Potensi Pengembangan Usaha Tanaman Hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2022.v11.i01.p01
Vol. 11, No. 1, Juli 2022
Potensi Pengembangan Usaha Tanaman Hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan
PUTU AGASTYA, PUTU UDAYANI WIJAYANTI*, NI WAYAN PUTU ARTINI
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Jl. PB Sudirman Denpasar 80232, Bali
Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
Potensial for Developing Ornamental Plant Bussiness in Petiga Village, Marga SubDistrict, Tabanan Regency
The potential for developing ornamental plant businesses in Petiga Village is certainly highly expected for business actors and the surrounding community, in addition to obtaining optimal profits, it is also expected to open up employment opportunities for the surrounding community. This study aims to determine the potential for ornamental plant business development, the characteristics of business actors, the contribution of businesses to household income, and the attitude of business actors to the benefits of ornamental plants business. This research was conducted in Petiga Village, Marga District, Tabanan Regency from June to August in 2021 with a total of 40 respondents. The analytical method used is descriptive quantitative and qualitative analysis. Based on the analysis, it shows that the age of business actors is at the productive level, dominated by male business actors, high school/vocational education level, more than 10 years of experience, the number of dependents in the family is between 3-5 people, land area is more than 10 acres, micro business category business scale, and allocation of personnel employment using labor inside and outside the family. The average income of the ornamental plant business in Petiga Village is Rp. 25,299,697/year. The contribution of ornamental plant business income to the household income of actors is 60,24%. Assessment of business actors' attitudes towards business benefits 75% of respondents are in the category of agree. So that makes the ornamental plant business has the potential to be developed.
Keywords: potential, ornamental plant, characteristic, income contribution, attitude
Tanaman hias merupakan gabungan dari berbagai jenis tanaman hortikultura yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keindahan, keasrian, dan kenyamanan di ruang tertutup ataupun ruang terbuka. Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang cukup diminati pasar. Kementrian
Pertanian telah menetapkan 40 komoditas unggulan nasional, 11 diantaranya adalah komoditas hortikultura yaitu: cabai, bawang merah, kentang, jeruk, mangga, manggis, salak, pisang, durian, rimpang dan tanaman hias (Direktorat Jenderal Holtikultura, 2013). Tanaman hias merupakan gabungan dari berbagai jenis tanaman hortikultura yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keindahan, keasrian, dan kenyamanan di ruang tertutup ataupun ruang terbuka.
Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan merupakan sentra komoditi tanaman hias di Bali. Desa Petiga telah ditetapkan sebagai daerah agropolitan tanaman hias yang dimana mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani tanaman hias. Sebagian besar masyarakat di Desa Petiga menggantungkan hidupnya pada usaha budidaya tanaman hias serta sektor-sektor lain. Jenis pekerjaan yang ditekuni masyarakat Desa Petiga, Kecamatan Marga yakni sebagai pelaku tanaman hias sebesar 75%, masyarakat bermata pencaharian sebagai pegawai sebesar 10% dan sebagai pedagang/buruh/jasa lain sebesar 15% (Profil Desa Petiga, 2021). Peluang kesuksesan usahatani tanaman hias dapat dilihat dari kemampuan pelaku usaha dalam mengelola usahatani budidaya tanaman hias sehingga mampu memperoleh keuntungan dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan pelaku usaha selaku sumber daya manusia yang mengelola usaha budidaya tanaman hias terlihat dari karakteristik pelaku usaha. Karakteristik pelaku usaha juga menunjukkan potensi sumber daya manusia untuk keberlanjutan pengembangan usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga.
Upaya pengembangan potensi dari usahatani tanaman hias juga perlu partisipasi serta antusiasme yang tinggi dari pelaku usaha. Sikap antusiasme dari pelaku usaha akan terbentuk dari cara pandang pelaku usaha akan kebermanfaatan usahatani tanaman hias bagi dirinya dan masyarakat sekitar. Seperti kita ketahui angkatan kerja akan meningkat tiap tahunnya namun lapangan kerja yang ada semakin berkurang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihimpun Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tabanan tercatat angka pengangguran meningkat tajam dari tahun 2019 lalu hanya sebesar 3.527 orang, sampai akhir tahun 2020 meningkat menjadi 11.663 orang. Banyaknya jumlah pengangguran membuat masyarakat berharap usaha budidaya tanaman hias mampu menjadi solusi untuk terbukanya lapangan kerja baru. Namun masyarakat belum mampu memanfaatkan peluang dan potensi dari usaha budidaya tanaman hias secara optimal.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam analisis sebagai berikut:
-
1. Bagaimana karakteristik pelaku usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
-
2. Bagaimana kontribusi pendapatan usaha terhadap pendapatan total rumah tangga pelaku usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan?
