Strategi Pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021
Strategi Pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali
PUTU ASRI CIPTA LESTARIANI, NYOMAN PARINING*,
I KETUT SURYA DIARTA
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar, 80232 Email: [email protected]
Abstract
Pandan Wangi Craftsmen Group Development Strategy in Tumbu Village, Karangasem District, Karangasem Regency, Bali Province
Tumbu Village is located in Karangasem District, Karangasem Regency, Bali Province with an area of approximately 400 Ha, with a residential area in its center. Tumbu Village has abundant potential and wealth with a series of hills, rice fields, gardens. The village borders the sea, overlooking the southern Lombok Strait. Tumbu Village is the center of pandanus mat craftsmen in Karangasem Regency. The purpose of this study is to determine internal and external factors and strategies of the Pandan Wangi Craftsmen Group development process in Tumbu Village, Karangasem District, Karangasem Regency. The results show that the internal factor that became a force in the Pandan Wangi Craftsmen Group Development is to have raw materials that are available continuously. An internal factor which is a weakness in the development of the Pandan Wangi Craftsmen Group is the relatively small number of members. While the external factor that became an opportunity in the development of the Pandan Wangi Craftsmen Group that Tumbu Village which has a tourist attraction in Soekasada Ujung Park and the challenge is that raw materials decline during the prolonged dry season and prices soar up. The Pandan Wangi Craftsmen Group Development Strategy is obtained from the results of the SWOT Matrix.
Keywords: tumbu, craftsmen, group, internal, external
Desa Tumbu terletak di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali dengan luas wilayah kurang lebih 400 Ha, yang di bagian tengahnya merupakan pemukiman penduduk. Desa Tumbu memiliki potensi dan kekayaan dengan deretan perbukitan, sawah, kebun, juga berbatasan dengan laut yang
menghadap ke Selat Lombok bagian selatannya. Desa Tumbu merupakan pusat pengrajin tikar pandan di Kabupaten Karangasem. Usaha pembuatan kerajinan tikar pandan sudah ditekuni oleh sebagian besar warga di Desa Tumbu secara turun temurun dengan teknologi yang sederhana. Umumnya pengrajin adalah kaum perempuan terutama ibu-ibu rumah tangga sebagai pekerjaan sambilan. Ibu-ibu pengrajin tikar pandan kemudian menghimpun diri ke dalam kelompok pengrajin tikar pandan untuk memudahkan dalam koordinasi dan pengembangan usaha. Terdapat satu kelompok pengrajin yang bernama Kelompok Pengrajin Pandan Wangi yang diketuai oleh Ibu Ni Made Septariani.
Kelompok pengrajin Pandan Wangi agar lebih maju dan berkembang maka dilakukanlah penelitian menganalisis strategi pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi dengan mengidetifikasi lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki oleh Kelompok Pengrajin Pandan Wangi. Lingkungan internal dapat berupa kekuatan (strengths), dan kelemahan (weaknesses). Lingkungan eksternal dapat berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
-
1. Apa sajakah faktor-faktor internal dalam proses pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem?
-
2. Apa sajakah faktor-faktor eksternal dalam proses pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem?
-
3. Bagaimana strategi pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem?
Tujuan utama dari penelitian ini ialah:
-
1. Untuk mengetahui faktor-faktor internal dari proses pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem.
-
2. Untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dari proses pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem.
