Jurnal Agribisnis dan Agrowisata       ISSN: 2685-3809            Vol. 11, No. 1, Juli 2022

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p15

Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Agroindustri Keripik Ayam di Desa Kesiman Petilan,

Denpasar Timur

PUTU DEWI WIDIANTARI, MADE ANTARA*, A.A.A. WULANDIRA SAWITRI DJELANTIK

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB. Sudirman Denpasar, 80232 Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Analysys of Income and Added-Value of Chicken Chips Agroindustry in Kesiman Petilan Village, East Denpasar

Covid-19 Pandemic has many impacts on all business actors, either large-scale, small-scale, or medium-scale. The business actors of chicken chips agroindustry are also impacted by the pandemic in terms of production processes and income. This study aims to: (1) Analyze the income of the business actors involved in the chicken chips agroindustry in Kesiman Petilan Village, East Denpasar, (2) Analyze the added-value of the chicken chips products in the agroindustry in Kesiman Petilan Village, East Denpasar, and (3) Identify the problems that have been experienced by the business actors in the chicken chips agroindustry during Covid-19 Pandemic. The analysis technique used was income analysis, added-value analysis, and qualitative descriptive. The results of the study show that: (1) The amount of income in chicken chips agroindustry in Kesiman Petilan Village before Pandemic was IDR 2,785,853.90 while during the Pandemic was IDR 2,066,123.90, (2) The added-value of chicken chips before Pandemic was IDR 10,369.40 while during the Pandemic was IDR 10,114.85, and (3) The agroindustry have faced several problems, including the difficulties to obtain raw materials, the increase of raw materials prices, declining sales, and marketing.

Keywords: added-value analysis, agroindustry, income analysis

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Sektor pertanian terdiri dari berbagai sub sektor, yaitu sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan. Salah satu kegiatan pada sektor pertanian adalah agroindustri. Agroindustri adalah suatu usaha mengolah bahan baku sektor

pertanian, termasuk bahan baku nabati yang berasal dari tanaman dan bahan baku hewani yang berasal dari hewan ternak (Austin, 1981). Kegiatan agroindustri adalah bagian integral dari pembangunan sektor peternakan (Syarif et al., 2013).

Agroindustri yang terdapat di Bali salah satunya adalah agroindustri keripik ayam. Agroindustri keripik ayam yang terletak di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur merupakan agroindustri skala industri rumah tangga. Industri rumah tangga tergolong dalam sektor informal yang terkait dengan sumber daya setempat serta mengedepankan buatan tangan (Ananda, 2016). Industri rumah tangga berperan penting dalam aspek-aspek perekonomian seperti kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, serta pembangunan ekonomi di pedesaan (Kereh et al., 2017).

Ketahanan perekonomian nasional Indonesia sejatinya berada pada usaha kecil dan menengah yang merupakan skala ekonomi kerakyatan (Arianty, 2017).

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia memberikan dampak negatif terhadap industri-industri rumah tangga yang ada di Indonesia, tidak terkecuali agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur. Agroindustri keripik ayam di Denpasar Timur mengalami penurunan produksi hingga penurunan pendapatan. Hal ini didasari oleh kenaikan harga bahan baku dan berkurangnya jumlah bahan baku yang dijual.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat dibuat antara lain adalah:

  • 1.    Berapa besar pendapatan pelaku usaha agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur?

  • 2.    Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari produk keripik ayam oleh agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur?

  • 3.    Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha agroindustri keripik ayam pada masa pandemi Covid-19?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut:

  • 1.    Menganalisis seberapa besar pendapatan pelaku usaha agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur.

  • 2.    Menganalisis seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari produk keripik ayam oleh agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur.

  • 3.    Mengidentifikasi kendala-kendala yang dialami oleh pelaku usaha agroindustri keripik ayam pada masa pandemi Covid-19.

  • 2.     Metode Penelitian

    • 2.1.   Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Penentuan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga Maret 2021.

  • 2.2.   Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan bantuan kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan, data sekunder didapatkan dari data-data resmi seperti jurnal dan buku penunjang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara.

  • 2.3.    Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah sejumlah 10 pelaku usaha. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah menggunakan seluruh populasi sebagai sampel. Teknik ini umumnya digunakan apa bila ukuran populasi terlalu kecil, yaitu kurang dari 30 unit/orang (Sugiyono, 2015). Penelitian ini menggunakan seluruh populasi penelitian sebagai sampel.

