Jurnal Agribisnis dan Agrowisata       ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p10

Vol. 11, No. 1, Juli 2022

Pengembangan Ekowisata di Desa Nyambu Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan

CANDRA LESMANA, I KETUT SUAMBA*, A.A.A. WULANDIRA SAWITRI DJELANTIK

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB Sudirman Denpasar 80232

Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Ecotourism Development in Nyambu Village, Kediri Sub-district, Tabanan Regency

Nyambu Village is an agricultural area located at the southern tip of Tabanan Regency, Bali Province. The sustainability of the agricultural system in Bali is very dependent on the subak irrigation system. Subak Mundeh, which is located in Nyambu Village, is very suitable to be developed as an object of ecotourism. The development of agriculture-based ecotourism is a tourism development model that has the potential to develop the agricultural and tourism sectors. Many factors influence the success of an ecotourism, so it is important to know the role of the Nyambu Village community and Subak Mundeh farmers in the development of Nyambu Village Ecotourism. This study used a descriptive analysis method with a research instrument in the form of a questionnaire. The number of respondents was 70 people, who were selected by accidental sampling technique. This research shows that Subak Mundeh farmers and the people of Nyambu Village work together in developing Nyambu Village Ecotourism, namely by preserving traditional arts and culture, subak regulations, historical monuments, and maintaining the sustainability of the environment. The Government should provide more support so that the development of Nyambu Village Ecotourism could be better.

Keywords: ecotourism, agritourism, subak, development

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1 .   Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan sumberdaya alam yang melimpah dan memiliki potensi wisata pada setiap daerahnya. Sebagai salah satu negara yang menjadikan pertanian sebagai sumber nafkah bagi sebagian masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sesuai dengan kebutuhan akan makanan pokok penduduk Indonesia, yaitu nasi maka pertanian menempati posisi yang penting. Salah satu sistem pertanian yang ada di Indonesia adalah subak. Subak

yang berperan penting dalam pendistribusian air irigasi ini memiliki keindahan alam dan kebudayaan Hindu Bali yang kental sehingga dapat menjadi potensi baik itu dari unsur seni maupun budaya yang diwarisi secara turun temurun sehingga Subak dapat digunakan sebagai suatu objek wisata masyarakat Bali (Pitana, 2003).

Upaya pelestarian subak di Bali sudah lama menjadi wacana para pemerhati subak, mengingat rentannya subak dari intervensi pihak luar (Pitana, 1993; Windia, 2008) seperti ketersediaan air irigasi yang semakin sulit karena adanya persaingan yang semakin ketat dengan adanya pemanfaatan air oleh sektor non pertanian (air minum/PDAM, sektor industri, dan sektor pariwisata/hotel maupun restoran). Sangat disadari, bahwa tanpa pangan manusia tak mungkin bertahan hidup, sehingga patut diakui pula selama manusia membutuhkan pangan selama itu pula pertanian tetap penting (Windia dan Komaladewi, 2011). Oleh sebab itu, membahas keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan Provinsi Bali tidak terlepas dari peran subak selama ini dan di masa yang akan datang.

Subak memiliki peran sentral dalam pertanian yang dapat mendukung berkembangnya sektor pariwisata. Pada umumnya alasan kunjungan wisatawan ke Bali adalah karena alamnya yang masih alami, keunikan budaya masyarakat dan keramahtamahan masyarakatnya (Sutawan, 2008). Salah satu potensi alam yang dikembangkan di Bali adalah sektor pertanian. Sektor pertanian di Bali, berkaitan erat dengan sistem subak, karena sistem subak mengelola sistem irigasi dari sektor pertanian juga mengatur pola dan jadwal tanam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem subak dinilai memiliki peran yang sangat nyata dalam proses pembangunan Nasional (Suyatna, 1982).

Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki peran sentral dalam pertanian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS Provinsi Bali tahun 2017), Kabupaten Tabanan memiliki luas sawah sebesar 21,089 Ha, dari total 78,626 Ha sawah di Bali. Sebanyak 23,358 Ha atau sekitar 28% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris dengan petani sebagai salah satu soko guru perekonomian di Kabupaten Tabanan. Bila dilihat dari penguasaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada, sekitar 22,562 km2 (26,88 %) wilayah Kabupaten Tabanan merupakan lahan persawahan dan 61,371 km2 (73,12%) merupakan lahan bukan sawah.