-
3. Untuk mengetahui strategi pngembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem.
Penelitian dilaksanakan di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kecamatan Karangasem, Provinsi Bali. Pengambilan data dilakukan selama enam bulan, terhitung dari bulan Maret sampai Agustus 2020. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan yakni Kelompok Pengrajin Tikar Pandan di Desa Tumbu menjadi salah satu sentra kerajinan rumah tangga yang memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga tetapi kondisi kelompok tersebut masih belum berkembang.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung dengan satuan hitung dan berupa narasi (Sugiyono, 2012). Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka dan dapat dihitung dalam satuan tertentu (Sugiyono, 2012).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah sumber primer dan sumber sekunder. Data primer pada penelitian ini terdiri dari identitas informan kunci dan kondisi umum Kelompok Pengrajin Pandan Wangi. Data sekunder pada umumnya digunakan untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap atau diproses lebih lanjut (Ibrahim, 2015). Sumber sekunder menghasilkan data sekunder yakni data yang diperoleh dari sumber pustaka, catatan dari pustaka ilmiah dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan serta mendukung proses penelitian dan penyusunan skripsi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi. Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh informasi dan data melalui arsip, buku, dokumen, tulisan angka dan gambar yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono, 2009). Dokumen yang berbentuk tulisan contohnya adalah catatan harian, sejarah kehidupan maupun kebijakan. Sedangkan dokumen yang berupa gambar bisa dalam bentuk foto. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil foto-foto dan mengkaji dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan informan kunci yang dilakukan dengan teknik purposive (sengaja). Artinya dengan memilih narasumber yang benar-benar mengetahui kondisi internal dan eksternal Kelompok Pengrajin Pandan Wangi Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kekuatan (strengths), kelemahan (weakmesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Adapun variabel, indikator, parameter, dan pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Variabel, Indikator, Parameter dan Pengukuran Strategi Pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi | |||
Variabel |
Indikator |
Parameter |
Pengukuran |
Kekuatan (Strengths) |
• Ketersediaan bahan baku |
a) Bahan baku tersedia secara kontinu sehingga proses produksi tidak akan terhenti. |
Skor |
• Kualitas produk |
b) Daya tahan tikar pandan cukup lama asalkan tidak terkena air. |
Skor | |
• Lokasi Penjualan |
c) Memiliki akses yang dekat dengan kawasan pariwisata di Desa Tumbu |
Skor | |
Kelemahan (Weakness) |
• Tujuan Kelompok |
a) Anggota kelompok belum memahami tujuan yang akan dicapai. |
Skor |
• Struktur Kelompok |
b) Struktur kelompok baru terdiri atas ketua dan anggota saja sehingga semua kewenangan diambil alih oleh ketua. |
Skor | |
• Pembinaan dan pengembang-an kelompok |
|
Skor | |
• Proses pembuatan anyaman tikar pandan |
e) Jumlah tikar pandan yang mampu dihasilkan selama seminggu berkisar dua sampai empat buah. |
Skor | |
• Partisipasi anggota kelompok |
f) Anggota kelompok berpartisipasi dari rumahnya masing-masing sehingga jarang berinteraksi dengan sesama anggota kelompok. |
Skor | |
• Fasilitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. |
g) Fasilitas dalam produksi masih bersifat manual |
Skor | |
• Promosi dan jangkauan pangsa pasar |
h) Kemampuan pengrajin tikar pandan memasarkan |
Skor | |
• Penerapan teknologi dan informasi. |
i) Kemampuan pengrajin tikar pandan dalam menerapkan teknologi dan menyerap informasi |
Skor | |
• Desain produk |
j) Keunikan produk yang mampu dihasilkan oleh pengrajin tikar pandan |
Skor | |
Peluang (Opportunities) |
• Peningkatan program pemerintah |
a) Adanya bantuan sosial sarana dan produksi |
Skor |
— |
• Peluang pasar yang tinggi |
b) Desa Tumbu memiliki objek wisata Taman Soekasada Ujung |
Skor |
Variabel |
Indikator |
Parameter |
Pengukuran |
• Tingginya c) permintaan akan |
Pemintaan tikar pandan meningkat saat adanya upacara yadnya |
Skor | |
tikar pandan d) |
Permintaan tikar pandan oleh wisatawan asing |
Skor | |
Ancaman (Threats) |
• Kondisi cuaca yang a) mempengaruhi |
Bahan baku menurun saat musim kemarau berkepanjangan |
Skor |
ketersediaan bahan b) baku • Terjadi kenaikan |
Saat musim kemarau berkepanjangan bahan baku menurun dan harga melonjak naik |
Skor | |
harga bahan baku c) • Datangnya pesaing |
Adanya pesaing yang menjual tikar dengan berbahan dasar plastik |
Skor |
Analisis data dilakukan setelah berbagai data terkumpul dan untuk menganalisanya menggunakan teknik analisa deskriptif. Analisis deskriptif berupaya menggambarkan kembali data-data yang sudah terkumpul dan membahas keadaan mengenai strategi pengembangan kelompok pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Analisis data dilakukan dengan tiga langkah yakni, pengumpulan data, klarifikasi data, dan matriks SWOT (Ibrahim, 2015).