  • 2.4.    Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pendapatan, nilai tambah, dan kendala-kendala. Indikator variabel pendapatan adalah jumlah produksi, harga produk, biaya tetap, dan biaya variabel dengan skala pengukuran rasio. Indikator variabel nilai tambah adalah jumlah produksi, harga produk, nilai bahan baku, dan nilai bahan penolong dengan skala pengukuran rasio. Indikator variabel kendala-kendala adalah kendala produksi, kendala pemasaran, kendala persediaan bahan baku, dan kendala distribusi dengan skala pengukuran kualitatif.

  • 2.5.    Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan untuk mengetahui jumlah pendapatan agroindustri keripik ayam, analisis nilai tambah untuk mengetahui jumlah nilai tambah yang dihasilkan dari agroindustri keripik ayam, dan deskriptif kualitatif untuk menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi agroindustri keripik ayam pada masa pandemi Covid-19.

Rumus pendapatan menurut Soekartawi (dalam Rahim et al., 2012) adalah:

Π = TR – TC ..............................................(1)

Rumus nilai tambah menurut Badan Pusat Statistik adalah:

Nilai Tambah = Nilai output – Biaya input ..........................(2)

Rumusan nilai tambah menurut Ruauw (Ruauw et al, 2012) adalah:

Nilai Tambah = Balas jasa tenaga kerja + Balas jasa manajemen + Balas jasa

sewa gedung + Balas jasa penyusutan peralatan ...............(3)

Deskriptif kualitatif adalah teknik pengumpulan data yang berupa kata-kata maupun foto hasil penelitian untuk menggambarkan kondisi asli di lapangan. Data-data tersebut dapat berupa hasil wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi, memo, serta catatan resmi lainnya (Bogdan dan Biklen, 2007).

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1.   Karakteristik Responden

Seluruh responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Karakteristik responden dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu modal awal responden dimana 2 responden dengan modal awal Rp 0 – Rp 1.000.000, 4 responden dengan modal awal Rp 1.000.001 – Rp 2.000.000, dan 4 responden dengan modal awal Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000. Tingkat pendidikan

responden didominasi oleh tingkat SMA (6 responden) dan SMP (4 responden). Tingkat lama usaha responden mayoritas adalah 0 – 10 tahun (8 responden), 11 – 20 tahun (1 responden), dan lebih dari 20 tahun (1 responden). Tingkat jumlah tanggungan responden dibagi menjadi 0 – 3 orang (2 responden), 4 – 5 orang (6 responden), dan lebih dari 5 orang (2 responden).

  • 3.2.    Pendapatan Produsen Keripik Ayam

Pendapatan pelaku usaha agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur dihitung dengan mengurangi jumlah penerimaan yang didapatkan dengan biaya total yang dikeluarkan. Penerimaan didapatkan dengan mengalikan jumlah produksi rata-rata keripik ayam dan harga jual keripik ayam pada sebelum pandemi dan semasa pandemi.

Tabel 1.

Jumlah Produksi dan Penerimaan Keripik Ayam Setiap Bulan Pada Masa Sebelum

dan Saat Pandemi

Keterangan

Jumlah Produksi (kg)

Harga (Rp/kg)

Penerimaan (Rp)

Sebelum Pandemi

856,5

34.100

29.671.500

Saat Pandemi

711,0

34.100

24.687.000

Perbedaan

145,5

0

4.984.500

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah produksi agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur setiap bulannya pada masa sebelum pandemi adalah 856,5 kg dan pada masa pandemi adalah 711,0 kg, terdapat perbedaan jumlah produksi sebesar 145,5 kg keripik ayam. Harga jual keripik ayam adalah sebesar Rp34.100/kg, sehingga penerimaan pada saat sebelum pandemi adalah sebesar Rp29.671.500 dan pada saat pandemi adalah sebesar Rp24.687.000, terdapat perbedaan penerimaan sebesar Rp4.984.500.

Tabel 2.

Rata-Rata Nilai Penyusutan Setiap Bulan Pada Masa Sebelum dan Saat Pandemi

No.

Alat

Rata-Rata Nilai Penyusutan (Rp/bulan)

1

Wajan

18.019,44

2.

Kompor

60.361,11

3.

Saringan

9.081,94

4.

Mesin giling

43.000,00

5.

Nampan

10.204,17

6.

Sutil

8.577,78

7.

Ember

2.958,33

Total Penyusutan (Rp/bulan)

152.202,77

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Catatan: Nilai penyusutan sebelum dan saat pandemi sama.

Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata penyusutan pada agroindustri keripik ayam setiap bulannya. Penyusutan bernilai sebesar Rp152.202,77 yang terdiri dari penyusutan alat wajan, kompor, saringan, mesin giling, nampan, sutil, dan ember.

Tabel 3.