-
3. Mengetahui sikap pelaku usaha terhadap manfaat usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
-
1. Mendeskripsikan karakteristik pelaku usaha budidaya tanaman hias di Desa
Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
-
2. Mendeskripsikan kontribusi pendapatan usaha terhadap pendapatan total rumah tangga pelaku usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
-
3. Mendeskripsikan sikap pelaku usaha terhadap manfaat usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan
Penelitian ini diharapkan dapat sumber referensi dan menjadi sumber untuk memperkaya ilmu terkait analisis usahatani khususnya potensi pengembangan usaha tanaman hias. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan, kajian, dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam mengembangkan potensi usaha tanaman hias khususnya di Desa Petiga.
Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja atau purposive yaitu di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2021.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, data kuantitatif berupa karakteristik, kontribusi, pendapatan, penerimaan, biaya, dan pendapatan rumah tangga pelaku usaha tanaman hias. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa pernyataan sikap pelaku usaha terhadap manfaat usahatani tanaman hias. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari proses wawancara dengan responden dan data sekunder yang diperoleh dari data Kantor Desa Petiga, dan Badan Pusat Statistik.
Metode yang digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah Wawancara dan Studi Dokumen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga yakni sebanyak 358 pelaku usaha. Penentuan pengambilan sampel yang digunakan yakni simple random sampling. Margono (2004) menyatakan bahwa teknik sampling acak sederhana adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Penentuan jumlah sampel yakni menggunakan perhitungan rumus Slovin dan batas toleransi 15% diperoleh sampel sebanyak 40 responden pelaku usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik pelaku usaha tanaman hias dilihat dari umur, pendidikan, luas lahan, lama usaha, skala usaha, jumlah tanggungan keluarga, dan alokasi tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias terhadap pendapatan rumah tangga. Sikap pelaku usaha terhadap manfaat usahatani tanaman hias dilihat dari penyataan mengenai manfaat sosial, manfaat ekonomi dan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh pelaku usahatani tanaman hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Karakteristik pelaku usaha menggunakan rumus persentase yang dianalisis secara deskriptif.
P = - x 100%....................................(1)
n
Keterangan
P = presentase
f = frekuensi
n = jumlah
100% = angka ketetapan untuk responden
Menghitung pendapatan usahatani dengan menggunakan Format income statement (Kay, 1986, dalam Budi Susrusa, 2004).
Kemudian menghitung pendapatan total rumah tangga dengan rumus:
Prt = P1 + P2 + P3.....................................(2)
Keterangan
Prt = Pendapatan rumah tangga pelaku usaha tanaman hias
P1 = Pendapatan usahatani tanaman hias
P2 = Pendapatan usahatani lain
P3 = Pendapatan non-usahatani
Adapun untuk mengetahui kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias terhadap pendapatan total keluarga digunakan rumus sebagai berikut.
Put
P (%) = x 100%................................................(3)
Prt
Keterangan:
P = Persentase kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias
Put = Pendapatan usahatani tanaman hias
Prt = Pendapatan total rumah tangga
Selanjutnya untuk menentukan besarnya kontribusi pendapatan dari usaha tanaman hias terhadap total pendapatan petani digunakan kriteria yang dikemukakan oleh Widodo (2011) sebagai berikut:
Tabel 1.
Kriteria Kontribusi Pendapatan Usaha Tanaman Hias
No |
Kriteria |
Persentase (%) |
1 |
Sangat Rendah |
<25 |
2 |
Rendah |
25 – 49 |
3 |
Tinggi |
50 – 75 |
4 |
Sangat Tinggi |
>75 |
Sumber: Widodo (2001)
Tabel 2.