Desa Nyambu terletak di ujung selatan Kabupaten Tabanan memiliki lahan sawah seluas 348,7 Ha. Mayoritas masyarakatnya, sebagai petani padi dan palawija. Sebagian besar wilayah Desa Nyambu merupakan Kawasan pertanian. Salah satu hal utama dalam keberlangsungan sistem pertanian adalah subak. Subak tidak lepas dari kegiatan pengelolaan irigasi untuk bercocok tanam dan karena keunikannya subak juga mempunyai peran dalam kegiatan ritual keagamaan yang sangat padat dan terkait erat dengan tahap-tahap pertumbuhan tanaman padi di Desa Nyambu.

Subak Mundeh adalah subak yang terletak di Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Subak Mundeh memiliki luas 183 Ha, yang masih asri dan alami karena jauh dari polusi udara serta kondisi udara yang sangat sejuk sangat

cocok untuk pengembangan wisata alam. Cara pengolahan lahan pertanian di Subak Mundeh yang masih menggunakan cara tradisonal serta alat bajak tradisional maka akan dapat menarik para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang berkunjung ke tempat-tempat yang masih alami dan memiliki kecenderungan berwisata dengan konsep berbau alam.

Ekowisata Desa Nyambu merupakan objek wisata berbasis pertanian yang berada di Subak Mundeh, yang terletak di Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Ekowisata Desa Nyambu dikelola oleh masyarakat Desa Nyambu beserta petani Subak Mundeh. Ekowisata ini terbentuk sejak tahun 2014 dan mulai dikembangkan pada tahun 2015 sampai sekarang. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap ketidak berhasilannya sebuah Ekowisata, yaitu objek Ekowisata tidak dikelola dengan baik mulai dari penataan areal, operasional, keberlangsungan kegiatan, dan sumber daya manusia meliputi pemasaran, keterbatasan bahasa, maupun keterbatasan pelatihan kepada masyarakat merupakan faktor penting dalam mengelola sebuah objek wisata.

Belum optimalnya objek Ekowisata Desa Nyambu disebabkan oleh faktor sumber daya manusia meliputi pemasaran, keterbatasan fasilitas umum, maupun keterbatasan pelatihan kepada masyarakat maupun petani yang belum dilakukan secara maksimal oleh manajemen pengelolanya, sehingga Ekowisata Desa Nyambu belum dikenal oleh wisatawan dan belum berkembang. Hal ini tentunya membutuhkan sinergi antara pelaku ekowisata dengan masyarakat maupun petani.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah peran masyarakat Desa Nyambu dalam pengembangan Ekowisata di Desa Nyambu Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan dan (2) Bagaimanakah peran Subak Mundeh dalam perkembangan Ekowisata di Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui peran masyarakat Desa Nyambu dalam pengembangan ekowisata di Desa Nyambu Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan dan (2) Mengetahui peran Subak Mundeh dalam pengembangan ekowisata Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Metode penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (Singarimbun, dkk 1989 dalam Intan, 2013). Penelitian ini dilakukan di Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Waktu pengumpulan data primer dan data sekunder

berlangsung selama periode bulan Oktober 2019 sampai dengan bulan Februari 2020, mulai dari persiapan hingga penyusunan proposal.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka atau data yang berupa uraian secara deskriptif. Data kuantitatif adalah merupakan data yang dapat dihitung dan diukur dengan skala numberik atau dalam bentuk angka-angka dengan satuan tertentu. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian seperti buku-buku literature lain yang bersifat menunjang penelitian ini.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) Wawancara yang dilakukan menggunakan suatu pedoman wawancara atau daftar pertanyaan kepada pihak terkait seperti: Kepala Desa, Sekertaris Desa, Ketua Subak, Ketua Ekowisata dan Sekertaris Ekowisata, (2) Kuesioner dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden, dalam arti laporan tentang data pribadi atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010), dan (3) Observasi langsung dilakukan pada saat masyarakat sedang beraktifitas dan mengamati secara langsung mengenai kondisi sosial budaya masyarakat, kondisi subak serta kondisi aktivitas wisata yang ada. Pada tahap ini dilakukan perekaman data, dan pemotretan persawahan, kondisi lingkungan desa adat dan segala aktivitas yang ada di Subak Mundeh Desa Nyambu.