Total Biaya Tetap Setiap Bulan Pada Masa Sebelum dan Saat Pandemi

No.

Biaya Tetap

Jumlah (Rp/bulan)

1.

Biaya penyusutan peralatan

152.202,77

2.

Biaya sewa gedung

233.333,33

Total Biaya Tetap

385.536,10

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Catatan: Biaya tetap sebelum dan saat pandemi sama.

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa biaya tetap pada agroindustri keripik ayam terdiri dari biaya penyusutan peralatan dan biaya sewa gedung. Total biaya tetap setiap bulannya adalah sebesar Rp385.536,10.

Tabel 4.

Biaya Bahan Baku Setiap Bulan Pada Masa Sebelum dan Saat Pandemi

No.

Bahan Baku

Sebelum Pandemi

Saat Pandemi

Jumlah Biaya (Rp/bulan)

Jumlah Biaya (Rp/bulan)

1.

Kepala ayam

3.426.000

3.081.000

2.

Tepung beras

5.139.000

4.266.000

3.

Tepung kanji

608.115

504.810

Total

9.173.115

7.851.810

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Melalui tabel 4 dapat diketahui bahwa bahan baku keripik ayam terdiri dari kepala ayam, tepung beras, dan tepung kanji. Biaya untuk bahan baku yang dikeluarkan pada masa sebelum pandemi adalah sebesar Rp9.173.115, sedangkan pada masa pandemi sebesar Rp7.851.810.

Tabel 5.

Biaya Bahan Penolong Setiap Bulan Pada Masa Sebelum dan Saat Pandemi

Sebelum Pandemi

Saat Pandemi

No.

Bahan Penolong

Jumlah Biaya (Rp/bulan)

Jumlah Biaya (Rp/bulan)

1.

Bumbu

9.792.650

8.129.100

2.

Kemasan

368.295

305.730

3.

Gas

428.250

355.500

4.

Minyak goreng

1.027.800

853.200

Total

11.616.995

9.643.530

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Tabel 5 menampilkan bahwa bahan penolong pada proses pembuatan keripik ayam terdiri dari bumbu, kemasan, gas, dan minyak goreng. Biaya bahan penolong yang dikeluarkan pada masa sebelum pandemi adalah sebesar Rp11.616.995, sedangkan pada masa pandemi adalah sebesar Rp9.643.530.

Tabel 6.

Biaya Variabel Setiap Bulan Pada Masa Sebelum dan Saat Pandemi

No.  Biaya Variabel

Sebelum Pandemi

Saat Pandemi

Jumlah Biaya (Rp/bulan)

Jumlah Biaya (Rp/bulan)

1.   Biaya bahan baku

9.173.115

7.851.810

Biaya bahan .   penolong

11.616.995

9.643.530

3.    Biaya tenaga kerja

5.710.000

4.740.000

Total Biaya Variabel

26.500.110

22.235.340

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Total biaya variabel pada agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur dapat dilihat pada tabel 6, dimana terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, dan biaya tenaga kerja. Total biaya variabel pada masa sebelum pandemi adalah sebesar Rp26.500.110, sedangkan pada masa pandemi adalah sebesar Rp22.235.340.

Tabel 7.

Biaya Total Setiap Bulan Pada Masa Sebelum dan Saat Pandemi

No.      Biaya Total

Sebelum Pandemi

Saat Pandemi

Jumlah Biaya (Rp/bulan)

Jumlah Biaya (Rp/bulan)

1.      Biaya Tetap

385.536,10

385.536,10

2.      Biaya Variabel

26.500.110,00

22.235.340,00

Biaya Total

26.885.646,10

22.620.876,10

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Biaya total didapatkan dari menjumlahkan total biaya tetap dan total biaya variabel. Tabel 7 menjelaskan bahwa biaya total pada masa sebelum pandemi adalah sebesar Rp26.885.646,10, sedangkan pada masa pandemi adalah sebesar Rp22.620.876,10.

Tabel 8.

Pendapatan Agroindustri Keripik Ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur Setiap Bulan Pada Masa Sebelum dan Saat Pandemi

No.

Uraian

Sebelum Pandemi

Saat Pandemi

Jumlah (Rp/bulan)

Jumlah (Rp/bulan)

1.

Total Penerimaan

29.671.500,00

24.687.000,00

2.

Biaya Total

26.885.646,10

22.620.876,10

Pendapatan

2.785.853,90

2.066.123,90

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Pendapatan agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur berdasarkan data pada tabel 8 adalah sebesar Rp2.785.853,90 pada masa sebelum pandemi dan sebesar Rp2.066.123,90 pada masa pandemi. Terdapat penurunan pendapatan sebesar Rp719.730 yang diakibatkan oleh pandemi yang berlangsung.