Kategori skor penilaian sikap
Kelas Interval |
Kategori Sikap |
480 – 863 |
Sangat tidak setuju |
864 – 1247 |
Tidak Setuju |
1248 – 1631 |
Netral |
1632 – 2015 |
Setuju |
2016 – 2400 |
Sangat Setuju |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2013).
Karakteristik pelaku usaha tanaman hias dilihat dari umur, tingkat pendidikan luas lahan, lama usaha, skala usaha, jumlah tanggungan keluarga, dan alokasi tenaga kerja dalam dan luar keluarga.
Umur responden paling banyak berada pada interval usia 45-52 tahun yakni sebanyak 19 orang sebesar 47,5 %. Umur responden paling muda berumur 21 tahun dan responden paling tua berumur 70 tahun. Berdasarkan penelitian umur responden pelaku usaha tanaman hias di Desa Petiga berada pada golongan usia produktif menurut Badan Pusat Statistik yakni 15-64 tahun. Pelaku usaha umur produktif dapat berpotensi membuka peluang perkembangan usahatani tanaman hias.
Pelaku usaha paling banyak berjenis kelamin laki laki yakni 25 orang responden dengan persentase 62,5 persen. Berdasarkan wawancara responden di lapangan, pelaku usaha laki-laki yang menjalankan usaha budidaya tanaman hias merupakan kepala keluarga yang mengandalkan usahatani tanaman hias sebagai pekerjaan pokoknya. Hal ini menunjukaan usahatani tanaman hias menjadi sektor utama perekonomian keluarga yang dilakukan kepala keluarga di Desa Petiga.
Tingkat pendidikan responden tertinggi berada pada tingkat pendidikan SMA/SMK yakni sebesar 57,5 persen atau 23 orang responden. Pendidikan formal memberikan pengetahuan serta nilai-nilai tertentu bagi pelaku usaha, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana berpikir ilmiah. Pelaku usaha yang berpendidikan memiliki potensi untuk lebih cepat memproses adopsi inovasi yang berkaitan dalam pengembangan usaha tanaman hias.
Berdasarkan penelitian menunjukkan responden paling banyak memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun yakni sebanyak 28 responden dengan persentase 70 persen. Pelaku usaha yang berpengalaman akan mudah menerapkan inovasi baru dan memiliki keterampilan yang cukup baik dari segi budidaya maupun pemasaran hasil usahanya sendiri.
Jumlah tanggungan keluarga pelaku usaha tanaman hias di Desa Petiga paling banyak yakni 3-5 orang sebanyak 23 responden dengan persentase 57,5 persen. Jumlah tanggungan keluarga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi yang akan dikeluarkan rumah tangga. Semakin banyak tanggungan keluarga maka semakin
banyak pula kebutuhan rumah tangga tersebut. Pengembangan usaha tanaman hias perlu terus dilakukan agar mampu memperoleh pendapatan yang mampu untuk memenuhi kebutuhan tanggungan keluarga pelaku usaha.
Berdasarkan tabel di atas luas lahan yang digunakan pelaku usaha untuk budidaya tanaman hias paling banyak dengan luas lebih dari 10 are sebanyak 25 responden dengan persentase 62,5% dengan rata-rata luas lahan garapan untuk budidaya tanaman hias seluas 23,73 are. Status kepemilikan lahan pelaku usaha sebagian besar adalah pemilik. Luas lahan pelaku usaha akan berpotensi meningkatkan jumlah tanaman hias hasil budidaya selama dapat memanfaatkan lahan dengan efektif dan efisien.
Skala usaha yang paling banyak dijalankan pelaku usaha tanaman hias di Desa Petiga termasuk ke usaha mikro dengan total aset kekayaan bersih kurang dari atau sama dengan 50 juta rupiah sebanyak 36 responden dengan persentase 90 persen. Masih banyaknya pelaku usaha yang menjalankan usaha skala mikro menandakan perlu adanya pengembangan dan pendampingan untuk memajukan dan meningkatkan skala usahatani tanaman hias di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.
Alokasi tenaga kerja tertinggi yakin menggunakan tenaga kerja dalam dan luar keluarga sebanyak 25 responden dengan persentase 62,5 persen. Kemudian 35 persen responden hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga saja dan 2,5 % responden menggunakan tenaga kerja luar keluarga saja. Penyerapan tenaga kerja dalam usaha tanaman hias akan berpotensi membuka lapangan kerja bagi masyarakat di Desa Petiga.