  • 2.4    Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini ada dua, yaitu (1) populasi di Subak Mundeh adalah seluruh petani yang memiliki atau menggarap lahan yang terdaftar sebagai anggota subak yaitu berjumlah sebanyak 460 orang. Keriteria sampel dalam penelitian ini yaitu petani yang mengetahui dan paham tentang subak, (2) Populasi di Desa Nyambu adalah seluruh masyarakat Desa Nyambu yang paham dan berperan dalam pendirian dan pembentukan Ekowisata Desa Nyambu.

Sampel dalam penelitian untuk mengetahui peran masyarakat Desa Nyambu dalam pengembangan Ekowisata Desa Nyambu adalah sebanyak tiga orang, yang tediri dari ketua, manager operasional, dan bendahara di Ekowisata Desa Nyambu.

  • 2.5    Variabel Penelitian dan Metode Analisis Data

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independent dan variabel dependent, yang mana parameter atau tolak ukur dalam penelitian ini adalah skor atau bobot jawaban responden terhadap instrument penelitian (kuesioner penelitian) dalam bentuk interval dan rasio. Bobot jawaban tersebut telah

dikelompokkan menjadi lima kategori berdasarkan interval kelas yang sudah ditentukan (Murti dan Salamah, 2005). Kemudian disimpulkan dalam rentangan skor (rasio) yang sudah ditentukan pula. Indikator dalam penelitian ini sudah termasuk di dalam pernyataan-pernyataan pada kuesioner penelitian serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, seperti pada tabel berikut.

Tabel 1.

Varibel Penelitian

Variabel

Indikator

Parameter

Variabel Independent

Peran petani Subak Mundeh

Membantu menyediakan jalur trekking.

Interval

Menjaga keasrian lingkungan subak. Melestarikan ritual

Interval

penanaman padi dan awig-

Interval

awig.

Peran masyarakat Desa Nyambu

Mengawasi kebersihan lingkungan dan menjaga lingkungan dari polusi udara.

Melestarikan seni tari dan

Interval

budaya mebuat canang maupun jajanan tradisional Bali.

Interval

Menyediakan layanan jasa guide.

Membantu dalam penyediaan mesin ATM dan

Interval

money change yang aman Menjaga galeri tokoh penting dan ruas jalan di Desa Nyambu agar tidak berlubang.

Interval

Variabel Dependent

Pengembangan Ekowisata di Desa Nyambu

Deskripif Kualitatif

Interval

Sumber Data : Diolah (2020).

Dilihat dari Tabel 1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode verifikatif. Menurut Sugiyono (2012) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan variabel yang lain. Sedangkan metode verifikatif menurut Sugiyono (2012)

metode verifikatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode verifikatif ini digunakan untuk menjawab penelitian, yaitu mengetahui peran petani Subak Mundeh dalam pengembangan Ekowisata Desa Nyambu.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Uji Validasi

Menurut Suliyanto (2006) untuk mengetahui apakah setiap butir dalam instrumen valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkolerasikan antara skor butir dan skor total. Kemudian untuk mencari validitas sebuah item, dengan mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama dengan atau diatas 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan Tabel 2 untuk mencari nilai korelasinya penulis menggunakan rumus metode sebagai berikut: Nilai r tabel adalah 0,235, dan seluruh item pernyataan/variabel penelitian dinyatakan valid karena nilai r hitung > nilai r tabel. dimana nilai r hitung terendah adalah 0,393 dan nilai r hitung tertinggi adalah 0,620.

Berdasarkan Tabel 2. Dapat dilihat bahwa nilai r tabel adalah 0,235, dan seluruh item pernyataan/variabel penelitian dinyatakan valid karena nilai r hitung > nilai r tabel. dimana nilai r hitung terendah adalah 0,393 dan nilai r hitung tertinggi adalah 0,620.

  • 3.2    Uji Reliability

Menurut Suliyanto (2006), pengertian reliabilitas pada dasarnya adalah sejuah mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pernyataan dengan menggunakan rumus Spearman Brown seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2012) sebagai berikut:

r =

1+r …………………………………..(1) Keterangan: r = nilai reliabilitas

rb = korelasi product momen antara belahan pertama dan belahan kedua

Setelah dapat nilai reliabilitas instrumen (rb hitung), maka nilai tersebut dibandingkan dengan jumlah responden dan taraf nyata. Bila r hitung > dari r kritis, maka instrumen tersebut dikatakan reliabel, sebaliknya jika r hitung < dari r kritis maka instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel. Berdasarkan pengolahan SPSS diperoleh hasil uji reliabilitas pada tabel 3.