Penurunan pendapatan ini merupakan dampak dari pandemi Covid-19 dimana pasokan kepala ayam yang berkurang, sehingga para pelaku agroindustri harus mengurangi jumlah produksinya. Selain pasokan kepala ayam yang berkurang, pada awal pandemi juga terjadi kenaikan harga kepala ayam, sehingga terjadi kenaikan biaya produksi keripik ayam. Penurunan pendapatan ini terjadi pada seluruh respondden agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur.

  • 3.3.    Nilai Tambah Keripik Ayam

Nilai tambah merupakan balas jasa akibat proses produksi terhadap faktor-faktor produksi. Nilai tambah didapatkan dengan mengurangi nilai output dengan biaya input. Biaya input terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong. Nilai tambah juga dapat dihitung dengan menjumlahkan balas jasa tenaga kerja, balas jasa sewa gedung, balas jasa penyusutan peralatan, dan balas jasa manajemen.

Tabel 9.

Analisis Nilai Tambah Keripik Ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur Setiap Bulan Pada Masa Sebelum dan Saat Pandemi

No.

Uraian

Sebelum Pandemi

Saat Pandemi

Jumlah (Rp/bulan)

Jumlah (Rp/bulan)

1.

Penerimaan

29.671.500,00

24.687.000,00

2.

Bahan Baku

9.173.115,00

7.851.810,00

3.

Bahan Penolong

11.616.995,00

9.643.530,00

4.

Nilai Tambah

8.881.390,00

7.191.530,00

Balas Jasa Tenaga Kerja

5.710.000,00

4.740.000,00

Balas Jasa Sewa Gedung

233.333,33

233.333,33

Balas Jasa Penyusutan Peralatan

152.202,77

152.202,77

Balas Jasa Manajemen

2.785.853,90

2.066.123,90

Sumber: Data primer, 2021 (Diolah)

Keterangan: (4 = 1 – 2 – 3) atau (4 = a + b + c +d)

Melalui tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai tambah yang dihasilkan selama satu bulan oleh agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur adalah sebesar Rp8.881.390 pada masa sebelum pandemi untuk 856,5 kg keripik ayam dan nilai tambah sebesar Rp7.191.530 pada masa pandemi untuk 711 kg keripik ayam. Nilai tambah yang diberikan untuk satu kilogram keripik ayam pada masa sebelum pandemi adalah sebesar Rp10.369,40 dan pada masa pandemi adalah sebesar Rp10.114,85. Nilai tambah ini didapatkan dari pengurangan penerimaan dengan bahan baku dan bahan penolong. Nilai tambah juga dihasilkan dari balas jasa tenaga kerja, balas jasa sewa gedung, balas jasa penyusutan peralatan, dan balas jasa manajemen. Nilai tambah pada masa pandemi menurun karena adanya kenaikan harga salah satu bahan baku, yaitu kepala ayam, sehingga meningkatkan biaya bahan baku di masa pandemi yang mengakibatkan terjadinya penurunan nilai tambah keripik ayam pula.

  • 3.4.    Kendala-Kendala Produsen Keripik Ayam

Pandemi Covid-19 yang sedang melanda Indonesia sejak tahun 2020 memberikan dampak negatif pada perekonomian negara. Tidak hanya pelaku usaha besar saja yang terkena dampak negatif pandemi, namun usaha-usaha kecil juga mendapatkan dampak negatif dari segi ekonomi akibat pandemi. Tidak terkecuali para pelaku usaha agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur. Dampak negatif yang diterima oleh pelaku usaha agroindustri keripik ayam

ini kemudian memberikan kendala-kendala yang harus dihadapi. Adapun kendala-kendala tersebut adalah:

  • 1.    Kendala Bahan Baku

Kendala mengenai bahan baku yang dihadapi oleh pelaku usaha agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur berhubungan dengan bahan baku yang sulit didapat dan harga bahan baku yang naik pada awal munculnya pandemi. Para responden mengatakan bahwa bahan baku yang sulit didapat ini disebabkan oleh tutupnya tempat-tempat pariwisata yang mengakibatkan berkurangnya distribusi karkas ayam ke restoran-restoran serta hotel-hotel sehingga kepala ayam yang merupakan bahan baku keripik ayam mengalami kurangnya persediaan di supplier. Karkas ayam merupakan bagian ayam yang meliputi saya, dada, paha, dan punggung (Ulupi et al., 2018).