Kontribusi merupakan uang sumbangan atau sokongan. Secara umum masyarakat mengartikan kontribusi sebagai sumbangsih atau peran, atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu (Dany H, 2006). Secara umum masyarakat mengartikan kontribusi sebagai sumbangsih atau peran, atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu. Kontribusi pendapatan usaha tanaman hias dalam penelitian ini terkait seberapa besar sumbangsih kegiatan usahatani tanaman hias ini terhadap pendapatan rumah tangga pelaku usaha. Kontribusi ini dihitung dengan mempersentasekan hasil bagi antara usahatani tanaman hias dengan seluruh pendapatan rumah tangga dalam satu tahun.
Tabel 3.
Rekapitulasi Pendapatan Bersih Usaha Tanaman Hias di Desa Petiga, 2021 | ||
Uraian |
Nilai (Rp/tahun) |
Rata-rata (Rp/tahun) |
Penerimaan Tunai | ||
Penjualan tanaman hias |
2.269.074.500 |
56.726.863 |
Total penerimaan |
2.269.074.500 |
56.726.863 |
Biaya Tunai Biaya variabel tunai | ||
Biaya tenaga kerja luar keluarga |
32.724.000 |
818100 |
Pembelian bibit |
706.232.625 |
17.655.816 |
Pembelian berbagai jenis pupuk |
85.343.400 |
2.133.585 |
Pembelian berbagai jenis pestisida |
3.194.100 |
79.853 |
Pembelian sekam dan serbuk kayu |
136.740.000 |
3.418.500 |
Pembelian polybag dan karung |
83.087.500 |
2.077.188 |
A. Total biaya variabel Tunai |
1.014.597.625 |
26.183.041 |
Biaya Tetap Tunai | ||
Sewa lahan |
56.000.000 |
1.400.000 |
Pembayaran Air |
1.600.000 |
40.000 |
Iuran kelompok |
0 |
0 |
B. Total biaya tetap tunai |
57.400.000 |
1.440.000 |
Biaya variabel bukan tunai |
138.471.600 |
3.461.790 |
C. Total biaya variabel bukan tunai |
138.471.600 |
3.461.790 |
Biaya tetap tunai (penyusutan) |
13.693.400 |
342.335 |
D. Total Biaya tetap tunai |
13.693.400 |
342.335 |
Total Biaya (A+B+C+D) |
1.257.086.625 |
31.427.166 |
Pendapatan bersih usaha tanaman hias |
1.011.987.875 |
25.299.697 |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021 |
Penerimaan pelaku usaha tanaman hias di Desa Petiga selama satu tahun yakni sebesar Rp 2.269.074.500/tahun atau rata-rata sebesar Rp 56.726.863/tahun, sedangkan untuk total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun yakni sebesar Rp 1.257.086.625/tahun dengan rata-rata sebesar Rp 31.427.166/tahun. Sehingga besaran pendapatan yang dihasilkan dari usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga yakni 1.011.987.875 atau rata-rata sebesar Rp 25.299.697/tahun. Besarnya penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha sangat berpengaruh pada jumlah pendapatan yang didapatkan oleh pelaku usahatani tanaman hias (Kusuma, 2019). Apabila dibandingkan dengan penelitian Zameda Igga dkk. Tentang Analisis Pendapatan Usaha Penjualan Tanaman Hias di Kota Surakarta dengan penerimaan pelaku usaha tanaman hias di Kota Surakarta sebesar 158.678.053,33/tahun dan pendapatan rata-rata sebesar 22.790.766,14/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan pelaku usaha budidaya tanaman hias di Desa Petiga lebih tinggi dibandingkan dengan pelaku usaha tanaman hias di Surakarta.