Faktor internal dan eksternal ditentukan melalui wawancara mendalam dengan seluruh informan kunci. Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah delapan orang dan telah diwawancarai dari tanggal 3 Maret - 14 Maret 2020. Setelah mendapatkan masing-masing faktor internal dan eksternal, selanjutnya digunakan untuk merumuskan alternatif strategi untuk mengembangkan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. 3.1.1 Hasil evaluasi faktor internal
Secara keseluruhan, analisis faktor internal Kelompok Pengrajin Pandan Wangi berada pada posisi yang kuat. Hal tersebut dibuktikan dari rata-rata skor faktor strategis internal Kelompok Pengrajin Pandan Wangi yaitu sebesar 3,074. Angka tersebut dapat diartikan sebagai posisi Kelompok Pengrajin Pandan Wangi yang kuat dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Kelompok Pengrajin Pandan Wangi.
Usai melihat hasil evaluasi faktor internal diatas, maka harus dilihat pula hasil evaluasi faktor eksternal. Sama seperti hasil dari evaluasi faktor internal, dalam evaluasi faktor ekternal juga didapatkan dari hasil penyebaran dari instrument penelitian yang selanjutnya melalui proses analisis. Secara keseluruhan hasil analisis faktor eksternal berupa peluang dan ancaman ini mendapatkan skor sebesar 3,373.
Hal ini berarti faktor eksternal Kelompok Pengrajin Pandan Wangi berada dalam kategori kuat. Maka dari itu faktor peluang tersebut dapat digunakan untuk mengatasi ancaman.
Hasil analisis matriks internal dan eksternal (I-E) adalah hasil perhitungan antara matriks IFAS dan EFAS. Berdasarkan hasil dari perhitungan kedua matriks tersebut, maka diketahui total skor dari faktor internal adalah 3,074 dan skor total dari faktor eksternal adalah 3,373. Total skor tersebut digunakan untuk menentukan kategori posisi potensi Kelompok Pengrajin Pandan Wangi dalam mengembangkan kelompoknya di Desa Tumbu. Posisi tersebut digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1.
Posisi Potensi Kelompok Pengrajin Pandan Wangi
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali berada di sel I yaitu growth strategy (strategi pertumbuhan).
Strategi Alternatif dalam pengembangan Kelompok Pandan Wangi dianalisis menggunakan matriks SWOT. Berbeda dengan analisis diatas yang lebih pada analisis kuantitatif, dengan matriks SWOT ini lebih pada analisis kualitatif. Secara umum analisis ini juga tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal. Menurut Rangkuti (2006), Analisis ini terbagi ke dalam 4 bagian sebagai berikut.
-
1. Strategi S-O (Strenght-Oppourtunity) yaitu menciptakan strategi yang
meggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
-
2. Strategi W-O (Weakness-Oppourtunity) yaitu menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
-
3. Strategi S-T (Strength-Threat) yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
-
4. Strategi W-T (Weakness-Threat) yaitu menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Maka dari itu dapat dirumuskan strategi alternatifnya sebagai berikut.
-
A. Strategi S-O (Strenght-Oppourtunity)
-
1. Meningkatkan promosi di sekitar kawasan objek wisata Taman Soekasada Ujung dengan membuat inovasi baru dari hasil kerajinan tikar pandan. Kelompok Pengrajin Pandan Wangi membagi produk hasil kerajinannya menjadi dua yakni untuk produk wisata dan kegiatan ritual. Produk wisata bisa berupa dompet dan tas sedangkan produk kegiatan ritual berupa tikar.
-
2. Meningkatkan produksi saat banyak terdapat upacara yadnya. Umat Hindu di Bali umumnya menggunakan tikar pandan untuk upacara yadnya seperti upacara ngaben dan lain sebagainya. Saat itu Kelompok Pengrajin Pandan Wangi harus memanfaatkan peluang yang ada dengan meningkatkan produksi demi terpenuhinya permintaan yang ada.
-
B. Strategi W-O (Weakness-Oppourtunity)
-
1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kekuatan kelompok untuk maksimalkan kinerja selain juga dengan memberikan bantuan sarana dan produksi.
-
2. Memberikan dorongan dan motivasi kepada generasi muda agar lebih tertarik menekuni mengatakan bahwa generasi muda di desanya lebih tertarik untuk bekerja di luar kota daripada meneruskan usaha yang sudah ada ditunjang dengan potensi yang mendukung.