Tabel 2.

Hasil Uji Validitas

No

Variabel

Hasil Uji

Keterangan

R hitung

R Table

1

Wisatawan dapat Melakukan Tracking

0,486

0,235

Valid

2

Lingkungan Subak yang Asri dan Bernuansa Tradisional

0,479

0,235

Valid

3

Masyarakat Mengawasi Kebersihan

Lingkungan Area Wisata

Seni Tari Tradisional Khas Bali

0,393

0,235

Valid

4

Dijadikan sebagai Bagian dari

Paket Wisata Budaya

Ritual Penanaman Padi dan

0,476

0,235

Valid

5

Pelestarian Awig-Awig Dilestarikan dengan Baik Kegiatan Membuat Canang dan

0,620

0,235

Valid

6

Jajanan Khas Bali Dijadikan sebagai Paket Wisata

0,519

0,235

Valid

7

Jasa Layanan seperti Guide Tersedia dengan Baik

0,620

0,235

Valid

8

Terdapat Salah Satu Galeri Tokoh Penting di Desa Nyambu

0,479

0,235

Valid

9

Tersedianya Fasilitas seperti ATM dan Money Change

0,486

0,235

Valid

10

Ruas Jalan yang Lebar dan Tidak Berlubang

0,476

0,235

Valid

11

Udara Jauh dari Polusi

0,476

0,235

Valid

Sumber Data: Diolah (2020).

Tabel 3.

Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha      N of Items

0.728              14

Sumber Data : Diolah (2020).

Berdasarkan Tabel 3. Dapat diketahui bahwa variabel dengan berbagai item pernyataan dapat dikatakan reliable karena nilai koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai r kritis sebesar 0,728. Dimana nilai r kritis adalah 0,235.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Desa Nyambu dapat diakses menggunakan kendaraan pribadi, sekitar 6 km dari Kota Tabanan, atau 3 km dari Terminal Mengwi di Kabupaten Badung. Desa Nyambu merupakan wilayah yang sangat subur. Jalan menuju Desa Nyambu beraspal dengan kondisi bagus, namun beberapa jalan di dalam desa masih dalam kondisi rusak dan masih tahap perbaikan. Desa Nyambu memiliki satu bale desa, yaitu Bale Desa Nyambu. Enam bale banjar, yaitu Bale Banjar Carik Padang, Nyambu, Tohjiwa, Mundeh, Kebayan, dan Dukuh. Disini terdapat pula dua subak, yaitu Subak Mundeh dan Subak Tungkub I. Desa Nyambu memiliki dan menjalankan banyak ritual yang hampir sama dengan daerah lain di Bali, namun ada ritual khusus yang hanya dimiliki Desa Nyambu yaitu: Mebanten meprani setiap sasih keenam (Nangkluk Merana), Melancaran (Nangkluk Merana) dan di akhir acara. Nangkluk Merana diadakan sesolahan di Pura Pesamuan. Selain ritual, Desa Nyambu memiliki beberapa jenis kesenian, sebagian besar diantaranya bersifat sakral, seperti; Barong Bangkung, Tarian Rejang, Tarian Masenau (penutup piodalan), Topeng Pajegan, Topeng Sidakarya, Barong ket, Rangda, Rejang Rentet, Tari Leko, Sesolahan Pinggel (gelang kecil), sesolahan ini ditarikan oleh Bajang Daha Sari (remaja perempuan yang belum akil balig). Desa Nyambu memiliki luas 668,45 Ha. Secara geografis, wilayah Desa Nyambu berbatasan dengan batas-batas yaitu sebelah utara Desa Abian Tuwung, sebelah timur Desa Kaba-Kaba, sebelah selatan Desa Buid, dan sebelah barat Desa Pandak Badung. Ekowisata Desa Nyambu sebagai desa wisata mulai dikembangkan tahun 2015. Dimulai dengan pemetaan desa dimana ditemukan 22 sumber mata air, 67 pura dan sawah mencapai 348,7 hektare. Ekowisata Desa Nyambu didukung oleh Yayasan Wisnu dan British Consul dalam pengembangannya. Berbeda dengan wkowisata lainnya, Ekowisata Desa Nyambu menitik beratkan pada lingkungan. Ekowisata Desa Nyambu sebagai benteng untuk menjaga desa agar tetap seperti yang ada selama ini. Peran petani Subak Mundeh dalam pengembangan dan perkembangan Ekowisata Desa Nyambu meliputi: a) Menyediakan jalur trekking bagi wisatawan, sehingga wisatawan dapat melakukan trekking mengelilingi persawahan. b) Menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan persawahan dengan nuansa tradisional. c) Pelestarian seni budaya seperti pembuatan canang, tari dan lain-lain, dan d) Ritual penanaman padi dan pelestarian awig-awig dilestarikan dengan baik. Peran masyarakat Desa Nyambu dalam pengembangan dan perkembangan Ekowisata Desa Nyambu meliputi: a) Menjaga dan mengawasi kebersihan serta keasrian lingkungan, sehingga area wisata menjadi nyaman. b) Menjaga dan melestarikan seni dan budaya tradisional seperti Tari Bali, Canang, dan jajanan tradisional Bali. c) Menjaga galeri kenangan Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia MM sebagai salah satu daya Tarik wisata Desa Nyambu. d) Bersama pemerintah membantu penyediaan layanan Guide dan fasilitas ATM maupun money change agar aman dan terjangkau bagi wisatawan, dan e) Bersama