Sumber pendapatan dari usahatani tanaman tertinggi yakni tanaman padi yang dilakukan 8 orang responden pendapatannya mencapai Rp 45.784.500/tahun atau Rp 5.723.063/tahun/individu namun dari pendapatan per individu usahatani durian merupakan pendapatan tertinggi dengan Rp 6.448.333/tahun/individu, sedangkan usahatani ternak pendapatan tertinggi adalah dari usaha ternak sapi yang dilakukan 10 responden dengan pendapatan sebesar Rp. 80.500.000/tahun atau Rp 8.050.000/tahun/individu. Kegiatan non-usahatani dengan pendapatan tertinggi yakni dari ASN dengan pendapatan 107.250.000/tahun atau rata-rata 35.750.000/tahun/individu yang dimana pekerjaan ASN meliputi staf guru dan kepala sekolah. Kegiatan proyek merupakan pekerjaan non-usahatani yang paling banyak digeluti. Hal ini dikarenakan proyek yang dijalankan berkaitan langsung dengan usaha tanaman hias seperti pembuatan taman, penghias pekarangan rumah, hotel dan villa. Total pendapatan kegiatan proyek ini sebesar 100.250.000/tahun atau rata-rata sebesar Rp 11.138.889/tahun/individu.
Tabel 4.
Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Petiga, 2021
Sumber Pendapatan |
Nilai (rp/tahun) |
Rata-rata (Rp/tahun/individu) |
Kontribusi (%) |
Pendapatan usahatani |
1.011.987.875 |
25.299.697 |
60,24 |
tanaman hias | |||
Pendapatan usahatani lain | |||
Tanaman |
65.629.500 |
1.640.738 |
3,91 |
Ternak |
110.610.000 |
2.765.250 |
6,58 |
Pendapatan non-usahatani |
491.780.350 |
12.294.509 |
29,27 |
Pendapatan rumah tangga |
1.680.007.725 |
42.000.193 |
100 |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021 |
Kontribusi usahatani tanaman hias tergolong kategori tinggi yaitu sebesar 60,24% dimana nilai ini merupakan nilai kontribusi tertinggi dibanding kegiatan usahatani lain dan non-usahatani. Kondisi ini menunjukkan bahwa pelaku usaha tanaman hias di Desa Petiga Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan sangat mengandalkan usahatani tanaman hias untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Maka dengan kontribusi pendapatan tinggi dari usaha tanaman hias masyarakat khususnya pelaku usaha tanaman hias diharapkan terus melakukan pengembangan terkait potensi usahatani tanaman hias.
-
3.3 Sikap Pelaku Usaha terhadap Manfaat Usaha Tanaman hias
3.3.1 Uji validitas dan reliabilitas instrumen pernyataan
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas instrumen pernyataan dengan software SPSS 25. Uji validitas menyatakan r hitung lebih besar dari r tabel 0,304 dengan tingkat signifikasi 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali 2016). Kemudian dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha didapatkan nilai 0,883 lebih besar dari 0,6 sehingga seluruh pernyataan kuesioner telah memenuhi syarat reliabilitas.
Untuk mengetahui sikap pelaku usaha terhadap manfaat adanya usaha tanaman hias adapun capaian skor dari jawaban responden atas pernyataan yang telah dibuat, dapat dilihat pada hasil berikut.
Tabel 5.
Rekapitulasi Skor Sikap Pelaku Usaha terhadap Manfaat Usaha
No |
Skor seluruh |
Skor individu |
F |
% |
Kategori |
1 |
480 – 863 |
12 – 21 |
0 |
0 |
Sangat tidak setuju |
2 |
864 – 1247 |
22 – 31 |
0 |
0 |
Tidak setuju |
3 |
1248 – 1631 |
32 – 41 |
0 |
0 |
Netral |
4 |
1632 – 2015 |
42 – 51 |
30 |
75 |
Setuju |
5 |
2016 – 2400 |
52 – 60 |
10 |
25 |
Sangat setuju |
Total |
40 |
100 |
Sumber: Data Primer (diolah) 2021
Damiati, dkk (2017), menyatakan sikap merupakan suatu ekspresi perasaan yang merefleksikan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap suatu objek. Skor total hasil analisis data menunjukkan nilai 1964, dengan demikian skor tersebut berada pada kelas interval 1632 - 2015 sehingga sikap pelaku usaha terhadap manfaat usaha secara keseluruhan berada pada kategori Setuju dengan persentase 75%. Menurut Azwar S, (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap salah satunya adalah pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi meninggalkan kesan yang kuat sehingga sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Sikap setuju dari pelaku usaha menandakan bahwa usaha budidaya tanaman hias ini memberi manfaat positif dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan dan diharapkan meningkatkan antusiasme pelaku usaha dalam mengembangkan potensi dari usahatani tanaman hias.