-
3. Meningkatkan kemampuan dalam memperluas pangsa pasar dengan menggunakan pemasaran secara digital.
-
4. Meningkatkan nilai tambah pada produk kerajinan tikar pandan agar bernilai ekonomis yang tinggi.
-
C. Strategi S-T (Strength-Threat)
-
1. Mendorong masyarakat di Desa Tumbu untuk menanam pandan berduri di lahan-lahan miliknya.
-
2. Mencegah alih fungsi lahan menjadi bangunan. Pentingnya kesadaran dari semua pihak di Desa Tumbu untuk tetap menjaga lahan-lahan miliknya agar tidak beralih fungsi menjadi bangunan.
-
3. Meningkatkan kesadaran untuk mengikuti anjuran pemerintah yaitu mengurangi penggunaan berbahan plastik.
-
D. Strategi W-T (Weakness-Threat)
-
1. Memberikan penyuluhan kepada generasi muda dan masyarakat untuk memaksimalkan potensi pandan berduri yang ada di Desa Tumbu agar terus bisa tersedia secara kontinu.
-
2. Memberikan wawasan untuk memanfaatkan peluang yang tersedia.
Berdasarkan pembahasan dalam hasil dan pembahasan maka dapat di tarik kesimpulan bahwa faktor internal yang menjadi kekuatan dalam Pengembangan
Kelompok Pengrajin Pandan Wangi adalah memiliki bahan baku yang tersedia secara kontinu. Sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan dalam Pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi adalah besarnya jumlah anggota juga tergolong kecil dan pergantian atau regenerasi penerus masih terbilang rendah. Faktor eksternal yang menjadi peluang dalam Pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi adalah Desa Tumbu memiliki objek wisata Taman Soekasada Ujung. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi tantangan dalam Pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi adalah bahan baku menurun saat musim kemarau berkepanjangan dan saat musim kemarau berkepanjangan bahan baku menurun dan harga melonjak naik. Strategi Pengembangan Kelompok Pengrajin Pandan Wangi diperoleh dari hasil Matriks SWOT. Adapun beberapa strateginya antara lain strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT.
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat diberikan diantaranya Kelompok Pengrajin Pandan Wangi di Desa Tumbu sudah berdiri selama sepuluh tahun dan sudah menjadi sentral kerajinan tikar pandan di Kabupaten Karangasem. Umat Hindu di Bali memerlukan tikar pandan untuk upacara yadnya seperti ngaben. Selain membuat tikar pandan, Kelompok Pengrajin Pandan Wangi juga membuat tikar pandan menjadi tas dan dompet yang akan dijual sesuai permintaan. Tas dan dompet berbahan dasar tikar pandan bisa ditonjolkan untuk ekspansi pasar sehingga hasil kerajinan dari Kelompok Pengrajin Pandan Wangi bisa dikenal secara meluas tidak hanya di lingkup Kabupaten Karangasem saja. Kelompok Pengrajin Pandan Wangi juga perlu membimbing generasi muda yang berada di Desa Tumbu untuk bekerja sama dalam hal memasarkan hasil kerajinan tikar pandan di media sosial dengan tujuan agar penjualan tikar pandan juga dompet dan tas yang terbuat dari tikar pandan bisa meningkat. Agar usaha kerajinan ini tetap lestari diperlukan juga peran generasi muda untuk meneruskannya.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada pihak-pihak yang membantu dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Ambar, T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media
Ardian, A. Fahrizal, dan M. Dirhamsyah. 2014. Studi Pemanfaatan Pandan Duri (Pandanus Tectorius) di Hutan Tembawang Oleh Masyarakat Desa Riam Mengelai Kecamatan Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu.Pontianak. Universitas Tanjungpura.
David, F.R. 2012. Strategic Management (Manajemen Strategis Konsep). Penerbit: Salemba Empat. Jakarta.
Dirgantoro, C. 2007. Manajemen Strategik. Jakarta: PT. Grasindo.
Gordon G.D. dan S.B. Meriam dalam Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Hisrich, P. dan Sheperd. (2008). Kewirausahaan Teori dan Praktik. Bandung: Pustaka Setia.
Ibrahim, M. A. 2015. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Alfabeta, Bandung.
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
706
Discussion and feedback