pemerintah membantu penyediaan ruas jalan yang lebar dan menjaga polusi udara agar lingkungan tetap asri dan nyaman.

  • 4.2    Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada Pemerintah dan pengurus subak, diharapkan membuat hubungan baik dan kebijakan yang tegas dalam pengelolaan lahan pertanian dan lebih kreatif, inovatif dalam melaksanakan promosi wisata agar Ekowisata Desa Nyambu lebih dikenal oleh masyarakat luas diluar Kota Tabanan. Pemerintah bersama masyarakat hendaknya menjaga kelestarian lingkungan, seni dan budaya sebagai pengembangan dan pengelolaan Ekowisata. Wisatawan/pengunjung perlu memperoleh informasi yang tepat mengenai awig-awig yang berlaku pada Subak Mundeh, untuk menjaga kelestarian lingkungan, seni dan budaya agar tetap asri, nyaman dan alami, serta adanya wabah Covid saat ini kian berkembang, bila pandemi ini berkepanjangan, disinyalir akan terus berdampak bagi seluruh sektor, salah satunya bagi sektor ekowisata. Melihat resiko dan perkembangannya, penting bagi seluruh pihak untuk lebih memperhatikan kesehatan dimasa pandemi, sehingga kegiatan ekowisata dapat berjalan optimal, tentunya dengan dukungan penuh dari pemerintah maupun masyarakat setempat.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, terutama kepada seluruh responden dan informan kunci sehingga penyusunanan jurnal ini dapat selesai.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2017. Data Perubahan Luas Lahan Sawah Kabupaten Tabanan. Provinsi Bali.

Murti dan Salamah.2005. Bab 3 Analisis Uji Validasi. Repository.unpas.ac.id> Bab3.pdf.

Pitana, I Gde Editor. 1993. Subak, Sistem Irigasi Tradisional di Bali. Denpasar: Upada Sastra.

Pitana, I Gde, 2003. Rice-Based Culture and Tourism Development in Bali. Jurnal Dinamika Kebudayaan Volt.V No. 3: 115-121. Universitas Udayana.

Sutawan. 2008. Organisasi dan Manajemen Subak di Bali. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Sutawan, Nyoman. 2008. Eksistensi Subak di Bali: Perlukah Dipertahankan?. Denpasar: Upada Sastra.

Singarimbun, Masridan Sofian Efendi. 1989. Metodedan Proses Penelitian dalam Buku Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Sugiyono. 2012. Bab 3 Analisis Uji Validasi. Repository.unpas.ac.id>Bab3.pdf.

Suliyanto. 2006. Bab 3 Analisis Uji Validasi. Repository.unpas.ac.id>Bab3.pdf.

Windia, Wayan dan Komala Dewi. 2011. Analisis Bisnis Berlandaskan Tri Hita Karana. Denpasar: Udayana University Press.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

113