Kurangnya persediaan kepala ayam ini tentu saja berdampak terhadap harga kepala ayam pula. Permintaan yang tetap namun penawaran yang menurun, akan menyebabkan naiknya harga suatu barang. Hal ini berlaku pula pada kepala ayam. Persediaan kepala ayam yang berkurang dan harga yang meningkat, tentu akan berdampak pada berkurangnya jumlah produksi dan berkurangnya keuntungan yang didapatkan.

  • 2.    Kendala Jumlah Produksi dan Penjualan

Pandemi mengakibatkan penjualan para responden agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur menurun. Menurunnya jumlah penjualan ini diakibatkan oleh menurunnya jumlah produksi karena kesulitan memperoleh bahan baku kepala ayam.

  • 3.    Kendala Pemasaran

Kendala pemasaran yang dialami para pelaku agroindustri keripik ayam ini merupakan dampak dari pandemi dimana adanya pembatasan kegiatan masyarakat. Pembatasan kegiatan masyarakat yang terjadi pada awal pandemi mengakibatkan para pelaku usaha mengalami kesulitan dalam mendistribusikan produknya ke luar kota.

Kendala-kendala tersebut dialami oleh para pelaku usaha agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia. Menurut para pelaku usaha agroindustri, seiring berjalannya waktu kondisi berangsur-angsur membaik.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa besar pendapatan agroindsutri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan pada masa sebelum pandemi adalah sebesar Rp 2.785.853,90 sedangkan pada masa pandemi adalah sebesar Rp 2.066.123,90. Besar nilai tambah keripik ayam pada agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan adalah sebesar Rp 10.369,40/kg pada masa sebelum pandemi dan sebesar Rp 10.114,85/kg pada

masa pandemi. Kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan selama masa pandemi adalah kendala bahan baku dimana bahan baku yang sulit di dapat dan adanya kenaikan harga bahan baku, berkurangnya produksi dan penjualan, serta kendala pemasaran.

  • 4.2 . Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian di atas adalah pemerintah dapat membantu para pelaku usaha dalam mengembangkan usaha agroindustri keripik ayam seperti mengupayakan keripik ayam sebagai oleh-oleh khas bali. Pelaku usaha diharapkan dapat terus melanjutkan usaha agroindustri keripik ayam karena masih memberikan keuntungan pada masa pandemi. Seluruh pelaku usaha keripik ayam dapat dikumpulkan dalam satu manajemen sehingga usaha para responden dapat lebih berkembang kedepannya. Responden dapat membuat perjanjian dagang dengan penjual ayam potong di sekitar lokasi usaha untuk memenuhi kebutuhan kepala ayam.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis sangat berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sera berbagai pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian dan jurnal ini, khususnya para pelaku agroindustri keripik ayam di Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat ke depannya.

Daftar Pustaka

Ananda, Riski. 2016. Peran Home Industri Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Home Industry Keripik Di Kelurahan Kubu Gadang). JPM Fisip. Vol 3 (2): 1–15.

Arianty, Nel. 2017. Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Prosiding Seminar Hilirisasi Penelitian Untuk Kesejahteraan Masyarakat Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan, 447–454.

Austin, James E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. Washington D.C.: The World Bank.

Bogdan, R C, and S K Biklen. 2007. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theories and Methods. New York: Pearson.

Kereh, Dennis, Noortje Benu, and Agnes Loho. 2017. Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga Kerajinan Bambu Di Kinilow Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon. COCOS. Vol 1 (8).

Rahim, Abd., HJ. Suprapti Supardi, and Diah Retno Dwi Hastuti. 2012. Model Analisis Ekonomika Pertanian. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Ruauw, Eyverson, Th. M. Katiandagho, Priska A.P. Suwardi. 2015. Analisis Keuntungan Dan Nilai Tambah Agriindustri Manisan Pala Ud Putri Di Kota Bitung.      Agri-Sosioekonomi.      Vol      8      (1):      31–44.

https://doi.org/10.35791/agrsosek.8.1.2012.7359.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Syarif, Muh. Safri Hi. M, Rustam Abd Rauf, Dafina Howara. 2013. Analisis Nilai Tambah Abon Sapi Pada Industri Rumah Tangga Mutiara HJ. Mbok Sri Di Kota Palu. Agrotekbis. Vol 1 (4): 370–376.

Ulupi, N., H. Nuraini, J. Parulian, and S. Q. Kusuma. 2018. Karakteristik Karkas Dan Non Karkas Ayam Broiler Jantan Dan Betina Pada Umur Pemotongan 30 Hari. Jurnal Ilmu Produksi Dan Teknologi Hasil Peternakan. Vol 6 (1): 1– 5. https://doi.org/10.29244/jipthp.6.1.1-5.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

166