan sendiri-sendiri. Kelebihan produksi sayuran dan toga di pekarangan menurut semua responden perlu diberikan ke tetangga yang membutuhkan.

Motivasi anggota KWT terhadap kebutuhan penghargaan diketahui dengan mengajukan pertanyaan perlunya memberi penghargaan dari Desa setempat terhadap anggota KWT yang mengelola pekarangannya dengan baik. Jawabannya adalah sebagian besar responden menyatakan perlu ada penghargaan dari Desa atau Instansi terkait terhadap anggota KWT yang memanfaatkan pekarangannya dengan baik. Pemberian penghargaan akan memotivasi anggota KWT untuk berlomba-lomba memelihara tanamannya dengan baik sehingga produksi tanaman tinggi, disamping penghargaan, pendampingan dari instansi terkait terutama PPL dalam budidaya tanaman dalam polybag dan inovasi teknologi lainnya terhadap anggota KWT perlu berkelanjutan. Sebagian kecil responden yang menyatakan tidak perlu penghargaan memberi jawaban pemanfaatan pekarangan lebih fokus dulu untuk sendiri saja.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata pendapatan anggota KWT Madu Serati yang bersumber dari pekarangan melalui program Rumah Pangan Lestari (RPL) sebesar Rp 2.666.196,67 per tahun. Kontribusi pendapatan anggota KWT Madu Serati dari pemanfaatan pekarangan terhadap total pendapatan rumah tangga petani sebesar 2,75 %. Motivasi anggota KWT Madu Serati dalam memanfaatkan pekarangan, yaitu : (a)

Pemanfaatan pekarangan dengan sayuran belum mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun demikian tanaman toga mampu meringankan keluhan penyakit yang sifatnya ringan dan kegiatan ini bisa dijadikan sarana hiburan, (b) Tanaman sayuran di pekarangan aman dari pengaruh pestisida dan semua anggota KWT menjawab aman dari fluktuasi harga, (c) Pemanfaatan pekarangan bisa dijadikan sarana kegiatan bersama mengisi waktu luang, sarana komunikasi dan interaksi antar anggota, (d) Penghargaan kepada anggota KWT yang mengelola pekarangan dengan baik, perlu diprogramkan oleh desa.

  • 4.2    Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan untuk keberlanjutan kegiatan pemanfaatan pekarangan melalui program Rumah Pangan Lestari (RPL) diantaranya anggota KWT Madu Serati untuk meningkatkan pendapatan, sebaiknya mengoptimalkan luas pekarangan dengan menambah jumlah dan jenis tanaman yang ditanam, terutama jenis-jenis tanaman yang diperlukan sehari-hari dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi serta diversifikasi kegiatan seperti kegiatan memelihara ternak unggas dan ikan di pekarangan. Pendampingan dari Instansi terkait, terutama PPL yang mewilayahi Desa Mambang perlu berkelanjutan agar wawasan anggota terhadap inovasi teknologi pertanian bertambah.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih atas seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini yaitu Ketua, Pengurus dan Anggota Kelompok Wanita Tani Madu Serati atas izin yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian serta memberikan arahan selama penelitian. Sehingga jurnal ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan penulis berharap jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Daftar Pustaka

BPS. 2018. Kabupaten Tabanan dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik

Kabupaten Tabanan, Bali.

BPS. 2019. Provinsi Bali dalam Angka 2019. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Bali.

Lubis, Puput Rizky Ayunda. 2016. Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (Krpl) Terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Petani Wanita di Desa Karanggayam Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Skripsi. Fakultas Pertanian. Jurusan Agribisnis. Universitas Brawijaya.

Suaedi, Nurhilal, Irmah Musindar. 2013. Peran Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Tanaman Pangan. Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 2(3). Hal 62-73.

Suputra, Gusti Ngurah Yogi., I Gede Setiawan Adi Putra, I Dewa Putu Oka Suardi.

2016. Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tunas Sejahtera di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism).

Susanti, Elly., Ahmad Humam Hamid, and Nurul Hidayah. 2017. Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Kembang Tani di Desa Cucum Kabupaten Aceh Besar. IJAE (Jurnal Ilmu Ekonomi Pertanian Indonesia). Vol: 8, No 1. (2017) Page 1-10.

Syam, Dhaniel., Novitasari Agus Saputri, Aviani Widyastuti. 2018. Analisis added Value Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) terhadap Ekonomi Rumah Tangga (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Tani Dewi Sri Kota Batu). Jurnal Inovasi Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang. Vol. 03 No. 02 September 2018 Page 73-82.

Wardani, Lailia. 2017. Analisis Ekonomi Rumah Tangga Anggota Kelompok Wanita Tani Lahan Kering di Desa Piyaman Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Skripsi. Fakultas Pertanian. Jurusan Agribisnis. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Wibowo., Dwi Edi, Beny Diah Madusari dan Arum Ardianingsih. 2020. Pemberdayaan Keluarga Menghadapi Pademi Covid 19 Dengan Penanaman Dan Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga Di Kelurahan Degayu Kecamatan Pekalongan Utara. Jurnal ABDIMAS Vol.1 No.1 Edisi Juni 2020 Hal 16-19.

Wulandari, Nindy Danisa. 2018. Strategi Pengembangan Kelompok Wanita Tani pada Optimalisasi Lahan Pekarangan di Desa Wonogiri. EFFICIENT Indonesian Journal of Development Economics, Vol 1(1) (2018) : 34-43.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

199