Berdasarkan penelitian dan hasil analisis data yang telah dilaksanakan maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan tujuan penelitian yaitu
karakteristik pelaku usahatani tanaman hias berdasarkan umur pelaku usaha pada taraf usia produktif, jenis kelamin didominasi oleh pelaku usaha laki-laki, tingkat pendidikan pelaku usaha terbanyak pada tingkat SMA/SMK, tingkat pengalaman usahatani pelaku usaha yakni lebih dari sepuluh tahun atau berpengalaman, jumlah tanggungan keluarga pelaku usaha antara 3-5 orang, luas lahan budidaya berada pada kelas kategori lebih dari 10 are, skala usaha yang dijalankan yakni skala usaha kecil, dan alokasi pencurahan tenaga kerja menggunakan tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias terhadap pendapatan total rumah tangga sebesar 60.24 % sehingga masuk pada kelas kategori kontribusi tinggi. Hal ini menunjukkan pelaku usaha di Desa Petiga mengandalkan pendapatan dari usahatani tanaman hias dan berpotensi untuk terus mengembangkan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup pelaku usaha. Sikap pelaku usaha tanaman hias terhadap manfaat usahatani tanaman hias di Desa Petiga keseluruhan berada pada kategori Setuju dengan persentase 75% responden. Sehingga sikap antusiasme yang tinggi dari pelaku usaha terhadap manfaat yang dirasakan akan berpotensi meningkatkan keinginan pelaku usaha untuk terus mengembangkan usahatani tanaman hias di Desa Petiga.
Berdasarkan hasil penelitian, analisis yang telah dilaksanakan dan simpulan diatas terdapat beberapa hal yang dapat disarankan, yaitu bagi pemerintah, hasil ini dapat menjadi masukan, kajian, dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan diterapkan serta gambaran bahwa kegiatan usahatani tanaman hias di Desa Petiga berpotensi untuk terus dikembangkan melihat dari pelaku usaha yang masih produktif dan berpendidikan. Pendampingan pelatihan dan pemanfaatan teknologi melalui pengoptimalan penyuluh pertanian untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan menyediakan informasi pasar sehingga akan berpengaruh positif bagi masyarakat pada umumnya dan pelaku usaha tanaman hias khususnya di sekitar Desa Petiga, Kecamatan Marga, Tabanan. Bagi pelaku usaha tanaman hias perlu tetap mengembangkan diri dan potensi dari usaha tanaman hias serta selalu terbuka dengan kemajuan teknologi, membangun relasi yang kuat antara penjual dan pembeli. Sehingga tujuan dari melakukan usahatani tanaman hias untuk memeperoleh pendapatan yang seoptimal mungkin dapat dicapai. Bagi masyarakat luas dapat menjadikan penelitian sebagai referensi untuk memulai mengusahakan tanaman hias melihat dari hasi penelitian bahwa usaha tanaman hias berpotensi untuk dikembangkan untuk menghasilkan pendapatan.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih ini ditujukan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Pusat Statistik. 2020. “Catalog: 1101001.” Statistik Indonesia 2020 https://www.bps.go.id/publication/2020/04/29/e9011b3155d45d70823c141f/s tatistik-indonesia-2020.html.
Profil Desa Petiga yang diperoleh di Kantor Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan pada Bulan Juli 2021.
Dany H. 2006. Kamus Ilmiah Populer. Pengertian Kontribusi.
Damiati. 2017. “Perilaku Konsumen, edisi ke-1”, PT Rajagrafindo Persada, Depok.
Direktorat Jenderal Holtikultura. 2013. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Produk Hortikultura Berkelanjutan Tahun 2014. 88.
EBK, Zameda Igga. Analisis Pendapatan Usaha Penjualan Tanaman Hias di Kota Surakarta. Agrista 7, no. 1.
Margono. 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
Widodo, Hg Susena Triyanto. 2001. Indikator Ekonomi: Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Kanisius
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
12
Discussion and feedback